Paparan Topik | Pariwisata

Pulau Morotai: Surga Tropis di Maluku Utara

Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK Morotai ditargetkan mampu berkontribusi terhadap perekonomian nasional melalui potensi perikanan dan pariwisata yang dimilikinya.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO

Perairan Morotai di Maluku Utara masih memiliki kesehatan ekosistem terumbu karang yang baik. Ini ditunjukkan dengan kehadiran ikan hiu sirip hitam (black tip) dalam penyelaman di beberapa titik selamnya. Seperti Kamis (13/9/2018) sekelompok ikan hiu sirip hitam menyambut penyelam di perairan Pulau Mitita, sekitar 40 menit dari Daruba (Ibukota Kabupaten Morotai).

Fakta Singkat

KEK Morotai

  • Dasar penetapan: PP 50/2014
  • Operasional: 1 April 2019
  • Kegiatan utama: industri pengolahan, perikanan, pariwisata, logistik
  • Luas area: 1.101,76 ha
  • Badan Usaha Pembangun dan Pengelola: PT Jababeka Morotai
  • Target investasi 2025: Rp 30,44 triliun
  • Target tenaga kerja: 30.000 orang

Perkembangan KEK Morotai hingga 2022

  • Jumlah pelaku usaha dalam kawasan: 3
  • Penambahan jumlah tenaga kerja 2022: 40 orang
  • Realisasi jumlah tenaga kerja hingga Desember 2022: 140 orang
  • Penambahan investasi tahun 2022: Rp 187,95 miliar
  • Realisasi investasi hingga Desember 2022: Rp 449,95 triliun
  • Pelaku usaha di KEK Morotai: PT Jababeka Morotai, PT Royal Castle Investment, Biocorp

Pulau Morotai menyimpan daya tarik wisata alam, bahari, budaya, hingga buatan. Pulau ini juga memiliki keunggulan geostrategis, historis, dan wisata bahari.

Layaknya wisata yang berada di bagian timur Indonesia, Pulau Morotai mempunyai panorama pantai yang memesona dan alam laut yang menakjubkan, yakni perpaduan pantai, pasir putih, dan birunya air laut.

Pulau ini terkenal pula dengan julukan “Hidden Paradise of East Indonesia” atau Surga Tersembunyi di Timur Indonesia lantaran keindahan terumbu karang, ditambah biota laut lain yang memesona. Morotai boleh dikatakan menjadi lokasi yang tepat untuk menikmati keindahan bawah lautnya.

Morotai dilintasi alur laut Kepulauan Indonesia III, yang juga merupakan jalur migrasi ikan tuna. Dengan potensi yang dimiliki, Morotai berpotensi menjadi pusat industri perikanan.

Secara geografis, pulau ini terhitung strategis, baik dari sisi geopolitik maupun geostrategis. Posisinya berada di daerah perbatasan langsung dengan Samudera Pasifik, sebuah jalur perdagangan antarnegara dan antarbenua. Karena itu, Pulau Morotai berpeluang besar menjadi pengungkit pengembangan ekonomi kawasan.

Dengan segala potensi tersebut, Pulau Morotai telah dinobatkan sebagai Kawasan Pariwisata Nasional (KSPN) dan dikenal sebagai Pariwisata 10 Bali Baru. Morotai juga telah ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK sejak 2014.

Kebijakan menetapkan Pulau Morotai sebagai KEK Pariwisata diharapkan membuat kepulauan ini kembali masyhur, laiknya rempah-rempah, pala, dan cengkih yang telah membuat berbagai bangsa di dunia berdatangan ke tanah air pada masa lampau.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO

Perairan Morotai di Maluku Utara masih memiliki kesehatan ekosistem terumbu karang yang baik. Ini ditunjukkan dengan kehadiran ikan hiu sirip hitam (black tip) dalam penyelaman di beberapa titik selamnya (13/9/2018). Sekelompok ikan hiu sirip hitam menyambut penyelam di perairan Pulau Mitita, sekitar 40 menit dari Daruba (Ibukota Kabupaten Morotai).

Profil singkat dan sejarah Pulau Morotai

Pulau Morotai adalah nama sebuah pulau sekaligus kabupaten definitif baru yang terletak di Kepulauan Maluku. Sebagai bagian dari Provinsi Maluku Utara, Pulau Morotai merupakan salah satu pulau paling utara di Indonesia.

Sebagai daerah otonom, Kabupaten Pulau Morotai belum lama terbentuk. Awalnya Pulau Morotai merupakan bagian dari Kabupaten Halmahera Utara. Sejalan disahkannya UU 53/2008 tentang Pembentukan Kabupaten Pulau Morotai di Provinsi Maluku Utara, Pulau Morotai menjadi kabupaten tersendiri dengan Ibu Kota Daruba.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.314,90 km persegi. Kota ini dihuni oleh 74.565 jiwa pada tahun 2020, dengan kepadatan penduduk 31,90 jiwa/km persegi. Secara administratif, Kabupaten Pulau Morotai terdiri dari lima kecamatan dan 88 Desa.

Dikutip dari laman pemerintah Kabupaten Pulau Morotai, sejarah Morotai ternyata cukup berwarna. Pada abad ke-15 hingga ke-16, pulau ini berada di bawah kekuasaan Kesultanan Ternate, dan menjadi lokasi utama kawasan besar bernama Moro yang kala itu juga mencakup pulau dan pesisir Halmahera yang tak jauh dengan Morotai ke Selatan.

Pada periode abad ke-16 dan ke-17, kedatangan bangsa Portugis mulai tampak di wilayah Morotai. Hal ini disikapi cukup keras oleh Kesultanan Ternate yang berlandaskan ajaran Islam. Pada tahun 1571 Portugis kemudian hengkang dari wilayah Morotai. Pada abad ke-17, pihak Kesultanan menggunakan kekuasaannya untuk memerintahkan warga berpindah dari Pulau Morotai.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Pulau dodola di Morotai, Maluku Utara, Sabtu (16/7/2016). Saat air laut surut, pulau dodola tersambung dan bisa dilalui manusia.

Dalam sejarahnya, Pulau Morotai tercatat pula pernah menjadi saksi sejarah Perang Dunia II yang mempertemukan Jepang dan Amerika Serikat beserta sekutunya pada 1944–1945. Pulau di tepian Samudra Pasifik yang berbatasan dengan wilayah Filipina itu dirasa sangat strategis sehingga mereka memperebutkannya.

Jepang tercatat pertama kali merangsek ke Morotai dan membangun pulau tersebut menjadi basis militer. Sekitar 200 ribu tentara Jepang pernah ditempatkan di sana sejak 1942.

Begitu strategisnya keberadaan Pulau Morotai sehingga dua tahun berikutnya tentara sekutu di bawah pimpinan AS mengerahkan kekuatan besar-besaran untuk merebut Morotai. Kedua belah pihak terlibat pertempuran dahsyat hingga akhirnya Jepang takluk pada tahun 1944.

Salah satu prajurit Kekaisaran Jepang yang melegenda, yakni Taruo Nakamura, tidak mau menyerah dan bersembunyi di suatu goa di Pegunungan Morotai. Sekitar 30 tahun kemudian, atau tepatnya tahun 1974, Nakamura yang aslinya berdarah Taiwan itu ditemukan dalam kondisi masih hidup. Ia lalu dikembalikan dan meninggal di Jepang 5 tahun kemudian akibat kanker paru-paru.

Strategi perang pasukan Sekutu di bawah komando Jenderal Mac Arthur sengaja memilih Pulau Morotai sebagai pangkalan perang untuk melawan Jepang di Perang Pasifik. Khususnya lagi ialah untuk tujuan merebut kembali Filipina. Pulau ini dipilih sebagai pangkalan militer karena letaknya strategis, selain dekat Filipina, juga sekaligus pintu masuk ke Samudera Pasifik.

Setelah berhasil membuat Jepang bertekuk lutut, pasukan sekutu lantas menjadikan Pulau Morotai sebagai pangkalan militer untuk membebaskan Filipina. Sekutu membangun sebuah landasan udara yang kini dikenal dengan Pitu Strep.

Bandara tersebut mempunyai 7 (pitu) runway yang semuanya dibangun di atas karang hidup. Tiga di antaranya memiliki landasan pacu sepanjang tiga kilometer, dan sisanya memiliki landasan pacu sepanjang 2 kilometer.

Selain landasan udara, Sekutu juga membangun pertahanan laut atau Navy Base/Army Doc di perairan Morotai. Pelabuhan perang tersebut menjadi tempat bersandarnya kapal-kapal perang sekutu berikut dengan serdadunya.

Seluruh kegiatan pasukan sekutu pada waktu itu berada di bawah komando Douglas McArthur (1880–1964), seorang jenderal perang AS yang amat tersohor. McArthur adalah Kepala Staf Angkatan Darat AS yang ditugaskan untuk menghancurkan Jepang pada PD II. Ia mengkonsolidasikan pasukan Divisi VII Angkatan Perang AS di Pulau Morotai untuk membalas dendam atas kekalahannya dari Jepang di Filipina.

Kini, benda-benda peninggalan Perang Dunia II di Morotai itu masih banyak dijumpai, baik yang berada di darat maupun yang terbenam di lautan. Benda-benda bersejarah itu, antara lain, tank amphibi, bangkai pesawat, kapal, senjata laras panjang, selongsong roket, peluru, dan helm dan NRP para tentara sekutu.

Selain monumen McArthur di Pulau Zum-zum, bangunan Sekutu yang masih bisa dijumpai adalah tempat pemandiannya di Desa Air Kaca. Tempat mandi yang tidak jauh dari pantai itu hanya berupa ceruk yang mirip sendang di Jawa.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Pulau Morotai telah berkembang dan menjadi bagian dari nusantara. Kekayaan hayati dan bahari yang dimilikinya jadi modal utama geliat perekonomian di Morotai. Selain itu, Pulau Morotai sangat strategis sebagai jalur perdagangan di timur Indonesia, karena memiliki kekayaan alam seperti emas, biji besi, dan lain-lain.

Potensi wisata

Pulau Morotai menyimpan beragam obyek wisata alam, bahari, budaya, hingga buatan. Morotai memiliki wisata alam bawah laut. Menawarkan panorama bawah laut, snorkeling maupun diving, perairan Morotai menawarkan 28 titik penyelaman yang menarik.

Beberapa menawarkan pengalaman menyelam dengan nuansa medan perang bersejarah. Ada bangkai pesawat jenis Bristol Beaufort di buatan Australia yang tenggelam saat Perang Dunia II di kedalaman sekitar 40 meter. Kemudian rongsokan tank dan kapal selam karam yang penuh dengan terumbu karang di perairan Mira, hingga bangkai kapal selam milik Jepang di Perairan Zum Zum.

Morotai juga memiliki kawasan wisata pantai yang indah. Salah satunya adalah Pulau Dodola, yang terletak di sebelah barat Pulau Morotai. Dari Kota Kecamatan Daruba, naik speed boat butuh waktu 20-an menit.

Uniknya, pulau ini sebenarnya terdiri dari Pulau Dodola Besar dan Pulau Dodola Kecil. Kedua pulau ini terlihat terpisah ketika air laut sedang surut dan membentuk jalan pasir yang memisahkan keduanya.

Obyek wisata alam lainnya ialah Tanjung Gorango yang terkenal dengan panorama pasir putihnya. Sedangkan Tanjung Sopi yang menghadap Samudera Pasifik terkenal memiliki ombak yang besar, sehingga lokasi ini menjadi ordinat yang menarik bagi para peselancar.

Berikutnya adalah Pulau Zum Zum yang berlokasi cukup dekat dengan Pulau Morotai, yakni hanya berjarak 7 kilometer (km). Pulau ini dapat ditempuh menggunakan speed boat dengan waktu berkisar 15 menit.

Di Pulau Zum Zum, wisatawan akan melihat Tugu McArthur di tepi pantai. Alasan di balik pendirian patung jenderal asal Amerika Serikat ini, karena masyarakat sekitar ingin mengenang McArthur sebagai jenderal yang memiliki jiwa kepemimpinan tangguh.

Sementara Pulau Tabailenge terletak di sisi timur laut Pulau Morotai dan berada di sisi selatan Tanjung Gorango dekat Desa Bere Bere. Pulau ini menawarkan pesona biota bawah laut, berupa karang lunak di perairannya.

Tidak hanya kekayaan bahari, KEK Morotai juga memiliki Museum Perang Dunia II. Museum tersebut berisi perlengkapan perang yang pernah digunakan pasukan Sekutu dan Jepang. Museum di kota Daruba ini memiliki replika-replika alat perang dan peninggalan sejarah Perang Dunia ke-II yang terjadi pada tahun 1939–1945. Seluruh perlengkapan di dalam museum merupakan hasil restorasi dari perlengkapan yang diangkat dari perairan Morotai.

Terdapat pula Museum Trikora yang berada di Desa Wawama, Kecamatan Morotai Selatan, berjarak sekitar 2 kilometer dari Kota Daruba. Museum ini dibangun untuk mengenang sejarah perjuangan tentara Indonesia dalam peristiwa pembebasan Irian Barat dalam operasi Trikora. Dari pulau yang indah ini, tentara Indonesia membangun basis kekuatan untuk membebaskan Irian Barat dari tangan penjajah.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Sebuah pesawat yang ditenggelamkan oleh pasukan Sekutu tergeletak di dasar laut pada kedalaman sekitar 43 meter di lokasi penyelaman Wawama, Pulau Morotai, Maluku Utara, Jumat (15/3/2019). Sejumlah bangkai pesawat serta kendaraan tempur di lokasi itu menjadi daya tarik bagi para penyelam.

KEK Morotai dan perkembangannya

KEK Morotai telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2014 dan memiliki luas area 1.101,76 Ha. KEK Morotai memiliki keunggulan geostrategis, yaitu merupakan pulau terluar di sisi timur laut Indonesia yang dekat dengan negara-negara ASEAN dan Asia Timur.

Melalui PP 50/2014, pulau paling terluar di sisi timur laut Indonesia ini diproyeksikan menjadi sentra industri pengolahan perikanan. Selain itu, juga diharapkan dapat menjadi kawasan destinasi wisata internasional dengan estimasi nilai investasi sebesar Rp 30,44 triliun hingga 2025. Tidak hanya itu, pemerintah juga menetapkan target serapan tenaga kerja di KEK Morotai sebanyak 30.000 hingga tahun 2025.

Penetapan wilayah Morotai menjadi KEK ini dimaksudkan sebagai upaya memberikan kemudahan bagi para pelaku usaha untuk berinvestasi, tanpa harus melalui prosedur birokrasi yang rumit.

Dalam Laporan Perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tahun 2022 yang diterbitkan Dewan Kawasan Ekonomi Khusus Republik Indonesia, disebutkan perkembangan KEK Morotai sepanjang tahun 2022.

Disiapkan sebagai KEK dengan kegiatan utama pengolahan perikanan, pariwisata, dan logistik, pembangunan di KEK Morotai terus berjalan. PT Jababeka Morotai selaku Badan Usaha Pembangun dan Pengelola (BUPP) dan pelaku usaha, telah selesai membangun Loft Studio I Tower dengan 81 unit dan siap beroperasi.

Selain itu, juga sudah tersedia 41 unit homestay dan proses pemecahan sertifikat homestay telah selesai dan sudah terjual 17 unit. Juga telah tersedia 6 unit ruko UMKM dan kantor administrator di kawasan. Selain itu, PT Jababeka Morotai telah memanfaatkan sistem pelayanan elektronik kepabeanan dan perpajakan.

Sepanjang tahun 2022, KEK Morotai telah merealisasikan investasi sebesar Rp 187,95 miliar dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 40 orang. Sementara, capaian kumulatif investasi sampai dengan Desember 2022 tercatat sebesar Rp 449,95 miliar dan total penyerapan kerja mencapai 140 orang.

Dalam laporan yang sama disebutkan pula beberapa tantangan yang dihadapi oleh KEK Morotai yang membuat perjalanannya tidak optimal. Salah satunya adalah sulit dikembangkannya sebagian lokasi KEK Falila.

Untuk mengatasi persoalan ini, Dewan Nasional (Denas) KEK telah menyetujui untuk dilakukan perubahan lokasi ke Tanjung Dehegila. Masalah lainnya, BUPP belum memiliki anchor investor dan rencana bisnis yang jelas.

Pada November 2022, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno melakukan kunjungan dalam rangka event perayaan Sail Tidore 2022 sekaligus menghadiri peletakan batu pertama Falila Square di KEK Morotai.

Dalam kesempatan ini, Sandiaga memuji KEK Morotai mempunyai keunggulan geo-strategis, historis dan wisata bahari dengan keindahan yang memesona. Sandiaga juga mengapresiasi PT Jababeka Morotai yang telah mengembangkan KEK Morotai dengan inovasi teknologi panel surya terbaru dari Jepang.

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Wisatawan mengamati aktivitas vulkanik Gunung Dukono di Pulau Halmahera dari tepi Pantai Tanjung, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, Selasa (22/11/2016). Gunung Dukono yang berketinggian 1.335 meter di atas permukaan laut ini merupakan salah satu gunung api teraktif di Halmahera. Gunung yang memiliki beberapa kawah besar ini terakhir meletus di bulan Agustus yang berdampak desa-desa sekitarnya tertutup abu vulkanik.

Pada tahun 2023, KEK Morotai memiliki rencana bisnis dengan investasi ditargetkan mencapai Rp 163 miliar dan mampu menyerap tenaga kerja sampai dengan 600 orang. Rencana bisnis tersebut di antaranya melakukan pengembangan industri perikanan melalui konsorsium perikanan, pengembangan biocrop – pabrik kelapa, pembangunan PLTS oleh QD Japan, pembangunan hotel oleh PT RCI, dan pembangunan mal bersama Binamitra.

Adapun dukungan yang akan diberikan oleh kementerian lembaga dan daerah demi melancarkan berjalannya dan demi menarik investor serta mencapai target investasi pada 2023, yaitu memberikan dukungan pemasaran produk, dan event pariwisata dan ekonomi kreatif, melakukan pemerataan jaringan telekomunikasi 4G di seluruh KEK dan sekitarnya, dan melakukan proses perizinan industri perikanan tangkap.

Pemerintah mengharapkan KEK Morotai dapat berjalan lancar dan bisa menarik investor serta dapat mencapai rencana investasi yang sudah ditargetkan pada tahun 2023.

Di sisi wisatawan, tercatat pada tahun 2021 mencapai 60.000 orang. Angka ini terbilang lumayan bagus lantaran situasi pandemi, dan masih dalam masa pembatasan. Sedangkan, sebelum pandemi angka kunjungan wisatawan ke Pulau Morotai bisa tembus di atas 100.000 orang setahun. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Arsip Kompas
  • “Hilangnya Jejak MacArthur di Kesunyian Morotai”, Kompas, Oktober 2006, hlm. 25
  • “Morotai: Situs Perang Dunia II Nyaris Punah”, Kompas, 04 Agustus 2009, hlm. 24
  • “Wilayah Perbatasan: Morotai, Mutiara Terpendam”, Kompas, 24 Juli 2010, hlm. 05
  • “Pengembangan Wisata: Di Bawah Matahari Morotai * Pesona Wisata Indonesia”, Kompas, 03 Agustus 2016, hlm. 22
  • “Hiu dan Masa Depan Perairan Morotai”, Kompas, 30 September 2018, hlm. 05
Internet
Peraturan
  • UU 39/2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
  • PP 50/2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Morotai
  • Keppres 44/2014 tentang Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Maluku Utara

Artikel terkait