Fakta Singkat
- Dalam Total Football, seorang pemain dipindahkan dari posisinya dan langsung digantikan oleh pemain lain dari timnya, yang memperkuat struktur organisasi tim.
- Rinus Michels mengenalkan taktik Totall Football saat mengantar Belanda ke final Piala Dunia Jerman 1974.
- Pemain paling ternama yang menerapkan Total Football adalah Johan Cruyff.
Dalam buku The Football Book, kehadiran berbagai formasi diawali dengan kehadiran peraturan offside oleh FA, atau federasi sepak bola Inggris pada 1867.
Awal formasi sepak bola menyerang bermula dari tim asal Inggris, Royal Engineers, tim pertama yang menjuarai Piala FA pada 1872. Mereka menggunakan tujuh pemain menyerang dalam pakem 1-2-7.
Herbert Chapman, mantan pelatih Arsenal, menjadi manajer yang memberikan fondasi formasi seimbang dengan 3-2-2-3 atau populer disebut W-M. Chapman berhasil membawa Arsenal menjadi tim pertama pada abad ke-20 yang meraih gelar ganda, Liga Inggris dan Piala Liga musim 1930/1931.
Dalam rentang satu dekade, Vittorio Pozzo membawa Italia menjuarai dua edisi Piala Dunia 1934 dan 1938 dengan formasi 2-3-2-3, atau jamak disebut il metodo atau metode. Dua formasi itu menyeimbangkan jumlah pemain bertahan dan menyerang.
Era formasi empat bek sejajar dimulai oleh Brasil di Piala Dunia 1958 dengan 4-2-4 untuk memberikan kontribusi lebih di posisi sayap. Empat tahun berselang, Brasil mengenalkan formasi 4-3-3. Dengan formasi itu, Pele dan kawan-kawan meraih tiga trofi Jules Rimet, nama trofi Piala Dunia kala itu. Pola menyerang ini disebut jogo bonito atau bermain indah.
Pada era 1970-an di Ajax Amsterdam dan timnas Belanda, pelatih legendaris Rinus Michels mengembangkan pola permainan baru dengan dasar 4-3-3 yang disebut total voetbal. Dalam bukunya, Teambuilding: The Road to Success, Michels lebih menyebut strategi itu sebagai pressing football. Pola ini dipercaya menjadi pakem seluruh pola menyerang masa kini.
Tim Belanda yang mencapai final Piala Dunia 1974 membuat Total Football dikenal dalam skala global yang lebih luas, tetapi secara terkenal diterapkan oleh Ajax pada awal tahun 1970-an dan memimpin tim tersebut mengalami periode tersukses dalam sejarah klub mereka.
Ikon utama gaya ini adalah Johan Cruyff. Pemain paling ternama yang menerapkan totaal voetbal adalah Johan Cruyff. Michels mengenalkan taktik itu kepada sang kapten sekaligus otak permainan skuad ”The Flying Dutchmen” tersebut.
Dalam filosofi Cruyff, setiap pemain harus menjadi “master” di semua posisi yang mungkin di mainkan di lapangan.
Cruyff, yang membuka mata dunia lewat penampilan atraktifnya berupa gocekan ciamik yang dikenal sebagai ”cruyff turn” pada Piala Dunia 1974, adalah pemuja gaya sepak bola menyerang dengan tekanan dan teknik tinggi lewat operan pendek dan cepat.
Dalam kamusnya, bola harus direbut dan dimainkan, apa pun yang terjadi sebab hanya ada satu bola di lapangan. ”Lebih baik saya menang 5-4 dibandingkan 1-0.”
Filosofi sepak bola itu dipraktikkan saat ia dan pelatihnya, Rinus Michels, mengantar Belanda ke final Piala Dunia Jerman 1974. ”Tim Oranye”, yang sebelumnya tidak pernah lolos ke Piala Dunia sejak Perang Dunia II, mengejutkan dunia. Dalam perjalanan ke final, mereka menggilas tim kuat, seperti Argentina, Brasil, dan Jerman Timur, tanpa kebobolan.
Publik dibuat berdecak kagum dengan pakem total football yang ketika itu dianggap aneh dan anti tesis dari catenaccio (gaya sepak bola bertahan ala Italia) yang lebih dulu populer. Setiap pemain Belanda, termasuk Cruyff, seolah berkohesi tanpa memberi lawan untuk jeda bernapas.
Filosofi permainan itu adalah mengandalkan penguasaan bola dalam menyerang. Pemain diharapkan melakukan tekanan kepada lawan sesegera mungkin setelah kehilangan bola. Pemain juga tidak terpaku dalam posisi. Mereka harus mampu mengisi setiap ruang untuk mendukung rekannya dalam menyerang dan bertahan.
Dalam filosofi ini, setiap pemain di lapangan, kecuali penjaga gawang, dapat menggantikan posisi pemain lain saat diperlukan. Hal ini menciptakan fleksibilitas taktis yang tinggi dan memungkinkan tim untuk tetap terorganisasi meskipun ada perubahan posisi secara dinamis.
Dalam Total Football, seorang pemain dipindahkan dari posisinya dan langsung digantikan oleh pemain lain dari timnya, yang memperkuat struktur organisasi tim.
Keberhasilan filosofi Total Football, bagaimanapun, hampir sepenuhnya bergantung pada fluiditas dan kemampuan setiap pemain sepak bola dalam tim, serta kemampuan mereka untuk berpindah posisi dengan cepat dan sesuai dengan kejadian di lapangan.
Filosofinya mengharuskan pemain merasa nyaman bermain di lebih dari satu posisi (dan bukan hanya posisi tetap mereka seperti yang umum terjadi), oleh karena itu membutuhkan pemain yang terlibat harus memiliki keterampilan tinggi, serba bisa, dan mudah beradaptasi.
Taktik Total Football yang identik berasal dari Belanda menjadi daya tarik tersendiri membuat juru taktik asal negeri Kincir Angin cukup banyak diminati karena reputasi mereka dalam pengembangan taktik dan pelatihan yang modern.
Strategi pertandingan saat ini banyak pelatih yang menginginkan pemain bisa menempati beberapa posisi juga cakap dalam posisi bertahan menyerang, sebuah taktik yang sudah lama dikenal dengan Total Football.
Saat ini gaya bermain dan tipe pemain sepak bola cenderung mengikuti arah sepak bola modern, yang banyak menitik beratkan penguasaan bola juga pressing saat sedang atau tidak menguasai bola, cukup jauh berbeda dengan permainan sepak bola terdahulu dimana masih sering kita saksikan pemain bola menampilkan aksi individu dengan trik yang memanjakan mata dan melewati satu dua pemain saat pertandingan.
Kecenderungan sepak bola dunia saat ini menunjukkan bahwa tim-tim semakin gemar memainkan seorang striker, dan secara bertahap mulai meninggalkan penggunaan dua penyerang di lini depan. Kecenderungan lain memperlihatkan bahwa tim-tim yang mempunyai para penyerang dan gelandang yang mampu menukar posisi saat pertandingan, lebih sukses membongkar pertahanan lawan.
Artikel terkait
Pelatih Asal Belanda yang Melatih Timnas Asal Asia
Guus Hiddink
Pelatih asal Belanda, Guus Hiddink menangani tim nasional Korsel, dengan target untuk lolos ke 16 besar Piala Dunia 2002. Hiddink, mantan pelatih Real Madrid dan tim nasional Belanda, melatih Korsel periode 1 Januari 2001 sampai 30 Juni 2002 melewati 37 pertandingan dengan rataan poin 1,62.
Hiddink memulai karier sebagai pemain untuk klub De Graafschap tahun 1967. Ia melatih Real Madrid dalam periode 1998-1999, dan tim nasional Belanda 1995-1998. Sebagai pemain, ia pernah bermain untuk PSV Eindhoven, dan dua klub Liga Amerika Utara, Washington Diplomats, serta San Jose Earthquakes.
Menggunakan formasi 3-5-2 atau 3-4-3 diamond sepanjang gelaran piala dunia 2002, mengandalkan bek sayap yang fleksibel membatu bertahan maupun menyerang, Total Football ala Belanda telah kembali diterapkan ke tim Korea Selatan, taktik ini membuat pemain dengan mudah bergerak dari belakang ke depan seperti gaya tim Belanda. Guus Hiddink menerapkan sistem ini sehingga Korsel bermain seperti Belanda di Piala Dunia,
Keberhasilan Hiddink membawa Korsel masuk semifinal membuat namanya semakin dekat dan akrab dengan bangsa Korsel. Dia bahkan dianugerahi gelar warga kehormatan oleh Pemerintah Korsel. Tidak itu saja yang diperoleh Hiddink, dia juga ditawari menjadi model iklan beberapa produk, serta menerima sejumlah hadiah uang yang tidak dijelaskan secara pasti nilainya.
Perjalanan Korsel dinilai lebih spektakuler karena mengalahkan Polandia 2-0, mengimbangi Amerika Serikat 1-1, memukul Portugal 1-0. Korsel kemudian menyisihkan Italia 2-1 di perdelapan final dan menaklukkan Spanyol lewat adu penalti di perempat final. Di semifinal, Korsel tak sanggup membongkar pertahanan ketat Jerman yang didukung disiplin tinggi. Korsel akhirnya dipaksa menyerah oleh Jerman, 0-1, lewat gol Michael Ballack.
Pelatih Guus Hiddink telah berhasil menanamkan sebuah sistem permainan sepak bola Korsel yang menawan. Ia berhasil mentransformasikan sistem permainan yang biasa diperagakan PSV Eindhoven ke “Tim Setan Merah”.
Hiddink telah mengubah total citra sepak bola Korsel. Hung Myung- bo dan kawan-kawan jadi paham cara bermain bertahan yang mengandalkan tiga pemain belakang, yang ditopang oleh empat pemain gelandang. Dua pemain gelandang kanan dan kiri harus bisa bertindak menjadi bek kanan dan bek kiri, sementara dua gelandang di tengah menjadi palang pintu pertama sebelum pemain lawan bisa menerobos jantung pertahanan.
Sebaliknya, ketika mereka harus keluar menyerang, keempat pemain gelandang itu harus bergerak secara bersamaan ke depan untuk menopang dua gelandang menyerang yang bertindak sebagai lini kedua bagi ujung tombak tunggal. Dua gelandang di sayap harus menjadi penyerang sayap yang memberikan umpan-umpan silang ke kotak penalti, sementara dua gelandang tengah bertindak sebagai penyerang yang siap memangsa bola- bola muntah.
Sebuah cara bermain yang sangat tidak mudah untuk bisa diimplementasikan di lapangan, namun Hong Myung-bo dan kawan-kawan ternyata mampu melaksanakannya. Itu semua bukan semata-mata menuntut adanya kemampuan inteligensia untuk bisa menerjemahkannya, tetapi kondisi fisik yang prima untuk menopangnya.
Hiddink bukan hanya berhasil membuat para pemain Korsel memahami cara bermain yang dibutuhkan untuk sebuah permainan sepak bola modern, tetapi lebih dari itu ia berhasil mengajarkan filosofi dari permainan sepak bola menyerang. Pelatih dari Belanda itu juga berhasil menyentuh kemampuan bawah sadar para pemain Korsel sehingga bisa tampil penuh percaya diri dan selalu tampil mengejutkan.
Dick Advocaat
Setelah kisah manis dari Guus Hiddink, federasi sepak bola Korea Selatan nampaknya masih menaruh asa dari tangan dingin pelatih asal Belanda setidaknya dengan harapan bisa mengulang raihan pada gelaran Piala dunia 2002.
Salah satu upaya Korea Selatan untuk menunjukkan tajinya, adalah lagi-lagi merekrut pelatih berdarah Belanda, Dick Advocaat. Alasannya, Korea Selatan telah terbiasa dengan total football yang telah diterapkan Guus Hiddink sebelumnya.
Dick Advocaat yang biasa disapa “The Little General” oleh khalayak Belanda, jelas akan menerapkan semangat dari legendaris tim Belanda ini. Sebab, selama tiga tahun sejak tahun 1984 hingga 1987, dia bertindak sebagai asisten Rinus Michels-sang arsitek total football di tim nasional Belanda yang sempat mengejutkan dunia. Tugas utama Dick Advocaat yakni membawa jauh para ksatria Taeguk dalam pagelaran piala dunia 2006.
Dengan berbekal pemain yang berkompetisi di level Eropa, banyak asa masyarakat yang dibebankan pada pemain Korea Selatan. Beberapa pemain inti Korsel yang membela klub Eropa. Mereka adalah tiga gelandang yakni Lee Young-pyo (Tottenham Hotspur), Lee Eul-yong (Trabzonspor), dan Park Ji-sung (Manchester United); serta dua penyerang, Ahn Jung-hwan (FC Metz), dan Cha Du-ri yang bermain di Eintracht Frankfurt. Kelima pemain itu termasuk nama yang dipilih Advocaat untuk ikut ke Piala Dunia Jerman 2006.
Pakem formasi yang sering diaminkan saat melatih Korea Selatan yakni formasi 3-4-3 saat awal, formasi yang sama dengan pelatih pendahulu di Timnas Korea Selatan yakni Guus Hiddink, setelah beberapa pertandingan Dick mengganti formasinya dengan pakem 4-3-3 bertahan, Dick Advocaat menyukai formasi dengan penekanan pada penyerangan namun tetap memperhatikan sisi bertahan dengan 4 bek solid yang bergerak cukup dalam disekitar gawang sendiri.
Dick Advocaat berhasil membawa Korsel ikut andil pada piala dunia 2006, amun sayang langkah nya hanya sampai babak penyisihan, Kekalahan Korea Selatan, 0-2, dari Swiss membuyarkan impian mengulangi sukses Piala Dunia 2002 untuk meloloskan dua tim ke putaran kedua. Dari delapan belas laga yang dijalani, Korsel asuhan Dick Advocaat meraih 1,78 rataan poin.
Bert van Marwijk
Setelah pensiun sebagai pesepak bola pada 1988, Bert van Marwijk mulai menjajaki karier di dunia kepelatihan pada 1998. Klub pertama yang dilatihnya adalah Fortuna Sittard.
Di bawah asuhan Bert van Marwijk, Timnas Belanda tampil gemilang. Skuat Oranje lolos ke putaran final Piala Dunia 2010 dengan status pemuncak Grup 9 dengan torehan delapan kemenangan beruntun.
Awal mula Van Marwijk melatih timnas asal Asia yakni dengan menerima tawaran dari timnas Arab Saudi dengan ambisi Arab Saudi untuk lolos Piala Dunia. Van Marwijk mulai menjadi juru taktik Arab Saudi sejak Agustus 2015, Van Marwijk merupakan pelatih yang sukses mengantarkan Arab Saudi lolos ke Piala Dunia 2018 Rusia setelah gagal lolos ke Piala Dunia Brasil 2014, pencapaian bergengsi sejak terakhir kali Arab Saudi tampil di turnamen serupa pada 2006 di Jerman.
Setelah menangani Arab Saudi Van Marwijk melanjutkan kariernya bersama Uni Emirat Arab (UEA) pada 20 Maret 2019. ini adalah untuk kedua kalinya mengasuh tim asal Timur Tengah, setelah sebelumnya Arab Saudi.
Sayangnya, karier Van Marwijk bersama Uni Emirat Arab tak berjalan mulus. Dari 11 laga perdana yang dijalani, UEA meraih enam kemenangan, satu hasil imbang, dan menelan empat kekalahan.
Puncaknya, kekalahan 2-4 Uni Emirat Arab dari Qatar pada laga terakhir Gulf Cup 2019 membuat Bert van Marwijk harus kehilangan jabatannya sebagai pelatih. Dia dipecat Federasi Sepak Bola Uni Emirat Arab pada 4 Desember 2019.
Namun, setahun berselang tepatnya 14 Desember 2020, Bert van Marwijk kembali menangani Timnas Uni Emirat Arab. Kini, penampilan UEA dibawah arahan Van Marwijk cukup oke.
Uni Emirat Arab berhasil meraih empat kemenangan dan satu hasil imbang dari lima pertandingan. Dari lima kemenangan tersebut, dua di antaranya terjadi pada laga Grup G kualifikasi Piala Dunia 2020 zona Asia.
Kedisiplinan yang selalu ditegaskan Marwijk kepada pemain adalah tanggung jawab pada tugas dan fungsinya. Dalam menyerang, sedapat mungkin digapai cara termudah menjebol gawang. Tak peduli itu hanya lewat bola mati, gol bunuh diri lawan, atau dari tendangan luar kotak penalti yang dibantu defleksi pemain lawan yang menumpuk di dalam kotak penalti.
Satu hal lain yang ditekankan Marwijk dalam melatih adalah masalah mental. Kelemahan ini sering kali terhinggapi rasa percaya diri berlebihan. Tak jarang tim dapat kalah saat dia begitu diunggulkan. Marwijk tak membedakan standar permainan timnya melawan tim unggulan maupun tim nonunggulan. Marwijk bisa menunjukkan bahwa gaya main seadanya, tapi disiplin bisa berbuat lebih banyak.
Prestasi paling mentereng dari Van Marwijk selama menangani negara adalah membawa Belanda sampai final piala dunia Afrika selatan 2010 kalah 0-1 dari spanyol. Formasi yang pakem digunakan Van Marwijk tidak banyak berubah saat menangani suatu tim, saat menangani timnas asal Asia Marwijk memiliki statistik perolehan rataan poin 2.12 dari 17 pertandingan dengan formasi 4-2-3-1, begitupun saat melatih Uni Emirat Arab perolehaan rataan poin 1.79 poin dari 19 pertandingan dengan formasi pakem 4-2-3-1.
Pim Verbeek
Pim Verbeek, pelatih kelahiran 12 Maret 1956, Sejak diangkat sebagai Pelatih Korsel, Verbeek lebih memilih kombinasi pemain yunior dan senior. Dia, bahkan, lebih cenderung memakai pemain yang masih segar kondisi fisiknya daripada pemain yang hanya memiliki pengalaman tetapi tidak dalam kondisi siap bertarung dalam sebuah kejuaraan.
Untuk alasan itu pula, dia menolak melibatkan Ahn Jung-hwan ke dalam timnya meski ada desakan kuat dari sebagian insan sepak bola Korsel agar pemain yang lewat golnya membuat Italia terempas di Piala Dunia 2002.
Seusai Piala Dunia 2002 Verbeek masih mengikuti Hiddink ke PSV Eindhoven sebagai asisten untuk satu musim kompetisi. Selepas dari Hiddink yang pergi menangani tim nasional Rusia, Verbeek akhirnya ke Kyoto Purple di J League dan berpindah lagi menangani tim nasional Netherlands Antilles.
Korsel, semifinalis Piala Dunia 2002, tak pernah juara Asia sejak 1960. Verbeek diberi target Korsel menjadi raja di Asia dalam piala Asia 2007. Mereka bakal tampil di Piala Asia tanpa sejumlah pemain yang membela klub Inggris, seperti Park Ji-sung (Manchester United) yang cedera, serta Lee Young-pyo (Tottenham Hotspur) dan Seol Ki- hyeon (Reading) yang tak dipanggil. Tak heran, 90 persen pemain di tim Korsel saat ini adalah pemain K-League.
Setelah membawa timnya menjadi juara ketiga Piala Asia 2007, Pelatih tim Korea Selatan, Pim Verbeek, mundur dari jabatannya. Keputusan mundur Verbeek disampaikan setelah tim Korea Selatan memukul Jepang melalui adu penalti 6-5 di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang.
Pim Verbeek telah meminta KFA (Asosiasi Sepak Bola Korsel) sebelum laga (perebutan juara ketiga) ini agar mengakhiri kontrak yang sebenarnya habis tahun 2008. KFA setuju (dengan keputusan mundur) itu.
Sebelum turnamen, Korsel menargetkan juara Piala Asia 2007, tetapi sangat disayangkan Korsel kehilangan pemain-pemain terbaik karena cedera. Dari enam laga yang dijalani, Korsel hanya mencetak tiga gol. Mereka menang di perempat final dan laga perebutan juara tiga melalui adu penalti. Verbeek mengatakan, ia akan beristirahat beberapa bulan sebelum kembali melatih tim sepak bola. Selama membesuk memimpin tim Korsel dalam 17 pertandingan Pim Verbeek memiliki catatan statistik dengan rataan poin 1,59 poin. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- Kisah 1 Oktober. Kompas, 23 Sep 2019, Hlm. 11.
- Persiapan Korsel: Jelang Dua Laga, Advocaat Rilis 23 Nama 31 Oktober 2005, Hlm. 32
- Asia Gagal, 24 Juni 2006, Hlm. 63.
- Tim-tim Kini Cenderung Memainkan Satu Penyerang, 25 September 2002 , Hlm. 24.
- Strategi: Total Football bagi Korsel, 10 Juni 2006, Hlm. 31.
- Guus Hiddink Lanjutkan Kontrak dengan Korsel, 05 September 2002, Hlm. 24.
- Pelatih: Dick Advocaat, Sang Jenderal Kecil, 29 May 2006, Hlm. 31.
- Piala Asia 2007: Pelatih Korsel Rekrut Pemain-pemain Muda, 29 Juli 2006, Hlm. 30.
- Sosok: Ambisi Terpendam Pim Verbeek, 21 Juni 2007, Hlm. 28.
- Gaya Belanda: Seadanya, tetapi Lebih Berbicara , 8 Juli 2010, Hlm. 37.
- Pola Permainan: Formasi di Lapangan Hijau Terus Berubah *Brasil 2014, 23 Juni 2014, Hlm. 31.
- Warisan Cruyff untuk Dunia * Pelopor ”Total Football” dan ”Tiki-Taka” Meninggal akibat Kanker, 26 Maret 2016, Hlm. 31.
- Kilas Balik: ”Total Football” yang Bikin Kalang Kabut * Bola Rusia 2018 , 14 Juli 2018, Hlm. B.
Artikel terkait