Paparan Topik | Perkotaan

Pengembangan dan Teknologi Smart City

Konsep kota cerdas atau smart city telah menjadi konsep pembangunan kota yang digunakan oleh banyak kota di dunia. Di Indonesia, smart city kembali mendapat perhatian luas ketika pemerintah memaparkan rencana pembangunan Ibu Kota Nusantara sebagai kota pintar.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Bandung Command Centre – Petugas mengamati layar-layar di Bandung Command Centre di komplek Balai Kota Bandung, Bandung, Jawa Barat, Jumat (20/3/2015). Bandung Command Centre merupakan sistem terpadu melihat kondisi wilayah Kota Bandung untuk pengambilan tindakan yang tepat dan cepat terhadap permasalahan atau pengaturan kota.

Fakta Singkat

Bank Dunia menjelaskan ada tiga tahapan yang mesti dilalui untuk pembangunan smart city:

  • Fase pertama adalah pengembangan infrastruktur digital atau ICT dasar yang memadai
  • Fase kedua adalah pembangunan pusat data dan manajemen data.
  • Fase ketiga adalah tahap ketiga adalah pengembangan di level layanan publik.
  • Dalam penerapannya smart city sangat bergantung pada ketersediaan tiga teknologi kunci, yakni Internet-of-Things (IoT), Big Data, dan Artificial Intelligence

Artikel terkait

Dalam model tata kota tradisional, informasi mengenai kondisi kota tidak dapat diperoleh secara real-time. Di sisi lain, informasi dari satu bidang layanan kota tidak terhubung dengan layanan kota lainnya.

Karena keterbatasan dalam perolehan informasi dan konektivitas antar-layanan kota tersebut, berbagai persoalan publik tidak dapat dengan cepat dan efektif tertangani. Inovasi dalam pengembangan tata kota juga menjadi hal yang susah untuk dilakukan, apalagi untuk skala besar dan cepat. Keterbatasan inilah yang hendak diatasi oleh model smart city.

Untuk mengembangkan smart city dari tatanan model tradisional, World Bank menjelaskan ada tiga tahapan yang mesti dilalui. Tahap atau fase pertama adalah pengembangan infrastruktur digital atau ICT dasar yang memadai untuk menunjang smart city.

Mulai dari infrastruktur publik yang memadai, teknologi informasi geospasial, infrastruktur internet 5G, berbagai piranti internet-of-things, dan infrastruktur dasar penunjang smart city lainnya. Penyediaan infrastruktur ini biasanya dilakukan dengan model kerjasama pemerintah-badan usaha (KPBU) atau public-private partnership.

Perusahaan besar seperti Cisco, IBM, Intel, Microsoft, Siemens adalah beberapa nama dari perusahaan yang biasa menyediakan pembangunan infrastruktur tersebut di berbagai kota.

Tahap kedua ialah pembangunan pusat data dan manajemen data. Pada tahapan ini data-data yang diperoleh dari infrastruktur digital kota disatukan, dikelola, dan diolah untuk dapat memahami kondisi kota.

Informasi dan data dari berbagai unit bidang layanan publik yang berbeda-beda ditemukan dalam satu pusat, baik secara vertikal (dari unit terkecil ke unit yang terbesar) maupun horizontal (dari berbagai layanan publik). Hal yang juga penting untuk tahapan ini adalah manajemen keamanan data yang memadai. Tanpa adanya kapasitas perlindungan data yang mumpuni, ekosistem smart city menjadi rentan terhadap serangan luar maupun kondisi darurat lain seperti hilangnya data.

Setelah pembangunan infrastruktur ICT dan pengelolaan data, tahap ketiga adalah pengembangan di level layanan publik. Berbagai teknologi khusus digunakan untuk layanan publik yang berbeda-beda, misalnya teknologi khusus untuk mobil tanpa pengendara (autonomous vehicle) dan teknologi pemantau kesehatan individu seperti smart-band.

Tahapan ini juga menuntut manajemen layanan kota yang lebih proaktif dan inovatif. Termasuk dalam tahap ini adalah pengembangan algoritma cerdas atau kecerdasan artifisial yang mampu mengolah data, melakukan prediksi serta memberikan rekomendasi pengambilan tanggapan dan kebijakan guna meningkatkan layanan publik dan kualitas kehidupan urban.

Pada tahapan ini pulalah keterbukaan data dan kerja sama pemerintah kota dengan berbagai pihak menjadi penting, baik itu komunitas masyarakat, universitas dan lembaga penelitian, juga perusahaan dan start-ups.

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Macam-macam Bidang Layanan Smart City

Layanan smart city mencakup berbagai bidang kehidupan masyarakat kota. World Bank membagi layanan tersebut ke dalam lima bidang utama yakni smart transportation, smart energi, smart environment, smart living, dan smart governance.

Smart Transportation berfokus pada pengelolaan sistem transportasi yang lebih efisien, aman, dan ramah lingkungan. Salah satu teknologi yang tengah berkembang dan mendapat perhatian luas saat ini adalah autonomous vehicle atau kendaraan tanpa pengemudi.

Teknologi ini bukan hanya mengandalkan kecanggihan kendaraan tanpa pengemudi semata, ia juga memerlukan infrastruktur jalan yang sesuai dan sistem data cloud yang mumpuni untuk menunjang pelaksanaannya. Namun bukan hanya itu, contoh konkret penerapan smart transportation juga meliputi Electronic Toll Collection (ETC), pengelolaan tempat parkir, serta pengelolaan terowongan dan jalan tol.

Smart Energy berkaitan dengan pengelolaan penggunaan sumber daya energi yang lebih efisien dan berkelanjutan. Empat teknologi utama dalam bidang ini adalah sistem terdistribusi pembangkit listrik energi terbarukan (distributed generation with renewable sources), smart grids, smart metering, dan smart energy management system (eEMS).

Smart Environment berkaitan dengan penerapan teknologi ICT untuk pengelolaan lingkungan fisik kota, mulai dari pengelolaan sampah kota, saluran limbah dan saluran air, pemantauan kualitas udara, juga ruang terbuka hijau. Ada banyak teknologi yang digunakan untuk penerapan Smart Environment, mulai dari sistem sensor di pusat-pusat pembuangan sampah untuk mengetahui volume sampah terkini, sensor pemantau kualitas udara, juga sistem kendali saluran limbah dan air.

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Smart Living mencakup wilayah yang lebih luas lagi. Ia meliputi sub-bidang smart education, smart security, smart health, dan smart home.

Di bidang pendidikan, penerapannya meliputi digitalisasi dan personalisasi pembelajaran memungkinkan pengalaman belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan individu.

Di bidang keamanan ada teknologi pencahayaan jalan cerdas, penggunaan drone untuk penilaian risiko, dan robot pengawasan membantu meningkatkan keselamatan masyarakat.

Di bidang kesehatan, teknologi memungkinkan pasien untuk memantau kesehatannya sendiri serta mendapatkan perawatan yang dipersonalisasi. Selain itu, rumah pintar dioperasikan oleh perangkat cerdas yang dilengkapi sensor untuk memantau kondisi rumah, memberikan informasi cerdas, dan meningkatkan efisiensi energi.

Sementara itu, Smart Governance adalah penerapan teknologi ICT untuk mendorong partisipasi warga dalam pengambilan kebijakan publik. Contohnya ialah teknologi mVoting di mana masyarakat bisa dengan cepat memberikan pendapat mereka terkait isu-isu kebijakan besar yang sedang pemerintah pertimbangkan.

Keterlibatan warga dalam keputusan administratif pemerintah ini dapat membantu menyelesaikan konflik, meningkatkan kerja sama, dan menciptakan tata kelola yang lebih transparan dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Teknologi lain yang juga termasuk dalam smart governance adalah sistem feedback yang memungkinkan masyarakat untuk melaporkan permasalahan tertentu dan mendapatkan respon yang lebih tanggap dan cepat dari bidang layanan terkait.

Teknologi Kunci Smart City: IoT, Big Data, dan Artificial Intelligence

Dalam penerapannya smart city sangat bergantung pada ketersediaan tiga teknologi kunci, yakni Internet-of-Things (IoT), Big Data, dan Artificial Intelligence. Ketiganya adalah teknologi yang saling kait mengait dan pembedaan di antara ketiganya sering kali hanyalah pembedaan logika semata.

Di samping ketiga teknologi tersebut, tentu masih banyak teknologi penunjang lainnya sesuai dengan bidang layanan smart city sebagaimana telah dijelaskan di atas. Akan tetapi dasar dari pembangunan smart city memerlukan keberadaan tiga teknologi kunci ini.

IoT adalah teknologi yang menghubungkan berbagai perangkat fisik melalui internet. IoT memungkinkan piranti-piranti ini untuk saling bertukar data secara real-time. Dalam jaringan IoT setiap piranti atau device memiliki kode identitas unik dan data yang diperoleh dari berbagai piranti tersebut terhubung menjadi satu.

Dalam konteks smart city contoh dari teknologi IoT ini adalah jaringan kamera pengawasan yang terhubung dengan pusat komando guna mendeteksi gangguan lalu lintas atau lokasi terjadinya kecelakaan atau kejahatan. Sistem parkir pintar, lampu pintar penerang jalan, dan sensor pendeteksi tingkat polusi adalah contoh lainnya.

Dengan adanya IoT, muncullah arus data yang amat besar dan secara real-time yang disebut dengan Big Data. Sebagai definisi, Big Data adalah kumpulan data besar dan kompleks yang berasal dari berbagai sumber, baik itu perangkat IoT, maupun data yang dihimpun dari berbagai aplikasi atau platform digital seperti data transaksi, media sosial, dan aktivitas digital lainnya. Big Data memiliki tiga karakteristik utama yakni volume, velocity, dan variety.

Teknologi big data merujuk pada sistem teknologi untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola data dalam jumlah besar, kecepatan tinggi, dan kemajemukan jenis tersebut (volume, velocity, dan variety). Dengan teknologi ini, smart city dapat dengan cepat memperoleh informasi tentang kondisi kota dan memberikan respon yang lebih cepat. Dalam konteks smart city pusat komando kota merupakan pusat big data tersebut.

Sementara itu, AI adalah teknologi yang memungkinkan mesin untuk menganalisis data dan membuat keputusan seperti manusia. Dalam ekosistem smart city, AI digunakan untuk menganalisis big data yang dikumpulkan dari beragam piranti IoT. Analisis AI ini dapat memberikan pemahaman tentang pola-pola tertentu dari kehidupan dan permasalahan kota, yang kemudian dapat digunakan untuk membuat prediksi tentang kejadian di masa mendatang serta mengoptimalisasikan berbagai proses layanan kota.

Contoh penerapan utama AI dalam smart city di bidang transportasi misalnya adalah penggunaan untuk mengoptimalkan rute transportasi public. AI membantu menemukan rute yang dapat mengurangi waktu tempuh sekaligus mengelola kemacetan lalu lintas secara efisien. Selain itu, AI juga digunakan untuk keamanan kota, seperti mendeteksi perilaku mencurigakan melalui kamera CCTV dan memberikan peringatan dini untuk mencegah potensi kejahatan.

Standard Pengembangan Smart City

Seperti kata adagium bahwa apa yang tidak diukur tidak dapat ditingkatkan, ada beberapa standar dan indeks yang mengukur keberhasilan pengembangan smart city di dunia. Salah satunya adalah Internasional Standard Organization (ISO).

ISO di tahun 2014 menerbitkan ISO 37120:2014 yang berjudul Sustainable Development of Communities – Indicators for City Services and Quality of Life. Standar ini menerangkan serangkaian indikator yang menentukan kualitas layanan umum di perkotaan dan kualitas hidup masyarakat kota. Empat tahun kemudian standar tersebut diperbarui dan diganti dengan ISO 37120:2018.

Di tahun 2018, ISO menerbitkan dokumen standar ISO 37106:2018 berjudul Sustainable cities and communities – Guidance on establishing smart city operating models for sustainable communities.

Dokumen ISO ini memberikan panduan bagi para pemimpin smart cities dan beragam komunitas urban tentang bagaimana mengembangkan model operasional yang terbuka, kolaboratif, berpusat pada warga, dan didukung oleh teknologi digital untuk kota mereka, dengan maksud untuk mencapai visi masa depan yang berkelanjutan.

Dokumen tersebut tidak menggambarkan model yang seragam. Sebaliknya, fokusnya adalah pada proses-proses yang mendukung penggunaan teknologi dan data secara inovatif, yang dipadukan dengan perubahan manajemen organisasi. Dokumen ini diberbarui kini dengan ISO 37106:2021.

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Selain ISO 37106, dokumen standar untuk smart cities juga dituangkan dalam ISO 37122:2019 – Sustainable Development of Communities – Indicators for Smart Cities. Dokumen ini melengkapi ISO 37120 tentang layanan kota dan kualitas hidup. Ia menjelaskan tiap indikator untuk mengukur aspek-aspek dan praktek yang secara signifikan dapat mempercepat laju pembangunan kota dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, baik itu dari sisi sosial, ekonomi, maupun lingkungan kota.

Di dalamnya dijelaskan pula indikator tentang kesiapan merespons tantangan seperti perubahan iklim, pertumbuhan populasi yang cepat, serta ketidakstabilan politik dan ekonomi. Juga sisi penerapan collaborative governance berbagai pihak dan lintas sektor.

Dokumen standar ISO lain tentang tata kota meliputi ISO 37101:2016 Sustainable Development in Communities tentang sistem manajemen untuk pembangunan berkelanjutan dan ISO 37123 Indicators for Resilient Cities. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Arsip Kompas
Buku
  • Dameri, P.R. (2017). Smart City  Implementation – Creating  Economic  and  Public  Value in  Innovative  Urban  Springer International.
  • Gassmann, O., Böhm, J. & Palmié, M. (2019). Smart Cities – Introducing Digital Innovation to Cities.
  • Halegoua, G.R. (2020). Smart Cities. The MIT Press.
  • Kirwan, C.G. & Fu, Z.Y. (2020). Smart Cities and Artificial Intelligence – Convergent Systems for Planning, Design, and Operations.
  • Townsend, A.M. (2013). Smart Cities: Big Data, Civic Hackers, and the Quest for a New Utopia. W. W. Norton.
Jurnal Akademik
Internet

Artikel terkait