Paparan Topik | Pariwisata

Pesona Tanjung Kelayang Menuju Destinasi Unggulan Indonesia

Tanjung Kelayang ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata untuk mendukung pengembangan Pulau Belitung sekaligus mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Pemandangan di salah satu sudut pantai Tanjung Kelayang, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Senin (13/6/2016). Pantai tersebut menjadi tempat utama perahu wisata untuk menyeberang ke pulau lainnya.

Fakta Singkat

KEK Tanjung Kelayang

Landasan hukum:
PP 6/2016

Badan usaha pembangun dan pengelola:
PT Belitung Pantai Intan

Area:
324,4 ha

Target investasi:
Rp 9 triliun

Target tenaga kerja:
3.500 orang

Tanjung Kelayang terletak di bagian utara Pulau Belitung, tepatnya di Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Sijuk, sekitar 27 kilometer dari Tanjung Pandan, ibu kota Kabupaten Belitung. Tanjung Kelayang memiliki area seluas sekitar 324,4 ha, dengan hamparan pasir putih nan lembut sepanjang kurang lebih sekitar 1,5 kilometer.

Selain hamparan pasir putih dan jernihnya air laut, kawasan ini terkenal pula dengan keberadaan batu-batu granit besar di pantai, sesuatu yang jarang ditemui di daerah lain. Batuan yang tersebar di sepanjang pantai ini diperkirakan berusia 65–200 juta tahun lalu.

Selain pantai Tanjung Kelayang, Belitung yang luasnya 4.800 kilometer persegi ini juga memiliki lebih banyak lagi destinasi wisata yang memesona. Ada 300 lebih pulau kecil menghiasi laut sekitar Belitung. 100 pulau di antaranya layak menjadi tujuan wisata meskipun baru beberapa yang sudah berkembang.

Selain itu, di Belitung juga tersimpan banyak surga tersembunyi untuk dinikmati seperti Pulau Kepayang dengan surga bawah lautnya, Pulau Batu Berlayar dengan batu-batu eksotis, hingga Pulau Lengkuas yang indah dan ikonik.

Di Pulau Lengkuas terdapat mercusuar buatan Belanda pada tahun 1882 dan masih beroperasi, berjarak setengah jam berperahu kayu milik nelayan dari Tanjung Kelayang. Pantai-pantai dan pulau-pulau inilah yang menjadi destinasi utama wisatawan.

Eksotisme dan pesona Pulau Belitung ini semakin disorot karena pernah menjadi latar produksi pada film Laskar Pelangi yang diadaptasi dari novel laris milik Andrea Hirata pada tahun 2015 lalu. Dengan munculnya latar ini di layar lebar, antusiasme wisatawan pun semakin meluas.

Terdapat pula Geopark Belitung yang telah terpilih sebagai geopark nasional Indonesia ke-6 yang masuk ke dalam daftar UNESCO Global Geopark. Keputusan tersebut diambil berdasarkan hasil sidang virtual ke-211 Dewan Eksekutif UNESCO yang dipimpin dari Paris pada 15 April 2021.

Dengan beragam destinasi tersebut, Tanjung Kelayang kemudian diakui secara nasional sebagai salah satu kawasan wisata unggulan di Indonesia. Tanjung Kelayang termasuk dalam 10 wisata Bali Baru. Bahkan, kawasan ini ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata pada 2019 lalu untuk mendukung pengembangan Pulau Belitung.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Pemandangan Pulau Batu Belayar, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Senin (13/6/2016).

Legenda Tanjung Kelayang

Tanjung Kelayang sejatinya sudah dikenal sejak dulu sebagai tempat wisata, kendati hanya dinikmati oleh warga sekitar Kepulauan Bangka Belitung. Namun dalam perkembangannya, keindahan pantai ini menjadi tersebar hingga ke luar Bangka Belitung, setelah pantai ini dijadikan lokasi tempat syuting film Laskar Pelangi.

Nama Tanjung Kelayang sendiri juga tak serta merta ada, namun dikarenakan terinspirasi dari bongkahan batu granit raksasa yang menyerupai kepala seekor burung. Tanjung Kelayang juga memiliki legenda yang cukup unik dan hingga saat ini pun masih diwariskan turun temurun.

Menurut legenda yang ada, batu granit di Tanjung Kelayang ini berasal dari zaman megalitikum yang dipercaya memiliki kekuatan magis. Tak hanya awam, tetapi para sejarawan dan juga arkeolog pun meyakini hal tersebut.

Selain batu granit, diyakini bahwa burung tersebut tengah berendam dengan posisi yang selalu sama, yaitu menghadap ke arah kiblat atau barat. Yang unik dari pantai ini ialah, terdapat filosofi tersendiri dari bentuk batu granit yang bertumpuk satu sama lain dan tidak pernah bergeser. Hal tersebut juga menandakan bahwa Pulau Belitung aman dari gempa atau semacamnya.

Selain dari legenda yang ada, menurut beberapa sumber, nama dari Tanjung Kelayang tersebut diambil dari nama burung yang ada di pantai tersebut. Dikarenakan memang banyak sekali burung Kelayang yang berada di sekitaran pantai Tanjung Kelayang ini.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Nelayan Tanjung Kelayang memperlihatkan anak penyu atau tukik di kolam penangkaran penyu Pulau Lengkuas, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (15/6/2016). Jika sudah waktunya dilepas, wisatawan bisa membeli tukik tersebut dan melepaskannya ke pantai.

Pengembangan Tanjung Kelayang

Tanjung Kelayang dahulu merupakan daerah terpencil. Namun sekarang, daerah ini sudah menjelma jadi kawasan resor terpadu.

Pengembangan kawasan Tanjung Kelayang bermula pada tahun 2015. Ketika itu, Pantai Tanjung Kelayang termasuk dalam program pengembangan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas atau dikenal juga 10 Bali Baru oleh pemerintah.

Program tersebut dilakukan pemerintah untuk mendongkrak pemerataan wisata Indonesia. Pengembangan juga diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja baru di destinasi wisata tersebut.

Tanjung Kelayang kemudian ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui PP 6/2016 tentang tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Kelayang atas usulan Konsorsium Belitung Maritime.

Keputusan tersebut diambil pemerintah dengan beberapa pertimbangan. Pertama, keunggulan wisata pantai dan keindahan pulau-pulau di kawasan tersebut. Kedua, kelengkapan syarat dokumen yang sudah sesuai dengan PP 2/2011 tentang Penyelenggaraan KEK.

Dalam penjelasan PP yang ditandatangani Presiden Joko Widodo 15 Maret 2016 tersebut, penetapan tersebut dilakukan dengan beberapa tujuan. Salah satu tujuannya, penetapan KEK Tanjung Kelayang dilakukan untuk mempercepat pembangunan perekonomian di Kabupaten Belitung. Selain itu, penetapan tersebut juga dilakukan untuk menunjang percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional.

Sebagai tindak lanjut dari penetapan KEK Tanjung Kelayang ini, dalam Pasal 5 PP tersebut, dinyatakan Bupati Belitung dalam waktu 30 hari setelah penerbitan PP akan menetapkan badan usaha untuk membangun dan mengelola KEK Tanjung Kelayang. Badan usaha tersebut akan membangun KEK Tanjung Kelayang dalam waktu tiga tahun sejak PP diterbitkan.

Tanjung Kelayang dipilih karena memiliki keunggulan di sisi geostrategis, yaitu terletak di antara Indonesia dan negara ASEAN. Pengembangan KEK Tanjung Kelayang dilakukan dengan konsep “Socially and Environmentally Responsible Development and Cultural Preservation”.

Dengan konsep itu, diharapkan destinasi seluas 324,4 hektare tersebut mampu menarik investasi sebesar Rp 20 triliun hingga tahun 2025. Ketika sudah beroperasi penuh, diharapkan pula KEK ini dapat mendatangkan 59.000 wisatawan per tahun dengan nilai ekonomi Rp 751,4 miliar per tahun.

Selain itu, KEK Tanjung Kelayang juga dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

KEK Tanjung Kelayang, akhirnya resmi dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sebuah acara di Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel), Kamis (14/3/2019). Peresmian KEK ini dilaksanakan bersamaan dengan Peresmian Bandara Depati Amir di Pangkal Pinang yang telah selesai dibangun dan digunakan sejak 2017 lalu.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Pemandangan di salah satu sudut pantai Tanjung Kelayang, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Senin (13/6/2016). Pantai tersebut menjadi tempat utama perahu wisata untuk menyeberang ke pulau lainnya.

Progres pengembangan KEK Tanjung Kelayang

Sejak ditetapkan KEK pariwisata, Tanjung Kelayang berbenah diri, dan tercatat sebagai KEK yang paling cepat dibangun. KEK Tanjung Kelayang menjadi yang tercepat karena Belitung Maritime Silk Road, konsorsium lima perusahaan Group Dharmawangsa yang dipercaya mengelola, bekerja keras dalam membangun Tanjung Kelayang.

Konsorsium yang terdiri atas PT Belitung Pantai Intan (Belpi), PT Bumi Belitung Indah, PT Nusa Kukila, PT Tanjung Kasuarina, dan PT Sentra Gita Nusantara bekerja setelah ditetapkannya PP 6/2016 yang sudah ditandatangani Presiden Joko Widodo.

Mereka memulai pembangunan dengan mendirikan The Kapitein House, hotel 98 kamar dan 30 villa, dengan target operasi 17 Agustus 2018. The Kapitein House adalah resor dengan konsep Heritage at Dutch Era.

Setelah tahap pertama selesai, konsorsium segera lanjut ke tahap kedua, yaitu pembangunan resor di lahan 25,38 hektare. Resor tahap kedua ini menggunakan konsep Majapahit Heritage, dengan sepuluh fasilitas pariwisata, seperti marina and marine centre, residential villas, equestrian resort villas, polo and equestrian club, serta natural farm homestay bertaraf internasional.

Berkat kerja keras konsorsium mendatangkan investor dan membangun amenitas, pemerintah pun lebih cepat membangun infrastruktur jalan, jaringan air bersih, listrik, dan menjadikan Bandara Hanandjoeddin sebagai bandara internasional.

Sebagai bentuk dukungan pengembangan Kepulauan Bangka Belitung, hingga 2022, Kementerian PUPR juga telah menyelesaikan sejumlah pembangunan infrastruktur, yakni sarana hunian pariwisata (Sarhunta), Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Batu Mentas, Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Kampong Amau, dan Jembatan Gantung Beruas – Kelapa.

Pembangunan Sarhunta di KSPN Tanjung Kelayang bertujuan meningkatkan kualitas rumah warga sekitar kawasan pariwisata menjadi layak huni. Pada tahun 2021–2022 tercatat Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Perumahan telah menyelesaikan total 90 unit Sarhunta dengan anggaran Rp 4,44 miliar.

Sarhunta atau homestay yang dibangun di Tanjung Kelayang ini memiliki fasilitas yang lengkap serta desain bangunan yang menonjolkan perpaduan unsur lokal. Terdapat ornamen payung yang disebut Payung Lilin Belitung sebagai ciri khasnya.

Pembangunan Sarhunta ini sangat dibutuhkan bagi warga lokal guna mendukung perekonomian masyarakat setelah Belitung dengan menjadikan Sarhunta sebagai alternatif penginapan bagi wisatawan lokal dan mancanegara.

Selanjutnya, Kementerian PUPR juga membangun SPAM Batu Mentas di Kabupaten Belitung Kapasitas 50 liter/detik sebanyak 2 unit. Pembangunan SPAM tersebut bertujuan untuk mendukung Kawasan Tanjung Pandan. Konstruksinya dilaksanakan pada 2020–2021 dengan anggaran Rp 75,4 miliar.

Kementerian PUPR pada 2021–2022 juga telah menyelesaikan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan Kampong Amau di Kabupaten Belitung dengan anggaran Rp 8,65 miliar. Penataan kawasan kumuh bertujuan menciptakan kualitas lingkungan yang lebih baik, sekaligus mengangkat potensi sumber daya di wilayah setempat.

Setelah dilakukan penataan, selain mengurangi kawasan kumuh, masyarakat juga memiliki ruang terbuka yang baru sebagai tempat berinteraksi warga serta sebagai tujuan wisata yang representatif bagi masyarakat sekitar.

Di bidang konektivitas, Kementerian PUPR telah menyelesaikan pembangunan Jembatan Gantung Beruas-Kelapa di Kabupaten Bangka Barat sepanjang 84 meter. Konstruksinya dilaksanakan pada 2021 dengan anggaran Rp 3,6 miliar.

Pembangunan jembatan gantung sebagai salah satu infrastruktur kerakyatan akan memudahkan pergerakan dan memangkas waktu tempuh antar desa yang sebelumnya harus memutar jauh karena terpisah oleh kondisi geografis, seperti lereng, bukit, jurang, ataupun sungai.

Terakhir di bidang Sumber Daya Air, Kementerian PUPR tengah menyelesaikan pembangunan pengaman Pantai Arung Dalam di Kabupaten Bangka Tengah sepanjang 1,95 km. Konstruksinya dilaksanakan pada tahun 2022 senilai Rp 66,3 miliar dengan progres 11,51 persen.

Selanjutnya juga tengah diselesaikan Rehabilitasi Daerah Irigasi Selingsing sepanjang 2 km di Kabupaten Belitung Timur. Konstruksinya dilaksanakan pada 2022 senilai Rp 13,2 miliar dengan progres 61,02 persen.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Mercusuar bersejarah yang ditemui di Pulau Lengkuas, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Senin (13/6/2016). Menara setinggi 70 meter ini dibangun pada zaman penjajahan Belanda pada tahun 1882.

Investasi dan perkembangan wisatawan ke Belitung

KEK Tanjung Kelayang mengedepankan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Diharapkan dengan konsep pengembangan itu dapat membantu aktivitas ekonomi di Belitung semakin progresif dan memberikan manfaat maksimal dan berkelanjutan. Ini termasuk untuk meningkatkan devisa dari sektor pariwisata, menyerap tenaga kerja, serta menarik minat investor.

Dengan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, KEK ini diproyeksikan dapat menarik investasi sebesar Rp 9 triliun dan proyeksi tenaga kerja sebanyak 3.500 orang pada tahun 2036.

Hingga akhir 2022, sudah ada tujuh investor di KEK Tanjung Kelayang, yaitu PT Setra Gita Nusantara (hotel), PT Banyu Sinergi Multikarya (infrastruktur), PT Amartha Koru Hotelindo (hotel), PT Ganesha Karya Utama (residensial), PT Putera Samudera Jagaddhita (hotel), PT Karya Utama Belitung (usaha mikro kecil dan menengah/UMKM pariwisata), dan PT Jelang Suksesindo Sejati (UMKM pariwisata).

Untuk memberikan kemudahan bagi investor yang ingin menanamkan modal di KEK, pemerintah telah menerbitkan kebijakan Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi secara elektronik, Online Single Submission (OSS) yang juga diterapkan di KEK.

Dari sisi wisatawan, selama tahun 2022, Kabupaten Belitung dikunjungi oleh 301.906 orang wisatawan yang terdiri dari 298.157 wisatawan nusantara dan 3.749 wisatawan mancanegara. Jumlah ini naik dari tahun sebelumnya hanya sebanyak 184.570 orang.

Untuk tahun 2023 ini, Dinas Pariwisata Belitung menargetkan pada tahun 2023 jumlah kunjungan wisatawan ke Belitung sebanyak 400.000 orang.

Strategi yang digunakan Dinas Pariwisata Belitung adalah dengan menggencarkan promosi pariwisata Belitung baik pasar domestik maupun luar negeri, terutama negara-negara yang selama ini menjadi pasar potensial pariwisata Belitung seperti China, Singapura dan Malaysia. (LITBANG KOMPAS)

Lokasi Wisata di Belitung
  • Pulau Lengkuas
  • Bukit Berahu
  • Tanjung Binga
  • Pulau Batu Belayar
  • Tanjung Kalayang
  • Pulau Pasir
  • Tanjung Tinggi
  • Masjid Al Ikhlas Sijuk
  • Museum Tanjung Pandan
  • Pulau Tanjung Pandan
  • Kelenteng Hok Tek Che
  • Mi Belitung Atep
  • Danau Kaolin
  • Museum Badau
  • Batu Mentas
  • Gunung Tajam
  • Air Terjun Gurok Beraye
  • Teluk Gembira
  • Pantai Penyabong
  • Pantai Batu Lubang
  • Mercusuar Tanjung Lancur
  • Pantai Pasir Panjang
  • Rumah Adat Selat Nasik

Referensi

Arsip Kompas
  • “Keindahan yang Terancam”, Kompas, 21 Maret 2010, hlm. 14
  • “Pariwisata: Belitung Didorong Jadi Kawasan Ekonomi Khusus”, Kompas, 16 Maret 2015, hlm. 17
  • “Gerhana Matahari Total 2016: Pembangunan Tanjung Kelayang sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Dipercepat”, Kompas Web, 22 Feb 2016
  • “Perjalanan: Pasir Putih Juru Seberang”, Kompas, 13 April 2016, hlm. 25
  • “KEK Tanjung Kelayang: Sosialisasi kepada Warga Minim”, Kompas, 17 Juni 2016, hlm. 22
  • “Tanjung Kelayang: Belitung, Tempat Waktu Berhenti di Masa Lalu * Pesona Wisata Indonesia”, Kompas, 27 Juli 2016, hlm. 24
  • “Pengembangan Wisata: Mengasah Mutiara Belitung * Pesona Wisata Indonesia”, Kompas, 27 Juli 2016, hlm. 24
  • “Babel Andalkan Pariwisata”, Kompas, 15 Maret 2019, hlm. 17
  • “Kilas Ekonomi: Investasi KEK Tanjung Kelayang Terus Didorong Bertumbuh”, Kompas, 08 Februari 2021, hlm. 10
  • “Semakin Mengarah ke Tata Kelola Berkelanjutan”, Kompas, 16 September 2022, hlm. 13
  • “Membangun Pariwisata Tanjung Kelayang”, Kompas, 19 September 2022, hlm. 09
Internet
Peraturan

Artikel terkait