Paparan Topik | Olimpade

Olimpiade: Sejarah, Penyelenggaraan, Cabang Olahraga, dan Partisipasi Indonesia

Olimpiade pada awalnya identik dengan cabang atletik yang sudah dipertandingkan pada masa Yunani Kuno sejak hampir 3000 tahun lalu. Dari sini pula, citius, altius, fortius (lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat) yang menjadi moto Olimpiade. Semboyan legendaris itu kemudian diperkenalkan Bapak Olimpiade Pierre de Coubertin menjelang persiapan penyelenggaraan Olimpiade pertama pada akhir abad XIX.

KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Pelatih atletik terbaik dunia 2016 asal Amerika Serikat Harry Marra saat memberikan contoh kepada pelari Lalu Muhammad Zohri (baju hitam) dalam latihan di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Selasa (22/6/2021). Marra kembali menangani Zohri untuk persiapan Olimpiade Tokyo 2020. Sejak mulai melatih di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Minggu (20/6/2021), pelatih asal New York itu langsung mempermak teknik Zohri mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Pelatih berusia 74 tahun itu berharap bisa tampil optimal di Olimpiade dan menembus waktu di bawah 10 detik.

Fakta Singkat

Olimpiade Kuno
776 sebelum Masehi di Yunani

Olimpiade Modern Pertama
1896 di Athena, Yunani

Penyelenggara
Komite Olimpiade Internasional (IOC)
(dibentuk 1894)

Prestasi Indonesia
37 medali, yakni 8 emas, 14 perak, 15 perunggu
(sejak Olimpiade 1988–2020)

Peringkat Terbaik
Peringkat 24 (Olimpiade Barcelona 1992)

Olimpiade merupakan ajang olahraga internasional empat tahunan yang mempertandingkan cabang-cabang olahraga yang diikuti oleh ribuan atlet dari hampir seluruh negara-negara di dunia. Ajang Olimpiade itu awalnya hanya berlangsung di Yunani Kuno sejak 776 SM atau 2797 tahun lalu.

Olimpiade kuno berasal dari festival untuk menghormati Dewa Zeus yang dilaksanakan di Olympia, Yunani, sekitar tahun 776 SM. Festival tersebut diselenggarakan setiap empat tahun sekali dan diikuti oleh beberapa negara kota serta kerajaan Yunani kuno.

Dalam festival itu, dipertandingkan berbagai jenis olahraga meliputi lomba lari, pancalomba (terdiri dari melompat, lempar cakram, lempar lembing, lomba lari, dan gulat), tinju, gulat, pankration, dan berkuda. Berbagai jenis olahraga itulah yang menjadi cikal bakal Olimpiade modern yang digelar hingga saat ini.

Ajang itu berhenti dan dilarang pada tahun tahun 393 SM oleh Kaisar Theodosius I dari Kekaisaran Romawi yang menguasai wilayah Eropa.

Olimpiade itu kemudian dihidupkan kembali oleh seorang bangsawan Prancis bernama Pierre Baron de Coubertin pada tahun 1896 di bawah penyelenggaraan Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang dibentuk di Perancis pada 1894. Coubertin merupakan pendiri IOC dan kemudian dikenang sebagai Bapak Olimpiade Modern.

Galeri Foto: Mencoba Arena Olimpiade Tokyo 2020

Sejarah Olimpiade

Pada masa Olimpiade Kuno 776 sebelum Masehi (SM), setiap atlet pemenang diganjar hadiah rangkaian mahkota daun zaitun, bukan medali logam emas perak atau perunggu. Atlet juara yang dilatih khusus itu, setiba di kampung halamannya, pasti akan mendapat ganjaran hadiah uang dan benda-benda bergengsi.

Olimpiade di Yunani kuno itu harus berakhir karena situasi politik masa itu sudah tak memungkinkan lagi adanya pertemuan olahraga dengan alasan agama dan kepercayaan. Pada tahun 393 SM, Kaisar Theodosius I dari Kekaisaran Romawi yang menguasai hampir seluruh Eropa, melarang dan menghentikan ajang tersebut karena pesta olahraga itu hanyalah kumpulan penyembah berhala dan tidak sesuai dengan situasi politik keagamaan yang ada. Sejak itu kegiatan Olimpiade Yunani Kuno hanya jadi bahan bacaan dan studi ahli sejarah dan arkeologi.

Gagasan penyelenggaraan Olimpiade kemudian dimunculkan kembali oleh seorang bangsawan Prancis bernama Pierre Baron de Coubertin. Dalam kongres tahun 1894 yang diselenggarakan di Sorbonne Paris, Coubertin bersama rekan-rekanya mendirikan Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan memutuskan ibu kota Yunani, Athena, dipilih sebagai tuan rumah Olimpiade modern pertama yang digelar 1896. Kemudian, setiap empat tahun sekali Olimpiade akan diadakan bergiliran ke negara lain di seluruh dunia.

Yunani menerima dan menyetujui sebagai tuan rumah Olimpiade I. Kemudian, pemerintah Yunani dibantu dana dari pengusaha Yunani dan Eropa merekonstruksi Stadion Pananthenaic di Athena yang sudah ada sejak tahun 330 SM. Stadion tersebut menjadi tempat pembukaan sekaligus arena utama pertandingan cabang olahraga di Olimpiade.

Olimpiade modern pertama pun akhirnya digelar pada sore hari 6 April 1896.  Olimpiade I Athena itu diresmikan Raja George I dari Yunani. Sebanyak 245 atlet pria dari 14 bangsa , sebagian besar asal kontingen Yunani, Jerman, Perancis, dan Britania Raya berpartisipasi di ajang tersebut. Adapun cabang olahraga yang dipertandingkan sebanyak 9 cabang meliputi atletik, renang, senam, sepeda, gulat, anggar, menembak, angkat besi hingga tenis.

Sebanyak 280 atlet mengisi adu lomba di nomor track and field atletik, serta nomor anggar, angkat besi, sepeda, gulat, tenis, menembak, dan senam. Sedangkan, cabang lomba dayung dan perahu layar dibatalkan karena cuaca amat buruk, meski cabang renang tetap dilombakan di pantai laut bebas yang saat itu bersuhu udara sekitar 13 derajat Celsius.

Di ajang olimpiade pertama itu semua peserta dari kalangan laki-laki. Atlet perempuan baru ambil bagian pada Olimpiade ke-2 di Paris 1900. Pada saat itu, terdapat 22 atlet perempuan yang mengikuti cabang olahraga tenis, berlayar, kroket, berkuda, dan golf.

Selanjutnya, sejak tahun 1896 hingga sekarang, setiap empat tahun sekali Olimpiade Musim Panas senantiasa diadakan kecuali tahun-tahun pada masa Perang Dunia. Olimpiade tahun 1916 yang seharusnya dilaksanakan di Berlin dibatalkan karena Perang Dunia I. Sementara itu, Olimpiade 1940 dan 1944 juga dibatalkan karena Perang Dunia II. Indonesia sendiri pertama kali berpartisipasi pada Olimpiade Helsinki 1952 di Finlandia, dan tak pernah absen berpartisipasi pada tahun-tahun berikutnya, kecuali pada tahun 1964 dan 1980.

Sepanjang sejarah penyelenggaraan Olimpiade, Amerika Serikat merupakan negara tersukses dengan total 2522 medali terdiri dari 1022 medali emas, 795 medali perak, dan 705 medali perunggu. Adapun Indonesia sepanjang partisipasinya di Olimpiade sudah mengumpulkan 37 medali. Tiga cabang olahraga penyumbang medali Olimpiade bagi Indonesia adalah bulu tangkis dengan 19 medali, tujuh di antaranya medali emas, angkat besi sebanyak 12 medali, dan panahan menyumbang satu medali perak.

Galeri Foto: Tokyo Jelang Olimpiade 2020

KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Pelatih atletik terbaik dunia 2016 asal Amerika Serikat Harry Marra saat memberikan contoh kepada pelari Lalu Muhammad Zohri (baju hitam) dalam latihan di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Selasa (22/6/2021). Marra kembali menangani Zohri untuk persiapan Olimpiade Tokyo 2020. Sejak mulai melatih di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Minggu (20/6/2021), pelatih asal New York itu langsung mempermak teknik Zohri mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Pelatih berusia 74 tahun itu berharap  Muhammad Zohri tampil optimal di Olimpiade dan menembus waktu di bawah 10 detik.

Penyelenggara Olimpiade

Olimpiade diselenggarakan oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC). Lembaga tersebut merupakan sebuah organisasi yang didirikan oleh Pierre de Coubertin pada 23 Juni 1894 untuk mengadakan kembali Olimpiade Kuno yang pernah diadakan di Yunani dan melangsungkan ajang olahraga ini setiap empat tahunnya. Lembaga itu bermarkas di Lausanne, Swiss.

Sebagai penyelenggara Olimpiade, IOC bertindak sebagai payung yang menyatukan semua pihak yang terlibat dalam Olimpiade. Pihak yang terlibat ialah tiga konstituen utama Olimpiade, yakni International Sports Federations (IFS) dan National Olympic Committees (NOC), serta Komite Penyelenggara untuk Olimpiade (OCOG).

Federasi Olahraga Internasional (IFS) merupakan badan yang mengawasi olahraga di tingkat internasional seperti Federasi Internasional Sepak Bola (FIFA) untuk sepak bola dan Federasi Bola Voli Internasional (FIVB) untuk olahraga bola voli. Terdapat 35 IFS yang mewakili masing-masing cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Olimpiade.

Sementara Komite Olimpiade Nasional (National Olympic Committees/NOC) merupakan organisasi Olimpiade di masing-masing negara. Contohnya, Olimpiade Amerika Serikat (USOC) adalah NOC Amerika Serikat, sementara Komite Olimpiade Indonesia (KOI) adalah NOC Indonesia. Saat ini ada 206 NOC yang diakui oleh IOC. Adapun Komite Pengorganisasian Olimpiade (Organizing Committees for the Olympic Games/OCOG) merupakan komite sementara yang bertanggung jawab saat Olimpiade berlangsung.

Selain itu, Komite Olimpiade Internasional (IOC) bertanggung jawab untuk memilih kota tuan rumah; mengawasi perencanaan dan pelaksanaan Olimpiade; memperbaharui dan menyetujui cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan; bernegosiasi dengan sponsor; serta melakukan pemberian hak siar pada media juga kepemilikan lainnya yang terkait dengan Olimpiade.

IOC dipimpin oleh presiden IOC yang bisa menjabat dua masa jabatan. Masa jabatan pertama presiden IOC selama delapan tahun. Jika kembali terpilih untuk periode kedua, ia memimpin kembali organisasi itu selama empat tahun. Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) tidak menerima gaji sepeser pun alias bekerja secara sukarela.

Presiden IOC saat ini adalah Thomas Bach dari Jerman, seorang pengacara yang juga peraih medali emas cabang olahraga anggar Olimpiade Montreal 1976. Ia memenangi pemilihan presiden IOC pada September 2013 di Buenos Aires, Argentina dan mengantikan Jacques Rogge, yang telah menjabat selama 12 tahun. Ia kemudian terpilih kembali untuk masa jabatan keduanya pada 11 Maret 2021 dan bakal memimpin organisasi itu hingga tahun 2025 atau setelah Olimpiade Paris 2024 mendatang.

Dalam sejarah organisasi itu, sudah ada sembilan nama yang pernah menjabat presiden IOC. Presiden IOC pertama berasal dari Yunani, Demetrius Vikelas, yang menjabat 1894–1896; kemudian Pierre Baron de Coubertin dari Prancis yang menjabat paling lama, dari 1896 hingga 1925. Selanjutnya, Henri de Baillet-Latou dari Belgia (1925–1942); Sigfrid Edström dari Swedia (1946–1952); Avery Brundage dari Amerika Serikat (1952–1972); Lord Killanin dari Irlandia (1972–1980); Juan Antonio Samaranch dari Spanyol (1980–2001); Jacques Rogge dari Belgia (2001–2013); dan Thomas Bach dari Jerman (2013–2025).

Baca juga: Laga Pertama di Olimpiade Jadi Kunci

FOTO: HUMAS PBSI

Tim bulu tangkis Indonesia berangkat ke Olimpiade Tokyo 2020, Kamis (8/7/2021).

Infografik Terkait

Tuan rumah Olimpiade

Pemilihan tuan rumah atau negara penyelenggara Olimpiade menggunakan mekanisme bidding atau penawaran. Negara-negara yang ingin menjadi tuan rumah Olimpiade mesti menawarkan penyelenggaraannya dengan IOC, kemudian anggota IOC akan memilih untuk memutuskan hal tersebut. Anggota dari negara penawar tidak boleh ikut memilih hingga negara mereka keluar dari proses penawaran.

Kota tuan rumah untuk Olimpiade biasanya dipilih tujuh tahun menjelang perayaan Olimpiade. Proses seleksi dilakukan setelah calon tuan rumah mengajukan proposal ke IOC. Selanjutnya, Dewan Eksekutif IOC memilih kota kandidat yang akan dilanjutkan ke tahap pencalonan. Setelah kota-kota kandidat tuan rumah Olimpiade terpilih, mereka akan di analisis oleh Komisi Evaluasi. Komisi ini akan mengunjungi kota-kota kandidat, mewawancarai pejabat setempat dan memeriksa tempat-tempat yang prospektif. Selama proses wawancara, kota kandidat juga harus menjamin bahwa mereka sanggup untuk mendanai Olimpiade.

Berikutnya, Komisi Evaluasi melaporkan hasil analisisnya pada IOC sebulan sebelum keputusan akhir diputuskan. Setelah tugas Komisi Evaluasi selesai, daftar calon dipresentasikan dalam sidang umum IOC yang diselenggarakan di suatu negara yang tidak mengajukan pencalonan. Para anggota IOC selanjutnya memberikan masing-masing satu suara untuk memilih kota tuan rumah Olimpiade. Setelah terpilih, kota tuan rumah beserta NOC nya akan menandatangani kontrak dengan IOC dan secara resmi dinobatkan sebagai kota tuan rumah penyelenggara Olimpiade.

Hingga tahun 2016, Olimpiade modern telah diselenggarakan oleh 44 kota di 23 negara, namun sebagian besar adalah kota-kota di Eropa dan Amerika Utara. Kota-kota di Eropa yang pernah menyelenggarakan ajang tersebut, yakni Athena di Yunani (1896 dan 2004), Paris di Perancis (1890 dan 1924), London di Inggris (1908, 1948, dan 2012), Stockholm di Swedia (1912), Berlin di Jerman (1916 dan 1936), Antwerpen di Belgia (1920), Ansterdam di Belanda (1928), Helsinki di Finlandia (1952), Roma di Italia (1960), Munchen di Jerman (1972), Moskow di Rusia (1980), dan Barcelona di Spanyol (1992).

Adapun kota-kota di benua Amerika yang pernah mengelar ajang olahraga terbesar sejagat ini, yaitu St Louis di Amerika Serikat (1904), Los Angeles di AS (1932 dan 1984), Mexico City (1968), Montreal di Kanada (1976), dan Atlanta di AS (1996).

Kota-kota di Asia yang menjadi tuan rumah Olimpiade, yakni Tokyo di Jepang (2021), Seoul di Korea Selatan (1988), dan Beijing di China (2008). Adapun Olimpiade di Australia pernah diselenggarakan di Melbourne (1956) dan Sydney (2000). Selain itu, Rio de Janeiro di Brasil (2016) menjadi kota pertama di Amerika Selatan yang menjadi kota penyelenggara Olimpiade. Sedangkan kota-kota di Afrika, tidak ada yang berhasil lolos ke tahap pencalonan.

Olimpiade dari Masa ke Masa

Tahun Olimpiade Tuan rumah Negara Juara
1896 I Athena  Yunani Amerika Serikat
1900 II Paris  Prancis Prancis
1904 III St. Louis, Missouri  Amerika Serikat Amerika Serikat
1908 IV London  Britania Raya Britania Raya
1912 V Stockholm  Swedia Amerika Serikat
1916 VI Berlin  Jerman Dibatalkan karena perang dunia I
1920 VII Antwerp  Belgia Amerika Serikat
1924 VIII Paris  Prancis Amerika Serikat
1928 IX Amsterdam  Belanda Amerika Serikat
1932 X Los Angeles, California  Amerika Serikat Amerika Serikat
1936 XI Berlin  Jerman Jerman
1940 XII Tokyo  Jepang Batal karena perang dunia II
1944 XIII London  Britania Raya Batal karena perang dunia II
1948 XIV London  Britania Raya Amerika Serikat
1952 XV Helsinki  Finlandia Amerika Serikat
1956 XVI Melbourne  Australia Uni Soviet
1960 XVII Roma  Italia Uni Soviet
1964 XVIII Tokyo  Jepang Amerika Serikat
1968 XIX Kota Mexico  Meksiko Amerika Serikat
1972 XX Munchen  Jerman Barat Uni Soviet
1976 XXI Montreal, Quebec  Kanada Uni Soviet
1980 XXII Moskwa  Uni Soviet Uni Soviet
1984 XXIII Los Angeles  Amerika Serikat Amerika Serikat
1988 XXIV Seoul  Korea Selatan Uni Soviet
1992 XXV Barcelona  Spanyol Tim Bersatu
1996 XXVI Atlanta, Georgia  Amerika Serikat Amerika Serikat
2000 XXVII Sydney  Australia Amerika Serikat
2004 XXVIII Athena  Yunani Amerika Serikat
2008 XXIX Beijing  China China
2012 XXX London  Britania Raya Amerika Serikat
2016 XXXI Rio de Janeiro  Brasil Amerika Serikat
2020 XXXII Tokyo  Jepang 23 Juli-8 Agustus 2021
2024 XXXIII Paris  Prancis Belum berlangsung
2028 XXXIV Los Angeles  Amerika Serikat Belum berlangsung

Sumber: The International Olympic Committee, dirangkum Litbang Kompas/ERI

Indonesia ingin menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 setelah sukses menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Keinginan itu diungkapkan Presiden Joko Widodo dalam Rapat Terbatas (Ratas) mengenai persiapan pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2032 pada 4 November 2020.

Sebagai tindak lanjut keseriusan Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2032, Presiden mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pembentukan Indonesia Bid Committee Olympic Games 2032 (INABCOG) yang diteken pada 13 April 2021 lalu. Indonesia bakal bersaing dengan negara lain yang juga mengajukan diri sebagai tuan rumah, seperti Australia, Qatar, Korea, dan India.

Baca juga: Penantian Tiga Dekade Tim Panahan Indonesia

FOTO: HUMAS PBSI

Ganda putra Hendra/Ahsan berangkat ke Olimpiade Tokyo 2020, Kamis (8/7/2021).

Cabang olahraga Olimpiade

Sejak pertama kali digelar pada 1896, terdapat sembilan cabang olahraga yang dipertandingkan, yaitu atletik, balap sepeda, anggar, senam, menembak, renang, tenis, angkat besi, dan gulat. Dari sembilan cabang tersebut dipertandingkan 43 nomor.

Jumlah cabang tersebut terus berubah-ubah dalam setiap penyelenggaraan Olimpiade. Olimpiade 1992 dipertandingkan 28 cabang olahraga di mana cabang bulu tangkis pertama kali dipertandingkan. Kemudian, Olimpiade 1996 mempertandingkan 26 cabang. Akhirnya, Komite Olahraga Internasional (IOC) menetapkan menjadi 28 cabang pada Olimpiade 2000, 2004, dan 2008.

Pada London 2012, dua cabang olahraga dikeluarkan dari Olimpiade, yaitu bisbol dan sofbol. IOC lalu memasukkan golf dan rugby dalam Olimpiade, sehingga pada Rio 2016 cabang olahraga yang dipertandingkan kembali menjadi 28 cabang. Sejak pertama Olimpiade digelar, ada beberapa cabang olahraga yang selalu dipertandingkan, yaitu atletik, akuatik (renang), balap sepeda, anggar, dan senam.

Olimpiade Tokyo 2020 yang akan digelar mulai 23 Juli hingga 8 Agustus 2021, mempertandingan 28 cabang sama seperti Olimpiade sebelumnya, ditambah 5 cabang baru yang disetujui IOC, yaitu bisbol/sofbol, karate, panjat tebing, selancar, dan skateboard. Olimpiade tersebut akan menampilkan 28 cabang olahraga dan 5 cabang olahraga baru yang diadakan di 42 tempat di seluruh Jepang, khususnya Tokyo.

Indonesia memberangkatkan 28 atlet dan 17 ofisial di Olimpiade Tokyo 2020.  Mereka akan bertanding di delapan cabang olahraga yang terdiri dari 5 atlet angkat besi, 2 atlet atletik, 11 atlet bulu tangkis, 1 atlet menembak, 4 atlet panahan, 2 atlet dayung, 1 atlet selancar ombak, dan 2 atlet renang.

Pada Olimpiade sebelumnya di Rio de Janeiro 2016, Indonesia mengirimkan 28 atlet yang berlaga di 7 cabang olah raga, yaitu bulu tangkis, atletik, panahan, dayung, angkat besi, balap sepeda dan renang. Sementara di Olimpiade London 2012, sebanyak 22 atlet Indonesia berlaga di 8 cabang olahraga, yakni bulu tangkis (9 atlet), angkat besi (6), atletik (2), anggar (1), panahan (1), renang (1), judo (1) dan menembak (1).

Baca juga: Keamanan Olimpiade Tokyo 2020 Diragukan

KOMPAS/AGUNG SETYAHADI

Suasana terminal kedatangan Bandar Udara Narita, Tokyo, Jepang, yang lengang menjelang ajang olahraga multicabang Olimpiade, Minggu (18/7/2021). Olimpiade Tokyo akan berlangsung di tengah pandemi Covid-19 pada 23 Juli–8 Agustus 2021. Pemeritah Jepang dan Panitia Olimpiade menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat untuk menciptakan gelembung Olimpiade yang bebas virus korona dan variannya.

Ragam cabang Olahraga

28 Cabang Olahraga yang Dipertandingkan:

  1. Akuatika (Loncat indah, Polo air, Renang, Renang indah)
  2. Anggar
  3. Angkat berat
  4. Atletik
  5. Berkuda
  6. Bersepeda
  7. Bisbol
  8. Bola basket
  9. Bola tangan
  10. Bola voli
  11. Bulu tangkis
  12. Dayung
  13. Gulat
  14. Hoki (lapangan)
  15. Judo
  16. Kano
  17. Layar
  18. Menembak
  19. Panahan
  20. Pancalomba modern
  21. Sepak bola
  22. Senam
  23. Sofbol
  24. Taekwondo
  25. Tenis
  26. Tenis meja
  27. Tinju
  28. Triatlon

Lima Cabang Olahraga Baru:

  1. Bisbol/sofbol
  2. Karate
  3. Panjat tebing
  4. Selancar
  5. Skateboard

Baca juga: Dua Putri Rowing Merintis Tradisi Olimpiade

Partisipasi Indonesia

Indonesia sudah berpartisipasi di ajang Olimpiade untuk ke-16 kalinya sejak pertama kali ikut serta pada tahun 1952, ketika Olimpiade XV digelar di  Helsinki, Finlandia. Sesudahnya Indonesia hampir tidak pernah absen mengirimkan atlet terbaiknya di ajang olahraga multievent terbesar di dunia itu. Indonesia hanya dua kali tidak berpartisipasi, yakni pada Olimpiade XVIII di Tokyo, Jepang 1964 karena kontroversi menyangkut ajang GANEFO dan pada  Olimpiade XXII di Moskwa, Rusia 1980, di mana Indonesia turut serta dalam boikot yang diprakarsai Amerika Serikat terkait perang Soviet-Afganistan.

Sepanjang keikutsertaan di ajang Olimpiade, Indonesia sudah mengumpulkan 37 medali, 8 medali di antaranya adalah medali emas. Bulu tangkis merupakan cabang andalan dan penyumbang terbesar medali tersebut, bahkan semua medali emas diraih dari cabang tersebut. Cabang penyumbang medali lainnya adalah panahan dan angkat besi. Adapun cabang yang pernah diikuti kontingen Indonesia, yakni sepak bola, atletik, renang, tenis, menembak, dayung, tinju, balap sepeda, loncat indah, dan surfing.

Prestasi Indonesia di Ajang Olimpiade

Olimpiade Jumlah Atlet Emas Perak Perunggu Total Medali Peringkat
Seoul 1988 29 0 1 0 1 36
Barcelona 1992 42 2 2 1 5 24
Atlanta 1996 40 1 1 2 4 41
Sydney 2000 47 1 3 2 6 38
Athena 2004 38 1 1 2 4 48
Beijing 2008 24 1 1 4 6 40
London 2012 22 0 2 1 3 60
Rio de Janeiro 2016 28 1 2 0 3 46
Tokyo 2020 28 1 1 3 5 35
Total 8 emas 14 perak 15 perunggu 37 medali

Sumber: The International Olympic Committee, dirangkum Litbang Kompas/ERI

Catatan:
Pada 2008 dan 2012 total medali Indonesia bertambah menjadi 32 medali setelah IOC mengumumkan kasus doping yang melibatkan atlet angkat besi di Olimpiade 2008 dan Olimpiade 2012. Pada Olimpiade 2008, Indonesia mendapatkan tambahan 1 medali perunggu atas nama Lisa Rumbewas, sementara pada Olimpiade 2012, mendapat tambahan satu medali perak yang diraih Citra Febrianti. Medali itu diberikan karena peraih medali sebelumnya terbukti doping sehingga dicabut oleh IOC.

Jika dirunut lebih jauh, selama masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia sudah tiga kali berpartisipasi di ajang tersebut, namun tak satu pun medali berhasil diraih atlet Indonesia. Prestasi yang cukup membanggakan dicapai cabang sepak bola putra di Olimpiade XVI di Australia 1956 di mana tim tersebut lolos hingga babak perempat final. Partisipasi Indonesia di ajang Olimpiade itu tidak semata mengejar prestasi, tapi membawa misi diplomasi memperkenalkan Indonesia ke dunia internasional.

Pada masa Orde Baru, Indonesia berpartisipasi sebanyak delapan kali. Ajang yang berlangsung setiap empat tahun sekali itu hampir selalu diikuti Indonesia kecuali Olimpiade XXXII Moskow 1980 di mana Indonesia turut serta bersama Amerika Serikat dan sekutunya memboikot ajang tersebut karena perang Afganistan-Uni Soviet.

Partisipasi Indonesia perdana pada masa Orde Baru dipimpin langsung oleh Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubowono IX dengan enam atlet yang  berlaga di dua cabang, yaitu angkat besi dan layar. Empat tahun kemudian, Indonesia kembali ikut serta dalam Olimpiade Munchen 1972 dengan mengirimkan 10 atletnya di cabang tinju, atletik, loncat indah, angkat besi, dan bulu tangkis yang menjadi cabang percobaan dan pertama kalinya diperlombakan di Olimpiade. Di partisipasi untuk ke-5 kalinya, Indonesia kembali tanpa satu medali pun. Hal serupa terjadi di ajang Olimpiade Montreal Kanada 1976 dan Olimpiade Los Angeles Amerika Serikat 1984.

Pada partisipasinya ke-8 atau ke-5 pada masa Orde Baru, Indonesia baru bisa meraih medali ketika Olimpiade ke-24 digelar di Seoul, Korea Selatan pada 17 September–2 Oktober 1988. Trio pemanah putri Indonesia, Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani berhasil mengalahkan tim panahan Amerika Serikat. Dengan keberhasilan tersebut Indonesia berhasil keluar sebagai juara ke 2 dan berhak atas medali perak.

Era medali emas kemudian dicanangkan pada keikutsertaan Indonesia di Olimpiade Barcelona Spanyol 1992. Pencanangan itu tak lepas dari pencapaian Indonesia di Olimpiade 1988 Seoul, Korea Selatan dan cabang bulu tangkis secara resmi menjadi cabang yang dipertandingan di olimpiade tersebut. Target emas itu benar-benar terealisasi dari cabang bulu tangkis. Tim bulu tangkis Indonesia mengukir prestasi tertingginya pada Olimpiade itu dengan meraih dua emas, dua perak, satu perunggu.

Dua medali emas itu membawa Indonesia menjadi negara Asia ke-8 yang mampu menggapai puncak tertinggi di arena Olimpiade, sesudah Jepang, Cina, Korea Selatan, Pakistan, Iran, India, Korea Utara. Di klasemen akhir, Indonesia menempati urutan ke-24 atau prestasi tertinggi yang pernah diraih Indonesia sepanjang keikutsertaan di ajang tersebut, bahkan prestasi itu menempatkan Indonesia di peringkat teratas di kawasan Asia Tenggara.

Kegemilangan Indonesia di cabang bulu tangkis terus berlanjut di Olimpiade Atlanta 1996. Di Olimpiade itu Indonesia meraih 1 emas, 1 perak, dan 2 perunggu. Satu-satunya emas diraih pasangan ganda putra Rexy Mainaky/Ricky Subagja, sedangkan perak disumbangkan pemain tunggal putri, Mia Audina.

Adapun pada masa reformasi, Indonesia sudah berkiprah sebanyak lima kali di ajang tersebut. Empat kali berpartisipasi dengan meraih medali emas, hanya sekali tanpa perolehan medali emas, yakni di Olimpiade 2012 di London Inggris.

Olimpiade Sydney 2000, Indonesia meraih enam medali yang terdiri dari 1 emas, 3 perak, dan 2 perunggu. Perolehan itu merupakan medali terbanyak yang pernah diraih Indonesia di Olimpiade. Satu-satunya medali emas disumbang pemain bulu tangkis ganda putra, Tony Gunawan dan Chandra Wijaya.

Empat tahun berselang di Olimpiade Athena 2004, Taufik Hidayat, menjadi pahlawan setelah mempersembahkan satu-satunya medali emas untuk kontingen Indonesia. Medali emas itu melengkapi tiga medali lainnya yang diraih kontingen Indonesia, yaitu perak dari angkat besi, dan dua perunggu. Pencapaian itu menempatkan Indonesia di peringkat ke-48 dari 202 negara. Di  Olimpiade Beijing 2008, lagu “Indonesia Raya” kembali berkumandang mengiringi keberhasilan Markis Kido/Hendra Setiawan meraih emas di cabang bulu tangkis ganda putra.

Tradisi emas Indonesia berakhir di Olimpiade London 2012. Indonesia tak meraih satu pun medali pun dari cabang bulu tangkis. Di Olimpiade itu, Indonesia hanya meraih satu perak dan satu perunggu melalui perjuangan atlet angkat besi Triyatno dan Eko Yuli Irawan. Tanpa medali emas, posisi Indonesia melorot dari pencapaian olimpiade sebelumnya. Indonesia hanya berada di peringkat ke-63 dari 204 negara peserta.

Dalam perkembangannya, IOC menambahkan satu medali perak bagi Indonesia di Olimpiade 2012 yang diraih Citra Febrianti di cabang angkat besi, empat tahun kemudian. Citra yang menempati di ranking keempat pada Olimpiade 2012 mendapatkan perak setelah peraih emas asal Kazakstan, Zulfiya Chinshanlo, dan peraih medali perak dari Moldova, Cristina Iovu, terbukti menggunakan doping. Akibatnya, medali kedua lifter ini dicabut pada Oktober 2016 dan Citra naik peringkat dan mendapatkan medali perak.

Pada Olimpiade 2008, Indonesia juga mendapatkan tambahan 1 medali perunggu atas nama Lisa Rumbewas yang duduk di peringkat 4 pada cabang angkat besi nomor 53 kg setelah Komite Olimpiade Internasional (IOC) mencabut medali perunggu atas nama Nastassia Novikava dari Belarusia pada Oktober 2016 karena kasus doping. Medali perunggu itu baru diberikan kepada Lisa pada 2017.

Di ajang Olimpiade XXXI di Rio de Janeiro, Brasil pada 2016, Indonesia kembali meraih medali emas dari bulu tangkis. Satu medali emas dipersembahkan pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Medali emas di cabang bulu tangkis tepat pada hari peringatan kemerdekaan 17 Agustus. Sementara dua medali perak diraih lifter putri Sri Wahyuni Agustiani dan lifter putra Eko Yuli Irawan. Perolehan itu menempatkan Indonesia di peringkat ke-46 dari 205 negara peserta.

Atlet Peraih Medali Emas Olimpiade

Atlet Olimpiade Cabang olahraga Nomor
Susi Susanti Barcelona 1992 Bulu tangkis Tunggal putri
Alan Budikusuma Barcelona 1992 Bulu tangkis Tunggal putra
Rexy Mainaky dan Ricky Subagja Atlanta 1996 Bulu tangkis Ganda putra
Tony Gunawan dan Candra Wijaya Sydney 2000 Bulu tangkis Ganda putra
Taufik Hidayat Athena 2004 Bulu tangkis Tunggal putra
Hendra Setiawan dan Markis Kido Beijing 2008 Bulu tangkis Ganda putra
Tontowi Ahmad Dan Liliyana Natsir Rio de Janeiro 2016 Bulu tangkis Ganda campuran

Sumber: The International Olympic Committee, dirangkum Litbang Kompas/ERI

Indonesia kembali menyiapkan atlet-atlet terbaiknya untuk berlaga di Olimpiade XXXII Tokyo Juli 2021.  Sebanyak 28 atlet akan mewakili Indonesia berkompetisi pada delapan cabang olahraga, yaitu bulu tangkis (11 atlet), atletik (2 atlet), panahan (4 atlet), menembak (1 atlet), dayung (2 atlet), angkat besi (5 atlet), selancar (1 atlet), dan renang (2 atlet).

Indonesia menargetkan medali emas dari cabang bulu tangkis di ajang olahraga terbesar sejagat itu. Selain itu, peringkat Indonesia pun ditargetkan di posisi ke-40 dari sebelumnya di posisi ke-46 yang diraih di Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

HIngga hari ke-11  penyelenggaraan Olimpiade (2 Agustus 2021), Indonesia sudah meraih lima medali yang terdiri dari 1 medali emas, 1 medali perak, dan 3 medali perunggu. Rinciannya, cabang bulu tangkis menyumbang dua medali yakni satu medali emas dan satu medali perunggu, semntara cabang angkat besi menyumbang tiga medali yakni satu medali perak dan dua medali perunggu.

Galeri Foto: Pandemi Merajalela, Olimpiade Tokyo Digelar Tanpa Penonton

Infografik Terkait

Bonus medali

Sebagai bentuk apresiasi bagi peraih medali di ajang pesta olahraga terbesar bangsa-bangsa sejagat, pemerintah memberikan bonus berupa uang tunai bagi atlet peraih medali. Bonus diberikan setelah atlet kembali ke Indonesia oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga dan nilainya terus meningkat dari tahun ke tahun.

Peraih medali di ajang Olimpiade 2012, Triyanto yang meraih medali perak dari angkat besi mendapatkan uang tunai sebesar Rp400 juta, sementara itu Eko Yuli yang meraih perunggu mendapatkan bonus Rp200 juta. Sementara pelatih dari kedua atlet angkat besi mendapatkan bonus sebesar Rp75 juta. Bonus Rp1 miliar diberikan atlet yang mendapatkan medali emas pada Olimpiade London, namun bonus itu urung diberikan karena tak satu pun atlet Indonesia di olimpiade tersebut meraih medali emas.

Pada olimpiade 2016. Atlet Indonesia peraih medali mendapat bonus dari pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga. Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir yang meraih medali emas dari cabang bulu tangkis, mendapatkan masing-masing bonus senilai Rp5 miliar. Sementara dua lifter angkat besi Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni Agustiani yang meraih medali perak Olimpiade Rio mendapatkan masing-masing bonus senilai Rp2 miliar. Bonus itu diberikan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Imam Nahrawi di Gedung Olahraga POPKI PPPON, Cibubur, Jakarta Timur pada 2 November 2016.

Bonus bagi atlet peraih medali susulan Indonesia setelah IOC membatalkan medali bagi atlet yang terbukti melakukan doping juga diberikan. Dua atlet peraih medali susulan itu adalah Lisa Rumbewas yang meraih perunggu di cabang angkat besi nomor 53 kg di Olimpiade 2008 dan Citra Febrianti yang meraih perak di cabang angkat besi pada Olimpiade 2012. Pemerintah memberikan bonus Rp200 juta kepada Lisa di ajang KOI Award 2007,  sementara Citra mendapatkan bonus sebesar Rp400 juta dari Kemenpora pada Desember 2020 atau setelah 8 tahun berlaga di Olimpiade 2012.

Pada Olimpiade 2020 di Tokyo yang akan digelar 23 Juli 2021 mendatang, pemerintah bakal memberikan bonus uang bagi atlet peraih medali. Atlet peraih medali emas di Olimpiade Tokyo akan mendapatkan bonus sebesar Rp5 miliar. Sedangkan atlet peraih medali perak akan diganjar bonus Rp2 miliar dan Rp1 miliar bagi atlet peraih medali perunggu. Bonus yang diterima para atlet nantinya tidak akan dipotong pajak seperti yang telah diterapkan pada 2016.

Jika dibandingkan bonus peraih medali di ajang Asian Games, bonus Olimpiade bagi atlet Indonesia mencapai lima kali lipat. Di ajang Asian Games 2018, bonus yang diberikan bagi atlet peraih medali perorangan (tunggal) jika mendapatkan emas bonusnya sebesar Rp1,5 miliar, perak Rp500 juta, dan perunggu Rp250 juta. Sementara untuk tim ganda (double) jika mereka mendapatkan medali emas maka bonus sebesar Rp1 miliar, perak Rp400 juta dan perunggu Rp200 juta. Adapun untuk tim beregu jika mendapatkan medali maka akan mendapatkan bonus Rp750 juta (emas), Rp300 juta (perak) dan Rp 150 juta (perunggu).

Baca juga: Para Ayah Kebanggaan Keluarga

Atlet Indonesia yang akan bertanding di Olimpiade 2020 Tokyo

Bulu Tangkis

  1. Anthony Sinisuka Ginting (tunggal putra)
  2. Jonatan Christie (tunggal putra)
  3. Gregoria Mariska Tunjung (tunggal putri)
  4. Greysia Polii (ganda putri)
  5. Apriyani Rahayu (ganda putri)
  6. Kevin Sanjaya Sukamuljo (ganda putra)
  7. Marcus Fernaldi Gideon (ganda putra)
  8. Mohammad Ahsan (ganda putra)
  9. Hendra Setiawan (ganda putra)
  10. Praveen Jordan (ganda campuran)
  11. Melati Daeva Oktavianti (ganda campuran)

Atletik

  1. Muhammad Zohri (100m putra)
  2. Alvin Tehupeiory (100 m putri, wildcard)

Angkat Besi

  1. Eko Yuli Irawan (61 kg putra)
  2. Windy Cantika Aisah (49 kg putri)
  3. Deni (67 kg putra)
  4. Rahmat Erwin Abdullah (73 kg putra)
  5. Nurul Akmal (+87 kg putri)

Panahan

  1. Riau Ega Agatha (Recurve beregu/perorangan putra)
  2. Arif Dwi Pangestu (Recurve perorangan/beregu putra)
  3. Bagas Prastyadi (Recurve perorangan/beregu putra)
  4. Diananda Choirunnisa (Recurve perorangan putri)

Renang

  1. Aflah Fadlan
  2. Prawira Azzahra Permatahani

Dayung 

  1. Mutiara Rahma Putri
  2. Melani Putri

Menembak

  1. Vidya Rafika

Selancar

  1. Rio Waida

Sumber: Komite Olimpiade Indonesia (KOI), disarikan oleh Litbang Kompas/ERI

(LITBANG KOMPAS)

Referensi

Buku

Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. 2011. Jejak Prestasi Olahraga Indonesia di Kancah Internasional SEA Games, Asian Games, Olimpiade 1951-2011. Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Arsip Kompas
  • RI Rebut 2 Emas, KOMPAS, 05 Aug 1992, halaman: 1
  • Sekilas “Olimpiade Emas”, KOMPAS, 10 Jul 1996, halaman: 16
  • 100 Tahun Asia di Olimpiade, KOMPAS, 23 Jul 1996, halaman: 18
  • Sejarah Olimpiade, KOMPAS, 29 Jul 1996, Halaman: 18
  • Abad Olimpiade Kronologi Olimpiade Modern, KOMPAS, 02 Sep 2000, halaman: 26
  • Olimpiade 776 SM-1896: Atlet Telanjang Berlari Maraton, KOMPAS, 09 Aug 2004, halaman: 41
  • Dari Athena ke Athena, KOMPAS, 09 Aug 2004, halaman: 42
  • Di Olympia Perdamaian Bermula, KOMPAS, 22 Jun 2007, halaman: 36
  • Olimpiade 2032: Jejak Awal Menjadi Tuan Rumah, KOMPAS, 05 Nov 2020, halaman: 14