Paparan Topik | Pariwisata

Kawasan Tanjung Lesung Menuju Destinasi Wisata Internasional

Kawasan Tanjung Lesung terus dikembangkan dan difokuskan untuk kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif. Kawasan ini direncanakan menjadi destinasi wisata internasional kelas satu yang menggabungkan nuansa Bali dengan Venesia.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Salah satu resor wisata di Tanjung Lesung yang menawarkan kemolekan pesisir pantai Tanjung Lesung di dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Pandeglang, Banten (28/6/2016).

Fakta Singkat

KEK Pariwisata Tanjung Lesung

Lokasi:

  • Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten

Landasan hukum:

  • PP 26/2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung.
  • Pergub 9/2015 tentang Pelimpahan Kewenangan Perizinan Investasi kepada Administrator KEK Tanjung Lesung.

Luas area: 1.500 ha

Infrastruktur ke Tanjung Lesung:

  • Jarak Jakarta ke Tanjung Lesung (dengan Tol Serang-Panimbang) 150 km.
  • Tol Serang-Panimbang 83 km.

Badan usaha pembangun dan Pengelola:

  • PT Banten West Java Tourism Development Corporation.

Target investasi 2025: Rp 92,4 triliun

Target tenaga kerja: 85.000 orang

Tanjung Lesung di Kabupaten Pandeglang, Banten merupakan kawasan pariwisata yang oleh pemerintah pusat telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata sejak delapan tahun lalu. KEK Tanjung Lesung telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 23 Februari 2015 silam.

Penetapan Tanjung Lesung sebagai KEK tersebut tidak terlepas dari letaknya yang strategis dan aksesnya yang mudah dijangkau. Lokasinya hanya 170 km dari Jakarta dan dapat ditempuh melalui perjalanan darat selama 2,5 — 3 jam.

Bahkan ke depan akan semakin cepat dengan terus dibangunnya infrastruktur jalan tol. Tanjung Lesung bisa dicapai dari Jakarta melalui Tol Tangerang-Merak, Serang, Pandeglang, Labuan, dan Panimbang. Rute lain, yaitu Tol Tangerang-Merak, Cilegon, Labuan, dan Panimbang.

KEK Tanjung Lesung memiliki luas areal 1.500 hektare, hampir sepertiga luas Desa Tanjung Jaya. Kawasan ini memiliki beragam potensi wisata, antara lain, keindahan alam pantai, keragaman flora dan fauna, serta kekayaan budaya yang eksotis.

Sesuai dengan namanya, Pantai Tanjung Lesung memiliki bentuk dataran pantai wilayah yang menjorok ke laut mirip lesung. Pantai Tanjung Lesung menawarkan keindahan pantai pasir putih dengan hamparan laut biru menenangkan.

Kawasan Tanjung Lesung memiliki beberapa ikon wisata, seperti Gunung Anak Krakatau, Taman Nasional Ujung Kulon, adat istiadat Suku Badui, dan kultur budaya Banten, serta pantai yang biru.

Secara geografis, belahan selatan Banten yang terdiri dari Kabupaten Lebak dan Pandeglang memiliki daya pikat pantai dan pegunungan yang eksotis. Tanjung Lesung menawarkan lokasi sempurna untuk membenamkan diri dalam keindahan alam yang ditemukan di sepanjang hamparan pantai berpasir putih yang luas, perairan biru jernih dan tenang, serta angin tropis yang segar.

Tak kalah menakjubkan, pantainya menghadap ke Gunung Anak Krakatau yang megah. Pantai-pantai, seperti Bayah, Malingping, Ujung Kulon, Tanjung Lesung, Labuhan, dan Carita, menyatu dengan deretan pegunungan tempat Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Taman Nasional Ujung Kulon, ataupun Krakatau menjadi saksi keindahan alamiah.

Tidak hanya di permukaan saja, pesona Tanjung Lesung juga tersimpan di bawah lautnya. Terumbu karang yang indah, dihiasi dengan ikan berwarna-warni dan penghuni laut lainnya yang beragam, membuat Tanjung Lesung cocok untuk snorkeling dan diving. Garis pantai sepanjang 15 kilometer menjadi tempat sempurna untuk melakukan berbagai aktivitas seperti voli pantai atau sekadar berjemur di bawah sinar matahari yang memanjakan tubuh.

Dengan beragam potensi wisata tersebut, KEK Tanjung Lesung telah menarik baik wisatawan nasional maupun internasional. Dengan ditetapkannya sebagai KEK, kawasan Tanjung Lesung diharapkan bisa menjadi magnet baru dan menyedot investasi senilai Rp 92 triliun pada tahun 2030 mendatang dan menyerap tenaga kerja hingga 85 ribu orang hingga tahun 2025.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Resor Wisata Tanjung Lesung. Salah satu resor wisata di Tanjung Lesung yang menawarkan kemolekan pesisir pantai Tanjung Lesung di dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Pandeglang, Banten (28/6/2016).

Linimasa pengembangan Tanjung Lesung

Pengembangan kawasan Tanjung Lesung telah melalui perjalanan yang panjang. Tercatat pada tahun 1989 terbit Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1989. Perda itu mengatur penetapan kawasan barat Jawa itu menjadi enam kawasan pariwisata, meliputi Ujung Kulon, Tanjung Lesung, Carita, Pantai Bama, Situ Cikedal, dan Gunung Karang.

Khusus untuk Tanjung Lesung, direncanakan pembangunan sarana pariwisata waktu itu mencapai 2.500 hektar. Itu mencakup garis pantai Tanjung Lesung di sebelah utara Ujung Kulon sepanjang 19 kilometer.

Penetapan perda itu pada dasarnya untuk memicu perubahan sosial dan ekonomi, terutama di wilayah Banten selatan yang didera kemiskinan. Perda itu disusul Surat Gubernur Jawa Barat Nomor 593/1603/BKPMD/1990 perihal penyediaan lokasi untuk kawasan terpadu Tanjung Lesung.

Selanjutnya, Tanjung Lesung ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dalam PP 50/2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS). Penetapan Tanjung Lesung sebagai KSPN, tidak hanya agar berkontribusi pada perekonomian nasional, namun juga terhadap Kabupaten Pandeglang.

Tidak hanya itu, destinasi wisata ini juga ditetapkan sebagai satu dari 10 KSPN prioritas oleh Pemerintah. Tujuannya adalah untuk dikembangkan dan menjadi salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Kawasan Tanjung Lesung kemudian ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui PP 26/2012 yang diteken Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Februari 2012. Kawasan ini merupakan yang pertama ditetapkan sebagai KEK bidang pariwisata yang diharapkan menjadi katalisator perekonomian nasional dan daerah.

Dalam PP tersebut, disebutkan “Dalam rangka mempercepat pembangunan perekonomian di Kawasan Tanjung Lesung dan untuk menunjang percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional, dipandang perlu untuk mengembangkan Kawasan Tanjung Lesung sebagai kawasan ekonomi khusus”.

Disebutkan pula dalam PP tersebut, pembentukan KEK Tanjung Lesung diajukan oleh PT Banten West Java Tourism Development Corporation sebagai badan usaha pengusul dan telah memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 4 UU 39/2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus.

Sebagai KEK, ditargetkan kunjungan wisatawan asing ke Tanjung lesung mencapai 1 juta orang per tahun. KEK Pariwisata Tanjung Lesung juga membuka lebar pintu investasi bagi seluruh industri yang terkait pariwisata, misalnya industri garmen, katering, dan perikanan.

Meski status KEK-nya baru disandang pada 2012, kawasan yang diniatkan menjadi ‘Nusa Dua-nya Banten” itu sendiri sebenarnya sudah cukup lama dikembangkan. Sejak 1991, Tanjung Lesung dikelola PT Banten West Java Tourism Development (BWJ), anak perusahaan PT Jababeka Tbk.

Belakangan pengelolaan beralih ke PT Jababeka Tbk (Jababeka Group), kelompok usaha yang selama ini dikenal sebagai pengembang kawasan industri Jababeka di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Sekarang, dalam struktur usahanya, PT Banten West Java Tourism Development Corporation menjadi anak perusahaan Jababeka Group, bersama PT Tanjung Lesung Industry.

 

KOMPAS/HARYO DAMARDONO

Presiden Joko Widodo telah meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung pada 23 Februari 2015. Dengan status sebagai Kawasan Ekonomi Khusus, diharapkan kawasan wisata Tanjung Lesung dan wilayah Banten Selatan terutama Pandeglang dapat cepat berkembang. KEK Tanjung Lesung akan dibangun di atas lahan seluas total 1.500 hektar sedangkan kini baru terbangun 20 persennya saja. Tampak fasilitas kolam renang dan restoran di Hotel Tanjung Lesung Beach, difoto pada Selasa (10/3/2015).

Selanjutnya pada 23 Februari 2015, Presiden Joko Widodo meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung. Pada kesempatan itu, Presiden memenuhi permintaan pihak Jababeka, selaku pengembang, untuk membangun jalan tol Serang-Panimbang.

Presiden menyatakan telah memerintahkan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk membangun jalan tol sepanjang 87 kilometer. Jalan tol itu dibutuhkan untuk mempermudah dan mempercepat akses kawasan Tanjung Lesung dari Jakarta via Jalan Tol Jakarta-Merak.

Presiden menargetkan, jalan tol Serang-Tanjung Lesung yang diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 5 triliun itu rampung dalam tiga tahun. Namun, untuk merealisasikan target itu, Presiden juga meminta pemda mendukung dalam pembebasan lahan.

Sejak tahun 2016, KEK Tanjung Lesung ditetapkan sebagai prioritas pembangunan nasional melalui Perpres 3/2016, yang kemudian dirubah melalui Perpres 56/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres No. 3/2016.

Kemudian, dalam dokumen Rencana Induk Tanjung Lesung 2020, disebutkan bahwa pada tahun tersebut kawasan ini akan menjadi “The World’s First Themed Resort City” dengan terbangunnya beberapa hotel/resort bertaraf internasional serta vila-vila dengan berbagai fasilitas pendukung lainnya.

Pengembangan KEK Pariwisata Tanjung Lesung diharapkan dapat meningkatkan investasi, penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal, dan mendrorong kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Kabupaten Pandeglang.

Bagi Pemerintah Kabupaten Pandeglang, Pengembangan KEK Tanjung Lesung dapat membuka kesenjangan antara wilayah utara dan selatan, mengingat wilayah selatan Kabupaten Pandeglang selama ini dirasa kurang mendapatkan perhatian. Sehingga hal ini dapat memberikan peningkatan pengembangan wilayah di Kabupaten Pandeglang untuk mengejar ketertinggalannya dari daerah lain.

Rencana pengembangan

Untuk mengembangkan kawasan Tanjung Lesung, pemerintah telah membentuk Dewan KEK Tanjung Lesung yang dibentuk melalui Keppres 41/2012 pada 31 Desember 2012. Dewan KEK ini terdiri dari unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan Badan Usaha Pengembangan dan Pengelolaan Tanjung Lesung.

Sejak ditetapkan sebagai KEK pariwisata Tanjung Lesung, kawasan Tanjung Lesung akan dikembangkan secara bertahap. Delapan tahap pembangunan disiapkan sampai tahun 2022, sehingga kawasan ini bisa menjadi tujuan wisata internasional.

Mengacu pada sumber PT Banten West Java Tourism (BWJ) seperti dikutip dari laman Kontan (20/6/2015), KEK Pariwisata Tanjung Lesung rencananya akan dikembangkan secara bertahap. Delapan tahap pembangunan disiapkan sampai tahun 2022, sehingga kawasan ini bisa menjadi tujuan wisata internasional.

Dana investasi besar pun disiapkan, baik oleh pengelola maupun investor. Di tahun 2015, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) – melalui anak usahanya PT Banten West Java Tourism (BWJ)- menargetkan pengembangan lahan seluas 104 hektare dengan nilai investasi sekitar Rp 361,25 miliar.

Dari jumlah itu, sebesar Rp 200 miliar bersumber dari kas internal BWJ, selebihnya dari beberapa pihak yang akan digandeng di antaranya Pelindo. Terakhir pada tahun 2022, perusahaan berencana mengembangkan lahan yang totalnya menjadi 528 ha dengan nilai investasi mencapai Rp 382,5 miliar.

Sementara itu, dari pihak pemerintah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air pada pertengahan Juni 2023 ini tengah menyelesaikan pembangunan pengaman pantai kawasan pesisir Tanjung Lesung di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Pembangunan pengaman pantai atau revetment ini merupakan dukungan infrastruktur untuk pengembangan KEK Tanjung Lesung, yang telah ditetapkan sebagai KSPN. Saat ini total progres pembangunan revetment sepanjang 10,3 km yang telah dimulai pada tahun 2020 tersebut telah mencapai 90 persen dan ditargetkan dapat rampung pada November 2023.

Di bawah tanggung jawab Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cidanau-Ciujung-Cidurian, konstruksi bangunan dikerjakan melalui 2 paket pekerjaan dengan pendanaan APBN. Pada pekerjaan revetment paket 1 sepanjang 5,6 km dilaksanakan oleh kontraktor PT Waskita Karya (Persero), Tbk dengan nilai kontrak Rp 249,9 miliar. Sedangkan untuk pekerjaan revetment paket 2 sepanjang 4,7 km dilakukan oleh kontraktor PT Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk dengan nilai kontrak Rp 168,3 miliar.

KOMPAS/DWI BAYU RADIUS

Sejumlah wisatawan menikmati panorama pantai di kawasan wisata Tanjung Lesung, Desa Tanjungjaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten, akhir Februari 2015. Tanjung Lesung memiliki keunggulan berupa privasi berupa kawasan eksklusif dan sebagian tipe cottage memiliki kolam renang pribadi dan dapur. Selain itu, wisatawan bisa memancing, menyelam, dan naik perahu.

Dibangunnya pengaman pantai yang dilengkapi dengan jalan inspeksi dengan fungsi jogging track, pedestrian dan ruang terbuka publik tersebut juga diharapkan dapat melindungi kawasan wisata seperti Lansekap Plaza Pantai Bodur, Tanjung Lesung Beach Hotel, Pantai Lalassa, dan Dermaga Pantai Sagna, mengamankan kawasan pariwisata dan perikanan seluas 950 ha, serta jalan nasional sepanjang 5,4 km.

Sebelumnya pada tanggal 16 November 2021, Presiden Joko Widodo telah meresmikan Tol Serang-Panimbang Seksi I sepanjang 26,5 km. Ruas Tol Serang–Rangkasbitung ini telah mempercepat jalur tempuh ke KEK Tanjung Lesung.

Kehadiran Tol Serang-Panimbang diharapkan akan mendukung pengembangan ekonomi kawasan Banten Tengah dan Banten Selatan yang semakin dekat dengan Jakarta. Tol itu akan memberikan kemudahan dan efisiensi waktu perjalanan, misalnya dari Jakarta menuju Tanjung Lesung yang sebelumnya membutuhkan waktu tempuh sekitar 4–5 jam, nantinya hanya menjadi sekitar 2–3 jam dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam.

Seksi II saat ini sudah dikerjakan, dan pada awal 2022 Seksi III paralel dijalankan. Jika tidak meleset dari rencana, total keseluruhan ruas tol akan selesai pada awal tahun 2023.

Selain jalan tol, akses lain yang terus dikembangkan adalah ruas jalan yang menghubungkan Labuan dan Tanjung Lesung. Pelebaran dan perbaikan jalan terus dilakukan, direncanakan pelebaran ruas jalan sepanjang 0,35 km dilakukan tahun 2020 dan dilanjutkan pada tahun 2021 sepanjang 2,4 km.

Alternatif akses lainnya untuk dapat memudahkan mencapai KEK Tanjung Lesung adalah reaktivasi jalur KA Rangkasbitung-Labuan. Hingga 2021, telah dilakukan pendataan dan invetarisasi bangunan di segmen I.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Pesisir pantai Tanjung Lesung inilah yang akan ditawarkan sebagai daya tarik lokasi wisata. Sejumlah tanah di kawasan tersebut telah dikapling investor untuk dibangun resor dan hotel (27/6/2016).

Kunjungan wisatawan ke Tanjung Lesung

Seperti dilansir dari laman Kontan 20 Desember 2022, KEK Tanjung Lesung saat ini makin ramai dan terus berkembang dengan total 22 penanam modal per Desember 2022.

Di sana, sudah ada tujuh unit hotel dan villa yang tersedia. Mulai dari Tanjung Lesung Beach Hotel, Hotel Kampoeng Joglo, Hotel Blue Fish, Komplek villa Villa Kalicaa, Komplek villa Ladda Bay Village, Lalassa Container Inn, hingga Lalassa Beach Camp dengan jumlah mencapai sekitar 1.000 kamar.

Meski jalan tol belum beroperasi, kunjungan wisatawan di KEK Tanjung Lesung terus meningkat. Sempat mengalami penurunan wisatawan selepas bencana tsunami yang melanda wilayah KEK pada tahun 2018, pada tahun 2019 kunjungan sempat kembali naik, yang kemudian terjadi pandemi pada tahun 2020. Tahun 2021 kunjungan mengalami penurunan salah satunya karena masih terdampak pandemi Covid-19.

Seperti dikutip dari “Laporan Perkembangan Kawasan ekonomi Khusus Tahun 2021”, tercatat jumlah kunjungan wisata di KEK Tanjung Lesung pada 2019 sebanyak 569.340 orang, tahun 2020 495.200 orang, dan tahun 2021 sebanyak 285.325 orang. (LITBANG KOMPAS)

Tahapan pembangunan KEK Tanjung Lesung
  • Dana Rp 361,25 miliar dialirkan tahun 2015 untuk pengembangan lahan seluas 104 hektare (ha). Sebesar Rp 200 miliar bersumber dari kas internal BWJ, selebihnya dari beberapa pihak yang akan digandeng di antaranya Pelindo.
  • Tahun 2016 dengan investasi Rp 233,75 miliar. Lahan yang dikembangkan ditambah menjadi seluas 152 ha.
  • Tahun 2017, nilai investasinya Rp 467,5 miliar untuk pengembangan di lahan seluas 48 ha.
  • Tahun 2018 bakal menjadi tahun puncak investasi di Tanjung Lesung sebesar Rp 2,04 triliun. Lahan yang dikembangkan seluas 48 ha.
  • Pada 2019 dikembangkan lahan seluas 55 ha dengan investasi Rp 239,7 miliar.
  • Tahun 2020 dengan investasi Rp 187 miliar untuk pengembangan lahan seluas 55 ha.
  • Pada 2021 dilakukan pembangunan di lahan seluas 85 ha dengan investasi Rp 329,8 miliar.
  • Pada 2022 berlangsung pengembangan lahan yang totalnya menjadi 528 ha. Nilai investasinya mencapai Rp 382,5 miliar.

Sumber: PT Banten West Java Tourism (BWJ)

Referensi

Arsip Kompas
  • “Jalan-Jalan: Wisata Lengkap Carita-Labuhan”, Kompas, 15 Januari 2011, hlm. 27
  • “Investor Incar Tanjung Lesung * Mendorong Pembangunan Jalan Tol dan Bandara Panimbang”, Kompas, 06 Agustus 2013, hlm. 20
  • “Kawasan Ekonomi Khusus: Pengembangan Tanjung Lesung Lambat”, Kompas, 21 Oktober 2013, hlm. 19
  • “Kilas Ekonomi: KEK Tanjung Lesung Siap Beroperasi”, Kompas, 04 November 2014, hlm. 18
  • “Presiden Resmikan KEK Tanjung Lesung”, Kompas, 23 Februari 2015, hlm. 02
  • “KEK Tanjung Lesung dan Pariwisata Banten”, Kompas Siang, 23 Februari 2015, hlm. 12
  • “KEK Tanjung Lesung: Tol Serang-Panimbang Segera Dibangun”, Kompas, 24 Februari 2015, hlm. 17
  • “Pesona Nusantara: Privasi di Semenanjung Tanjung Lesung”, Kompas, 13 Maret 2015, hlm. 24
  • “Membangun ”Bali Baru” di Tepian Selat Sunda”, Kompas, 13 Maret 2015, hlm. 36
  • “Potensi Wisata: Tanjung Lesung, Muara Dua Kutub * Pesona Wisata Indonesia”, Kompas, 04 Agustus 2016, hlm. 22
  • “KEK Tanjung Lesung: Embrio Kemakmuran Banten Selatan * Pesona Wisata Indonesia”, Kompas, 04 Agustus 2016, hlm. 22
Internet
Regulasi

Artikel terkait