Daerah

Kabupaten Karawang: Lumbung Padi yang Jadi Kawasan Industri Terbesar

Kabupaten Karawang dulunya dikenal sebagai lumbung padi di Jawa Barat. Namun sekarang, daerah ini telah bertransformasi menjadi kawasan industri terbesar di Indonesia. Salah satu daerah penyangga ibu kota negara DKI Jakarta ini juga menyandang predikat sebagai Kota Pangkal Perjuangan karena dulu daerah Rengasdengklok menjadi saksi bisu awal pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Monumen Kebulatan Tekad di Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (6/8/2015). Di seberang Sungai Cikapundung Soekarno dan Hatta tinggal di kediaman Djiaw Kie Siong selama penculikan oleh pemuda Peta agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia 16 agustus 1945.

Fakta Singkat

Hari Jadi 
14 September 1633

Dasar Hukum
Undang-Undang No. 14/1950

Luas Wilayah
1.913,71 km2

Jumlah Penduduk
2.468.576 jiwa (2021)

Kepala Daerah
Wali Kota Ade Cellica Nurachadiana
Wakil Wali Kota H. Aep Syaefulloh

Instansi terkait
Pemerintah Kabupaten Karawang

Karawang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Tak hanya sebagai salah satu daerah penyangga ibu kota Jakarta, kabupaten ini menjadi salah satu daerah industri terbesar di Indonesia.

Setelah kemerdekaan, Kabupaten Karawang dibentuk berdasarkan UU 14/1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat.

Pemerintah Kabupaten Karawang menetapkan hari jadi Kabupaten Karawang pada Tanggal 10 Rabi’ul awal tahun 1043 H, atau bertepatan dengan tanggal 14 September 1633.

Kabupaten ini terdiri dari 30 kecamatan, 12 kelurahan, dan 297 desa. Kepala daerah yang menjabat saat ini adalah Bupati Cellica Nurachadiana dan Wakil Bupati H. Aep Syaefulloh (2021–2026). Tahun 2021, Karawang dihuni oleh 2,46 juta jiwa.

Karawang dulunya dikenal sebagai lumbung padi Jawa Barat. Namun sejak tahun 1980-an, lahan-lahan pertanian banyak beralih fungsi menjadi kawasan industri sehingga Karawang kini lebih dikenal sebagai Kota Industri.

Banyak kawasan industri dibangun dan diisi oleh perusahaan besar. Banyak pabrik mutasi dari daerah lain yang memilih Karawang karena tempatnya yang lebih strategis. Karawang sudah dipersiapkan oleh pemerintah sebagai kawasan industri modern melalui penerbitan Keppres 53/1989 tentang Kawasan Industri.

Sebagai kota industri, kabupaten ini menjadi magnet bagi perantau dari seluruh Indonesia yang sedang mencari kerja. Bahkan tidak sedikit yang memilih tinggal dan menetap di Karawang.

Di samping kota industri, Karawang terkenal pula sebagai Kota Pangkal Perjuangan karena dahulu daerah Rengasdengklok menjadi saksi bisu di mana awal pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia dimulai. Ketika itu, presiden pertama Ir. Soekarno diculik untuk diamankan di Karawang tepatnya di Rengasdengklok. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai insiden Rengasdengklok.

Visi Kabupaten Karawang untuk periode 2021–2026 adalah “Mewujudkan Karawang Mandiri, Bermartabat, dan Sejahtera”. Adapun misinya ada empat, yakni terwujudnya sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing; terwujudnya ekonomi kerakyatan yang kreatif, produktif, dan berdaya saing serta berbasis pada potensi lokal.

Kemudian, terwujudnya tata kelola lingkungan hidup yang aman, nyaman dan mendukung proses pembangunan yang berkesinambungan; serta terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik dan pelayanan publik yang berkualitas.

Sejarah pembentukan

Dalam Booklet Gambaran Umum Kabupaten Karawang Tahun 2014, disebutkan wilayah Karawang sudah sejak lama dihuni manusia. Peninggalan Situs Batujaya dan Situs Cibuaya yang luas menunjukkan pemukiman pada awal masa modern yang mungkin mendahului masa Kerajaan Tarumanagara. Penduduk Karawang semula beragama Hindu dan Budha dan wilayah ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda.

Sekitar abad ke-15, agama Islam masuk ke Karawang yang dibawa oleh ulama besar Syeikh Hasanudin bin Yusup Idofi dari Champa, yang terkenal dengan sebutan Syeikh Quro. Pada masa itu, sebagian besar wilayah Karawang masih berupa hutan belantara dan berawa-rawa.

Keberadaan daerah Karawang telah dikenal sejak Kerajaan Pajajaran yang berpusat di daerah Bogor. Karawang pada masa itu merupakan jalur lalu lintas yang sangat penting untuk menghubungkan Kerajaan Pakuan Pajajaran dengan Galuh Pakuan yang berpusat di Daerah Ciamis.

Luas wilayah Kabupaten Karawang pada saat itu tidak sama dengan luas wilayah Kabupaten Karawang pada masa sekarang. Pada saat itu, luas wilayah Kabupaten Karawang meliputi Bekasi, Purwakarta, Subang dan Karawang sendiri.

Setelah Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579, pada tahun 1580 berdiri Kerajaan Sumedanglarang sebagai penerus Kerajaan Pajajaran dengan Rajanya Prabu Geusan Ulun. Kerajaan Islam Sumedanglarang memilliki pusat pemerintahan di Dayeuhluhur dan membawahi Sumedang, Galuh, Limbangan, Sukakerta, dan Karawang.

Pada tahun 1608, Prabu Geusan Ulun wafat dan digantikan oleh putranya Ranggagempol Kusumahdinata. Pada masa itu, di Jawa Tengah telah berdiri Kerajaan Mataram, yang merupakan kerajaan terbesar di pulau Jawa, dengan Rajanya Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613–1645).

Salah satu cita-cita Sultan Agung pada masa pemerintahannya adalah tidak menginginkan wilayah Nusantara diduduki atau dijajah oleh bangsa lain dan ingin mempersatukan Nusantara dan mengusir VOC (Belanda) dari Batavia. Dalam upaya mengusir VOC yang telah berkuasa di Batavia, Sultan Agung mempersiapkan diri dengan terlebih dahulu menguasai daerah Karawang, untuk dijadikan sebagai basis atau pangkal perjuangan dalam menyerang VOC.

Ranggagempol Kusumahdinata sebagai Raja Sumedanglarang memiliki hubungan keluarga dengan Sultan Agung dan mengakui kekuasaan Mataram, maka pada tahun 1620 Ranggagempol Kusumahdinata menghadap ke Mataram dan menyerahkan Kerajaan Sumedanglarang di bawah naungan Kerajaan Mataram.

Sultan Agung kemudian mengangkat Ranggagempol Kusumahdinata menjadi Bupati (Wadana) untuk tanah Sunda dengan batas-batas wilayah di sebelah timur Kali Cipamali, di sebelah barat Kali Cisadane, di sebelah utara Laut Jawa dan di sebelah selatan Laut Kidul.

Pada tahun 1624, Ranggagempol Kusumahdinata wafat dan sebagai penggantinya, Sultan Agung mengangkat Ranggagede, yang juga merupakan putra Prabu Geusan Ulun. Sultan Agung kemudian memerintahkan Raja Sumedanglarang, Ranggagede, untuk mempersiapkan bala tentara dan logistik dengan membuka lahan-lahan pertanian, yang kemudian berkembang menjadi lumbung padi dalam rangka persiapan Karawang menjadi basis atau pangkal perjuangan dalam menyerang VOC.

Ranggagempol II, putra Ranggagempol Kusumahdinata yang seharusnya menerima tahta kerajaan, merasa disisihkan dan sakit hati. Kemudian beliau berangkat ke Banten untuk meminta bantuan Sultan Banten agar dapat menaklukkan Kerajaan Sumedanglarang dengan perjanjian apabila berhasil, maka seluruh wilayah kekuasaan Sumedanglarang akan diserahkan kepada Kesultanan Banten.

Sejak saat itu, banyak tentara Banten yang dikirim ke Karawang terutama di sepanjang Sungai Citarum. Pasukan tersebut berada di bawah pimpinan Sultan Banten. Selain untuk memenuhi permintaan Ranggagempol II, juga dimaksudkan sebagai langkah awal Kesultanan Banten untuk menguasai Karawang, sekaligus sebagai persiapan untuk merebut kembali pelabuhan Banten yang telah dikuasai oleh Kompeni (Belanda), yaitu pelabuhan Sunda Kelapa.

Berita masuknya tentara Banten ke Karawang, akhirnya sampai ke Mataram. Maka pada tahun 1624, Sultan Agung mengutus Surengrono (Aria Wirasaba) dari Mojo Agung, Jawa Timur untuk berangkat ke Karawang dengan membawa 1.000 prajurit dengan keluarganya. Perjalanan dari Mataram melalui Banyumas dengan tujuan untuk membebaskan Karawang dari pengaruh Banten, mempersiapkan logistik dengan membangun gudang-gudang beras dan meneliti rute penyerangan Mataram ke Batavia.

Langkah awal yang dilakukan Aria Surengrono adalah dengan mendirikan tiga desa, yaitu Desa Waringinpitu (Telukjambe), Desa Parakansapi (di Kecamatan Pangkalan, yang sekarang telah terendam waduk Jatiluhur), dan Desa Adiarsa (sekarang termasuk Kecamatan Karawang Barat).

Kekuatan pasukan dipusatkan di Desa Waringinpitu. Oleh karena jauh dan sulitnya hubungan antara Karawang dengan Mataram, Aria wisaba belum dapat melaporkan tugas yang sedang dilaksanakannya kepada Sultan Agung.

Keadaan tersebut menjadikan Sultan Agung beranggapan bahwa tugas yang diemban oleh Aria Wisaba gagal dilaksanakan. Karenanya, demi menjaga keselamatan wilayah Kerajaan Mataram sebelah barat, pada tahun 1628 dan 1629, Sultan Agung memerintahkan bala tentara Kerajaan Mataram untuk melakukan penyerangan terhadap VOC (Belanda) di Batavia, namun serangan tersebut gagal karena keadaan medan yang sangat berat.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Foto udara situs Candi Jiwa (kiri) dan situs Candi Blandongan di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Karawang, Jawa Barat, Kamis (14/5/2020). Kompleks percandian di Batujaya adalah bukti kemegahan sisa peradaban manusia masa lalu di wilayah pantai utara Jawa Barat, yang masih tersisa. Menapaki setiap sudutnya membawa kita berimajinasi kembali ke zaman itu. Kompleks percandian di Batujaya merupakan yang terluas di Jawa Barat dan tertua di Indonesia. Letaknya sekitar 40 kilometer sebelah barat Kota Karawang.

Sultan Agung kemudian menetapkan daerah Karawang sebagai pusat logistik yang harus mempunyai pemerintahan sendiri dan langsung berada di bawah pengawasan Mataram serta harus dipimpin oleh pemimpin yang cakap dan ahli perang, serta mampu menggerakkan masyarakat untuk membangun persawahan guna mendukung pengadaan logistik dalam rencana penyerangan kembali terhadap VOC (Belanda) di Batavia.

Pada tahun 1632, Sultan Agung mengutus Wiraperbangsa Sari Galuh dengan membawa 1.000 prajurit dengan keluarganya menuju Karawang. Tujuannya untuk membebaskan Karawang dari pengaruh Banten, dan mempersiapkan logistik sebagai bahan persiapan melakukan penyerangan terhadap VOC (Belanda) di Batavia.

Tugas yang diberikan kepada Wiraperbangsa terlaksana dengan baik. Atas keberhasilannya tersebut, Wiraperbangsa oleh Sultan Agung dianugrahi jabatan Wedana (setingkat Bupati) di Karawang dan diberi gelar Adipati Kertabumi III serta mendapat hadiah sebilah keris yang bernama “Karosinjang”.

Setelah Wiraperbangsa wafat, jabatan Bupati di Karawang dilanjutkan oleh putranya yang bernama Raden Singaperbangsa dengan gelar Adipati Kertabumi IV yang memerintah pada tahun 1633–1677.

Pada tanggal 14 September 1633 Masehi, bertepatan dengan tanggal 10 Maulud 1043 Hijriah, Sultan Agung melantik Singaperbangsa sebagai Bupati Karawang yang pertama, sehingga Hari Jadi Kabupaten Karawang dirayakan setiap tanggal 14 September.

Pada masa menjelang Kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Karawang menyimpan banyak catatan sejarah. Rengasdengklok merupakan tempat disembunyikannya Soekarno dan Mohammad Hatta oleh para pemuda Indonesia untuk secepatnya merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1945.

Kabupaten Karawang juga menjadi inspirasi sastrawan Chairil Anwar menulis karya “Antara Karawang-Bekas”i karena peristiwa pertempuran di daerah sewaktu pasukan dari Divisi Siliwangi harus meninggalkan Bekasi menuju Karawang yang masih menjadi daerah kekuasaan Republik.

Kecamatan Rengasdengklok adalah daerah pertama milik Republik Indonesia yang berani mengibarkan bendera Merah Putih sebelum Proklamasi kemerdekaan Indonesia digaungkan. Karena itu, Karawang disebut sebagai Kota Pangkal Perjuangan.

Setelah kemerdekaan, wilayah Karawang kemudian dipecah menjadi dua bagian sekitar tahun 1948 dengan Sungai Citarum dan Sungai Cilamaya menjadi pembatasnya.

Wilayah Kabupaten Karawang Barat meliputi wilayah Kabupaten Karawang sekarang ditambah desa-desa di sebelah barat Citarum yaitu desa-desa Sukasari dan Kertamanah dengan ibu kota di Kecamatan Karawang.

Sementara Kabupaten Karawang Timur meliputi wilayah Kabupaten Purwakarta dikurangi desa-desa di Kecamatan Sukasari dan Kabupaten Subang dengan ibu kota di Kecamatan Subang.

Kemudian pada tahun 1950, nama Kabupaten Karawang Timur diubah menjadi Kabupaten Purwakarta dengan ibu kota di kecamatan Subang dan Kabupaten Karawang Barat menjadi Krawang dengan ibu kota di Kecamatan Karawang.

Pada tahun 1968, terjadi pemekaran wilayah Kabupaten Purwakarta yang sebelumnya bernama Kabupaten Karawang Timur menjadi Kabupaten Subang dengan ibu kota di Kecamatan Subang dan Kabupaten Purwakarta dengan ibu kota di Kecamatan Purwakarta.

Pada tahun yang sama, proyek besar bendungan Ir. Djuanda atau yang dikenal dengan nama Bendungan Jatiluhur mulai berlangsung. Karena itu, pemerintah pusat merasa perlu untuk menyatukan wilayah waduk Jatiluhur ke dalam satu wilayah kerja yang akhirnya diputuskan dimasukkan ke dalam wilayah Kabupaten Purwakarta.

Selanjutnya, wilayah Kabupaten Krawang harus melepaskan desa-desa yang berada di sebelah barat Sungai Citarum yang masuk dalam proyek besar Bendungan Jatiluhur. Desa-desa tersebut adalah desa-desa Sukasari dan Kertamanah yang sekarang masuk dalam kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta. Dengan terbitnya UU 4/1968, maka wilayah Kabupaten Krawang menjadi berkurang dan wilayah inilah yang dikemudian hari disebut sebagai Kabupaten Karawang.

KOMPAS/MELATI MEWANGI

Rumah sejarah – Rumah Pengasingan Rengasdengklok Bung Karno dan Bung Hatta di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, Selasa (18/6/2019).

Geografis

Secara geografis Kabupaten Karawang terletak di titk koordinat 107o02’ – 107o40’ Bujur Timur dan 5o562’ – 6o34’ Lintang Selatan. Luas wilayah Karawang 1.913,7 kilometer persegi atau 3,73 persen dari luas Provinsi Jawa Barat.

Wilayah Karawang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi di sebelah barat, Kabupaten Subang di sebelah timur, dan Kabupaten Purwakarta di sebelah tenggara, serta di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Cianjur. Sementara bagian utara Kabupaten Karawang berbatasan langsung dengan Laut Jawa.

Secara topografis sebagian besar wilayahnya, terutama di bagian utara termasuk dataran alluvial dengan ketinggian sekitar 0,6 m di atas permukaan laut, dan kemiringan tanah 0,2 persen. Sementara bagian selatannya merupakan kawasan perbukitan yang merupakan bagian dari Gunung Sanggabuana.

Bentuk tanah di Kabupaten Karawang sebagian besar berbentuk dataran yang relatif rata dengan variasi antara 0 – 5 m di atas permukaan laut. Hanya sebagian kecil wilayah yang bergelombang dan berbukit–bukit dengan ketinggian antara 0 – 1200 m di atas permukaan laut.

Wilayah Kabupaten Karawang sebagian besar tertutup dataran pantai yang luas yang terhampar di bagian pantai Utara dan merupakan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan–bahan lepas, terutama endapan laut dan aluvium vulkanik.

Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan, terutama dibentuk oleh batuan sedimen, sedangkan di bagian Selatan terletak Gunung Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.291 m di atas permukaan laut.

Kabupaten Karawang dilalui oleh aliran sungai yang melandai ke utara arah Sungai Citarum dan merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Bekasi. Sedangkan Sungai Cilamaya merupakan batas wilayah dengan Kabupaten Subang.

Selain sungai, terdapat juga tiga saluran irigasi, yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah, dan Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak, dan keperluan Industri.

Rata-rata curah hujan pada tahun 2021 berkisar antara 47,6 – 477,2 mm dan rata-rata hari hujan pada tahun 2021 yaitu 10 hari/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, sementara curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Anak-anak mandi di Lubuk Leuwigoong, Dusun Kompa, Desa Cimahi, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu (18/7/2020). Menurut warga sekitar genangan air di pinggir Sungai Citarum tersebut terbentuk dari sisa galian pasir tahun 1989 hingga 1994 dan akhirnya dibiarkan begitu saja hingga kini. Kini lokasi tersebut sering dimanfaatkan anak-anak untuk tempat bermain.

Pemerintahan

Sejak tahun 1633 hingga tahun 2022, Karawang telah dipimpin oleh 36 tokoh. Mereka adalah Kiayi Panembahan Singaperbangsa/R.A.Kertabumi IV (1633-1679), Raden Anom Wirasuta/R.A.A Panatayuda I (1679-1720), Raden Jayanegara/R.A.A. Panatayuda II (1721-1731), Raden Singanegara/R.A.A. Panatayuda III (1731-1752), R.M. Soleh/Dalem Balon/D.Serambi/R.A.A. Panatayuda IV (1752-1786), Dalem Suro/R.A.A. Singosari Panatayuda (1786-1811), Raden Adipati Surialaga (1811-1811), Raden Adipati Sastradipura (1811-1820), Raden Adipati Surianata (1820-1827), Raden Dalem Santri/R.A. Suriawinata I (1827-1830), Raden Dalem Solawat/R.H.M. Syirod R.A. Suriawinata II (1830-1849).

Kemudian diteruskan oleh Raden Sastranegara (1849-1854), Raden Tumanggung Aria Sastradiningrat I/Dejan Ajian (1854-1863), Dalem Bintang R. Adikusumah/R.A.A. Sastradiningrat II (1863-1886), Raden Suriakusumah/R.A.A. Sastradiningrat III (1886-1911), Raden Adipati Gandanegara (1911-1925), Raden A.A. Sumamiharja (1925-1942), Raden Panduwinata (1945-1945), Raden Djuarsa (1945-1948), Raden Ateng Surapraja (1948-1949), Raden Hasan Surya Satjakusumah (1949-1950), Raden H. Rubaya Suryanatamihardja (1950-1951), Raden Tohir Mangkudijoyo (1951-1961),

Selanjutnya diteruskan oleh Letkol Inf. Husni Hamid sebagai Bupati Kdh (1961-1971), Letkol Inf. Setia Syamsi sebagai Bupati Kdh (1971-1976), Kol.Inf. Tata Suwanta Hadisaputra sebagai Bupati Kdh (1976-1981), Kol.Cpl. Opon Supandji sebagai Bupati Kdh (1981-1986), Kol.Czi. H. Sumarmo Suradi sebagai Bupati Kdh (1986-1996), Kol.Inf.  Dadang S.Muchtar sebagai Bupati KDH (1996-1999), RH. Daud Priatna sebagai Penjabat Bupati (1999-2000), Letkol. Inf. Achmad Dadang (2000-2005), Kol. Inf. Dadang S. Muchtar (2005-2010), Iman Sumantri sebagai Pelaksana Tugas/Plt. Bupati (2010), Ade Swara (2010-2014), Cellica Nurrachadiana sebagai Pelaksana Tugas/Plt. Bupati (2014-2015), Deddi Mulyadi sebagai Penjabat Bupati (2015-2016), Cellica Nurrachadiana (2015-2020), Acep Jamhuri sebagai Pelaksana Harian Bupati (2021), dan Cellica Nurrachadiana (2021-2025).

Roda pemerintahan di kabupaten yang terdiri dari 30 kecamatan, 12 kelurahan, dan 297 desa ini didukung oleh 9.859 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang terdiri dari 4.603 PNS laki-laki dan 5.256 PNS perempuan.

Dari jumlah itu, PNS terbanyak berada di golongan III, yaitu sebanyak 5.213 orang (52,58 persen). Dilihat dari tingkat pendidikan, sebagian besar PNS berada pada jenjang pendidikan tertinggi tingkat Sarjana/Doktor/Ph.D yaitu sebanyak 7.178 orang (72,81 persen).

KOMPAS/MELATI MEWANGI

Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana (kanan) menyaksikan proses penyerahan vaksin Sinovac tahap pertama di Dinas Kesehatan Karawang, Jawa Barat, Rabu (27/1/2021) siang. Pada tahap awal, ada 19.600 vial vaksin yang diterima.

Politik

Pilihan politik masyarakat di Kabupaten Karawang dalam tiga kali pemilihan umum legislatif cenderung dinamis. Hal itu tampak dari peta perpolitikan yang tecermin dari perolehan kursi partai politik (parpol) di DPRD Kabupaten Karawang.

Di Pemilu Legislatif 2009, PDI Perjuangan dan Demokrat berhasil meraih kursi terbanyak. Kedua partai tersebut berhasil memperoleh sembilan kursi. Di urutan berikutnya, Golkar memperoleh delapan kursi, serta Gerindra dan PKS enam kursi. Kemudian berturut-turut PKB mendapatkan empat kursi, PBB tiga kursi, Hanura dua kursi, serta PAN, PBR, dan PPP sama-sama meraih satu kursi.

Di Pemilu Legislatif 2014, PDI Perjuangan kembali meraih kursi terbanyak, yakni sembilan kursi. Disusul Golkar memperoleh delapan kursi serta Partai Gerindra dan Partai Demokrat sama-sama mendapat enam kursi. Kemudian berturut-turut PKB dan PKS masing-masing meraih lima kursi, lalu Nasdem, PAN, dan PBB sama-sama memperoleh tiga kursi, serta Hanura dan PPP memperoleh dua kursi.

Pada Pemilu Legislatif 2019, giliran Partai Demokrat meraih kursi terbanyak di DPRD Karawang. Partai ini meraih sembilan kursi. Disusul Partai Gerindra yang meraih delapan kursi serta Partai Golkar dan PKB yang masing-masing meraih tujuh kursi DPRD Karawang. Sedangkan partai yang meraih enam kursi ialah PDI Perjuangan dan PKS, serta Partai Nasdem dan PBB meraih dua kursi. Sementara PAN, PPP, dan Partai Hanura masing-masing meraih satu kursi.

KOMPAS/MELATI MEWANGI

Lebih dari 17ribu orang terlibat sebagai penari dalam Festival Goyang Karawang, di Lapangan Galuh Mas, Karawang, Jawa Barat, Jumat (27/9/2019). Mereka menarikan tarian khas Karawang menggunakan selendang yang dikalungkan di leher. Kegiatan ini digelar sekaligus untuk memperingati hari jadi ke-386 Kabupaten Karawang. Adapun diharapkan bukan hanya sebagai festival, melainkan juga memperkuat jati diri Karawang sebagai lumbung padi, kota sejarah, dan kota industri. Para peserta terdiri dari pelajar, mahasiswa, aparatur sipil negara, dan ibu-ibu.

Kependudukan

Kabupaten Karawang dihuni oleh 2,44 juta jiwa berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020. Jumlah ini menempatkan Karawang pada posisi ke-9 kabupaten/kota dengan penduduk terbanyak di Jawa Barat setelah Kota Bekasi, Cianjur dan Kota Bandung. Selain itu, jika melihat pertumbuhan penduduk dari tahun 2010 hingga 2020, laju pertumbuhan penduduk Karawang tergolong pesat, yaitu sebesar 1,33 persen.

Tidak heran memang, mengingat Karawang adalah daerah yang menawarkan Upah Minimum Kota/ Kabupaten (UMK) paling tinggi se-Indonesia. Hal ini tentu saja menarik masyarakat usia produktif untuk datang bekerja di Karawang, lalu membentuk keluarga baru yang berujung pada meningkatnya jumlah kelahiran setiap tahunnya.

Dilihat dari komposisi penduduk tahun 2020, Kabupaten Karawang mendapat bonus demografi, dimana penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) mendominasi hingga 71,36 persen. Lebih tinggi daripada proporsi penduduk usia produktif Jawa Barat sebesar 70,68 persen. Jika dilihat lebih mendalam, penduduk usia produktif yang proporsinya paling besar adalah penduduk kelahiran tahun 1981-1996, yang saat ini berusia sekitar 24-39 tahun atau disebut juga sebagai milenial.

Kaum milenial mendominasi sebesar 27,34 persen dari jumlah seluruh penduduk Karawang. Setelah itu disusul oleh generasi Z, yaitu penduduk yang lahir pada tahun 1997-2012, dimana usianya sekitar 8-23 tahun sebesar 27,15 persen dan generasi X yaitu penduduk kelahiran 1965-1980 yang berumur 40-55 tahun sebesar 22,50 persen.

Dalam kehidupan keseharian penduduk Karawang didukung oleh keragaman bahasa yaitu Bahasa Sunda, Jawa, Betawi, Melayu, dan Cina. Sumber lokal yang memuat informasi Sejarah Karawang kebanyakan berasal dari Bahasa Sunda dan Jawa.

KOMPAS/MELATI MEWANGI

Upacara adat Nyalin (ngala indung pare) di Desa Dukuhkarya, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Minggu (13/10/2019). Upacara ini diadakan setahun sekali saat padi hendak dipanen. Prosesi ini diiringi lantunan musik Sunda, pengiring masa bahagia panen tiba. Mereka pun memilih indukan padi terbaik untuk dikumpulkan dan didoakan dalam upacara tersebut.

Indeks Pembangunan Manusia
70,94 (2021)

Angka Harapan Hidup 
72,33 tahun (2021)

Harapan Lama Sekolah 
12,10 tahun (2021)

Rata-rata Lama Sekolah 
7,78 tahun (2021)

Pengeluaran per Kapita 
Rp11,52 juta (2021)

Tingkat Pengangguran Terbuka
11,83 persen (2021)

Tingkat Kemiskinan
8,95 persen (2021)

Kesejahteraan

Kesejahteraan penduduk di Kabupaten Karawang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu tampak dari indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Karawang sebesar 70,90. Tahun sebelumnya, IPM Karawang tercatat sebesar 70,66. Pencapaian IPM itu masuk kategori tinggi.

Ditilik dari komponen pembentuknya, angka harapan hidup tercatat selama 72,33 tahun. Sementara untuk dimensi pengetahuan, harapan lama sekolah tercatat selama 12,10 tahun dan rata-rata lama sekolah selama 7,78 tahun. Sedangkan untuk pengeluaran per kapita tercatat sebesar Rp11,52 juta.

Angka pengangguran terbuka di Kabupaten Karawang pada 2021 tercatat sebesar 11,83 persen dari total penduduk atau sebanyak 137.412 orang. Tahun sebelumnya, tingkat pengangguran Kota Sukabumi sebesar 11,52 persen.

Sementara, penduduk miskin di Kabupaten Karawang pada 2021, tercatat sebanyak 211 ribu orang atau sebesar 8,95 persen. Tahun sebelumnya, persentase penduduk miskinnya sebesar 8,26 persen dari total penduduk. Peningkatan penduduk miskin itu karena terdampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan ekonomi penduduk lesu. Pandemi Covid-19 memberi tekanan pada kondisi perekonomian.

KOMPAS/BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA

Siswa-siswa kelas jauh SDN 4 Mulyasejati sedang bermain di halaman sekolah di Dusun Sukamulya, Desa Mulyasejati, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, Senin (17/7/2017). Sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah di daerah perbukitan dan hutan jati yang belum dialiri listrik dan aspal ini. Meski berada di bangunan sekolah yang sudah tidak layak, murid-murid tetap bersemangat belajar dalam keterbatasannya.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
Rp1,27 triliun (2021)

Dana Perimbangan 
Rp2,05 triliun (2021)

Pendapatan Lain-lain 
Rp1,14 triliun  (2021)

Pertumbuhan Ekonomi
5,85 persen (2021)

PDRB Harga Berlaku
Rp243,71 triliun (2021)

PDRB per kapita
Rp98,73 juta/tahun (2021)

Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karawang menurut harga berlaku pada 2021 tercatat senilai Rp243,71 triliun. Sesuai dengan julukannya, ekonomi kabupaten ini ditopang oleh sektor industri pengolahan. Kontribusi sektor ini mencapai 70,81 persen dari total PDRB 2021.

Selain industri pengolahan, perekonomian Kabupaten Karawang juga ditopang oleh sektor perdagangan, yakni sebesar 9,73 persen dari PDRB 2021. Selanjutnya, meskipun telah beralih status menjadi kota yang terindustrialisasi, sektor pertanian tetap menjadi salah satu sektor teratas yang berkontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten Karawang. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tercatat berkontribusi sebesar 3,94 persen dari total PDRB.

Di sektor industri, hingga tahun 2018, Karawang memiliki 1.762 pabrik yang beroperasi. Rinciannya, pabrik swasta sebanyak 787, PMDN sebanyak 269, PMA sebanyak 638, dan Joint venture tercatat sebanyak 58 pabrik.

Ribuan pabrik tersebut tersebar di beberapa kawasan industri besar seperti Karawang International Industry City (KIIC), Kawasan Mitra Karawang (KIM), Kawasan Surya Cipta, Kawasan Indotaisei, dan Kawasan Bukit Indah City di jalur Cikampek, dengan luas mencapai ribuan hektare.

Selain itu, dari data realisasi investasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Karawang menempati peringkat kedua di Jawa Barat, yakni sebesar Rp 13,838 triliun. Adapun urutan pertama ditempati Kabupaten Bekasi sebesar Rp 23,302 triliun berdasarkan data perkembangan realisasi investasi di Jawa Barat periode Januari-Juni 2021.

Sebagai salah satu lumbung pangan nasional, produksi padi di wilayah Kabupaten Karawang melimpah. Setiap tahunnya, produksi padi mencapai 1,3 juta ton.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Foto udara proyek pembangunan Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan Seksi 3 yang melewati Sungai CItarum di Klari, Karawang, Jawa Barat, Minggu (13/3/2022). Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan membentang sepanjang 64 kilometer dari Jatiasih hingga Sadang dan terbagi menjadi tiga seksi pembangunan. Tol Japek II Selatan yang merupakan proyek strategis nasional tersebut akan memiliki tujuh buah gerbang tol. Ruas itu akan mengurangi kepadatan lalu lintas kendaraan di Tol Jakarta-Cikampek dan menjadi alternatif rute ke arah selatan serta mendukung pengembangan kawasan industri ke sisi selatan.

Di sisi keuangan daerah, total pendapatan Kabupaten Karawang pada 2021 menembus Rp4,47 triliun. Adapun dana perimbangan menjadi penopang pembangunan daerah dengan kontribusi senilai Rp2,05 triliun. Sementara itu, PAD mencatatkan realisasi senilai Rp1,27 triliun dan lain-lain pendapatan yang sah senilai Rp1,14 triliun.

Selain dikenal sebagai kota industri, Kabupaten Karawang juga mempunyai potensi pariwisata berupa wisata alam, budaya, dan sejarah. Wisata alam berupa Pantai Tanjung Baru, Pantai Tanjung Pakis, Pantai Pisangan, Pantai Samudra Baru, Pantai Sedari, pegunungan Sanggabuana, Curug Cigentis, Curug Bandung, Curug Cikoleangkap, Curug Lalay, Curug Santri, dan Green Canyon.

Adapun wisata sejarah berupa Tugu Perjuangan Rengasdengklok, Rumah Sejarah Ir Soekarno di Rengasdengklok, Makam Syech Quro, Situ Cipule, Bendungan Walahar, Wisata Air Leuweungseureuh, Monumen Rawagede, Situs Candi Jiwa dan Candi Blandongan, serta Monumen Surotokunto.

Adapun wisata kuliner khas di kabupaten ini salah satunya adalah soto gompol, mirip dengan soto betawi yang konon sudah dikenal sejak 1980. Selain soto, Karawang juga punya kue yang patut dicicipi, namanya kue gonjing.  Makanan tradisional khas Karawang ini dibuat dari tepung beras dan kelapa.

Untuk mendukung kegiatan, di kota ini terdapat 35 hotel yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Karawang.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Wisatawan mengisi hari libur dengan berwisata di Pantai Sedari di Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/8/2021).

Referensi

Arsip Berita Kompas
  • “Karawang 369 Tahun, Kota Pangkal Perjuangan”, Kompas, 14 September 2002, hlm. 25
  • “Industri dan Lumbung Padi * Otonomi”, Kompas, 24 Januari 2003, hlm. 08
  • “Kabupaten Karawang * Otonomi”, Kompas, 24 Januari 2003, hlm. 08
  • “Situs Batujaya: Kawasan Penting di Awal Abad Sejarah”, Kompas, 20 Oktober 2003, hlm. 09
  • “HUT Ke-375 Karawang: Industri Tumbuh di Lumbung Padi”, Kompas Jawa Barat, 15 September 2008, hlm. 08
Aturan Pendukung

Editor
Topan Yuniarto