Paparan Topik | Sepak Bola Nasional

Menelisik Fanatisme Suporter Sepak Bola

Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di dunia. Gambaran popularitas cabang itu bisa terlihat dari jumlah penonton pada Piala Eropa 2024.

 KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Bobotoh merayakan gelar juara Persib Bandung dalam gelaran BRI Liga 1 di Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Sabtu (1/6/2024). Bobotoh tumpah ruah di sejumlah titik di Kota Bandung untuk merayakan gelar juara Persib Bandung di BRI Liga 1. Tol Pasteur di tutup Polisi imbas dari konvoi juara tersebut. Persib Bandung melakukan konvoi dari Jalan Pasteur menuju Gedung Sate untuk memperlihatkan piala BRI Liga 1 dihadapan para Bobotoh.

Fakta Singkat

Suporter Sepak Bola

  • Istilah suporter sendiri berasal dari kata Support dari bahasa Inggris yang berarti mendukung.
  • Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sokongan, dan sebagainya (dalam pertandingan, dan sebagainya).
  • Dalam dunia sepak bola, suporter merupakan pelaku dari pendukung permain sepak bola yang bersorak-sorai dan bernyanyi untuk memberikan semangat kepada pemain.
  • Suporter Sepak bola antar lain: Boboboh (suporter Persib Bandung), The Jakmania ( suporter Persija Jakarta), Aremania (suporter Arema Malang), Bonek (suporter Persebaya Surabaya), dan Panser Biru (suporter PSIS Semarang).

Tidak ada olahraga lain di muka bumi ini saat dimainkan ditonton oleh banyak orang seperti sepak bola. Semua pertandingan Piala Eropa 2024 yang digelar di 10 stadion, misalnya, diperkirakan ditonton 2,7 juta orang secara langsung.

Selain itu, Piala Eropa juga disiarkan secara langsung  oleh lebih dari 100 lembaga penyiaran yang menjangkau hingga 229 negara dan ditonton tak kurang dari 5 miliar pasang mata atau sekitar 60 persen penduduk dunia menonton turnamen akbar  tersebut!

Penonton yang menonton langsung hadir di stadion biasanya didominasi oleh suporter tuan rumah dan sebagian kecil penonton dari suporter tim tamu atau lawan. Dalam permainan sepak bola kehadiran para suporter itu merupakan pelengkap dari permainan sepak bola itu sendiri. Mereka akan mendukung dengan berbagai cara untuk kemenangan tim kesayangannya.

Istilah suporter sendiri berasal dari kata Support dari bahasa Inggris yang berarti mendukung, sedangkan dalam bahasa Indonesia suporter merupakan pelaku dari pendukung permain sepak bola yang bersorak-sorai dan bernyanyi untuk memberikan semangat kepada pemain yang sedang bermain agar mampu memaksimalkan permainan dan mampu mengeluarkan kemampuannya yang tersembunyi.

Sementara arti suporter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang memberikan dukungan, sokongan, dan sebagainya (dalam pertandingan, dan sebagainya). Artinya, suporter adalah orang yang mencintai suatu tim atau orang atau pemain yang diidolakannya. Suporter akan melakukan apapun untuk mendukung tim atau orang yang diidolakannya itu. Oleh karena itu, suporter sering disebut pemain ke-12 sebuah tim sepak bola.

Suporter ini biasanya memiliki rasa kecintaan yang lebih dibandingkan penonton biasa yang hadir di lapangan. Suporter sepak bola tidak hanya mendukung tim kesayangannya pada saat di lapangan saja tetapi juga di luar lapangan yang berbentuk menjadi organisasi atau komunitas suporter sepak bola.

Komunitas suporter sepak bola yang terbentuk di Indonesia tidak hanya mendukung tim sepak bola lokal melainkan juga tim sepak bola luar negeri. Tujuan terbentuknya komunitas suporter sepak bola adalah sebagai wadah untuk mendukung tim kesayangan dan tempat berkumpul untuk para suporter pendukung tim sepak bola yang sama.

Semua suporter sepak bola mempunyai sebuah harapan yaitu agar tim kebanggaannya memenangkan pertandingan, sehingga suporter rela mengeluarkan harta ataupun dukungan untuk tim kebanggaanya seperti memberikan dukungan berupa nyanyian pada saat tim kesayangan bertanding.

Rasa kebanggaan yang berlebihan terhadap sebuah klub atau tim sepak bola itu membuat suporter sepak bola, rela melakukan apa saja yang berhubungan dengan klub atau tim kesayangan. Rasa kebanggaan yang berlebihan itu yang disebut fanatisme.

Sejumlah komunitas suporter sepak bola di Indonesia yang terbilang fanatik pada klub idolanya antara lain Boboboh (suporter Persib Bandung), The Jakmania ( suporter Persija Jakarta), Aremania (suporter Arema Malang), Bonek (suporter Persebaya Surabaya), dan Panser Biru (suporter PSIS Semarang).

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Suporter The Jakmania menyaksikan laga Persija Jakarta menjamu Persebaya dalam laga Shopee Liga 1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (17/12/2019). Di laga kandang terakhirnya Persija dikalahkan Persebaya dengan skor 1-2. Persija menempati urutan klasemen ke-13. Sedangkan Persebaya menempati urutan ke-3 klasemen. 

Fanatisme

Fanatisme adalah sebuah kodisi di mana seseorang atau kelompok yang menganut sebuah paham, baik politik, agama, kebudayaan atau apapun saja dengan cara berlebihan (membabi buta) sehingga berakibat kurang baik, bahkan cenderung menimbulkan perseteruan dan konflik s. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, fanatisme juga berarti kesenangan yang berlebihan, tergila-gila, keranjingan. Pertimbangan akal sehat  kalah oleh fanatisme tersebut.

Banyak penyebab lahirnya sebuah fanatisme, yang kerap dijumpai adalah fanatisme yang melanda dan terjadi dalam dunia olahraga, lebih-lebih sepak bola. Di Indonesia, peran sepak bola sebagai sebuah olahraga seakan hadir untuk menjadi pengobat rasa pahit dan getirnya kehidupan yang keras yang ada di depan mata mereka. Euforia di lapangan sepak bola bisa sejenak melupakan segala kehidupan sehari-hari.

Seperti cabang olahraga lain, sepak bola tidak terlepas dari adanya pendukung suatu kesebelasan yang lazim disebut suporter. Keberadaan suporter atau pendukung merupakan salah satu pilar penting yang wajib ada dalam suatau pertandingan sepak bola agar tidak terasa hambar dan tanpa makna.

Kelompok suporter merupakan fenomena lebih lanjut dari komunitas pendukung suatu kesebelasan. Sikap fanatisme kerap ditunjukkan kelompok suporter pada klub kesayangannya. Sikap  fanatisme yang biasa memprovokasi kekerasan itu bisa dikatakan hal yang wajar karena ujung-ujungnya pasti akan terjadi konflik.

Kebanyakan kerusuhan cenderung terjadi di lapangan sebagai respon atas peristiwa di lapangan, atau dengan serta merta terjadi di luar stadion saat kelompok yang satu bertemu dan berkumpul dengan kelompok lain.

Kesamaan nasib dan pandangan mereka tentang realitas kerasnya dunia dibarengi dengan kesamaan hobi sepak bola sekan mempersatukan mereka dalam sebuah ikatan persamaan tersebut. Mereka sadar atau tidak sadar berusaha mencari rekanan untuk bertahan dan melanjutkan hidup atas tekanan sosial yang mereka hadapi. Kesamaan tersebut mereka wujudkan dalam sebuah legalitas komunitas yang bermotifkan mendukung kesebelasan yang mereka cintai.

Sepak bola adalah bentuk konflik sekaligus kompetisi, sebagai bentuk konflik pada dasarnya sepak bola merupakan olahraga yang didalamnya terdapat upaya untuk saling mengalahkan demi memperoleh kemenangan. Sedangkan semangat kompetisi diwujudkan dengan adanya aturan-aturan permainan yang dibuat oleh otoritas yang berwenang guna menjamin keadilan di lapangan.

Suporter hadir di arena pertandingan dengan tujuan mendukung untuk menaikkan mental dan moral tim yang didukung sekaligus memeror tim lawan. Ketika kedua belah kesebelasan dan kedua belah suporter saling bertemu maka yang terjadi adalah perang yel-yel dan akhirnya bisa terjadi kontak fisik antara kedua belah suporter tersebut.

Konflik yang terjadi antara kedua kelompok suporter jelas tidak bisa dipisahkan dari konflik dan kompetisi yang terjadi pada klub yang mereka dukung karena suporter senantiasa mengidentifikasikan dirinya dengan tim yang mereka dukung.

Kecintaan yang lebih (fanatisme) adalah faktor dari semua itu (kekerasan, anarkis dll) kekhasan untuk menggambarkan manusia alam perspektif cinta memberi kesan filosofis yang mendalam bahwa kehidupan ini adalah seni mencintai (the art of loving). Dengan cintalah manusia akan sangat mengerti sifat dasar manusiawinya, yaitu lekatnya sebuah kasih sayang. Dan sebaliknya, dengan cinta pula manusia berubah menjadi sadis, ambisisus dan mematikan.

Meski demikian, dalam sisi lain fanatisme merupakan sebuah sikap yang bisa dikatakan sikap yang bisa mendorong seseorang untuk melakukan hal yang baik. Sepak bola memberi kepercayaan, bahwa kita dapat mengerjakan segalanya, terutama di masa sulit, kemenangan dapat memberikan keberanian untuk terus maju dan bertahan.

KOMPAS/AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO

Aksi Bonek, pendukung Persebaya Surabaya, saat mendukung tim kesayangan yang menjamu Arema FC di pekan ke-13 Liga 1 di Stadion Gelora Bung Tomo, Jawa Timur, Sabtu (23/9/2023). Persebaya menang 3-1 (2-0) atas Arema FC dalam laga sengit yang dibayangi setahun insiden berdarah Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 yang mengakibatkan kematian 135 jiwa suporter mayoritas Aremania.

Fanatisme akan berdampak luar biasa terhadap sikap hidup seseorang. Segala sesuatu yang diyakini akan memberikan sebuah semangat hidup yang lebih pada orang tersebut. Itulah yang diyakini sebagian besar suporter Persib dimana fanatisme merupakan semangat hidup dan identitas diri mereka.

Dalam konteks khusus kekaguman atau bahkan fanatisme kepada klub sepak bola, termasuk kekaguman atau fanatisme atau kultus terhadapnya, fanatisme itu setidaknya  terbagi dalam dua kelompok yakni fanatisme rasional dan fanatisme emosional. 

Dalam konteks fanatisme rasional, seorang pengagum benar-benar mengagumi sosok pemain atau klub sepak bola. Dia atau mereka secara total telah lebur atau bahkan menyatu dalam hal “way of life” nya dengan sosok atau klub kesayangannya.

Hanya dalam pelaksanaannya, karena keterbatasan sumber daya, si pengagum ini sering berpikir rasional, dan selalu memperhitungkan kemampuan sumber daya yang dimilikinya dalam “mengagumi” idolanya. Disebut rasional, karena dia atau mereka memperhitungkan untung ruginya dan tidak membabi buta dalam mengidolakan klub idolanya

Sementara Fanatisme emosional, membawa seseorang atau suatu kelompok untuk melakukan apapun untuk “memuja” klub idolanya. Kadang terkesan tidak rasioanal, karena cara mengidolakan telah melebihi dari kemampuan riil-nya. Sehingga kadang untuk memenuhi keinginannya dia atau mereka terpaksa berhutang karena untuk membeli tiket,  merchandise,atau asesoris klub lainnya, meski sebenarnya tidak memiliki kemampuan sumber daya yang cukup.

Kadangkala fanatisme yang ditunjukkan oleh komunitas suporter klub sepak bola diilakukan secara berlebihan dalam mendukung tim kesayangan saat bertanding sehingga berubah menjadi tindakan agresivitas terutama agresivitas verbal. Suporter fanatik hanya mampu melihat kebaikan dari tim favoritnya saja dan hanya melihat kekurangan dari tim lain yang bukan menjadi tim favoritnya. Wujud ekspresi dari fanatime ini seringkali menjadi perilaku agresi.

Perilaku agresi ini dapat berupa kata-kata kasar atau kata-kata yang dianggap mampu menyakiti, melukai, menyinggung perasaan atau membuat suporter lain menderita. Adapun bentuk agresivitas itu ungkapkan dengan mengucapkan kata-kata yang menghina, berteriak, dan mengejek. Perilaku agresi suporter itu berujung pada kerusuhan suporter.

Suporter

Sepak bola dan suporter adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Di mana ada pertandingan sepak bola, di situ hadir para suporter. Kumpulan suporter sangat khas karena berbagai batasan melebur. Tak memandang jenis kelamin, usia, status sosial ekonomi, dan profesi; semua menjadi satu. Perempuan, laki-laki, tua, muda, anak-anak, miskin, kaya, dokter, karyawan, pedagang kelontong, tukang becak, semuanya melebur menjadi satu identitas dalam wadah suporter.

Suporter sepak bola melihat pertandingan bola sebagai ajang hiburan yang memikat. Mereka ikut merasakan bagaimana suatu tim saat meraih kemenangan dalam suatu pertandingan. Tanpa sadar, tumbuh satu ikatan emosional di antara para suporter untuk sebuah klub sepak bola. Bahkan, muncul beberapa kasus yang sifatnya mengarah pada kriminalitas akibat dari sikap fanatisme suporter.

Piala ASEAN Football Federation Under 19 atau AFF U-19 yang digelar di Indonesia tahun 2010 lalu menjadi bukti tingginya animo masyarakat Indonesia terhadap sepak bola. Dalam babak final yang mempertemukan Indonesia dengan Malaysia, jumlah penonton yang langsung hadir di Stadion Gelora Bung Karno mencapai 100.000 penonton.

Peringkat atau rating siaran langsung yang disiarkan MMC TV mencapai  di atas 50; artinya jumlah penonton di atas 50 persen populasi penonton televisi. Pertandingan itu dimenangkan oleh Indonesia dengan skor 2-1. Namun Indonesia gagal meraih juara karena pada pertandingan sebelumnya di Malaysia, Indonesia kalah 0-3.

Bukti lain tingginya animo masyarakat adalah pertandingan antarklub di era perserikatan, kompetisi antar kota/perserikatan yang rutin digelar PSSI tiap tahun. Antusiasme masyarakat menyaksikan pertandingan bola terbilang tinggi terutama mulai tahun 1980-an. Setiap pertandingan babak final yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, dipastikan lautan manusia pendukung kedua tim yang lolos ke final memenuhi stadion tersebut.

Pertandingan final sepak bola tahun 1985 di era perserikatan antara Persib Bandung versus PSMS Medan mencatat rekor sebagai pertandingan yang paling banyak dihadiri penonton. Stadion Utama Senayan yang besar dengan kapasitas penonton 120.000, tak mampu menampung kedatangan sekitar 150.000 penonton yang didominasi oleh bobotoh atau pendukung Persib Bandung. Pertandingan final itu sendiri akhirnya dimenangkan oleh PSMS Medan dengan skor 4-3 melalui adu pinalti.

Kegemaran masyarakat akan sepak bola terlihat pada terbentuknya komunitas dan organisasi suporter untuk mendukung tim-tim yang berlaga di kompetisi sepak bola. Seorang suporter sepak bola yang fanatik biasanya membutuhkan identitas yang menjadi cerminan atau penanda dari kefanatikan tersebut.

Salah satu yang paling populer identifikasi identitas dengan kepemilikan barang-barang terkait klub sepak bola atau idolanya, seperti jersey atau jaket, atau kaos tim, atau syal yang akan menjadi aksesori. Jersey bisa dijadikan identitas sebagai pendukung sebuah klub atau negara dalam hal sepak bola. Syal biasanya digunakan oleh suporter yang biasanya menonton sepak bola secara langsung di stadion dan bendera untuk memberikan semangat pada tim kesayangannya.

Seorang suporter biasanya akan bergabung dalam komunitas-komunitas penggemar sepak bola secara resmi ditandai dengan kepemilikan Kartu Tanda Anggota (KTA) dan pernak-pernik lainnya. Semakin banyak suporter fanatik, maka ini akan semakin menguntungkan klub yang digemari tadi. Apalagi jika klub itu dijalankan secara profesional.

KOMPAS/KELVIN HIANUSA

Dukungan para penggemar saat latihan perdana PSIM Jogja jelang musim baru Liga 2 di Stadion Mandala Krida, pada Sabtu (1/7/2023). Ribuan penonton dari kelompok suporter Brajamusti dan The Maident datang untuk memotivasi tim kesayangannya.

Bagi para penggemar fanatik sepak bola pasti tidak merasa lengkap jika tidak ada alasan untuk mendukung suatu tim secara ideologis. Mereka mengidentikkan diri dengan sejarah atau identitas tim yang mereka dukung.  Hal itu terjadi pada klub yang merepresentasikan daerah, ras, agama, dan ideologi. Contohnya terjadi pada pendukung Glasgow Rangers yang merepresentasikan kaum Protestan atau pendukung Celtic kaum Katolik di Skotlandia. Tingginya fanatisme antara suporter Rangers dan Celtic tidak hanya di lapangan saja, tetapi juga di luar lapangan.

Contoh lain fanatisme fans berdasarkan etnis terlihat dalam Liga Spanyol. Kompetisi Liga Spanyol hampir selalu didominasi dua klub yakni Real Madrid dan Football Clum (FC) Barcelona. Dari fenomoena tersebut dapat ditelusuri pula “rivalitas” sengit yang tidak hanya bernuansa kompetitif, tetapi juga menyentuh isu-isu etnik yang menjurus politik.

Real Madrid adalah klub dengan identitas Spanyol tulen (etnis Castilla), sedangkan FC Barcelona adalah klub kebanggaan bangsa Catalan dengan semboyannya “mes que un club” (more than just a club).  Rivalitas bermula pada masa kediktatoran Francisco Franco (memerintah Spanyol tahun 1939-1975) yang anti-Catalan mendukung Real Madrid. Rivalitas itu masih terus bertahan hingga kini. Setiap duel akbar El Classico dihelat, nuansa itu jelas terlihat.

Sementara klub Athletic Bilbao mewakili etnis Basque yang sangat bangga dengan identitas etnisnya di Provinsi Pais Vasco. Basque sangat mendominasi demografi wilayah ini. Tidak seperti etnis Catalan yang meskipun berbeda dengan Castilla masih memiliki beberapa kemiripan dari segi bahasa, orang-orang Basque memiliki bahasa khas yang jauh berbeda.  Klub ini ibarat tim nasional orang Basque  di kancah sepak bola Spanyol karena pemainnya hanya diisi dari etnik Basque saja.

Fenomena fanatisme suporter sepak bola berdasarkan representasi daerah dan etnis pun mengemuka di Indonesia. Hal itu sudah berlangsung sejak era perserikatan. Sebut saja misalnya Persib Bandung, Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, dan PSIS Semarang. mempunyai tim suporternya masing-masing. Persib Bandung punya Viking, Persebaya Surabaya punya Bajul Ijo, Persija Jakarta punya The Jak Mania, dan PSIS Semarang punya Panser Biru. Bahkan, pada satu klub sepak bola bisa jadi muncul beberapa kelompok suporter.

Kebanggaan yang muncul terhadap tim-tim itu umumnya dilekatkan dengan primodialisme daerah atau etnis. Pendukung Persib identik dengan Jawa Barat, pendukung Persija Jakarta identik dengan DKI Jakarta, pendukung Persebaya Surabaya identik dengan Jawa Timur, dan pendukung PSIS identik dengan Jawa Tengah. Bila tim-tim tersebut bertanding di Senayan, dapat dipastikan suporter yang menenuhi Stadion GBK Senayan berasal dari daerah di mana tim itu berasal.

Bobotoh Persib

Salah satu klub sepak bola yang memiliki superter terbesar di Indonesia adalah Persib Bandung. Tim yang berjuluk “Maung Bandung” ini memiliki prestasi yang sangat membanggakan di negeri ini. Persib Bandung meriah lima kali juara perserikatan (1937, 1961, 1986, 1990, 1994), delapan kali runner up atau juara  kedua perserikatan (1933, 1934, 1936, 1950, 1959, 1960, 1982/1983, 1984/1985), dan tiga kali juara Liga Indonesia (1995, 2014, dan 2024). Tak heran bila klub ini menjadi salah satu klub sepak bola tersukses di Indonesia dan memiliki banyak pengemar di Indonesia, terutama di Jawa Barat.

Meski homebase-nya di Kota Bandung, ketika Persib mengadakan pertandingan persahabatan di beberapa kota di Jawa Barat antusiasme warga lokal menonton pertandingan luar biasa. Dan hebatnya stadion-stadion yang menggelar pertandingan tersebut tak mampu menampung animo bobotoh alias suporter Persib.

Begitu cintanya pada Persib, tidak aneh jika sekadar latihan biasa saja para pengemar rela menonton dengan setia. Penggemar Persib menamakan diri sebagai “bobotoh”. Kata bobotoh sendiri berasal dari bahasa Sunda yang artinya pendukung, memberi dukungan, dorongan, dan semangat. Alhasil, sebenarnya kata bobotoh itu bukan nama organisasi ataupun perkumpulan, tapi sebutan untuk pendukung.

Selain itu, kecintaan terhadap Persib terlihat dari sangat mudahnya menemukan perbincangan tentang Persib, terutama menjelang pertandingan Persib di pelosok Jawa Barat. Di rantau pun, orang-orang Jawa Barat dan Sunda sangat terbiasa membincangkan Persib. Mereka membicarakan Persib seperti bagian dari diri mereka sendiri. Hal itu menunjukkan rasa memiliki yang tinggi bercampur dengan rasa cinta yang dalam terhadap Persib.

Bobotoh memang dikenal sangat fanatik dan loyal mendukung klub berjuluk ‘Maung Bandung’. Pertandingan Persib tak pernah sepi penonton. Bobotoh akan selalu memenuhi stadion tempat Persib bermain dengan mengenakan pakaian serba biru.

Bobotoh berasal dari istilah Bahasa Sunda yang dalam kamus R. Satjadibrata (2011) memiliki makna ‘orang yang menghidupkan semangat kepada orang yang hendak berkelahi (atau binatang yang hendak diadu), suporter’. Awalnya bobotoh mempunyai makna luas yang dikarenakan perkelahian atau persaingan menjadi pemenang, bukan hanya dalam dunia sepak bola.

Merunut sejarahnya, sebelum ada Persib, pada 1923 di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB). Klub sepak bola itu memiliki cukup banyak pendukung yang selalu hadir jika klub itu bertanding. Selanjutnya istilah bobotoh sudah banyak dipakai karena di dalam menjalani pertandingan, BIVB mendapat dukungan langsung dari orang yang datang ke stadion.

BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain bernama Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada 14 Maret 1933 kedua klub itu sepakat melebur dan lahirlah perkumpulan baru yang bernama Persib (Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung).

KOMPAS/JULIAN SIHOMBING

Suasana suporter kesebelasan yang bertanding di Kompetisi Enam Besar PSSI 1990 di stadion Senayan Jakarta. Supporter Bobotoh atau Vikings Persib Bandung dan tentara yang menjaga keamanan agar jangan terjadi bentrok antar supporter. Persib Bandung tampil sebagai juara 6 Besar Divisi Utama PSSI, setelah mengalahkan juara bertahan Persebaya, 2-0 (1-0) di Stadion Utama Senayan, Minggu (11/3/1990). Ini berarti, Persib untuk kelima kali mempersembahkan lambang supremasi tertingi kompetisi perserikatan kepada pendukungnya.

Kehadiran bobotoh untuk memberi dukungan kepada Persib diawali saat Persib meraih gelar juara kompetisi perserikatan untuk pertama kalinya pada 1937. Saat itu Persib mengalahkan Persis Solo dengan skor 2-1 pada partai puncak di Stadion Sriwedari, Solo. Pada momen itulah banyak bobotoh yang datang ke Solo untuk mendukung Persib secara langsung. Dalam perkembangan selanjutnya bobotoh kerap hadir di setiap laga Persib yang mengarungi kompetisi di Perserikatan dan Liga Indonesia.

Bobotoh sempat mencuri perhatian dunia karena memenuhi Stadion Utama Senayan, Jakarta pada 1986. Di kompetisi perserikatan itu, ratusan ribu bobotoh jadi saksi saat Persib juara mengalahkan Perseman Manokwari 1-0. Peristiwa itu kembali terulang kala Persib menjadi juara Perserikatan 1994. Di final Perserikatan 1993-1994, Persib berhasil mengalahkan PSM Makassar dengan skor 2-0, lewat gol yang dibukukan oleh Yudi Guntara dan Sutiono Lamso.

Kemenangan yang ditonton langsung puluhan ribu bobotoh itu menempatkan Persib tidak hanya meraih gelar juara keempatnya di ajang Perserikatan, tetapi juga mencatatkan sejarah sebagai jawara terakhir di kompetisi Perserikatan.

Kehadiran bobotoh dalam setiap pertandingan Persib tentu sangat diharapkan. Tak sekadar sebagai bagian dari kemeriahan pertandingan, tetapi juga sebagai ajang bisnis dan industri aksesori. Kehadiran bobotoh akan membawa semangat tersendiri bagi pemain Persib, sementara bobotoh mendapat hiburan dari kecakapan dan aksi pemain Persib. Selain itu, bobotoh berharap mendapat imbalan yaitu tim kebanggaannya memenangi pertandingan.

Pada akhir 90-an, bobotoh banyak meniru cara mendukung suporter luar negeri seperti di Inggris atau Italia mulai dari membentuk sebuah kelompok hooliganisme, penampilan, flare, smoke bomb, dan menciptakan yel-yel dan lagu-lagu sebagai dukungan.

Di era Liga Indonesia, bobotoh mengorganisasikan diri dalam beberapa kelompok pecinta Persib seperti Viking Persib Club, Bomber (Bobotoh Maung Bersatu), Flowers City Casuals, dan Ultras Persib. Total bobotoh Persib diperkirakan mencapai 5,4 juta orang, sebagian besar tersebar di wilayah Jawa Barat dan Banten. Sementara sejumlah kecil tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan luar negeri.

Kelompok suporter tersebut pun  kreatif menghasilkan produk-produk terkait Persib, seperti  jersey, syal, kaos, jaket, dan atribut lainnya. Selain untuk kebutuhan kelompoknya, produk-produk terkait Persib itu menjadi lahan bisnis sendiri di kalangan bobotoh atau masyarakarat kreatif di Jawa Barat yang jeli melihat peluang besarnya pasar di industri tersebut. Tak heran bila orang-orang yang bepergian ke Bandung atau Jawa Barat dengan mudah menemukan anak-anak yang mengenakan baju atau aksesori terkait Persib.

Bobotoh pun merupakan hal vital bagi pengelola klub yakni PT Persib Bandung Bermartabat (PBB). Salah satu sumber pendapatan klub berasal dari tiket masuk pertandingan, sponsor, dan penjualan atribut klub yang dibeli bobotoh. Dari pendapatan itu, PT PBB membiayai industri sepak bola yang dikelolanya seperti belanja pemain, gaji pemain, dan biaya pertandingan.

Tak hanya itu, media lokal pun memberikan porsi besar pemberitaan terkait Persib dan bobotoh dalam rubrik olahraga. Hal itu tak bisa lepas dari jumlah bobotoh yang begitu besar yang merupakan potensi pasar yang sangat menggiurkan bagi pembaca.

Tengok saja  koran Pikiran Rakyat dan Tribun Jabar yang setiap hari tak pernah melewatkan pernak-pernik seputar Persib Bandung. Bahkan, sebelum dan usai Persib bertanding, dua media lokal itu menyajikan berita tentang klub itu lebih dari dua halaman. Langkah itu diikuti pula oleh koran-koran lokal lain. Hal itu menunjukkan bahwa Persib benar-benar sangat dicintai oleh bobotoh dan media massa yang beredar di Jawa Barat. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Buku
  • Hidayat, Rokhmat Taufiq, Tesis Analisis atas laporan keuangan klub sepak bola studi pada klub sepak bola arsenal Juventus dan Barcelona, 2010, Universitas Indonesia, Jakarta
  • Jhalugilang, Paundra, 2012, Tesis Makna Identitas Fans Klub Sepak Bola (Studi Kasus: Juventus Club Indonesia), Universitas Indonesia, Jakarta
  • Junaedi, Fajar, Bonek, Komunitas Suporter Pertam dan Terbesar di Indonesia, Fajar Junaedi, 2012, Buku Lentera, Yogyakarta
  • Junaedi, Fajar, Merayakan Sepakbola: Fans, Identitas dan Media, Fajar Junaedi, 2014, Buku Lentera, Yogyakarta
Arsip Kompas
  • Geliatkan Bisnis dan Hiburan Sepak bola, KOMPAS, 24 Februari 2014, halaman 10
  • Semangat ”Bobotoh” untuk ”Maung Bandung”, KOMPAS, 1 April 2015 halaman 15
  • Sponsor Bertambah, Finansial Lebih Kuat, KOMPAS, 11 April 2015 halaman 18
  • Membangun Kebanggaan Positif Suporter, KOMPAS, 12 Oktober 2022 Halaman: B  
  • Kultur Sepak Bola: Deru Perlawanan Bonek yang Melintas Zaman * Tonggak Transformasi Sepak Bola Indonesia, KOMPAS, 12 April 2023 Halaman: 13
  • Bisnis Persib Bandung, Kreasi Melayani Fanatisme ”Bobotoh”, KOMPAS, 1 Agustur 2023 Halaman: B

Artikel terkait