KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Kondisi bawah laut di titik selam zona pariwisata Pantai Yoro yang berbatasan dengan perairan kaombo di Desa Wali, Binongko, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Rabu (27/9/2017). Perlindungan terumbu karang setempat dberlakukan untuk menjamin ketersediaan sumber protein bagi masyarakat.
Fakta Singkat
Kawasan Pariwisata Wakatobi
- Terletak di Sulawesi Tenggara
- Wakatobi adalah kawasan pariwisata dan kawasan taman nasional
- Ditetapkan sebagai KSPN Wakatobi tahun 2016
- Taman Nasional Wakatobi resmi berstatus sebagai taman nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Kpts-II/2002
- Jumlah wisatawan di Kabupaten Wakatobi 2022 sebanyak 10.528 orang
Kawasan wisata Wakatobi merupakan bentang kepulauan yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Kawasan ini terkenal sebagai salah satu tujuan wisata menarik di Indonesia, khususnya wisata bahari.
Merujuk dari pembentukan istilah atau kata, Wakatobi merupakan akronim dari nama empat pulau dalam gugusan Kepulauan Wakatobi. Keempat pulau itu adalah Pulau Wangi-wangi, Pulau Kalidupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko. Pada zaman dahulu sebelum dikenal sebagai destinasi wisata, Wakatobi terkenal sebagai tempat para pandai besi.
Wakatobi memiliki beragam destinasi wisata baik alam maupun budaya serta beragam keunikan. BPS Kabupaten Wakatobi mencatat ada 646 tempat wisata yang terdiri dari 195 wisata alam dan 451 wisata budaya di Kabupaten Wakatobi.
Berada di perairan “Coral Tri-Angle” atau wilayah segitiga terumbu karang, Taman Nasional Wakatobi memiliki keanekaragaman terumbu karang dan hayati laut lainnya tertinggi di dunia. Keberadaan 25 buah gugusan terumbu karang dan kedalaman yang ideal menjadikan perairan di taman nasional Kepulauan Wakatobi menjadi tempat ideal bagi berbagai jenis biota laut.
Wakatobi tercatat memiliki kawasan terumbu karang seluas 118 ribu hektare dan Kaledupa Atoll sepanjang 48 km, yang menjadikan sebagai atol terpanjang di dunia. Itu membuat Wakatobi punya spesies ikan dan terumbu karang terbanyak di dunia dibanding pusat-pusat selam dunia lainnya, seperti Pulau Karibia dan Laut Merah.
Wilayah laut Wakatobi tercatat memiliki setidaknya 750 dari total 850 spesies koral dunia yang memadati bawah laut kawasan ini. Konfigurasi kedalamannya bervariasi mulai dari datar sampai melandai ke laut dan area bertubir curam. Bagian terdalam perairannya mencapai 1.044 meter.
Wakatobi merupakan rumah bagi beberapa jenis burung laut, seperti angsa batu cokelat, cerek melayu, dan raja udang erasia. Juga, sederet jenis penyu, termasuk penyu sisik, penyu tempayan, dan penyu lekang.
Kepulauan Wakatobi juga dikelilingi pantai dari pulau-pulau karang sepanjang 600 km. Kawasan pantai di Wakatobi sangat cocok untuk wisata diving, snorkeling, berenang, dan memancing.
Pantai-pantai yang terkenal di antaranya Pantai Kaluku, Pantai Moli’i Sahatu, Pantai Jodoh, Pantai Melai One, Pantai Waikesa, Pantai Sousu, dan Pantai Waha atau Pantai Cemara.
Wakatobi juga sering dijuluki sebagai “surganya” para penyelam dari berbagai penjuru dunia. Beberapa spot menyelam, seperti Pantai Sombu dan Onemohute di Pulau Wangi-Wangi, Pulau Hoga Kaledupa, Pulau Tomia, Pulau Binongko.
Tak hanya pantai, sejumlah wisata hutan juga menarik untuk dikunjungi seperti Hutan Lindung Motika, Hutan Lindung Tindoi, serta Hutan Mangrove Liya Bahari dan Liya Togo. Selain itu, terdapat pula wisata pemandian air di sejumlah goa seperti Air Goa Kontamale, Air Goa Tee Kosapi, Pemandian Alam Tee Kuea, Air Goa Walobu, Wa Pia-pia, dan Watu Tofengka.
Dari aspek budaya, di wilayah ini berdiam Suku Bajo atau yang dikenal sebagai “Orang Laut” atau “Sea Gipsy”. Suku ini merupakan pelaut ulung yang tinggal di berbagai pelosok Indonesia, mulai dari Sulawesi, Papua, hingga NTT. Sebagian kecil suku ini pun tersebar di Filipina dan Malaysia.
Kampung Bajo di Wakatobi sendiri telah jadi destinasi wisata budaya. Area ini berada tak jauh dari daratan, mengapung di atas laut. Letaknya membuat kawasan ini jadi spot favorit melihat matahari terbenam karena langsung menghadap batas cakrawala.
Dengan beragam pesona dan keunikannya tersebut, tak heran jika pemerintah terus membenahi kawasan Wakatobi. Bahkan pada tahun 2016, pemerintah telah menetapkan Wakatobi sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional atau disingkat KSPN. Dengan penetapan tersebut, Wakatobi diharapkan bisa terus dikembangkan sebagai destinasi wisata kelas dunia.
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Penyelam melintasi rataan ekosistem terumbu karang yang masih sangat bagus di titik selam Mari Mabuk, Tomia, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Rabu (12/4/2017). Alam laut Wakatobi menjadi unggulan wisata bahari nasional yang harus dikembangkan secara hati-hati agar tidak malah merusak ekosistem terumbu karang setempat yang rentan mengalami kerusakan.
Profil singkat Kabupaten Wakatobi
Sebelum menjadi daerah otonom, wilayah Kabupaten Wakatobi lebih dikenal sebagai Kepulauan Tukang Besi karena kepandaian warganya dalam mengolah besi menjadi berbagai perkakas yang berkualitas tinggi. Sebelum kemerdekaan Indonesia, Wakatobi berada di bawah kekuasaan Kesultanan Buton.
Setelah Indonesia merdeka, Sulawesi Tenggara berdiri sebagai provinsi. Awalnya wilayah Wakatobi hanya berstatus beberapa kecamatan dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Buton.
Sejak 18 Desember 2003, Wakatobi resmi ditetapkan sebagai salah satu kabupaten pemekaran di Sulawesi Tenggara yang terbentuk berdasarkan UU 29/2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi, dan Kabupaten Kolaka Utara.
Pertama kali terbentuk, Wakatobi hanya terdiri dari lima kecamatan, seperti Kecamatan Wangi-Wangi, Wangi Selatan, Kecamatan Kaledupa, Kecamatan Tomia, dan Kecamatan Binongko.
Pada 2005, melalui Perda Kabupaten Wakatobi Nomor 19 Tahun 2005 dibentuk Kecamatan Kaledupa Selatan. Lalu melalui Perda Kabupaten Wakatobi Nomor 20 Tahun 2005 dibentuk Kecamatan Tomia Timur.
Selanjutnya, tahun 2007 melalui Perda Kabupaten Wakatobi Nomor 41 Tahun 2007 dibentuk Kecamatan Togo Binongko sehingga jumlah kecamatan Kabupaten Wakatobi menjadi delapan kecamatan yang terdiri dari 25 kelurahan dan 75 desa.
Dari total luas wilayah kurang lebih 19.200 kilometer persegi, wilayah Kabupaten Wakatobi didominasi oleh laut (97 persen) dan daratan hanya seluas 3 persen. Tak heran jika sektor kelautan, perikanan, dan pariwisata bahari menjadi andalan utama daerah ini.
Kabupaten Wakatobi dihuni oleh 115.286 jiwa pada tahun 2022. Rinciannya, penduduk laki-laki sebanyak 57.662 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 57.624 jiwa, dengan rasio jenis kelamin sebesar 100 dan kepadatan penduduk sebesar 243 penduduk per km persegi.
Lapangan pekerjaan terbesar penduduk Wakatobi di tahun 2022 berasal dari sektor jasa sebesar 26.222 pekerja, disusul sektor manufaktur 19.368 pekerja, dan sektor pertanian sebesar 7.924 pekerja. Sementara dari aspek pendidikan, angkatan kerja di Wakatobi sebagian besar berpendidikan SD ke bawah.
Di wilayah ini, terdapat dua golongan etnis besar, yakni Buton dan Bajo. Etnis Buton menyebut diri mereka suku darat, karena dominan menetap di darat. Mereka merupakan representasi dari 11 suku-suku. Penduduk etnik Buton diperkirakan mencapai 91,33 persen dari total penduduk. Sementara etnis Bajo mendiami wilayah pesisir Wakatobi dengan jumlah 7,92 persen.
Di bidang pariwisata, keindahan bawah laut menjadi dasar pemerintah Kabupaten Wakatobi merumuskan visi pembangunan kepariwisataan, yakni “Terwujudnya Wakatobi sebagai Destinasi Ekowisata Berkelas Dunia dan Berbasis Masyarakat 2016-2025” seperti tercantum dalam Perda Kabupaten Wakatobi No. 4 Tahun 2017.
Visi ini adalah kelanjutan dari visi pemerintah periode 2006-2016 yaitu “Terwujudnya Surga Nyata Bawah Laut di Pusat Segi Tiga Karang Dunia” yang dicetuskan oleh Pemkab Wakatobi pada 2012.
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Seekor ikan badut atau ikan anemon (Amphiprion sp) bermain di “rumah”-nya yang berupa anemon di titik selam Hoga Channel di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/4/2017).
Taman Nasional Wakatobi
Taman Nasional Wakatobi merupakan salah satu dari 50 taman nasional di Indonesia. Gagasan pembentukan Taman Nasional Wakatobi sendiri sudah dimulai sejak tahun 1989 silam. Pada saat itu, wilayah Wakatobi merupakan kawasan konservasi laut yang ditetapkan melalui survei yang diselenggarakan Dirjen Kehutanan dan Konservasi Alam.
Dalam survei tersebut, terungkap bahwa Wakatobi memiliki sumber daya laut yang sangat melimpah. Kandungan laut di Wakatobi ini antara lain terumbu karang, beragam jenis ikan, hingga keragaman habitat yang menghasilkan panorama laut yang memukau.
Pada tahun 1995, Wakatobi ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 462/KPTSII/1995. Penetapan ini tidak terlepas dari keberadaan Kepulauan Wakatobi sebagai salah satu wilayah yang memiliki keanekaragaman hayati laut yang terlengkap di Dunia.
Dari wilayah konservasi laut, Kepulauan Wakatobi kemudian diubah namanya menjadi Taman Nasional Wakatobi pada Juli 1996 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 393/KPTS-VI/1996.
Kemudian pada 9 Agustus 2002, kawasan ini secara resmi ditetapkan sebagai Taman Nasional Wakatobi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Kpts-II/2002 tanggal 19 Agustus 2002 sebagai Taman Nasional Wakatobi.
Keputusan tersebut, selanjutnya mengikat 1,390 juta hektar beserta warga di dalamnya sebagai bagian dari kawasan konservasi. Keputusan lalu diikuti dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi untuk menjadikan sektor perikanan berkelanjutan dan sektor kepariwisataan berkelanjutan sebagai dua pilar ekonomi andalan.
Dalam perkembangannya, Wakatobi ditetapkan pemerintah menjadi salah satu dari sepuluh Kawasan Strategis Pariwisata Nasional atau KSPN pada tahun 2016. Pariwisata Wakatobi dikembangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara.
Selain itu, Taman Nasional Wakatobi telah ditetapkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO sebagai salah satu kawasan cagar biosfer dunia di Indonesia. Penetapannya disepakati pada pertemuan Penasihat Internasional Committee untuk Biosphere Reserve Program MAB UNESCO ke-18 di Paris pada 2012 lalu.
Tak hanya itu, pada tahun 2017 Taman Nasional Wakatobi mendapatkan penghargaan ASEAN Heritage Parks berbarengan dengan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Wakatobin menjadi ASEAN Heritage Parks ke-40 yang ditetapkan dalam 27th Meeting of The ASEAN Working Group on Nature Conservation and Biodiversity (AWGNCB) yang berlangsung di Brunei Darussalam.
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Penyu hijau tampak berenang di perairan Mari Mabuk, sekitar Pulau Tomia di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Rabu (12/4/2017).
Pengembangan Wakatobi
Sebagai daerah yang telah masuk dalam KSPN, Kabupaten Wakatobi telah termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun 2020-2024.
RPJM yang dimaksud berupa pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata seperti peningkatan kualitas jalan, penambahan kapasitas bandara, dan pembangunan dermaga fery di empat pulau. Pembangunan kualitas jalan tahun ini bukan hanya bertitik di pulau Wangi-wangi.
Begitupun dengan pembangunan dermaga fery. Untuk menghubungkan ke empat pulau, Dermaga fery bakal dibangun untuk penyeberangan Tomia-Binongko, Tomia-Kaledupa dan Kaledupa-Wangi-wangi.
Pembangunan Kabupaten Wakatobi bakal diklaster tiap-tiap pulau yang akan disesuaikan dengan Program Rencana Induk Pariwisata Terpadu/Integrated Tourism Master Plan (ITMP). Hal itu dilihat dari kondisi Wakatobi sebagai daerah kepulauan. Klaster itu akan disesuaikan dengan potensi masing-masing pulau.
ITMP dan pengembangan pariwisata terutama di Wakatobi dilakukan bersama-sama beberapa instansi yakni Kementerian PPN/Bappenas, Kemenparekraf, Kementerian PUPR, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Dalam penyusunan ITMP ini, BPIW mengacu pada Rencana Induk Pariwisata Nasional dan juga Peraturan Daerah (Perda) yang terkait pengembangan pariwisata di daerah tersebut.
Ada empat komponen yang disusun dalam ITMP, yakni pertama, komponen aspek kelembagaan. Kedua adalah aspek infrastruktur khususnya infrastruktur jalan dan infrastrukur dasar seperti air minum dan sanitasi.
Komponen ketiga terkait tugas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata. Lalu, komponen keempat dalam ITMP adalah promosi yang dilakukan BKPM.
Sejalan dengan hal itu, pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata akan menggelontorkan anggaran sekitar Rp 200 miliar untuk pembangunan infrastruktur pariwisata Kabupaten Wakatobi. Rencana pembangunan infrastruktur pariwisata mulai berjalan dari 2020 sampai 2021.
Pada akhir Oktober 2022, kontrak empat paket pengerjaan KSPN di Wakatobi untuk tahap pertama, telah ditandatangani. Penataan KSPN tahap I ini mencakup penataan Alun-alun Lapangan Merdeka, penataan kawasan Sombu Dive, penataan kawasan Puncak Toliamba dan penataan Danau Kapota. Keempatnya berada di Pulau Wangi-Wangi.
Adapun anggaran yang dipersiapkan kurang lebih Rp 88 miliar. Rencananya pekerjaan ini akan diselesaikan pada akhir tahun 2023 ini.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Warga bergotong-royong mendorong perahu milik salah satu warga yang telah selesai dibuat di Desa Jaya Makmur, Kecamatan Binongko, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Rabu (27/9/2017). Tradisi gotong royong membantu sesama masih kental dipegang dan dilestarikan masyarakat di daerah ini.
Wisatawan dan akomodasi
Kabupaten Wakatobi memiliki potensi sumber daya alam, peninggalan sejarah, seni dan budaya yang sangat besar sebagai daya tarik wisata, baik bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Pada tahun 2021, kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) tercatat sebanyak 9.033, sementara wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 21 dengan total kunjungan sebanyak 9.054. Sementara di tahun 2022, jumlah kunjungan wisnus ke Wakatobi sebanyak 10.528 dan kunjungan wisman sebanyak 810 dengan total kunjungan 11.338.
Naiknya kunjungan itu didukung oleh sejumlah event berskala nasional yang diselenggarakan di Wakatobi mulai dari acara Wakatobi Wonderful Festival and Expo (Wave), Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) SUMMIT dan dijadikannya Wakatobi sebagai tuan rumah hari Nusantara 2022.
Untuk tahun 2023, Pemerintah Daerah (Pemda) Wakatobi berupaya untuk terus mendongkrak pariwisata. Salah satunya, Pemda Wakatobi menyiapkan anggaran untuk mensubsidi maskapai penerbangan yang akan melayani rute Wakatobi-Kendari kurang lebih Rp 6 miliar untuk tahun 2023 ini.
Untuk mendukung pariwisata, di Wakatobi terdapat akomodasi yang mencakup hotel, resort, wisma, dan penginapan. BPS Kabupaten Wakatobi mencatat jumlah akomodasi di Wakatobi tahun 2022 tercatat sebanyak 399 unit. Rinciannya, sejumlah 179 unit akomodasi berada di Pulau Kaledupa. Kemudian 110 unit berada di Pulau Wangi-Wangi dan 55 unit di Pulau Tomia, serta 55 unit lainnya berada di Pulau Binongko.
Adapun restoran/rumah makan yang ada di Kabupaten Wakatobi tahun 2022 berjumlah 59. Sebanyak 55 restoran/rumah makan diantaranya berada di Pulau Wangi-Wangi. Kemudian, tiga restoran atau rumah makan di Pulau Kaledupa dan satu restoran atau rumah makan berada di Pulau Tomia. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- “Konservasi Perairan: Tempat Keramat, Bank Ikan, dan Harapan Nelayan di Kepulauan Tomia”, Kompas, 07 Februari 2014, hlm. 14
- “Pariwisata: Kembangkan Wakatobi Berkelanjutan”, Kompas, 08 Agustus 2015, hlm. 18
- “Berburu ”Lummu” di Wakatobi”, Kompas, 16 Agustus 2015, hlm. 25
- “Perjalanan: Isyarat Bintang di Langit Wakatobi”, Kompas, 06 September 2015, hlm. 25
- “Pariwisata: Wakatobi Masih Merana”, Kompas, 30 September 2015, hlm. 17
- “Keindahan Wakatobi Terus Dipasarkan ke Wisatawan”, Kompas Web, 04 Nov 2015
- “Dua TN Diusulkan Jadi ASEAN Heritage Park * TN Kepulauan Seribu dan Wakatobi Memiliki Keunikan”, Kompas, 26 Juli 2016, hlm. 21
- “24 Jam: Wakatobi”, Kompas, 31 Jul 2016, hlm. 28
- “Pariwisata: Wakatobi Menuju Ekuilibrium Baru * Pesona Wisata Indonesia”, Kompas, 01 Agustus 2016, hlm. 22
- “Wakatobi: Jadi Pemain di Negeri ”Surga” Bawah Laut * Pesona Wisata Indonesia”, Kompas, 01 Agustus 2016, hlm. 22
- “Pengelolaan Ekowisata: Wakatobi, Surga Bawah yang Rapuh”, Kompas, 29 April 2017, hlm. 14
- “Pariwisata: Aplikasi ”E-tour Wakatobi” untuk Gaet Wisatawan”, Kompas, 28 September 2019, hlm. 15
- “Wakatobi, Riwayatmu Kini”, Kompas, 06 Oktober 2022, hlm. 12
- Kabupaten Wakatobi Dalam Angka 2023. BPS Kabupaten Wakatobi
- Buletin Napoleon Taman Nasional Wakatobi Edisi Januari – Juni 2023
- Firmansyah, Fikri; Mustofa, Adib; Estradivari; Damora, Adrian; Handayani, Christian; Ahmadia, Gabby; Harris, Jill. 2017. Satu Dekade Pengelolaan Taman Nasional Wakatobi: Keberhasilan dan Tantangan Konservasi Laut. WWF
- Al Dilwan, Muhammad; Astina, I Komang; Bachri, Syamsul. Pariwisata Wakatobi dalam Perspektif Produksi Ruang. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 4 Nomor: 11 Bulan November Tahun 2019, hlm. 1496-1503
- Sejarah Singkat Pemerintah Kabupaten Wakatobi. Diakses dari laman Pemerintah Kabupaten Wakatobi
- Mewujudkan 10 Bali Baru dan KEK. Diakses dari laman Kompas.id
- Wakatobi, Surga Wisata Laut dan Budaya. Diakses dari laman Kompas.id
- Pantang Patah di “Pulau Karang Bertanah”. Diakses dari laman Kompas.id
- Terhenti Lima Bulan, Penerbangan ke Wakatobi Dikabarkan Beroperasi Bulan Depan. Diakses dari laman Kompas.id
- Setengah Mati Pariwisata Wakatobi. Diakses dari laman Kompas.id
- Taman Nasional Wakatobi: Sejarah, Ekosistem, dan Tempat Wisata di Dalamnya. Diakses dari Kompas.com
- UU 10/2009 tentang Kepariwisataan
- PP 50/2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional 2010-2025.
- Perpres 18/2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024
- Peraturan Menteri Pariwisata No. 29 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019
- Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 12 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2020-2024
- Perda Kabupaten Wakatobi No. 4 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2016-2025
Artikel terkait