Daerah

Kota Tasikmalaya: Mutiara dari Priangan Timur, Kerajinan sampai UKM

Kota Tasikmalaya berjuluk Mutiara dari Priangan Timur karena wilayah ini berperan penting di selatan Provinsi Jawa Barat. Berada di jalur utama selatan Pulau Jawa, kota ini menyimpan banyak potensi pariwisata dan budaya, kerajinan, wisata belanja, wisata religi hingga potensi usaha kecil menengah (UKM).

KOMPAS/CORNELIUS HELMY HERLAMBANG

Alun alun ini menjadi salah satu ruang terbuka publik yang dibenahi Kota Tasikmalaya.

Fakta Singkat

Hari Jadi 
17 Oktober 2001

Dasar Hukum
Undang-Undang No. 10/2001

Luas Wilayah
184,22 km2

Jumlah Penduduk
716.155 jiwa (2021)

Instansi terkait
Pemerintah Kota Tasikmalaya

Tasikmalaya merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di jalur utama selatan Pulau Jawa. Kota ini memiliki visi untuk menjadi pusat perdagangan dan industri termaju di wilayah Priangan Timur.

Dengan luas wilayah 184,22 kilometer persegi, kota ini dibentuk pada 21 Juni 2001 berdasarkan UU 10/2001, serta diresmikan pada 17 Oktober 2001 oleh Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno. Sebelum menjadi daerah otonom, pada 3 November 1976, Tasikmalaya berstatus kota administratif berdasarkan PP 22/1976.

Kota yang terdiri dari 10 kecamatan dan 69 kelurahan ini dihuni oleh 716.155 jiwa (2021). Tasikmalaya hidup dalam geliat kota pendukung sekaligus salah satu akses perekonomian di wilayah selatan Jawa Barat.

Kota ini dijuluki sebagai Mutiara dari Priangan Timur karena menjadi kota terbesar dan berperan penting di selatan Provinsi Jawa Barat. Hampir 40 persen pusat kegiatan ekonomi yang ada di Jawa Barat berada di Kota Tasikmalaya.

Tasikmalaya dikenal pula sebagai Kota Santri, khususnya pada era sebelum 1980-an karena hampir di seluruh wilayah ini tersebar pondok pesantren yang mengajarkan agama Islam, baik pondok besar maupun kecil. Kota ini, bahkan melahirkan tokoh perjuangan nasional di antaranya adalah Zainal Mustafa.

Di samping itu, kota ini terkenal dengan berbagai kerajinan yang unik dan menarik. Beberapa di antaranya adalah bordir, kelom geulis, tikar, anyaman mendong, dan mebel kayu. Pangsa pasarnya pun tidak sebatas wilayah kota atau dalam negeri, tetapi merambah hingga ke luar benua, seperti Eropa dan Amerika. Di lingkup Asia, Malaysia, Jepang, Korea, dan China sudah menjadi langganannya.

Sejarah pembentukan

Dalam buku Asal-Usul Kota-Kota di Indonesia Tempo Doeloe yang ditulis oleh Zaenuddin HM (2013) dan tulisan “Riwayat Kota Tasikmalaya” yang dimuat di laman Kemendikbud, disebutkan ada dua versi terkait asal-usul nama Tasikmalaya.

Pertama, Tasikmalaya diambil dari dua kata Bahasa Sunda, yakni keusik yang berarti pasir dan nglayah yang berarti bertebaran. Sehingga secara garis besar, Tasikmalaya berarti pasir yang bertebaran.

Versi pertama ini terkait letusan Gunung Galunggung pada tahun 1822 yang berpengaruh besar pada Kabupaten Sukapura. Saat letusan terjadi, banyak pasir yang menyelimuti Sukapura sehingga daerah tersebut disebut Keusik Nglayah yang kemudian dikenal dengan nama Tasikmalaya.

Versi kedua menyebut Tasikmalaya berasal dari kata “tasik” yang berarti laut, telaga, atau air yang menggenangi wilayah dan “malaya” berarti jajaran gunung-gunung sehingga Tasikmalaya dapat dimaknai dengan gunung yang banyak laksana air laut.

Disebutkan letusan gunung menyebabkan terbentuknya jurang-jurang yang terjal dan membentuk sebuah formasi sepatu kuda ke arah timur Gunung Galunggung. Setelah beberapa tahun letusan dahsyat tersebut, bermunculan bukit-bukit kecil  sebanyak 3.647 di kawasan tersebut yang memperkuat ciri khas geografis Tasikmalaya.

Sayangnya, bukit-bukit kecil tersebut sudah tak ada lagi karena pembangunan. Yang tertinggal hanyalah nama bukit di tengah Kota Tasikmalaya. Dari nukilan cerita tersebut, banyak orang yang berpendapat jika nama Tasikmalaya ada setelah Gunung Galunggung meletus.

Menurut catatan sejarah, Tasikmalaya merupakan salah satu kota di Priangan Timur yang memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Berdasarkan Prasasti Rumatak yang memiliki penanggalan 13 Bhadrawada tahun 1033 Saka (21 Agustus 1111 Masehi), diketahui bahwa di wilayah Tasikmalaya telah terdapat pemerintahan Kerajaan Galunggung. Menurut sumber sejarah, Kerajaan Galunggung merupakan penerus kerajaan sebelumnya yang disebut sebagai kebataraan.

Memasuki masa penyebaran Islam, di Tasikmalaya dikenal adanya pusat pemerintahan kecil yang terletak di Surakerta. Pada 1629, Surakerta yang beribu kota di Dayeuh Tengah berada di bawah pengaruh pemerintahan Kabupaten Sumedang yang menjadi bawahan dari Mataram.

Setelah peristiwa penyerangan Mataram ke Batavia dan penumpasan pemberontakan Dipati Ukur, Sultan Agung, Raja Mataram, mengangkat Ki Wirawangsa yang sebelumnya sebagai penguasa Surakerta menjadi Mantri Agung Sukapura berdasarkan piagam yang dikeluarkan pada hari Sabtu, tanggal 9 bulan Muharam tahun Alip yang diperkirakan sama dengan 20 April 1644. Tanggal tersebut juga dianggap sebagai tahun berdirinya Sukapura.

Pada masa Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sunan Amangkurat, wilayah kekuasaan Mataram di pesisir utara Jawa Kerawang dan beberapa wilayah di pedalaman seperti Cianjur, Sukapura, dan Bandung jatuh ke tangan kolonial Belanda. Pada tahun 1770, Sukapura dipimpin oleh R. Jayamenggala II.

KOMPAS/HER SUGANDA

Salah satu dari seribu bukit yang jadi ikon Tasikmalaya sudah hancur. Kini di atasnya sudah berubah menjadi perumahan.

Pada masa pemerintahan R. Jayamenggala II ini Kabupaten Sukapura masuk dalam wilayah Karesidenan Cirebon. Pada 1811, Kabupaten Sukapura dimasukkan dalam wilayah Kabupaten Limbangan, namun pada 1814 Kabupaten Sukapura kembali eksis. Pada tahun 1821, Kabupaten Sukapura dimekarkan menjadi tiga Kabupaten, yaitu Sumedang, Cianjur, dan Limbangan.

Pada tahun 1832, Kabupaten Sukapura dibentuk kembali, yang terdiri dari tiga afdelling, yaitu Sukapura Kolot, Sukapura, dan Tasikmalaya. Ibu kota Sukapura dipindahkan dari Sukaraja ke Pasirpanjang, untuk kemudian dipindahkan lagi ke Manonjaya.

Pada tanggal 1 Oktober 1901, Raden Tumenggung Wiradiningrat memindahkan ibu kota Kabupaten Sukapura dari Manonjaya ke Tasikmalaya. Pada tahun 1913 nama kabupaten Sukapura berganti menjadi Kabupaten Tasikmalaya.

Tonggak sejarah lahirnya kota Tasikmalaya, mulai digulirkan ketika Kabupaten Tasikmalaya dipimpin oleh A. Bunyamin, Bupati Tasikmalaya periode tahun 1976–1981. Pada saat itu melalui PP 22/1976 diresmikan Kota Administratif Tasikmalaya oleh Menteri Dalam Negeri yang pada waktu itu dijabat oleh H. Amir Machmud.

Pada awal pembentukannya, wilayah kota Administratif Tasikmalaya meliputi tiga kecamatan, yaitu Cipedes, Cihideung, dan Tawang dengan jumlah desa sebanyak 13 desa. Kemudian pada tahun 2001, dirintislah pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya oleh Bupati Tasikmalaya, Kol. Inf. H. SuIjana Wirata Hadisubrata (1996–2001), dengan membentuk sebuah Tim Sukses Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya yang diketuai oleh H. Yeng Ds. Partawinata.

Melalui proses panjang, akhirnya dibawah pimpinan Bupati Tatang Farhanul Hakim, pada tanggal 17 Oktober 2001 melalui UU 10/2001, pembentukan pemerintahan Kota Tasikmalaya sebagai pemerintahan daerah otonom ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden RI di Jakarta bersama-sama dengan Kota Lhoksumawe, Langsa, Padangsidempuan, Prabumulih, Lubuk Linggau, Pager Alam, Tanjung Pinang, Cimahi, Batu, Sikawang, dan Bau-bau.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Bangunan Masjid Agung Manonjaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, setelah direnovasi setelah pada tahun 2009 rusak parah akibat peristiwa gempa bumi di Tasikmalaya, Jumat (24/8/2012). Masjid ini dibangun tahun 1837 dengan arsitektur perpaduan gaya neo klasik dan art deco. Badan Arkeologi RI menetapkan bangunan ini menjadi bangunan cagar budaya sesuai dengan UU Kepurbakalaan pada 1 September 1975.

Geografis

Kota Tasikmalaya yang terletak di bagian tenggara Provinsi Jawa Barat, berbatasan langsung dengan Kabupaten Ciamis di sebelah utara dan timur serta Kabupaten Tasikmalaya di sebelah selatan dan barat. Secara astronomis, Kota Tasikmalaya berada pada 1080 08’38 BT — 1080 24’02 BT dan 7010 LS — 7026’32” LS.

Wilayah dengan 184,22 km2 ini memiliki posisi strategis karena menjadi penghubung dan pusat wilayah daerah Priangan Timur. Jarak Kota Tasikmalaya dari ibu kota Provinsi Jawa Barat, Bandung berjarak 105 km dan dari Jakarta berjarak 255 km.

Berdasarkan bentang alamnya, Kota Tasikmalaya berada pada ketinggian antara 201 meter sampai dengan 503 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan mempunyai dataran dengan kemiringan relatif kecil. Daerah tertinggi berada di Kelurahan Bungursari Kecamatan Bungursari (kaki Gunung Galunggung), yaitu 503 mdpl sedangkan terendah berada di Kelurahan Urug Kecamatan Kawalu, yaitu 201 mdpl.

Sungai-sungai yang mengaliri Kota Tasikmalaya adalah Citanduy, Ciloseh, Ciwulan, serta Cibanjaran. Sedangkan anak sungainya, yaitu beberapa anak sungai dari Sungai Cibanjaran yang meliputi Sungai Cihideung/Dalem Suba, Cipedes, Ciromban, Cidukuh, Cicacaban, Cibadodon, Cikalang, Tonggong Londok, Cibeureum dan Cimulu. Sungai-sungai tersebut mengalir sepanjang tahun dan bermuara di Sungai Citanduy, kecuali Sungai Ciwulan.

KOMPAS/CORNELIUS HELMY HERLAMBANG

Warga Kampung Naga di Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, melakukan salah satu upacara adat marak di Sungai Ciwulan. Marak adalah kearifan lokal warga Kampung Naga menjaga kelestarian dan kebersihan Sungai Ciwulan.

Pemerintahan

Pada saat berdirinya, Kota Tasikmalaya dipimpin oleh H. Wahyu Suradihardja sebagai Penjabat Wali Kota yang dilantik pada tanggal 18 Oktober 2001. Kemudian, pada tanggal 14 November 2002 dilakukan pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tasikmalaya. Saat itu terpilih H. Bubun Bunyamin sebagai Wali Kota dan H. Syarif Hidayat sebagai Wakil Wali Kota Tasikmalaya untuk masa jabatan 2002–2007.

Pada Pilkada Kota Tasikmalaya tanggal 9 September 2007, terpilih H. Syarif Hidayat dan H. Dede Sudrajat sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tasikmalaya (2007–2012) dan dilantik pada tanggal 14 Nopember 2007.

Kemudian, pada tanggal 9 Juli 2012, pesta demokrasi pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota periode 2012–2017 menetapkan Budi Budiman dan Dede Sudrajat menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tasikmalaya dan dilantik pada tanggal 14 Nopember 2012 oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Selanjutnya, pada pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali kota Tahun 2017, pasangan Budi Budiman dan HM Yusuf terpilih menjadi pemenang. Setelah 9 bulan ditetapkan sebagai pemenang, tanggal 14 November pasangan Budi Budiman dan HM Yusuf dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tasikmalaya periode 2017–2022 di Gedung Sate Bandung oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan.

Secara administratif, Kota Tasikmalaya terdiri dari 10 kecamatan dan 69 kelurahan. Adapun jumlah Rukun Warga (RW) tercatat sebanyak 834 RW dan Rukun Tetangga (RT) sebanyak 3.479 RT.

Kesepuluh kecamatan itu adalah Kecamatan Kawalu, Kecamatan Tamansari, Kecamatan Cibeureum, Kecamatan Purbaratu, Kecamatan Tawang, Kecamatan Cihideung, Kecamatan Mangkubumi, Kecamatan Indihiang, Kecamatan Bungursari, dan Kecamatan Cipedes.

Dalam menjalankan roda pemerintahan, Pemerintah Kota Tasikmalaya didukung oleh 6.493 pegawai negeri sipil (PNS), yang terdiri dari 2.835 PNS laki-laki dan 3.658 orang perempuan pada tahun 2020. Dari segi pendidikan, terbanyak adalah PNS yang berpendidikan sarjana ke atas, yakni sebanyak 4.682 PNS. Disusul berpendidikan D1-D3 sebanyak 943 PNS, SMA/sederajat 815 PNS, dan berpendidikan SMP dan SD sebanyak 53 PNS.

KOMPAS/CORNELIUS HELMY HERLAMBANG

Ucu Suherlan, sesepuh Kampung Adat Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (9/4/2014), memperlihatkan surat suara yang telah dicoblos. Berperan serta aktif dalam Pemilu Legislatif 2014 menjadi salah satu petuah leluhur yang hingga kini tetap dipatuhi masyarakat Kampung Adat Naga.

Politik

Peta perpolitikan di Kota Tasikmalayala diwarnai dengan dinamisnya pilihan politik warganya. Hal itu tecermin dari perolehan kursi partai politik (parpol) di DPRD Kota Tasikmalaya dalam tiga pemilihan umum (pemilu) legislatif.

Pada Pemilu Legislatif 2009, PPP dan Partai Demokrat mendapatkan kursi terbanyak di DPRD Kota Tasikmalaya. Kedua partai tersebut sama-sama meraih delapan kursi. Di urutan berikutnya PAN meraih tujuh kursi, dan PDI Perjuangan memperoleh lima kursi.

Kemudian partai-partai yang tergabung dalam fraksi Kebangkitan Bulan Bintang Indonesia Raya mendapatkan lima kursi, serta Golkar, PKS, dan partai-partai yang tergabung dalam Fraksi Partai Bintang Reformasi sama-sama memperoleh empat kursi.

Pada Pemilu Legislatif 2014, PPP mendominasi perolehan kursi di DPRD Kota Tasikmalaya. Partai ini berhasil memperoleh 10 kursi dari 45 kursi yang diperebutkan. Disusul PDI Perjuangan memperoleh tujuh kursi, Golkar dan PAN sama-sama meraih lima kursi. Sedangkan Demokrat dan Gerindra empat kursi, PBB tiga kursi, PKB dua kursi, dan Nasdem satu kursi.

Di Pemilu Legislatif 2019, giliran Partai Gerindra menggeser dominasi PPP di DPRD Kota Tasikmalaya. Dari 45 kursi yang diperebutkan, partai besutan Prabowo Subianto itu memperoleh 10 kursi, sedangkan PPP meraih sembilan kursi. Raihan PPP ini turun satu kursi yang asalnya 10 kursi pada Pemilu 2014.

Partai lainnya yang mendapatkan kursi adalah PDI Perjuangan, PAN, dan Golkar masing-masing memperoleh lima kursi, PKS empat kursi, PKB tiga kursi, Demokrat dua kursi serta PBB dan Nasdem sama-sama meraih satu kursi.

KOMPAS/M HERNOWO

Untuk mendapatkan wali kota dan wakil wali kota yang diinginkan, DPRD Kota Tasikmalaya Jawa Barat mengadakan beberapa tes seperti tes bahasa Sunda dan membaca Alquran.

Kependudukan

Kota Tasikmalaya dihuni oleh 723.920 jiwa (2021), yang terdiri dari  367.563 laki-laki dan 356.358 perempuan. Kepadatan penduduk Kota Tasikmalaya tercatat sebesar 3.930 jiwa/km2.

Kecamatan Cihideung merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk terbesar, yaitu 13.345 jiwa/km2 dan Kecamatan Tamansari merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk terkecil, yaitu 2.115 jiwa/km2.

Di sisi pekerjaan, penduduk Kota Tasikmalaya pada tahun 2020 terbanyak bekerja di sektor jasa, yakni sebanyak 202.277 orang, kemudian disusul bekerja di sektor manufaktur sebanyak 100.082 orang, dan sektor pertanian sebanyak 13.485 orang.

Mayoritas penduduk Tasikmalaya berasal dari suku Sunda. Sementara dari sisi agama, mayoritas penduduk Kota Tasikmalaya pada tahun 2020 adalah penganut agama Islam, yakni sebanyak 714.966 jiwa. Kemudian penganut agama Kristen Protestan sebanyak 7.557 jiwa, Katolik 1.842 jiwa, Budha 739 jiwa, Hindu 21 orang, dan lainnya 136 jiwa.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Pimpinan Pondok Pesantren Cipasung Acep Zamzam Nur menikmati makanan santri atau dikenal dengan sebutan Deungeun Santri di kediamannya di Pondok Pesantren Cipasung, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (18/6/2013). Deungeun Santri adalah makanan para santri yang terdiri dari nasi liwet, ikan peda, lalapan dan sambal.

Indeks Pembangunan Manusia
73,31 (2021)

Angka Harapan Hidup 
72,34 tahun (2021)

Harapan Lama Sekolah 
13,46 tahun (2021)

Rata-rata Lama Sekolah 
9,52 tahun (2021)

Pengeluaran per Kapita 
Rp10,21 juta (2021)

Tingkat Pengangguran Terbuka
7,66 persen (2021)

Tingkat Kemiskinan
13,13 persen (2021)

Kesejahteraan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Tasikmalya pada tahun 2021 tercatat sebesar 73,31. Tahun sebelumnya, IPM Kota Tasikmalaya tercatat sebesar 73,04. Pencapaian IPM Kota Tasikmalaya itu masuk kategori tinggi.

Ditilik dari komponen pembentuknya, angka harapan hidup tercatat selama 72,34 tahun. Sementara untuk dimensi pengetahuan, anak-anak yang pada tahun 2021 berusia 7 tahun memiliki harapan dapat menikmati pendidikan hingga 13,46 tahun. Sedangkan penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 9,52 tahun. Adapun untuk pengeluaran per kapita tercatat sebesar Rp10,21 juta.

Angka pengangguran di Kota Tasikmalaya pada 2021 tercatat sebesar 7,66 persen dari total penduduk atau sebanyak 26.236 orang. TPT laki-laki tercatat sebesar 9,47 persen sedangkan TPT perempuan sebesar 4,86 persen. Tahun sebelumnya, tingkat pengangguran Kota Tasikmalaya sebesar 7,99 persen.

Sementara, penduduk miskin di Kota Tasikmalaya terhitung tinggi. Pada 2021, persentase penduduk miskinnya tercatat sebesar 13,13 persen atau 89,46 ribu orang. Tahun sebelumnya, persentase penduduk miskin Kota Tasikmalaya sebesar 12,97 persen dari total penduduk.

Peningkatan jumlah penduduk miskin dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan tempat wisata sempat ditutup, tempat makan, dan kegiatan perdagangan diberlakukan pembatasan.

KOMPAS/CORNELIUS HELMY HERLAMBANG

Pekerja memantau kerja mesin bordir di sentra bordir Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu (13/7/2014). Menjelang Lebaran, permintaan bordir di Tasikmalaya meningkat hingga 50 persen. Paling tidak, 1.123 pengusaha bordir Tasikmalaya bisa memproduksi 100-200 kodi bordir pada peci, sajadah, mukena, dan baju koko setiap bulan.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
Rp445,32 miliar (2021)

Dana Perimbangan 
Rp1,10 triliun (2021)

Pendapatan Lain-lain 
Rp481,13 miliar  (2021)

Pertumbuhan Ekonomi
3,57 persen (2021)

PDRB Harga Berlaku
Rp22,84 triliun (2021)

PDRB per kapita
Rp31,56 juta/tahun (2021)

Ekonomi

Produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Tasikmalaya pada 2021 senilai Rp22,84 triliun. Perekonomian kota ini ditopang oleh sektor perdagangan besar dan eceran dengan kontribusi sekitar 21,69 persen dari total PDRB.

Selanjutnya, kontributor lainnya PDRB adalah sektor konstruksi sebesar 16,20 persen. Kemudian, sektor industri pengolahan serta jasa keuangan dan asuransi berkontribusi masing-masing sebesar 13,83 persen dan 10,49 persen pada PDRB 2021. Sektor transportasi dan pergudangan juga tercatat berkontribusi sebesar 9,07 persen.

Kota ini juga memiliki kerajinan beraneka bentuk dan rupa yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja. Pada tahun 2019, Kota Tasikmalaya tercatat memiliki 565 industri makanan, 527 industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, dan 111 industri pakaian jadi. Masing-masing industri tersebut membuka lapangan kerja sebanyak 5.143 orang, 6.213 orang dan 1.711 orang.

Tasikmalaya juga dikenal pula sebagai daerah yang memiliki potensi industri kreatif yang besar. Setidaknya ada delapan industri kreatif yang tumbuh di Tasikmalaya, yakni bordir, alas kaki, batik, anyaman bambu, payung geulis, anyaman mendong, mebel, dan kuliner.

Bordir memang menjadi ikon kerajinan khas Kota Tasikmalaya. Sentra industri bordir tersebar di Kecamatan Kawalu, Tawang, dan Cihideung. Di Desa Talagasari, misalnya, denyut usaha bordir terlihat hingga memasuki gang-gang sempit di pelosok desa. Sekitar 60 pesen penduduk setempat hidup dari usaha bordir.

Selain bordir, Kota Tasikmalaya juga dikenal dengan kerajinan alas kaki kelom geulis. Sentra industri ini tersebar di Kecamatan Tamansari, Cibeureum, Mangkubumi, dan Cihideung. Berkembangnya usaha kerajinan di Kota Tasikmalaya tidak terlepas dari karakter masyarakat yang memiliki kultur kreatif.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Sejumlah payung kertas khas Tasikmalaya di Prima Art, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, dipajang begitu usai pembuatan, Jumat (15/4/2016). Di Tasikmalaya terdapat beberapa sentra industri kreatif yang mampu menghidupi masyarakatnya.

Terkait keuangan daerah, total pendapatan Kota Tasikmalaya pada 2021 mencapai Rp2,03 triliun. Pendapatan tersebut sebagian besar ditopang dana perimbangan yang berkontribusi senilai Rp1,10 triliun atau 54,4 persen dari total pendapatan.

Sementara itu, realisasi pendapatan asli daerah (PAD) tercatat senilai Rp445,32 miliar atau 21,9 persen dari total pendapatan tahun yang bersangkutan. Selanjutnya, lain-lain pendapatan daerah yang sah berkontribusi senilai Rp481,13 miliar atau 23,7 persen dari total pendapatan Tasikmalaya pada 2021.

Di sektor pariwisata, Kota Tasikmalaya memiliki beberapa destinasi wisata favorit seperti Maarif Garden, Mangkubumi Water Springs, Mutiara Aboh, Rest Area Urug Rimbun, Tee Jay Waterpark, Situ Gede, dan Tirta Alam. Sektor pariwisata dan pendukungnya seperti penginapan, kuliner, dan jasa lainnya masih berpotensi untuk menarik investor.

Tasikmalaya merupakan kota yang kaya dengan oleh-oleh. Berbagai barang kerajinan bahkan makanan khas daerah tersebut dapat menjadi buah tangan untuk keluarga atau teman. Makanan yang bisa menjadi oleh-oleh, seperti Wajit (panganan dari beras ketan), citruk (sejenis kerupuk), kalua jeruk (manisan kulit jeruk), opak, keripik sukun, batik tasik, kelom geulis, maupun bordir tasik.

Pusat jajanan dan oleh-oleh itu tersebar, antara lain, di Jalan Veteran, Jalan Sutisna Senjaya Rammona, RE Martadinata, Simpang Lima, dan Lintang Leuwianyar.

Untuk mendukung kegiatan dan wisata di Kota Tasikmalaya, daerah ini memiliki 35 hotel, baik hotel berbintang maupun nonbintang.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Batik Tasikmalaya – motif : Merak Ngibing Merak Ngibing (Batik Tasikmalaya), Koleksi Batik Dimas : Salah satu motif khas priangan yang menggambarkan sepasang merak yang berhadap-hadapan dengan ekor yang terkembang seperti sedang menari. Motif serupa juga ditemui di batik Madura, Pekalongan dan Jakarta dengan nama berbeda. (Sumber : penuturan pembatik, Buku Batik Tatar Sunda kerjasama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat dan CV Kandi Makarya, Buku Batik Garutan Koleksi Hartono Sumarsono)

Referensi

Arsip Berita Kompas
  • ‘Mendagri Meresmikan Dua Belas Kota Baru”, Kompas, 18 Oktober 2001, hlm. 26
  • “Kota Tasikmalaya *Otonomi, Kompas, 02 Desember 2003, hlm. 31
  • “Masih Butuh Waktu untuk Dinilai *Otonomi”, Kompas, 02 Desember 2003, hlm. 31
  • “Kota Tasikmalaya Krisis Perajin Payung Geulis”, Kompas, 10 Januari 2005, hlm. 19
  • “Aset Masih Jadi Rebutan: Hari Ulang Tahun Ke-4 Kota Tasikmalaya”, Kompas Jawa Barat, 17 Oktober 2005, hlm. 28
  • “HUT Ke-6 Kota Tasikmalaya : Industri Kreatif Tingkatkan Perekonomian Warga”, Kompas Jawa Barat, 17 Oktober 2007, hlm. 04
  • “HUT Ke-8 Kota Tasikmalaya : Besar, Peran Angkutan pada Perekonomian Daerah”, Kompas Jawa Barat, 19 Oktober 2009, hlm. 01
  • “Tatar Sunda : Mengapa Sukapura Menjadi Tasikmalaya ? * Akademia”, Kompas, 17 Juni 2009, hlm. 09
  • “HUT ke-9 Kota Tasikmalaya : Hadapi Tantangan dengan Perdagangan”, Kompas Jawa Barat, 18 Oktober 2010, hlm. 01
Buku dan Jurnal
  • Zaenuddin HM. 2013. Asal-Usul Kota-Kota di Indonesia Tempo Doeloe. Jakarta: Change
  • Falah, Miftahul. 2010. Pertumbuhan Kota Tasikmalaya (1820-1942): Dari Kota Distrik Menjadi Kota Kabupaten. Tasikmalaya: Uga Tatar Sunda
Aturan Pendukung

Editor
Topan Yuniarto