Paparan Topik | Vaksinasi Covid-19

Pentingnya Vaksinasi Covid-19 pada Lansia

Upaya vaksinasi bagi warga lanjut usia tidak sebatas agar terhindar dari paparan Covid-19. Kondisi kerentaan warga lansia menjadi perhatian agar vaksinasi efektif, optimal, dan tepat sasaran.

kompas/priyombodo

Seorang lansia menerima suntikan Covid-19 dosis pertama dalam vaksinasi massal bagi lansia di Balai Besar Pelatihan Kesehatan di Jakarta, Rabu (24/3/2021). Animo lansia yang mengikuti vaksinasi massal Covid-19 cukup tinggi.

Fakta Singkat

Vaksin
Produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan yang ditambahkan dengan zat lainnya, bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

Vaksinasi
Pemberian Vaksin yang khusus diberikan untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.

Covid-19
Corona Virus Disease 2019 yang selanjutnya disebut Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus 2 (SARSCoV-2).

Lanjut Usia (Lansia)
Seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

Kerentaan
Suatu keadaan yang terjadi sejalan dengan menurunnya kapasitas fungsi tubuh pada proses menua.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10/2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), disebutkan definisi terkait vaksin dan vaksinasi.

Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

Corona Virus Disease 2019 yang selanjutnya disebut COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus 2 (SARSCoV-2).

Vaksinasi adalah pemberian vaksin yang khusus diberikan dalam rangka menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpapar dengan suatu penyakit tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan dan tidak menjadi sumber penularan.

Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19 adalah kejadian medik yang diduga berhubungan dengan Vaksinasi COVID-19.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, definisi Lanjut Usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara batasan usia yang ditetapkan Indonesia ini berbeda dengan batasan lansia yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 65 tahun.

Kerentaan merupakan suatu keadaan yang terjadi sejalan dengan menurunnya kapasitas fungsi tubuh pada proses menua. Sementara, proses menua merupakan proses yang alamiah terjadi pada manusia.

Dalam proses menua, berbagai fungsi tubuh menurun dan tak jarang menimbulkan berbagai penyakit kronis, meski tidak semua proses menua bisa menimbulkan penyakit. Seseorang disebut renta atau frail jika lansia mengalami kondisi yang sangat menurun setelah mengalami gangguan eksternal.

BPMI SEKRETARIAT PRESIDEN

Presiden Joko Widodo melihat langsung proses vaksinasi massal untuk orang lanjut usia (lansia) di GOR Remaja Pekanbaru, Riau, Rabu (19/5/2021).

Target vaksinasi lansia

Pada 8 Februari 2021 pemerintah secara resmi mengumumkan program vaksinasi bagi penduduk usia 60 tahun ke atas, baik untuk tenaga kesehatan maupun nontenaga kesehatan. Kaum lansia memang menjadi perhatian khusus, mengingat sekitar 50 persen kematian akibat Covid-19 terjadi pada penduduk usia tua.

Berdasarkan data Kawalcovid19.id, sampai dengan 8 Juni 2021, capaian vaksin lansia masih jauh dari harapan. Dari target 21,5 juta lansia, pemberian vaksin dosis pertama baru mencapai 16,8 persen, sedangkan dosis kedua baru mencapai 10,9 persen. Di tingkat Asia, misalnya, Singapura, berdasarkan data Ourworldindata.org per 31 Mei 2021, tercatat capaian tertinggi vaksinasi penuh meliputi dosis pertama dan kedua sekitar 38,9 persen.

Belum diketahui secara pasti penyebab capaian vaksinasi bagi kaum lansia di Indonesia masih tergolong rendah. Upaya pelaksanaan vaksinasi terhadap lansia memang pernah melambat yang disebabkan kurangnya stok vaksin pada periode akhir April dan pada saat bulan puasa kemarin. Meskipun demikian, pemerintah menyatakan, stok vaksin aman.

The Straits Times edisi 6 Mei 2021 dan BBC.com edisi 19 April 2021 menyebutkan beberapa faktor yang membuat para warga lansia agak enggan terhadap program itu. Beberapa alasan para warga lansia enggan divaksin, di antaranya, soal jarak dan biaya menuju lokasi vaksinasi yang terlalu jauh, kurangnya sosialisasi, pasrah pada nasib, dan merasa tidak akan ada perubahan pada kondisi kesehatannya setelah divaksin. Ada pula yang beralasan lebih baik anak muda yang didahulukan.

   KOMPAS/RIZA FATHONI/AGUS SUSANTO/MEGANDIKA WICAKSONO

Iklan sosialisasi manfaat vaksin terpasang pada neon boks pilar penyangga Moda Raya Terpadu (MRT) di kawasan Staisun Fatmawati, Jakarta Selatan, Sabtu (12/12/2020). Foto kedua: Lansia antre mendapatkan vaksinasi Covid-19 di Gedung Serbaguna Transito, Jakarta Timur, Jumat (16/4/2021). Foto ketiga:  salah Seorang warga Dusun Kuang Jukut, Desa Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat menerima vaksinasi untuk lansia, Rabu (28/4/2021).

Daya tahan imunitas

Pemerintah terus menyosialisasikan pentingnya vaksinasi terhadap warga lansia. Alasannya, selain angka kematian akibat Covid-19 yang masih tinggi, vaksin yang tersedia saat ini sudah lulus uji klinis, dan tidak ada efek samping yang serius. Selain itu, upaya vaksinasi bertujuan untuk mencapai kekebalan populasi (herd immunity) dan untuk mengurangi risiko gejala berat serta menekan angka kematian.

Di balik tujuan upaya vaksinasi, hal yang sering menjadi pertanyaan bagi publik adalah berapa lama imunitas bisa bertahan setelah divaksin. Pada awal April 2021, Pfizer-BioNTech menyatakan menyatakan hasilnya 91,3 persen efektif selama enam bulan setelah vaksinasi kedua. Jangka waktu yang sama juga ditegaskan Moderna, sekitar 94 persen efektif selama setidaknya enam bulan ke depan.

Hal tersebut memang masih bisa berubah di kemudian hari. Masalahnya, riset vaksin butuh waktu berkisar 10-20 tahun untuk memastikan efikasi dan efisiensinya. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan minimum efikasi sekitar 50 persen untuk menurunkan risiko infeksi.

Dalam berbagai riset, BioNTech-Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca juga melibatkan uji coba pada populasi warga lansia, baik dengan kondisi komorbid maupun tidak. Kalaupun kemudian ada kasus kematian setelah vaksinasi pada kaum lansia, data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa hal tersebut hanya terjadi pada usia 85 tahun ke atas. Secara garis besar mayoritas warga lansia tidak mengalami efek samping setelah divaksin.

Harus diakui, setiap ada kasus kematian, baik pada lansia atau bukan, tetap mengundang perdebatan. Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) di Norwegia pada pertengahan Januari lalu, yang menyebutkan sebanyak 33 warga lansia meninggal pascavaksinasi BioNTech-Pfizer, masih menjadi kajian penelitian para ahli.

Infografik: Capaian Vaksinasi Covid-19

Status kerentaan

Masalah vaksinasi untuk warga lansia ternyata tidak sebatas efektivitas vaksin dan efek sampingnya. Harus dipahami masyarakat bahwa kelompok usia lanjut mengalami berbagai perubahan akibat proses menua, atau kerentaan (frailty).

Hal ini merupakan kondisi saat warga lansia menjadi semakin rentan (mudah terkena penyakit) karena ketergantungan atau bahkan terjadi kematian saat terpapar stresor (pemicu stres). Yang terjadi kemudian adalah immunosenescence atau respons terhadap vaksin menjadi kurang maksimal. Kondisi frailty juga sering bercirikan inflamasi (peradangan) kronis level rendah akibat penurunan imunitas tubuh.

Para dokter ahli geriatri bertugas membantu para lansia menjaga kesehatan sebagai langkah mencegah penyakit, mengatasi masalah kesehatan yang timbul, sekaligus mengawasi proses pemulihannya. Dokter geriatri dibantu oleh tim medis, termasuk perawat, ahli farmasi, ahli gizi, terapis dan psikiater yang terlatih khusus untuk membantu menangani persoalan kesehatan lansia.

Laporan “Frailty State among Indonesian Ederly: Prevalence, Associated Factors, and Frailty State Transition” (Siti Setiati dkk, 2019) menyatakan populasi warga lansia Indonesia termasuk terbesar kedelapan di dunia dan tertinggi di Asia Tenggara (8,2 persen atau sekitar 21 juta orang).

Kerentaan umumnya berdampak pada meningkatnya biaya kesehatan bagi lansia, mulai dari cedera akibat terjatuh, perawatan di rumah sakit, cacat, kualitas hidup yang rendah, hingga kematian. Sejumlah studi juga menunjukkan kondisi demikian banyak terjadi pada lansia yang mengalami diabetes melitus, gangguan kardiovaskuler, dan kanker.

Vaksin untuk lansia memang penting untuk mencegah penularan Covid-19. Akan tetapi, yang jauh lebih utama adalah memastikan efektivitas vaksin pada lansia.

Efektivitas tersebut didasari oleh empat faktor, yaitu usia, kondisi komorbid (penyakit penyerta), malanutrisi (kekurangan atau kelebihan gizi), rendahnya aktivitas fisik, misalnya karena tirah baring lama (bed rest), dan turunnya mobilitas. Tidak jarang semua ini masih ditambah dengan gaya hidup, lingkungan yang tidak sehat, polifarmasi (penggunaan lima atau lebih macam obat secara bersamaan), dan faktor genetik.

Pada kasus kematian 33 lansia di Norwegia setelah mendapat suntikan vaksin Pfizer-BioNTech, hal itu tak lepas dari kondisi warga lansia yang mengalami frailty yang sangat berat. Jadi, efek samping yang ringan pun bisa menyebabkan akibat yang serius. Kurang lebih 400 kematian warga lansia di panti di Norwegia tidak berkaitan dengan vaksin. (Geriatri.id, edisi 18/1/2021).

Infografik: Vaksinasi Covid-19 dan Kerentaan pada Lansia

Skala kerentaan

Status kerentaan atau suatu kondisi seseorang atau lansia yang lemah sebetulnya adalah informasi penting untuk memahami kondisi klinis pada masyarakat. Hasil uji frailty dapat digambarkan dengan angka spektrum dengan rentang mulai dari rendah sampai tinggi, dengan kategori: sehat (robust, atau fit), pra-renta (pre frail), dan renta (frail).

Skala kerentaan secara klinis:

1. Sangat Bugar
Dalam kategori ini adalah mereka yang bugar, aktif, energik dan termotivasi, biasanya orang yang suka berolahraga tertatur. Bisa dilihat mereka adalah yang paling fit diantara orang seumurannya

2. Baik
Orang yang tidak punya gejala penyakit aktif tapi kurang fit dibandingkan kategori pertama. Kalau berolahraga dan aktifitasnya musiman.

3. Dijaga dengan Baik
Orang yang masalah medisnya terkontrol baik tapi tidak aktif secara regular diluar kebiasaan berjalan

4. Rapuh
Meskipun tidak tergantung pada orang lain sehari-harinya, namun memiliki gejala aktifitas terbatas. Keluhan yang umum terjadi adalah jadi melambat, dan/atau menjadi lelah

5. Renta Ringan
Orang-orang ini biasanya menunjukkan lebih banyak bukti melambat, dan membutuhkan bantuan di bidang keuangan, transportasi, pekerjaan rumah yang berat, pengobatan. Umumnya kerentaan ringan merusak kebiasaan berbelanja atau jalan sendiri, menyiapkan makanan dan mengerjakan pekerjaan rumah

6. Renta Sedang
Orang yang membutuhkan bantuan untuk semua aktivitas di luar ruangan dan menjaga di dalam ruangan. Biasanya di dalam rumah mereka sering memiliki masalah dengan tangga dan butuh bantuan untuk mandi dan mungkin memerlukan pertolongan minimal saat berpakaian.

7. Renta Parah
Benar-benar tergantung pada pengasuh pribadi dari kasus apapun (fisikal). Selain itu, mereka terlihat stabil dan tidak ada resiko meninggal (selama kurun waktu 6 bulan)

8. Renta Sangat Parah
Benar-benar tergantung dan mendekati akhir hidupnya. Umumnya, mereka tidak dapat sembuh meskipun penyebabnya minor.

9. Sakit yang Sangat Parah
Mendekati akhir hidup, kategori ini ditujukan untuk mereka dengan harapan hidup <6 bulan.

Hasil riset “Frailty State among Indonesian Elderly” yang didasari oleh data pasien dari RS Dr. Soetomo (Surabaya), RS Sanglah (Bali), RS Hasan Sadikin (Bandung), RS dr. Saiful Anwar (Malang), dan RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), menunjukkan 25,2 persen pasien dikategorikan renta atau lemah.

Kerentaan demikian bukan satu-satunya faktor utama karena efek samping vaksin tetap harus diperhatikan. Vaksin untuk lansia tidak diberikan kepada mereka yang sudah rapuh, antara lain, mempunyai riwayat penyakit kronik yang sedang akut.

Tercapainya target vaksinasi bagi lansia memang bukan hal yang mudah. Bagi lansia, vaksinasi adalah untuk hidup yang lebih baik dan lebih terlindungi.  Pemberian pemahaman secara lebih intensif lagi kepada lansia, anggota keluarga lansia, dan kerabat dari lansia akan mempercepat tercapainya kekebalan populasi. (LITBANG KOMPAS)

KOMPAS/RIZA FATHONI

Iklan sosialisasi manfaat vaksin terpasang pada neon boks pilar penyangga Moda Raya Terpadu (MRT) di kawasan Staisun Fatmawati, Jakarta Selatan, Sabtu (12/12/2020).