Paparan Topik | Pariwisata

Danau Toba: Sejarah, Keragaman, dan Kebijakan Pengembangan Kawasan

Kawasan Danau Toba telah ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Sebagai satu destinasi superprioritas, pemerintah terus berupaya mengembangkan dan membangun sarana-prasarana di kawasan ini agar siap menjadi destinasi kelas dunia.

KOMPAS/NIKSON SINAGA

Sebanyak 20 pebalap dari 10 tim mengikuti babak kualifikasi Kejuaraan Dunia Perahu Motor Formula 1 (F1 H2O) di perairan Danau Toba, Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Minggu (26/2/2023). Babak kualifikasi dilaksanakan setelah sempat ditunda pada Sabtu sore karena cuaca.

Fakta Singkat

Kawasan Danau Toba

  • Luas 1.265 km persegi.
  • Terluas di Asia Tenggara dan terbesar kedua di dunia sesudah Danau Victoria di Afrika.

Pengembangan

  • Danau Toba ditetapkan sebagai Taman Bumi Nasional (2014).
  • Dalam Perpres 81/2014, areal Danau Toba ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Nasional.
  • Danau Toba masuk 10 besar destinasi prioritas sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (2015).
  • Dibentuk Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba melalui Perpres 49/2016.
  • Danau Toba terpilih sebagai destinasi wisata superprioritas (2017).
  • Kaldera Toba diterima menjadi anggota Taman Bumi Global UNESCO (2019).

Investasi dan wisatawan

  • Kementerian PUPR periode 2020-2023 menganggarkan dana senilai Rp 1,4 triliun khusus untuk pembangunan kawasan Danau Toba.
  • Target 2020–2024:
  • Jumlah wisnus: 2,83 juta
  • Jumlah wisman: 230.000
  • Devisa wisman: 161 juta dolar AS
  • Pengeluaran wisnus: Rp 2,07 triliun
  • Tenaga kerja: 52.505 orang.

Danau Toba merupakan salah satu danau terbesar yang ada di Indonesia. Bahkan, danau yang terletak di Provinsi Sumatera Utara ini merupakan terluas di Asia Tenggara dan terbesar kedua di dunia sesudah Danau Victoria di Afrika.

Danau Toba memiliki luas 1.265 km persegi. Bandingkan dengan Danau Taupo di Selandia Baru seluas 616 km persegi, Kaldera Coatepeque di El Salvador seluas 26 km persegi, Danau Batur di Bali seluas 13,8 km persegi, Heaven Lake di perbatasan China – Korea Utara seluas 9,82 kilometer persegi, dan Danau Ijen di Jawa Timur seluas 1 km persegi.

Lokasi Danau Toba berada di tujuh kabupaten yang mengelilingi kawasan wisata danau Toba, yakni Kabupaten Tobasa, Kabupaten Samosir, Kabupaten Semalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Karo, dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Terdapat pulau yang berada di bagian tengah Danau Toba, yaitu pulau Samosir. Pulau ini adalah pulau terbesar ke-5 di dunia dengan kategori pulau di tengah danau dan memiliki luas 630 kilometer persegi. Danau Toba merupakan danau terbesar atau terluas di Indonesia dan Asia Tenggara.

Destinasi Danau Toba menawarkan pemandangan alam yang memesona dengan karakteristik alam yang masih sangat alami dan memancarkan keindahan. Selain danau, di kawasan Danau Toba juga terdapat pesona perbukitan yang bernama Kaldera Toba yang terdiri dari dua bukit indah yaitu Bukit Holbung dan Huta Ginjang.

Selain wisata alam, Danau Toba juga memiliki magnet budaya. Di sekitarnya, ada banyak pemukiman masyarakat Batak dan Museum Budaya Batak. Di sana, wisatawan bisa berkesempatan belajar menenun ulos dari mama-mama setempat.

Dengan beragam keunggulan tersebut, Danau Toba lantas ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) dan Destinasi Pariwisata Unggul (DPU) di Provinsi Sumatera Utara. Pemerintah menetapkan Kawasan Danau Toba (KDT) sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) bidang pariwisata yang selanjutnya disebut sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.

Selanjutnya, Danau Toba mendapatkan predikat Destinasi Super Prioritas (DSP), sebuah predikat khusus untuk beberapa tempat wisata terbaik di Indonesia. Dengan menyandang predikat ini, objek wisata kebanggaan orang Medan ini sejajar dengan Labuan Bajo, Candi Borobudur, Likupang, dan Mandalika.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Presiden Joko Widodo bersama Nyonya Iriana Joko Widodo saat meninjau ke Geosite Sipinsur dengan latar belakang Danau Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Senin (29/7/2019). Kunjungan ini dalam rangka merencanakan dan memutuskan pengelolaan Kawasan Danau Toba sebagai destinasi wisata yang berkelas sehingga wajib untuk dikunjungi.

Sejarah kawasan Danau Toba

Danau Toba yang menyimpan berjuta pesona alam ini tentunya tak terlepas dari cerita sejarah di baliknya. Sejarah mencatat bahwa Danau Toba sebelumnya adalah gunung berapi yang disebut Gunung Toba. Sejumlah literatur menyebutkan, gunung ini memiliki kantong magma sangat besar yang jika meletus akan menghasilkan daya ledak yang sangat tinggi.

Kantong magma Gunung Toba disuplai oleh banyaknya lelehan sedimen lempeng benua yang saling bergesek secara hiperaktif, yaitu lempeng Indo-Australia yang mengandung banyak sedimen, dan lempeng Eurasia yang menjadi tempat duduknya Pulau Sumatera. Letak kedua lempeng itu berada di kedalaman 150 km di bawah bumi.

Gesekan lempeng Indo-Australia dan Eurasia menghasilkan panas sehingga melelehkan bebatuan. Lelehan tersebut kemudian naik ke atas sebagai magma. Oleh karena seringnya kedua lempeng ini bergesekan, magma yang dihasilkan cukup banyak sehingga dapat menciptakan ledakan yang begitu dahsyat.

Dari beberapa literatur, tercatat bahwa Gunung Toba pernah meletus tiga kali yang terjadi pada 1,2 juta tahun lalu hingga 74.000 tahun lalu. Pertama, letusan pertama gunung Toba terjadi sekitar 800 ribu tahun yang lalu dan membentuk kaldera di selatan Danau Toba, meliputi daerah Porsea dan Parapat.

Kedua, letusan kedua terjadi sekitar 500 ribu tahun yang lalu dan menghasilkan kaldera di utara Danau Toba, yaitu daerah antara Haranggaol dengan Silalahi.

Ketiga, Gunung Toba terakhir meletus pada 74.000 tahun lalu. Letusan terakhir ini disebut-sebut sebagai letusan paling dahsyat dalam sejarah Dunia. Meskipun sama sekali tidak tercatat di dalam buku, bukti-bukti ilmiahnya bisa ditemukan di masa kini.

Para ahli memperkirakan letusan gunung Toba menghasilkan ledakan supervulkanik dengan skala sekitar 8.0 Volcanic Explosivity Index (VEI). Jika dibuat perbandingan, ledakan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki memiliki daya ledak 0,015 megaton TNT, letusan gunung Krakatau berdaya ledak 150 megaton TNT, maka letusan gunung Toba diperkirakan berdaya ledak 26.000 megaton TNT dan mampu menghancurkan area Sumatera seluas sekitar 20.000 km persegi.

Letusan terakhir Gunung Toba memuntahkan lebih dari 1.000 kilometer kubik material letusan. Ketinggian letusannya mencapai 50 km. Material abunya menyebar ke seluruh atmosfer bumi hingga menutupi cahaya matahari yang masuk ke bumi selama enam tahun. Akibatnya temperatur bumi saat itu menjadi turun sampai 3–5 derajat celcius.

Di samping menghasilkan tsunami yang besar, letusan Gunung Toba juga mengakibatkan kematian massal manusia dan beberapa spesies mahluk hidup lainnya. Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, letusan gunung ini diduga menyusutkan lebih dari 60 persen populasi manusia saat itu, yaitu sekitar 60 juta jiwa.

Dugaan ini didasarkan atas dua hal. Pertama, material abu yang jatuh ke seluruh dunia telah menimbun sebagian habitat manusia. Kedua, tidak adanya cahaya yang masuk menyebabkan tidak terjadinya fotosintesis tumbuhan. Hal ini berimbas pada langkanya bahan makanan sehingga mengakibatkan kelaparan dahsyat yang berujung pada kematian masal.

Setelah meletus, gunung ini membentuk kaldera yang kemudian terisi air dan akhirnya menjadi danau terbesar di Asia Tenggara. Danau inilah yang dikenal dengan nama Danau Toba.

Meskipun para ahli masih bebeda pendapat soal ini, tim multidisiplin peneliti internasional yang dipimpin Dr. Michael Petraglia mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat telah menemukan sebuah situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India.

Situs itu mengungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba 74.000 tahun yang lalu, dan bukti kehidupan di bawah abu Gunung Toba. Meskipun sumber letusan dalam 3.000 mil dari distribusi abu.

Selama tujuh tahun, para ahli dari proyek Universitas Oxford meneliti ekosistem di India, untuk mencari bukti kehidupan kehidupan dan peralatan yang mereka tinggalkan di padang pasir tandus. Daerah dengan luas ribuan hektare ini hanya sabana (padang rumput). Tim menyimpulkan, daerah yang cukup besar ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.

Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari letusan Supervolcano kuno, yaitu Gunung Toba. Mengarah dugaan ke Mount Toba, karena ditemukan bukti bentuk abu vulkanik dari molekul yang sama pada 2.100 poin.

Sejak kaldera kawah yang sekarang adalah danau Toba di Indonesia, 3.000 mil, dari sumber letusan. Bahkan, cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu yang akan direkam ke Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan gunung berapi super Toba saat itu.

KOMPAS/NIKSON SINAGA

Para wisatawan pelesiran di perairan Danau Toba dengan kapal cepat di sekitar kawasan pariwisata Pasir Putih Parbaba di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Jumat (2/8/2019). Sejumlah destinasi baru terus bermunculan di kawasan Danau Toba seiring dengan pembangunan kawasan yang dilakukan pemerintah. Masyarakat pun menikmati peningkatan perekonomian dari pariwisata.

Keragaman kawasan Danau Toba

Kawasan Danau Toba dikenal dengan nama Geopark Kaldera Toba. Secara harfiah, geopark adalah taman bumi, atau suatu kawasan warisan bumi. Secara geologi, Danau Toba terbentuk akibat letusan gunung berapi terdahsyat dan meninggalkan jejak sejarah yang mempengaruhi kehidupan dan lapisan bumi, serta memiliki kekayaan biologi dan budaya yang bernilai tinggi, yang khas, unik, dan langka.

Danau Toba memiliki tiga keragaman, yaitu keragaman geologi (geodiversity), keragaman biologi (biodiversity), dan keragaman budaya (culture diversity). Keragaman ini merupakan keragaman yang menjadi akses pariwisata yang dikembangkan di kawasan Danau Toba.

Jika dikaitkan dengan erupsi Gunung Toba, kawasan Danau Toba yang disebut sebagai Geopark Kaldera Toba dibagi dalam empat Geo Area. Pertama, Geo Area Kaldera Porsea meliputi geosite di Tiga Ras, yaitu Geosite Parapat, Geosite Taman Eden dan Geosite Balige yang didasarkan pada erupsi Old Toba Tuff (OTT) 840.000 tahun yang lalu.

Kedua, Geo Area Kaldera Haranggaol (Geosite di Haranggaol, Tongging dan Silalahi) yang didasarkan pada erupsi Midle Toba Tuff (MTT) 450.000 tahun yang lalu. Ketiga, Geo Area Kaldera Sibandang (Geosite di Bakkara, Tipang, Paranginan, Muara dan Silangit) yang didasarkan pada erupsi Young Toba Tuff (YTT) 74.000 tahun yang lalu.

Terakhir keempat, Geo Area Samosir (Geosite di Tele, Pusuk Buhit dan Pulau Samosir) yang didasarkan pada updoming atau pengangkatan. Sebagian besar terbentuknya Pulau Samosir disebabkan oleh tersusunnya endapan danau, setelah terjadinya erupsi Gunung Toba 74.000 tahun yang lalu

Mengenai keragaman geologi, keragaman ini tersebar di keempat geo area yang ada di kawasan Danau Toba. Bentang alamnya yang indah, bisa dinikmati dari berbagai sudut atau penjuru. Telah ditemukan 45 situs geologi atau geosite di Kawasan Danau Toba dan menjadi destinasi wisata. Satuan batuan ignimbrite tersingkap di kawasan pertamina Cottage Parapat dan sekitar semenanjung Uluan dan pada lereng-lereng terjal pada tepi Danau Toba, dan akhirnya endapan ignimbrite ditemukan di Haranggaol Simalungun dan di Desa Siregar Aaek Nalas, Tobasa.

Tidak hanya di daerah tersebut. Taman Eden Lumbanjulu juga terdapat batuan dasar Danau Toba yang berumur Paleozoikum (524 juta sampai 251 juta tahun lalu). Batuan ini juga terdapat di daerah Tele (Samosir).

Sementara di Sigabanding Parapat, terdapat batu gamping Mesozoikum (251 juta hingga 65 juta tahun) yang terletak pada ruas jalan Parapat-Medan yang membentuk Batu Gantung pada dinding Kaldera. Batu gamping ini juga ditemukan di daerah Balige, yaitu Gua Liang Sipege yang berupa batuan andesit dan diperkirakan berumur jauh sebelum meletusnya Gunung Toba.

Geosite lainnya adalah dinding Kaldera Porsea pada air terjun Situmurun hasil letusan Gunung Toba 800 ribu tahun yang lalu, bongkah batu apung di Tigarunggu Simalungun serta Aek Sipangolu, batu gamping dan batuan dasar Danau Toba di Tombak Sulu-sulu Bakkara.

Ditambah lagi dengan sumbat lava dasite dome di Pardepur dan Siallagan, Lava aundsit di Sipiso-piso, dacite Haranggaol, batuan dasar schits Paropo serta kerucut vulkanik seperti Gunung Sipiso-piso (Gunung Tanduk Banua), Gunung Singgalang, dan Gunung Pusuk Buhit.

Terkait dengan keragaman biologi, di Kawasan Danau Toba terdapat berbagai jenis flora atau tumbuhan yang tumbuh dan berkembang di sekitar Danau Toba, seperti di Kebun Raya Samosir Tomok, Botanical Garden Taman Eden di Lumbanjulu, dan Monkey Forest Sigabanding.

Di daerah Taman Eden dapat ditemukan berbagai jenis anggrek toba yang sangat langka dan merupakan flora endemik yang hanya tumbuh pada kondisi tanah tertentu, tumbuh pada ketinggian antara 1.000 sampai dengan 2.000 m di atas permukaan laut.

Tanaman endemik lainnya adalah andaliman yang menjadi bumbu (rempah) khas di Indonesia khususnya di daerah kawasan Danau Toba. Andaliman ini menjadi rempah yang khas untuk membuat masakan khas Tapanuli yang berada di Kawasan Danau Toba, yaitu makanan Naniarsik dan Naniura sebagai makanan untuk raja-raja. Andaliman juga sebagai merica Batak dan tumbuh sepanjang kaki jajaran Gunung Sihabuhabu di Kecamatan Borbor.

Tumbuhan lain, yaitu Pohin Haminjon Toba (kemenyan toba) merupakan salah satu jenis pohon kemenyan yang tumbuh sumbur di sekitar kawasan Danau Toba terutama di Kabupaten Tobasa, Tapanuli Utara, dan Humbang Hasundutan.

Sementara itu, hewan yang menjadi khas di daerah kawasan Danau Toba adalah Ikan Ihan Batak. Ikan ini merupakan ikan khas Batak yang disebut dengan Dekke Jurung-jurung. Ikan ini juga sebagai makanan raja-raja dan merupakan sesembahan dalam kekerabatan Batak Dalihan Na Tolu (sebagai sebuah prosesi adat untuk simbol kesuburan).

Terkait keragaman budaya, di Kawasan Danau Toba terdapat keragaman budaya yang khas sehingga menjadikan kawasan Danau Toba menjadi tempat yang ideal untuk tempat tinggal dan berwisata. Budaya di kawasan Danau Toba merupakan warisan nenek moyang Suku Batak.

Ada empat etnis Batak yang berdiam di sekitar kawasan Danau Toba, yaitu Batak Simalungun, Batak Toba, Batak Karo, dan Batak Pakpak Dairi. Sedangkan Batak Mandailing berdiam di bagian selatan Tapanuli yang bersisian dengan perairan laut Pantai Barat Sumatera. Pulau Samosir dan tepi Danau Toba menjadi lokasi perkembangan budaya Batak asli, yang mengandung budaya yang tinggi dan nilai sejarah dan peninggalannya.

Kawasan Danau Toba ini memiliki keunikan budaya, yaitu adanya marga, silsilah dan sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu. Suku Batak sangat menghargai adat leluhur dan tetap mempertahankannya sampai sekarang.

Salah satunya adalah kegiatan adat yang tetap dilestarikan seperti tarian (tortor) dan musik tradisional seperti gondang sabangunan dan uning-uningan, bersama dengan perlengkapan budaya lainnya, yaitu kain tradisional yang diberi nama Ulos.

Keragaman budaya di kawasan Danau Toba adalah rumah tradisional Batak yang berbentuk khas. Rumah Batak ini terdiri atas dua jenis, yaitu ruma dan sopo, dan rumah yang dihiasi ornamen disebut gorga (seni ukir dan pahat Batak).

Masih banyak lagi peninggalan budaya yang dilestarikan masyarakat di kawasan Danau Toba dan akhirnya menjadi destinasi wisata yang banyak dikunjungi masyarakat sekitar dan di luar kawasan Danau Toba baik nasional maupun internasional.

Peninggalan sejarah juga menjadi wisata budaya yang bisa dikunjungi di beberapa kawasan Danau Toba, seperti asal usul terbentuknya Gunung Pusuk Buhit di Samosir, Museum Batak TB Silalahi di Balige Toba Samosir, dan lain-lain.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Pemandangan indahnya Danau Toba dari salah satu sudut Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Selasa (21/6/2016).

 

Kilas balik pengembangan kawasan Danau Toba

Dengan beragam keunggulan dan keunikan tersebut, Danau Toba menjadi salah satu aset pariwisata di Indonesia, khususnya Provinsi Sumatera Utara. Karena itu, pemerintah menerbitkan beragam kebijakan pembenahan kawasan agar semakin menarik untuk dikunjungi, terutama kaum wisatawan.

Danau Toba ditetapkan sebagai Taman Bumi Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2014. Dalam Perpres 81/2014, areal Danau Toba ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Nasional. Toba menjadi fenomena alam unik karena terbentuk dari letusan supervolcano 74.000 tahun lalu.

Pada tahun 2015, Kementerian Pariwisata telah memasukkan Danau Toba dalam 10 besar destinasi prioritas sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) bersama dengan destinasi lainnya, yaitu Tanjung Lesung, Mandalika, Borobudur, Labuan Bajo, Bromo Tengger, Kepulauan Seribu, Wakatobi dan Morotai. Tujuannya, kunjungan wisatawan kesepuluh kawasan ini meningkat dan dapat bersaing dengan Bali yang popularitasnya sudah mendunia.

Dengan demikian, Danau Toba bersama sembilan obyek wisata lainnya, menjadi salah satu destinasi wisata yang fokus dikembangkan pemerintah sebagai bagian dari proyek strategis. Dalam Perpres Nomor 3 Tahun 2016, proyek strategis nasional sektor pariwisata yang dimaksud meliputi percepatan infrastruktur transportasi, listrik, dan air bersih.

Dalam prosesnya, pemerintah membentuk Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba berdasarkan Perpres 49/2016. Lewat Perpres ini, pemerintah menunjuk lembaga baru untuk mengembangkan kawasan wisata Danau Toba sebagai kawasan strategis pariwisata nasional.

Berada di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, badan otorita ini mengembangkan zona otorita seluas 386,76 hektare di Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba, yakni berupa Toba Caldera Resort. Selain itu, lembaga ini juga bertugas mengoordinasi delapan kabupaten di sekitar Danau Toba, yaitu Simalungun, Toba, Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Dairi, Karo, dan Pakpak Bharat.

Setahun kemudian, Danau Toba kembali terpilih dalam lima destinasi wisata superprioritas bersama dengan Mandalika, Labuan Bajo, Borobudur, dan Likupang. Artinya, kelima destinasi wisata ini akan didorong semaksimal mungkin oleh pemerintah untuk berkembang dan bersaing dengan obyek wisata andalan nasional saat ini, yakni Bali. Dengan demikian, para wisatawan akan semakin banyak memiliki alternatif tujuan wisata unggulan di Indonesia.

Terakhir pada 2019, Kaldera Toba diterima menjadi anggota Taman Bumi Global UNESCO. Hal ini diumumkan di laman resmi Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB tersebut. Keanggotaan ini mendorong pembangunan pariwisata di Toba mengedepankan konservasi, edukasi, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal, selain menjadi media promosi pariwisata Danau Toba di dunia.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Seorang anak melompat dari atas kapal wisatawan yang berlabuh di Kawasan Tuktuk, Samosir, Sumatera Utara, Senin (22/8/2016). Danau vulkanik terbesar di Asia Tenggara ini menjadi tempat bermain dan belajar bagi anak-anak yang tinggal di sekitarnya.

Investasi dan pengembangan kawasan Danau Toba

Beragam upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan para pemangku kepentingan untuk terus meningkatkan pariwisata Danau Toba. Pemerintah melalui berbagai kementerian mengerjakan berbagai proyek untuk pengembangan kawasan Danau Toba. Kementerian PUPR, misalnya, pada periode 2020–2023 menganggarkan dana senilai Rp 1,4 triliun khusus untuk pembangunan kawasan Danau Toba.

Salah satu programnya adalah pembangunan 596 unit sarana hunian pariwisata (homestay) di enam daerah sekitar Danau Toba. Proyek dilaksanakan dengan biaya Rp 121,9 miliar. Selain pembangunan homestay, dibangun pula fasilitas lainnya, seperti tempat untuk workshop, pertokoan, usaha kuliner dan koridor di sepanjang pinggir Danau Toba.

Di bidang infrastruktur, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan juga telah membangun tujuh pelabuhan atau dermaga di sekitar Danau Toba. Terdiri dari Pelabuhan Ajibata, Balige, Tigaras, Simanindo, Marbun Toruan Bakti Raja, Muara dan Tongging.

Tujuh pelabuhan itu adalah bagian dari 13 pelabuhan yang akan dibangun Kemenhub untuk mendukung transportasi Danau Toba. Empat kapal motor penumpang (KMP) berkapasitas lebih dari 100 penumpang juga disediakan untuk melayani sejumlah rute di Danau Toba.

Jalan lingkar Pulau Samosir sepanjang 146 kilometer dilebarkan dan diperbaiki setelah statusnya ditingkatkan dari jalan provinsi menjadi jalan nasional. Bandara Silangit juga dibangun dan ditingkatkan statusnya menjadi bandara internasional. Akses dari Bandara Internasional Kualanamu di Deli Serdang pun terus diperbaiki dengan pembangunan Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi dan akan diperpanjang sampai ke Parapat.

Tahapan Pengembangan Kawasan Danau Toba

  • Masa kritikal: 2020–2025.
  • Peningkatan kualitas destinasi standardisasi, branding, pencitraan.
  • Penetrasi pasar melalui diferensiasi produk, promosi dengan produk yang jelas.
  • Peningkatan kinerja kelembagaan, SDM, organisasi, regulasi.

 

 

2018 (Baseline)

2020–2025

(Fase Kebangkitan)

2026–2030

(Fase Percepatan)

2031–2035

(Fase Percepatan)

2036–2040

(Fase Pemantapan)

2041-2045

(Fase Pemantapan)

Jumlah wisnus

1.733.521

2.831.700

3.799.100

4.348.300

4.934.800

5.144.600

Jumlah wisman

121.848

230.000

387.600

624.300

875.700

1.015.200

Devisa wisman

(juta dolar AS)

73,10

161

290,7

530,65

788,13

1.015,2

Pengeluaran wisnus (Rp triliun)

1,02

2,07

2,96

3,66

4,50

5,10

Tenaga kerja

39.600

52.505

69.377

85.915

107.497

116.804

Sumber: Garis Besar Rencana Kawasan Danau Toba. Diolah Litbang Kompas/PUR

Berbagai proyek pengembangan itu memang dilaksanakan untuk mencapai target besar yang telah ditetapkan. Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) menargetkan ada beberapa aspek yang bakal dicapai dalam periode 2020-2024 melalui pengembangan pariwisata Danau Toba. Jumlah wisatawan ditargetkan meningkat dari 2,2 juta orang pada 2020 menjadi 2,4 juta orang pada 2024.

Dijadikannya Danau Toba sebagai destinasi wisata superprioritas juga diharapkan dapat mengundang investasi ke kawasan itu. Bagaimanapun, investasi besar-besaran dibutuhkan untuk pengembangan kawasan yang lebih maksimal. Oleh sebab itu, BPODT menargetkan investasi senilai 200.000 — 2 juta dollar AS dalam kurun 2020–2024.

Selain itu, BPODT juga menyasar pengembangan perekonomian daerah dan masyarakat lokal dengan mendorong peningkatan jumlah usaha pariwisata. Pada 2020, ditargetkan ada tiga usaha pariwisata baru dan diharapkan bertambah menjadi 15 usaha pada 2024. Seiring dengan itu, peningkatan atraksi dan amenitas pariwisata Danau Toba juga diharapkan tercapai pada periode 2020–2024. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Buku dan Jurnal
Arsip Kompas
  • “Geopark Toba: Pelibatan Masyarakat Dinilai Masih Minim”, Kompas, 16 Februari 2015, hlm. 23
  • “Taman Bumi Toba: Memuliakan Bumi, Menyejahterakan Warga”, Kompas, 18 April 2015, hlm. 23
  • “10 Destinasi Unggulan Butuh Kolaborasi”, Kompas, 29 September 2015
  • “Pariwisata: Badan Pengelola Danau Toba Segera Dibentuk”, Kompas, 12 November 2015, hlm. 18
  • “Badan Otorita Danau Toba”, Kompas, 10 Februari 2016, hlm. 07
  • “Danau Toba: Penziarahan Bumi Manusia * Pesona Wisata Indonesia”, Kompas, 02 Agustus 2016, hlm. 22
  • “Pariwisata: Pembangunan Kawasan Danau Toba Ditarget Selesai 2020”, Kompas, 01 Agustus 2019, hlm. 15
  • “Kaldera Toba Jadi Anggota Taman Bumi Global”, Kompas, 04 Oktober 2019, hlm. 15
  • “Menanti Kerja Sandiaga di Kawasan Danau Toba”, Kompas, 31 Desember 2020, hlm. C
  • “Pesona dan Bahaya di Kaldera Toba”, Kompas, 23 April 2021, hlm. 08
  • “Danau Toba: Presiden Minta Pembenahan Total Kawasan”, Kompas, 03 Februari 2022, hlm. 15
Aturan
  • UU 10/2009 tentang Kepariwisataan
  • PP 50/2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional
  • Perpres 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya
  • Perpres 3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
  • Perpres 49 /2016 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba
  • Perpres 56/2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional