Fakta Singkat
- Diselenggarakan pertama kali 776 Sebelum Masehi (SM) di Yunani.
- Diadakan untuk menghormati Zeus, Raja para Dewa Yunani.
- Semua atlet bertanding telanjang.
- Perempuan tidak boleh hadir dan berpartisipasi.
- Tidak ada poin, tidak ada batasan waktu, dan tidak ada klasifikasi bobot dalam tinju.
- Hukuman fisik bagi atlet lari yang melakukan kesalahan awal di lintasan.
Cabang Olahraga Olimpiade Pertama (776 SM)
- Gulat
- Tinju
- Pankration (campuran tinju dan gulat)
- Lari
- Lomba kereta empat kuda (tethrippon)
- Lompat jauh, lempar lembing, lempar cakram (trilomba)
Diselenggarakan pada 776 Sebelum Masehi (SM) di Yunani, Olimpiade pertama mempertandingkan enam cabang olahraga meliputi lari, tinju, balap kereta kuda, gulat, pankration (olahraga kombinasi tinju dan gulat), dan lompat jauh, lempar lembing, lempar cakram (trilomba). Pada Olimpiade 708 SM, cabang olahraga trilomba menjadi pancalomba dengan penambahan cabang lari dan gulat.
Sejak 776 Sebelum Masehi (SM) hingga 393 Masehi, Olimpiade berlangsung selama empat tahun sekali. Olimpiade berlangsung selama lima hari. Atlet yang berlaga boleh dari berbagai profesi dan harus laki-laki. Meski peserta berasal dari berbagai kalangan mulai dari buruh tani hingga ahli waris kerajaan, mayoritas peserta adalah tentara. Perempuan pada Olimpiade kuno dilarang hadir dan tidak boleh ikut berkompetisi.
Penyelenggaraan Olimpiade awalnya bertujuan sebagai festival keagamaan untuk menghormati Zeus, Raja para Dewa Yunani. Pada saat festival banyak sapi yang disembelih untuk persembahan Dewa. Sisa dari persembahan dibagikan kepada rakyat. Tradisi ini menjadikan ajang Olimpiade sekaligus sebagai ajang berkumpul rakyat Yunani untuk pesta barbekyu yang meriah.
Olimpiade pada 250 tahun pertama diselanggarakan di tempat suci Olyimpia, di barat laut Peloponnese, Yunani. Pertandingan Olimpiade berlangsung selama lima hari penuh. Pada puncak popularitasnya, stadion Olimpiade kuno dipadati setidaknya 40.000 penonton setiap harinya. Sekitar tahun 393 SM, Olimpiade dihentikan karena dilarang oleh Kaisar Theodosius I, penguasa Eropa dari Kekaisaran Romawi.
Meski era Olimpiade kuno telah berakhir, ajang ini menyisakan fakta-fakta menarik seputar aturan-aturannya. Olimpiade kuno memberlakukan hukuman fisik dan seluruh atlet bertanding telanjang. Khusus olahraga gulat dan pankration, para atlet dilumuri minyak di seluruh tubuhnya saat bertanding.
Aturan dalam olahraga tarung cukup berbahaya. Cabang pankration hanya ada dua aturan yakni tidak menggigit dan tidak mencungkil. Pada cabang tinju tidak ada poin, tidak ada batasan waktu, dan tidak ada klasifikasi bobot. Atlet dalam olahraga tarung bisa mengangkat jari telunjuk sebagai tanda menyerah. Tragisnya para atlet terlebih dulu meninggal sebelum sempat memberikan kode menyerah.
Artikel terkait
Tinju
Meski terkesan biadab karena tanpa klasifikasi berat badan, tanpa sistem penilaian, dan tanpa batas waktu, olahraga tinju menjunjung tinggi rasa hormat, dan sikap adil. Diagoras dari Rhodes, salah satu legenda tinju Olimpiade kuno, dikisahkan tidak pernah merunduk, membungkuk, atau berusaha menghindari satu pukulan pun. Diagoras pun menjadi juara tinju pada Olimpiade ke-79 tahun 464 SM. Rasa bermartabat Diagoras ini menjadi inspirasi para atlet pada Olimpiade modern.
Tak kalah terhormat adalah gaya bertinju Melankomas dari Caria yang menolak untuk menyerang lawannya. Melankomas hanya merunduk, mengayun, dan memblok serangan hingga lawan-lawannya tumbang karena jengkel dan kelelahan. Karena tanpa batas waktu, pertandingan Melankomas hanya berhenti ketika wasit dan kedua petarung sepakat istirahat. Melankomas pernah bertanding selama dua hari tanpa menurunkan kewaspadaanya hingga akhirnya menjadi juara tinju Olimpiade pada tahun 45 M.
Tinju Olimpiade kuno masih belum menggunakan perlengkapan seperti tinju yang ada saat ini. Para petinju memakai tenunan kulit sapi lembut di sekitar tangan dan pergelangan tangan. Karakter tinju pada awal-awal Olimpiade adalah serangan-serangan cepat dan gesit. Pada perkembanganya sarung tinju mulai menggunakan kulit lebih keras sejak zaman Romawi. Terkadang kulit keras ini ditambah dengan timah sehingga gaya tinju bergeser menjadi lebih bertahan. Atlet tinju pun berubah menjadi lebih berat dengan gerakan lebih lambat dan kuat.
Artikel Terkait
Gulat
Gulat dalam Olimpiade kuno masuk sebagai bagian dari pancalomba, dan juga cabang tersendiri. Gulat termasuk olahraga tertua dan paling banyak dilakukan pada Olimpiade kuno. Gulat di Olympia menyedot banyak perhatian karena sebagian besar penggemarnya pernah bersekolah gulat. Hal ini mirip dengan sekolah sepak bola pada masa kini.
Aturan gulat pada Olimpiade kuno cukup sederhana yakni sebatas larangan menggigit dan menyerang alat kelamin. Mereka bertanding telanjang dan berlumuran minyak. Para pegulat terbagi dari dua disiplin ilmu yakni gulat tegak, yang dilakukan di lubang berpasir, dan gulat bergulir atau tanah yang hanya berakhir ketika satu orang sudah sangat kelelahan dan tidak dapat memberikan perlawanan.
Gulat tegak mengharuskan salah satu pegulat melempar pegulat lainnya ke tanah sebanyak tiga kali, sementara gulat bergulir atlet dinnyatakan kalah bila mengangkat tangan dengan satu atau dua jari. Patah tulang adalah kejadian biasa, dan pegulat sering kali menjentikkan jari atau bahkan lengan untuk menghindari pegangan. Teknik ini cukup berhasil, Leontiskos dari Messene menjadi juara dua kali dengan menggunakan taktik ini.
Banyak kisah tentang kekuatan yang di luar nalar pada Olimpiade kuno. Amesinas dari Barka konon dilatih dengan cara bergulat dengan banteng, sementara Isidoros dari Alexandria, dikabarkan tidak pernah sekalipun kalah dalam kompetisi. Ada lagi lagi kisah Milon dari Croton, pegulat bertubuh besar seorang murid filsuf dan matematikawan Pythagoras. Ia dilaporkan telah mengangkat langit-langit rumah gurunya saat terjadi gempa bumi. Berkat aksinya itu semua orang dapat melarikan diri tanpa terluka.
Pankration
Pankration adalah olahraga kombinasi tinju dan gulat dengan peraturan yang sangat sederhana, tidak boleh menggigit dan mencungkil. Orang-orang Yunani menganggap olahraga ini adalah hal paling keren yang pernah ada.
Bagi orang Yunani dewa atau pahlawanlah yang menciptakan peraturan olahraga. Dalam pankration Theseus disebut sebagai manusia mitos yang berhasil mengalahkan Minotaur, manusia setengah banteng yang konon tinggal di labirin bawah istana Raja Minos dari Kreta. Theseus mengalahkan Minotaur dengan kombinasi gulat dan tinju.
Berbeda dengan tinju, di pankration para petarung tidak menggunakan sarung tangan apapun. Laki-laki bertubuh tinggi cenderung menyukai pukulan sebagai senjata mereka, sementara petarung berbadan gempal lebih condong bergulat. Kedua tipe ini mencari gerakan kunci seperti mencekik dengan satu tangan, dan menggunakan tangan lainnya untuk berulang kali menghabisi lawan.
Salah satu kisah heroik yang terkenal di ajang pankration adalah kisah Arrichion dari Phigaleia. Dalam suatu pertandingan Arrichion terkunci oleh lawannya. Dengan sisa-sisa tenaga Arrichion meraih kaki lawannya dan membuat pergelangan kaki lawan terkilir. Karena kesakitan sang lawan mengangkat jari telunjuk tanda menyerah. Namun, di saat bersamaan Arrichion menghembuskan nafas terakhirnya. Karena lawannya menyerah, Arrichion dianugerahi kemenangan secara anumerta.
Glorifikasi dalam olahraga ini menjadikan para atlet sebagai legenda yang cenderung seperti mitos. Theagenes dari Thasos memenangkan tinju di Olimpiade ke-75 (480 SM) dan pankration di Olimpiade ke-76 (484 SM). Ia adalah simbol utama dari olahraga brutal ini. Lahir dari seorang pendeta di kuil Herakles di pulau Thasos, penduduk setempat percaya bahwa ayah asli Theagenes adalah dewa Herakles.
Ilustrasi Pankration. Sumber: Olympic.com
Lompat Jauh, Lempar Lembing, dan Lempar Cakram
Sebelum menjadi pancalomba dengan tambahan tinju dan gulat pada Olimpiade 708, Olimpiade kuno hanya mengenal trilomba yang terdiri dari tiga olahraga yakni lompat jauh, lempar lembing, dan lempar cakram. Tiga olahraga ini masih dipertandingkan hingga Olimpiade modern. Berbeda dengan cabang tarung dan kereta kuda yang riuh, dalam trilomba maupun pancalomba musik seruling diperdengarkan untuk menenangkan.
Olahraga lompat jauh pada Olimpiade kuno dikombinasilan dengan beban. Mereka berlari di lintasan dengan membawa batu besar atau beban timah di masing-masing tangan dengan berat bervariasi mulai dari 1,4 hingga 2 kilogram. Pada titik lepas landas para atlet melompat dan mengayunkan beban ke depan dan ke belakang sebelum melepaskan beban sesaat sebelum mendarat.
Tidak diketahui pasti seberapa jauh lompatan atlet Olimpiade kuno. Namun, ada laporan atlet yang melompati jarak yang mustahil. Juara Olimpiade tahun 664 SM, Chionis dari Sparta, tercatat melakukan lompatan sejauh 15,8 meter. Lompatan ini menimbulkan ada dugaan lompatan ganda (triple jump) pada masa itu tetapi tidak terbukti. Para akademisi memutuskan lompatan pada Olimpiade kuno hanya sekadar mitos. Rekor lompat jauh Olimpiade modern dipegang oleh Bob Beamon dengan lompatan 8,90 meter pada tahun 1968.
Pada cabang lempar lembing terdapat perbedaan dengan lempar lembing modern. Olimpiade kuno menggunakan tali kulit yang dilingkarkan para atlet di sekitar pusat gravitasi lembing berukuran setinggi manusia. Dengan memasukkan dua jari ke dalam lingkaran, para peserta melemparkan lembingnya ke angkasa dengan menggunakan teknik menyamping. Gerakan ini menyerupai para atlet Olimpiade masa kini. Olahraga lempar lembing merupakan olahraga yang secara terang-terangan mengacu pada aktivitas militer.
Lempar cakram dalam Olimpiade kuno merupakan sebuah anomali. Olahraga ini menjadi satu-satunya olahraga yang tidak ada hubungannya dengan militer atau kehidupan sehari-hari. Cakram awalnya dibuat dari batu, kemudian berkembang menjadi besi, timah, hingga perunggu.
Berat cakram yang ditetapkan bervariasi dari satu permainan ke permainan lainnya. Beratnya sekitar 1,3-6,6 kilogram dengan diameter 17-32 sentimeter. Teknik melempar cakram mirip dengan yang dilakukan oleh atlet modern. Rekor lemparan terjauh pada Olimpiade kuno dipegang oleh Phayllos dari Kroton dengan catatan 28,9 meter.
Lomba Kereta Empat Kuda
Salah satu acara paling populer dan bergengsi dalam Olimpiade kuno adalah lomba kereta empat kuda atau tethrippon. Olahraga ini mulai dipertandingkan pada 680 SM. Pengemudi berada di atas kereta beroda kayu dengan sandaran terbuka yang ditarik oleh empat kuda. Kereta ini berpacu mengelilingi lintasan di stadion yang disebut Hippodrome sebanyak 12 kali dengan jarak tempuh sekitar 14 kilometer.
Uniknya pemenang kereta empat kuda ini bukanlah pengendaranya, melainkan pemilik keretanya. Pengendara hanya mendapatkan sehelai kain wol, sementara pemiliknya mendapatkan seluruh kemuliaan termasuk karangan bunga zaitun yang terkenal pada masa itu. Hal ini terdengar curang, tetapi ajang ini secara tidak langsung menjadi ajang keterlibatan perempuan dalam Olimpiade. Putri Raja Spartan Archidamos bernama Kyniska, merupakan salah satu wanita “juara Olimpiade” di era Olimpiade kuno melalui cabang balap kereta kuda.
Pada masa Olimpiade kuno, Hippodrome merupakan simbol kekayaan dan kekuasaan sehingga banyak tokoh terkemuka di dunia yang memiliki kereta untuk dipertandingkan. Para kusir yang ahli sangat dicari dan dihargai. Kusir-kusir ternama pada masa itu antara lain Antikeris kusir dari Kirene, dan Karrotos, kusir Raja Kirene.
Antikeris disebut pernah menunjukkan keterampilan mengemudinya kepada Plato dengan berkendara berputar-putar di Hippodrome dengan kecepatan penuh tanpa pernah meninggalkan bekas bannya sendiri. Sementara Karrotos dikenal karena pernah menang tanpa cedera dan berhasil menjatuhkan semua lawan saat berpacu melawan 40 kusir pada ajang Olimpiade.
Selain para kusir, kuda-kuda pemenang juga dihargai tinggi. Satu kuda sama kuatnya dengan 10 orang. Begitu berharganya kuda-kuda ini hingga muncul kisah kuda-kuda Kimon yang memiliki makamnya sendiri di Athena sebagai pengakuan atas gelar Olimpiade tiga kali berturut-turut.
Lari
Dalam 13 edisi pertama Olimpiade, lomba lari pertama adalah lomba lari sprint berjarak sekitar satu stadion Olympia sepanjang 193 meter. Menurut legenda, jarak ini adalah jarak yang bisa dilakukan Hercules dalam satu tarikan napas. Setiap perlombaan berikutnya merupakan kelipatan satu stadion. Setiap atlet berlari telanjang dan bertelanjang kaki di Olimpiade Kuno.
Sprint kedua, diaulos, diperkenalkan pada tahun 724 SM dan terdiri dari dua tahap. Keunggulan di awal menjadi kunci karena tabrakan di tikungan tak terhindarkan. Pada awalnya titik awal dan akhir hanya ditandai dengan garis-garis di tanah. Pada abad kelima SM, dibangun lintasan yang dilengkapi dengan tali halus sebagai pembatas. Pada saat Olimpiade terdapat 20 ruang untuk 20 atlet di lintasan. Posisi awal pelari ditentukan dengan undian. Para pelari yang salah saat start akan dihukum dengan hukuman fisik.
Cabang lari juga memiliki kisah legendaris. Leonidas dari Rhodes bisa dibilang atlet Olimpiade paling hebat sepanjang masa bahkan mengalahkan catatan Usain Bolt pada Olimpiade modern. Prestasi Leonidas begitu luar biasa dan terdengar bagai mitos bila tidak ada bukti sejarah yang kuat dan tak terbantahkan.
Leonidas memenangkan perlombaan sprint utama dan perlombaan baju besi di empat Olimpiade berturut-turut, pada tahun 164 SM hingga 152 SM. Dua belas kemenangan dalam dua belas tahun, dengan tiga kemenangan terakhir diraih saat usia 36 tahun. Karena prestasinya yang luar biasa, Leonidas didewakan oleh orang-orang sebangsanya semasa hidupnya.
Selain Leonidas, bintang lari cepat yang rata-rata adalah penggembala atau buruh tani banjir pujian. Seperti kisah Ageas pada Olimpiade ke-113 (328 SM). Namanya harum hingga saat ini. Setelah pagi hari memenangkan dolichos, perlombaan jarak jauh yang biasanya terdiri dari 20 stade (sekitar 3.550 meter), Ia sudah berlari sejauh 100 kilometer pulang ke Argos untuk mengabari keluarga dan teman-temannya pada sore harinya. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- https://olympics.com/ioc/ancient-olympic-games/history
- https://olympics.com/ioc/ancient-olympic-games/the-sports-events
- https://olympics.com/ioc/ancient-olympic-games/boxing
- https://olympics.com/ioc/ancient-olympic-games/chariot-racing
- https://olympics.com/ioc/ancient-olympic-games/long-jump-javelin-discus
- https://olympics.com/ioc/ancient-olympic-games/pankration
- https://olympics.com/ioc/ancient-olympic-games/running
- https://olympics.com/ioc/ancient-olympic-games/wrestling
- https://www.britannica.com/sports/ancient-Olympic-Games
- https://www.metmuseum.org/perspectives/articles/2021/7/ancient-greek-olympic-games
- https://www.bbc.co.uk/bitesize/articles/z36j7ty#z7swjsg
- https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/olimpiade-sejarah-penyelenggaraan-cabang-olahraga-dan-partisipasi-indonesia
- Abad Olimpiade Kronologi Olimpiade Modern. Kompas, 2 September 2000, hlm. 26.
- Olimpiade 776 SM-1896: Atlet Telanjang Berlari Maraton. Kompas, 9 Agustus 2004, hlm. 41.
- Olimpiade Modern – Kembali Pulang ke Yunani. Kompas, 25 Juli 2012, hlm. 30.
- Usain Bolt – Saya Sehebat Bob Marley. Kompas, 13 Agustus 2012, hlm.
- Gulat Tetap Bertahan di Olimpiade. Kompas, 10 September 2013, hlm. 30.
- Dua Milenium Mengawal Sportivitas Olimpiade dari Kecurangan dan Doping. Kompas, 1 Agustus 2021, hlm. D.
- Dua Milenium Mengawal Sportivitas Olimpiade. Kompas, 2 Agustus 2021, hlm. E.