Kronologi | Hari Olahraga Nasional

Ganefo Pemersatu Bangsa Lewat Olahraga

Ide Presiden Soekarno untuk mengadakan Ganefo adalah untuk meningkatkan nasionalisme negara-negara yang baru merdeka, dalam pesta olahraga. Terbukti Ganefo mampu menyedot perhatian publik internasional bahkan menyaingi ajang olimpiade.

Upacara Pembukaan Ganefo I

Tampak lambang dan obor Ganefo I dalam upacara pembukaan di Gelora Bung Karno, Senayan tgl 10 November 1963.

IPPHOS

Hari Olahraga Nasional yang diperingati setiap tanggal 9 September dilatarbelakangi oleh penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) 1948. Tujuan diadakannya ajang tersebut adalah untuk memupuk semangat nasionalisme masyarakat Indonesia yang saat itu baru merdeka.

Melalui pertandingan olahraga, para atlet diajak untuk menunjukkan semangat persatuan bangsa. Pandangan inilah yang membuat Presiden Soekarno menegaskan bahwa olahraga selalu terkait dengan proyek-proyek kebangsaan untuk mengembangkan nasionalisme.

Alasan ini yang membuat penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta harus berurusan dengan Asian Games Federation (AGF) dan International Olympic Committee (IOC). Penyebabnya adalah panitia Asian Games IV menolak kehadiran Taiwan dan Israel sebagai peserta karena menghormati China dan negara-negara Arab atas konflik di masing-masing negara.

Konflik yang berujung pada skors yang diberikan AGF dan IOC kepada Indonesia tidak membuat gentar Presiden Soekarno. Malahan dengan berani Soekarno menyerukan untuk membuat pesta olahraga setara olimpiade dengan mengundang negara-negara yang baru merdeka.

Presiden Soekarno mencetuskan Games of The New Emerging Forces (Ganefo). Mereka yang ikut dalam Ganefo merupakan negara-negara baru sesuai dengan istilah The New Emerging Forces (Nefo) ciptaan Presiden Soekarno.

Ganefo merupakan jawaban dari Indonesia bahwa negara-negara baru yang anti imperialisme dapat menyelenggarakan pesta olahraga setara olimpiade. Meskipun Ganefo berumur pendek, namanya tetap terkenang sebagai nama monumen api abadi di Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah.

1962


Pembukaan Asian Games IV Jakarta 1962. (IPPHOS)

24 Agustus–4 September 1962
Asian Games IV yang diadakan di Jakarta tidak mengundang Taiwan dan Israel untuk menghormati China dan negara-negara Arab atas konflik negara-negara tersebut. Keputusan inilah yang membuat Dutt Sondhi Wakil Presiden AGF mempermasalahkannya.

17 September 1962
International Amateur Athletic Federation (IAAF) dan IOC mengancam untuk tidak mengakui Asian Games IV di Jakarta karena Indonesia melibatkan urusan politik dalam pesta olahraga.

11 Oktober 1962
IAAF melayangkan surat yang isinya memberikan pilihan kepada Indonesia untuk tetap berada dalam organisasi IAAF atau memilih keluar. Namun, Indonesia tetap memilih untuk keluar sebagai konsekuensi atas konflik di Asian Games IV.

3 November 1962
Presiden Soekarno di Istana Merdeka menyatakan bahwa AGF tidak mencerminkan semangat dari Konferensi Asia-Afrika 1955 yang anti imperialisme. Oleh sebab itu, Presiden Soekarno mencetuskan untuk membuat pesta olahraga yang terdiri dari negara-negara Nefo sebagai bentuk perlawanannya. Gagasan tersebut menjadi titik mula dibentuknya Ganefo.

1963


7 Februari 1963
IOC dan AGF memutuskan untuk menunda partisipasi Indonesia dalam ajang Olimpiade Tokyo 1964. Indonesia dianggap melanggar peraturan IOC dengan mencampuradukkan masalah politik dalam pesta olahraga.

13 Februari 1963
Dalam Konferensi Besar Front Nasional, Presiden Soekarno memerintahkan agar Indonesia keluar dari IOC. Menteri Olahraga Maladi mengirimkan pesan ke IOC yang sedang bersidang di Swiss. Saat itu juga Presiden Soekarno mengundang negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin, dan negara-negara sosialis untuk bergabung dalam Ganefo.

24 April 1963
Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 74 tahun 1963 tentang Pembentukan Komite Nasional Ganefo dan Keputusan Presiden Nomor 75 tahun 1963 tentang Pembentukan Staf Presiden Urusan Ganefo. Komite Nasional Ganefo ini bertugas untuk mempersiapkan dan melaksanakan penyelenggaraan Ganefo I di Jakarta. Sedangkan, Staf Presiden Urusan Ganefo diberikan kewenangan untuk mengambil keputusan terkait penyelenggaraan Ganefo sesuai dengan kebijakan umum presiden.

27–29 April 1963
Konferensi persiapan untuk Ganefo diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta. Dari 17 negara yang diundang, 12 negara mengirimkan perwakilannya. Negara-negara yang hadir adalah Republik Rakyat Tiongkok (China), Republik Uni Soviet Sosialis, Pakistan, Guinea, Indonesia, Kamboja, Irak, Vietnam Utara, Mali, dan Republik Persatuan Arab (Mesir dan Suriah). Sri Lanka dan Yugoslavia hadir sebagai negara peninjau. Dalam konferensi tersebut disetujui Ganefo I pada 10–22 November 1963 di Jakarta.

9 September 1963
Komite Nasional Ganefo menetapkan 20 cabang olahraga yang akan dipertandingkan, yaitu panahan, atletik, bulutangkis, bola basket, tinju, balap sepeda, anggar, sepak bola, senam, hoki, judo, menembak, renang-loncat indah, tenis meja, tenis, bola voli, polo air, angkat besi, gulat, dan lomba layar.

28 September 1963
Diperkenalkan lambang Ganefo berupa bundaran dunia berwarna biru yang di dalamnya terdapat 12 bendera berwarna kuning dengan tiang hitam melambangkan 12 negara penggagas Ganefo. Pada bagian bawah terdapat sebuah semboyan Onward! No Retreat (Maju Terus! Pantang Mundur).

Upacara Pembukaan Ganefo I di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta (10/11/1963). (IPPHOS)

10–22 November 1963
Ganefo I di Jakarta diikuti oleh 51 negara yang berasal dari benua Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin. Dalam penyelenggaraan perdana ini, sejumlah rekor terpecahkan. China dikukuhkan sebagai juara umum, di tempat kedua Indonesia, dan di tempat ketiga disusul oleh Uni Soviet

24–25 November 1963
Diadakan Kongres Ganefo I di Jakarta sebagai bentuk untuk mempertemukan negara peserta yang juga tergabung dalam Nefo. Kongres Ganefo I menghasilkan beberapa keputusan, seperti penyelenggaraannya empat tahun sekali, pembentukan organisasi Ganefo yang tetap, dan penetapan Kairo Republik Persatuan Arab sebagai tuan rumah Ganefo II pada tahun 1967.

1965


7–9 Juli 1965
Menteri Olahraga Maladi mengikuti Sidang Presidium Ganefo II di Kairo. Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi Republik Persatuan Arab dalam persiapannya sebagai tuan rumah Ganefo II. Maladi, yang juga menjabat Ketua Federasi Ganefo, mengatakan pada Ganefo II akan diundang negara-negara Afrika, yang sudah maupun yang belum merdeka, seperti Kongo, Angola, dan Afrika Selatan.

21 September 1965
Sidang Dewan Federasi Ganefo berlangsung di Peking (Beijing), China dengan peserta dari 40 negara Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin. Sidang ini merupakan yang kedua dari Dewan Federasi Ganefo sejak didirikan tahun 1963. Sidang membahas tentang persiapan Ganefo II di Kairo 1967.

25 September 1965
Sidang Dewan Federasi Ganefo membentuk Komite Ganefo Asia sebagai cita-cita mengembangkan Ganefo di Benua Asia. Anggota eksekutif komite ini adalah Palestina, Kamboja, Sri Lanka, China, Indonesia, Irak, Korea Utara, Pakistan, dan Vietnam Utara. China terpilih sebagai ketua komite, sementara Pakistan dan Korea Utara sebagai wakil ketua. Sidang juga memutuskan untuk mengadakan Ganefo Asia I pada tahun 1966.

5 Desember 1965
Organizing Committee Asian Games di Bangkok, Muangthai (Thailand) membicarakan rencana pencegahan terhadap para atlet yang mengikuti Ganefo Asia I untuk dilarang ikut dalam Asian Games V Bangkok tahun 1966. Dalih yang mereka pakai adalah bahwa Ganefo tidak diakui oleh IOC.

1966


10 Januari 1966
Menteri Olahraga Maladi bersama delegasi Indonesia mengikuti konferensi persiapan Ganefo Asia di Phnom Penh, Kamboja.

1 Februari 1966
Menteri Olahraga Maladi dalam keterangan persnya di Istana Merdeka menyampaikan bahwa Ganefo Asia akan berlangsung tanggal 25 November – 6 Desember 1966 di Phnom Penh, Kamboja.

25 Mei 1966
Kamboja menargetkan 20 negara peserta akan turut meramaikan Ganefo Asia. Sebanyak 14 negara menyatakan kesediaannya sebagai peserta Ganefo Asia. Di sisi lain, Birma (Myanmar) menyatakan tidak turut. Begitu pun Jepang menolak ikut Ganefo Asia karena dilarang oleh Komite Olimpiade Jepang.

26 Mei 1966
Departemen Olahraga Indonesia mulai memanggil para atlet untuk menjalani pemusatan latihan nasional di Jakarta untuk menyambut pagelaran Ganefo Asia I.

7 Juni 1966
Menanggapi permintaan Jepang agar Indonesia tidak turut dalam Ganefo Asia I, Menteri Luar Negeri Adam Malik menjelaskan, Indonesia akan tetap turut dalam Ganefo Asia. Hal ini disampaikan oleh Adam Malik di mana Indonesia merupakan pendiri dan sponsor utama Ganefo Asia. Indonesia juga akan berpartisipasi dalam Asian Games V di Bangkok yang diselenggarakan pada tahun 1966 juga.

16 September 1966
Komite Nasional Ganefo dalam Dewan Olahraga RI yang dibentuk tahun 1963 secara resmi dibubarkan oleh pemerintah. Namun, Dirjen Olahraga Indonesia Kol. Sukamto Sajidiman menegaskan Indonesia tetap memberikan sokongan kepada Ganefo.

28 Oktober 1966
Indonesia secara resmi mengikuti Asian Games V di Bangkok. Hal ini menunjukkan Indonesia akan mengikuti dua ajang olahraga internasional, yakni Ganefo Asia I dan Asian Games V.

17 November 1966
Indonesia mengumumkan kontingennya yang akan dikirim untuk mengikuti Ganefo Asia I di Phnom Penh dan Asian Games V di Bangkok. Untuk Ganefo Asia I akan dikirim 33 atlet putra dan 17 atlet putri. Sedangkan, untuk Asian Games V akan dikirim 78 atlet putra dan 25 atlet putri. Selain itu, juga terdapat perwakilan Indonesia untuk mengikuti konferensi Ganefo dan Asian Games.

25 November – 6 Desember 1966
Ganefo Asia I diselenggarakan, diikuti oleh 16 negara peserta dengan mempertandingkan 26 cabang olahraga. China menduduki peringkat pertama sekaligus dikukuhkan sebagai juara umum, tempat kedua diisi oleh Korea Utara, dan Kamboja di posisi ketiga.

8–9 Desember 1966
Sidang tahunan III dari Dewan Eksekutif Federasi Ganefo di Phnom Penh memutuskan Ganefo II diadakan di Beijing, China pada September 1967. Pergantian tuan rumah ini berdasarkan laporan dari perwakilan Republik Persatuan Arab yang menyatakan bahwa Kairo kesulitan dalam mempersiapkan Ganefo II.

1967


30 Maret 1967
Negara-negara anggota Ganefo menyangsikan keamanan China sebagai tuan rumah Ganefo II. Hal ini disebabkan karena kondisi China yang sedang genting akibat Revolusi Kebudayaan. Indonesia pun juga mempertimbangkan keamanan China sehingga ragu untuk mengirimkan utusannya ke China.

20 Desember 1967
Pihak Dirjen Olahraga Indonesia menyatakan Ganefo sudah tidak bermanfaat, sehingga akan dilakukan pembicaraan dalam sidang MPRS agar Indonesia tidak akan terlibat lagi dalam Ganefo.

1968


Kliping pemberitaan KOMPAS tentang pencabutan sumber hukum berdirinya Ganefo oleh KONI melalui sidang MPRS.

26–29 Februari 1968
Rapat paripurna Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) memutuskan untuk mencabut secara konstitusional dan sumber hukum berdirinya Ganefo. Hal ini membuat Ganefo secara resmi dibubarkan oleh Indonesia.

1970


Ganefo II yang direncanakan akan diselenggarakan di Beijing, China dibatalkan karena konflik berkepanjangan di China. Pembatalan ini juga berakibat pada dibubarkannya Ganefo secara resmi setelah Indonesia mencabut sumber hukumnya dan desakan internasional yang tidak mau mengakui Ganefo.

Referensi

Arsip Kompas
  • “Presiden Perintahkan Menteri Maladi Kerdja Keras Sukseskan Ganefo II”. Kompas, 1 Juli 1965, hal. 2.
  • “Persiapan Ganefo II Memuaskan”. Kompas, 9 Juli 1965, hal. 3.
  • “Ganefo II Akan lebih Sukses Dari Ganefo I”. Kompas, 12 Juli 1965, hal. 3.
  • “Sidang Dewan Ganefo Di Peking”. Kompas, 11 September 1965, hal. 3.
  • “Sidang Dewan FED Ganefo Dibuka: Ganefo II Pasti Sukses”. Kompas, 24 September 1965, hal. 2.
  • “Komite Ganefo Asia”. Kompas, 28 September 1965, hal. 2.
  • “Menor Maladi Tiba Kembali”. Kompas, 12 Oktober 1965, hal. 2.
  • “Asian Ganefo Di Phnom Penh”. Kompas, 13 Oktober 1965, hal. 1.
  • “Ganefo II Dengan 80 Negara”. Kompas, 19 November 1965, hal. 2.
  • “IOC-ASG V Sama Sadja”. Kompas, 6 Desember 1965, hal. 3.
  • “10 Djanuari delegasi GANEFO Asia menudju Phnompenh”. Kompas, 29 Desember 1965, hal. 3.
  • “Ganefo Asia pasti di Kambodja”. Kompas, 2 Februari 1966, hal. 2.
  • “Djepang tidak ikut dalam Ganefo Asia”. Kompas, 30 Maret 1966, hal. 2.
  • “20 Negara Diharapkan Ikut Ganefo I Asia”. Kompas, 26 Mei 1966, hal. 2.
  • “Panggilan Para Atlet Utk Ganefo Asia I”. Kompas, 27 Mei 1966, hal. 3.
  • “Indonesia tetap turut Ganefo”. Kompas, 6 Juni 1966, hal. 3.
  • “Mendjelang Ganefo Asia”. Kompas, 23 Agustus 1966, hal. 2.
  • “Indonesia Tetap Sokong GANEFO”. KOMPAS, 17 September 1966, hal. 3.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I Di Phnom Penh”. Kompas, 25 Oktober 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I Di Phnom Penh”. Kompas, 26 Oktober 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I Di Phnom Penh”. Kompas, 27 Oktober 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I Di Phnom Penh”. Kompas, 28 Oktober 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I Di Phnom Penh”. Kompas, 29 Oktober 1966, hal. 2.
  • “Indonesia Resmi Ikut ASG V”. Kompas, 29 Oktober 1966, hal. 3.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I Di Phnom Penh”. Kompas, 31 Oktober 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I di Phnom Penh”. Kompas, 7 November 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I di Phnom Penh”. Kompas 8 November 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I di Phnom Penh”. Kompas, 9 November 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I di Phnom Penh”. Kompas, 12 November 1966, hal. 2.
  • “Asian Games V Di Bangkok Dan Ganefo Asia I di Phnom Penh”. Kompas, 15 November 1966, hal. 2.
  • “Kontingen Indonesia Untuk Ganefo Asia I dan Asian Games V”. Kompas, 18 November 1966, hal. 2.
  • “Ganefo Asia I Mulai Hari ini”. Kompas, 25 November 1966, hal. 2.
  • “Ganefo Asia I Dibuka”. Kompas, 29 November 1966, hal. 2.
  • “Atlet2 Indonesia pulang dari Phnom Penh”. Kompas, 9 Desember 1966, hal. 2.
  • “GANEFO II 1967 di Peking”. Kompas, 14 Desember 1966, hal. 3.
  • “Ganefo II Disangsikan Keamanannja”. Kompas, 1 April 1967, hal. 2.
  • “Ganefo: Dirdjen Olahraga – Ganefo Tidak Bermanfaat”. Kompas, 21 Desember 1967, hal. 2.
  • “Permusjawaratan KONI Minta Hak Hidup Ganefo Setjara Juridis Ditjabut”. Kompas, 1 Maret 1968, hal. 2.
Buku
Jurnal

Penulis
Martinus Danang
Editor
Sintha Ratnawati