Daerah

Kabupaten Blitar: Dari Kisah Kerajaan Majapahit Hingga Potensi Agro

Terhampar di lereng selatan Gunung Kelud, Kabupaten Blitar memiliki potensi yang cukup besar dari berbagai sektor, terutama sektor agro seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan, maupun pariwisata. Dalam sejarahnya, wilayah ini lekat dengan kisah sejarah Kerajaan Majapahit.

KOMPAS/DEFRI WERDIONO

Suasana Kantor Bupati Blitar di Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, terlihat lengang, Senin (12/4/2021).

Fakta Singkat

Hari Jadi 
5 Agustus 1324

Dasar Hukum
Undang-Undang No. 12/1950

Luas Wilayah
1.588,79 km2

Jumlah Penduduk
1.231.013 jiwa (2021)

Kepala Daerah
Bupati Rini Syarifah
Wakil Bupati Rahmad Santoso

Instansi terkait
Pemerintah Kabupaten Blitar

Kabupaten Blitar merupakan salah satu wilayah yang berada di bagian barat daya Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan UU 12/1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Jawa Timur. Berdasarkan PP 3/2010, pusat pemerintahan kabupaten ini berada di Kanigoro setelah sebelumnya satu wilayah dengan Kota Blitar.

Sejak 2013, Kabupaten Blitar memperingati Hari Jadinya pada 5 Agustus 1324. Penetapan itu berdasarkan prasasti tertua yang dibuat pada masa Kerajaan Majapahit.

Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada hari Minggu Pahing bulan Srawana Tahun Saka 1246 atau 5 Agustus 1324 Masehi, sesuai dengan tanggal yang tercantum di Prasasti Blitar I yang bertarikh, ”Swasti sakawarsatita 1246 Srawanamasa tithi pancadasi Suklapaksa wu para wara”.

Kabupaten dengan luas wilayah 1.588,79 km persegi ini terbagi menjadi 22 kecamatan, 220 desa, dan 28 kelurahan. Untuk periode 2021–2024, daerah ini dipimpin oleh Bupati Rini Syarifah, dan didampingi oleh Wakil Bupati Rahmad Santoso.

Merunut sejarahnya, kabupaten ini kaya akan peninggalan kebudayaan masa lampau. Letaknya yang strategis membuat Blitar sangat penting bagi kegiatan keagamaan, terutama Hindu, pada masa lalu. Ada lebih dari 12 candi tersebar di Blitar. Salah satu candi yang paling terkenal adalah Candi Penataran yang terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok.

Kompleks candi terbesar di Jawa Timur ini adalah saksi kejayaan Nusantara di masa lalu. Candi Penataran diperkirakan dibangun pada abad ke-11 Masehi. Candi ini menjadi saksi timbul-tenggelamnya sejumlah kerajaan di Jawa Timur. Candi ini memegang peran penting pada zaman Kerajaan Kediri, Singasari, hingga Majapahit.

Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca menyebut, Raja Majapahit Hayam Wuruk kerap melakukan pemujaan di candi ini. Sejumlah sejarawan bahkan menduga abu jenazah pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya, tersimpan di sini.

Abu jenazah pendiri Kerajaan Singasari yang terkenal, Ken Arok, juga kemungkinan besar pernah disimpan di sini. Bukan hanya itu, warga yang tinggal di sekitar candi ini sampai sekarang masih percaya bahwa sumpah terkenal Mahapatih Gadjah Mada untuk menyatukan Nusantara juga diucapkan di tempat ini.

Blitar juga dikenal sebagai daerah penghasil cokelat terbesar di Jawa Timur. Selain sebagai komoditas, masyarakat setempat juga membudidayakan pohon cokelat sebagai tempat wisata, salah satunya Kampung Coklat.

Visi Kabupaten Blitar untuk tahun 2021–2024 adalah “Terwujudnya Kabupaten Blitar yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Akhlak Mulia, Baldatun, Toyyibatun, Warobbun Ghofur”

Adapun misinya ada empat, yakni pertama, meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat Blitar berlandaskan iman dan takwa dengan kearifan lokal budaya. Kedua, meningkatkan taraf hidup masyarakat Blitar yang memiliki mutu dan nilai kompetensi tinggi, dengan mengoptimalkan potensi generasi muda Kabupaten Blitar.

Kemudian ketiga, pengoptimalan kinerja Pemerintah yang akuntabel, inovatif dan berintegritas. Keempat, percepatan dan pemerataan pembangunan yang adil dan merata melalui pengembangan potensi ekonomi daerah dengan mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Sejarah pembentukan

Dilansir dari situs resmi Kabupaten Blitar, merunut sejarahnya, awal mula adanya Kabupaten Blitar tertuang dalam peninggalan-peninggalan pada zaman dulu. Dari berbagai prasasti yang ada, tak satupun tertulis “Blitar” sebagai pusat pemerintahan. Namun, beberapa desa di Kabupaten Blitar sekarang tertuang di dalam prasasti-prasasti tersebut.

Kabupaten Blitar yang paling tua tercatat dalam prasasti Kinewu yang dipahat pada bagian belakang arca Ganesa dari abad X. Dalam prasasti itu disebutkan, wilayah Kabupaten Blitar adalah bagian Kerajaan Balitung yang berpusat di Jawa Tengah.

Pada abad ke-10 sampai akhir abad ke-12, beberapa wilayah yang sekarang termasuk Kabupaten Blitar tertulis dalam prasasti-prasasti Pandelegan I 1117, Panumbangan I 1120, Geneng I 1128, Talang 1136, Japun 1144, Pandelegan II 1159, Mleri 1169, Jaring 1181, Semanding 1182, Palah 1197, Subhasita 1198, Mleri I 1198, dan Tuliskriyo 1202.

Pada masa Kerajaan Singasari, terdapat beberapa prasasti yang berkaitan dengan Kabupaten Blitar sekarang. Salah satunya adalah Prasasti Petung Ombo pada 1260 M. Prasasti tersebut dikeluarkan saat pemerintahan Raja Kertanegara (1268–1292 M).

Peninggalan zaman Kerajaan Singasari di antaranya Patung Ganesa dari Boro dan Candi Sawentar menjadi bukti saat pemerintahan raja-raja Singasari, Kabupaten Blitar memegang peran penting. Hal itulah yang menjadi bukti sebagian wilayah di Blitar sudah menjadi pusat kehidupan masyarakat yang terbilang penting sekitar 10 abad yang lalu.

Blitar sebagai pusat pemerintahan diperkirakan sejak awal pemerintahan raja-raja Majapahit. Hal ini dibuktikan oleh sejarah mengenai Kerajaan Majapahit yang lahir setelah Raden Wijaya berhasil mengusir pasukan tentara Tartar Ku Bilai Khan pada 1293 M (Pararaton: 33).

Raja yang pertama kali memimpin Kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya yang dikenal dengan nama Kertarajasa Jayawardhana (1294–1309). Sebagai negara baru, Majapahit berpusat di dekat Mojokerta.

Di Desa Kotes, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur terdapat peninggalan bangunan suci yang diyakini sebagai penghubung sejarah awal mula adanya daerah Blitar. Pada bangunan tertulis tahun 1222 Saka dan 1223 Saka atau 1300 dan 1301 Masehi. Hal ini menunjukkan tahun tersebut adalah zaman di mana raja pertama Majapahit menjabat.

Selain itu, terdapat Candi Kotes yang didirikan pada masa Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Raden Wijaya. Candi tersebut terletak di Suruhwadang, Blitar, Jawa Timur.

Di kawasan sepanjang lembah Gunung Kawi sebelah barat, terdapat sejumlah prasasti abad ke-12. Dengan demikian, masyarakat diperkirakan kehidupannya makmur karena terdapat beberapa perkebunan. Jumlah penduduk tumbuh dan berkembang dengan waktu yang singkat.

Meskipun tidak ada data jumlah penduduk di bagian timur ini, tapi diperkirakan sumber daya manusia berperan penting sehingga daerah ini menjadi salah satu daerah penting. Cukupnya sumber daya manusia merupakan jaminan untuk menggerakkan pasukan dengan mudah, baik untuk pertahana maupun serangan.

Saat Raja Raden Wijaya meninggal pada 1309, putranya, Jayanegara (1309–1328) menjabat sebagai raja Majapahit kedua. Dalam Prasasti Tuhanyaru disebutkan, anugerah tanah kepada beberapa pejabat kerajaan karena mereka berjasa kepada raja, maka prasasti Blitar pun tertulis pernyataan yang sama.

Oleh karena itu, diketahui hubungan Raja Jayanegara dengan warga Blitar istimewa. Hal ini dibuktikan dengan para pejabat yang diberikan tanah karena kesetiaan desa Blitar kepada sang raja.

KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Buruh petik melintasi reruntuhan Candi Sirah Kencong dalam area Kebun Bantaran, Blitar, Jawa Timur. Candi Sirah Kencong di lereng Gunung Butak (perbukitan Gunung Kawi) diyakini merupakan tempat pemujaan bagi umat Hindu dari masa Kerajaan Kadhiri atau Kerajaan Singhasari.

Dalam kitab Negarakertagama yang ditulis Empu Prapanca dan kitab Pararaton yang tidak diketahui penulisnya, dengan singkat Negarakertagama menjelaskan masa pemerintahan yang berlangsung sekitar 1309–1328 M.

Di dalam Pupuh XLVII, Prapanca melukiskan yang terjemahan dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut: Beliau meninggalkan Jayanegara sebagai raja Wilatikta dan keturunan adiknya rajapadhi utama yang tiada bandingya. Dua puteri amat cantik, bagai Ratih kembar mengalahkan Bidadari yang sulung rani di Jiwana, sedangkan yang bungsu Jadirani di Daha.

Tersebut pada Tahun Saka: Muti-guna-memaksa rupa bulan-madu, Baginda Jayanegara berangkat menyirnakan musuh ke Lumajang, Katanya Pajarakan dirusak, Nambi sekeluarga dibinasakan, Giris miris segenap jagad melihat kepiawaian Sri Baginda.

Tahun Saka: bulatan memanah suryah beliau pulang, Segera dimakamkan di dalam pura, berlambang arca Wisnuparama. Di sela Petak dan Bubat tertegak area Wisnuparama. Di sela Petak dan Bubat tertegak area Wisnu-lambang-tara-inda.

Di Sukalila arca Buda permai sebagai Amoga sidi-menjilma. Dengan demikian, dapat disimpulkan selama pemerintahan Jayanegara menghancurkan dan memadamkan pemberontakan Nambi. Namun, pada 1316 dan 1317 muncul kembali pemberontakan yang dipimpin oleh Kuti dan Seni.

Akibatnya, Raja Jayanegara menghindar ke Desa Bedander lengkap dengan pengwalan pasukan Bhayangkara yang dipimpin Gajah Mada. Raja Jayanegara berhasil naik tahta berkat siasat Gajah Mada, Kuti dan Seni pun dibinasakan.

Adanya kejadian-kejadian tersebut menunjukkan Raja Jayanegara mengalami masa sulit pada tahun pertama pemerintahannya. Hal ini memberikan keterangan mengapa Jayanegara mengeluarkan prasastinya di Blitar. Hal itu merupakan peristiwa penting setelah Jayanegara meresmikan berdirinya Swastanca Blitar di bawah naungan kekuasaan Majapahit saat dipimpin Jayanegara.

Dua peristiwa bersejarah tersebut sesuai unsur penggalan dalam prasasti pada masa pemerintahan Raja Jayanegara, Prasasti Blitar I yang bertarikh “Swasti sakawarsatita 1246 Srawanamasa tithi pancadasi Suklapaksa wu para wara ….” atau 5 Agustus 1324 Masehi. Prasasti ini memuat saat berdirinya Blitar sebagai daerah Swatantra.

Kemudian, saat pemerintahan raja-raja Majapahit, nama Blitar tertulis beberapa kali dalam kitab Negarakertagama. Dalam kitab Negarakertagama menyebutkan raja keempat Majapahit, Raja Hayam Wuruk bersama Mahapatih Gajahmada menyambangi Blitar dan tempat lain  di Jawa Timur dimulai pada 1357.

Kemudian, beberapa peninggalan berupa candi menjadi bukti bahwa pada abad ke-14 sampai akhir abad ke-15, Blitar memiliki kedudukan penting. Salah satu buktinya adalah Candi Penataran yang menjadi candi negara sebagian besar berasal dari pemerintahan Jayanegara hingga Wikramawardhana (1389–1429).

Candi yang juga sebagai peninggalan terakhir ini terletak di lereng Gunung Kelud yang terkenal dengan nama Candi Gambar Wetan (1429 M). Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan Kabupaten Blitar lahir pada 5 Agustus 1324.

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Candi Penataran – Pengunjung mengambil foto di Kompleks Candi Penataran di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Minggu (2/7/2017). Candi Penataran merupakan candi Hindu terbesar di Jawa Timur yang dibangun sekitar tahun 1200 pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri dan menjadi salah satu tempat suci hingga massa Kerajaan Majapahit.

Geografis

Kabupaten Blitar berada di sebelah selatan khatulistiwa dan terletak pada 111°40¹ — 112°10¹ Bujur Timur dan 7°58¹ — 8°9¹51¹¹ Lintang Selatan.

Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang di utara, Kabupaten Malang di timur, samudera Indonesia di selatan, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri di barat.

Luas wilayahnya 1.588,79 km persegi atau 158.879 Ha. Wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Wonotirto, dengan luas 164,54 km persegi. Sedangkan wilayah kecamatan terkecil adalah Kecamatan Sanankulon, yaitu 33,33 km persegi.

Kondisi alam daerah ini sangat beragam, mulai dari wilayah pegunungan, dataran rendah, daerah aliran sungai, maupun pesisir. Hamparan wilayah Kabupaten Blitar merupakan daerah dengan ketinggian rata-rata-rata lebih dari 100 meter di atas permukaan air laut.

Bagian utara memiliki kemiringan yang bervariasi, antara 2–15 persen hingga diatas 40 persen, dengan relief bergelombang hingga berbukit. Daerah ini merupakan bagian dari wilayah Gunung Kelud dan Gunung Butak.

Bagian tengah relatif datar dengan kemiringan 0–20 persen. Sisi timur bagian ini agak bergelombang dengan kemiringan rata-rata 2–15 persen. Di bagian selatan, sebagian besar berupa perbukitan dengan kemiringan 15–40 persen. Terdapat sebagian kecil dari daerah ini yang berada di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas dengan kontur agak landai antara 0–20 persen.

Di kabupaten ini, terdapat sungai yang membagi wilayah Blitar menjadi dua, yaitu Sungai Brantas. Sungai ini membagi Kabupaten Blitar menjadi bagian, yaitu Blitar Selatan dan Blitar Utara.

KOMPAS/DEFRI WERDIONO

Sebuah truk melintas di jalur berliku di perbatasan Kabupaten Malang dan Blitar, di wilayah Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Selasa (14/9/2021).

Pemerintahan

Sejumlah literatur menyebutkan, sebelum masa kemerdekaan Bupati Blitar pernah dijabat oleh RM Aryo Ronggo Hadinegoro (1831–1866), KPH Warsokoesoemo (1866–1896), KPH Sosro Hadinegoro (1896–1917), dan KPH Warso hadi Ningrat (1918–1943).

Setelah KPH Warso hadi Ningrat mangkat pada 22 April 1942, Pemerintah Hindia Belanda mengangkat R.M Harsoyo sebagai penggantinya. Namun, begitu belum lama menjabat, masuklah bala tentara Jepang maka diangkatlah RMT Priyambodo (1942–1943).

Semasa RMT Priyambodo menjabat terjadi kudeta yang dilakukan pasukan PETA sehingga akhirnya turun digantikan sementara oleh Santoso Harsono (1943). Kemudian tidak beberapa lama digantikan oleh R.M Samadikoen (1943–1945).

Penjabat Bupati pada awal Pemerintahan Republik Indonesia terbentuk dipegang oleh R. Darmadi (ayahanda pahlawan PETA, Supriyadi), namun pada saat Agresi Belanda I, Darmadi ikut bergerilya dan diganti oleh R. Sunaryo pada tahun 1947–1950.

Kemudian bupati Blitar berturut-turut diteruskan oleh R. Darmadi (1950–1956), Kyai Moh Slamet (1956–1957), Ismaoen Danoe (1957–1957), Adiman (1957–1960), R Soemarsono (1960–1965), Sanoesi Prawirodihardjo (1965–1974), R. Oetomo (1974–1975), Eddy Slamet (1975–1980), Sarjono (1980–1985), Siswanto Adi (1986–1991, 1992–1996), Bambang Sukotjo (1996–2001), Imam Muhadi (2001–2004), Herry Noegroho (2004–2016), Rijanto (2016–2020, Budi Santoso (2020–2021). Saat ini Kabupaten Blitar dipimpin oleh Rini Syarifah sejak 2021 hingga 2024 nanti.

Secara administratif, Kabupaten Blitar terbagi dalam 22 kecamatan, 28 kelurahan, dan 220 desa atau 765 dusun/lingkungan, 1.982 RW (Rukun Warga) dan 7.046 RT (Rukun Tetangga).

Untuk menggerakkan roda pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Blitar didukung oleh 7.666 pegawai negeri sipil (PNS). Menurut golongan kepangkatan, terdiri atas 0,23 persen golongan I; 12,90 persen golongan II; 51,88 persen golongan III; dan 34,99 persen golongan IV.

Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan, 67,23 persen PNS berpendidikan sarjana S1. Disusul berpendidikan DIII sebesar 10,81 persen, SMA 8,61 persen, dan sisanya berpendidikan SLTP ke bawah.

DOKUMENTASI PEMKAB BLITAR

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa melantik Bupati dan Wakil Bupati Blitar Hj. Rini Syarifah dan H. Rahmat Santoso pada sesi kedua bersama 5 daerah lainnya yang dilaksanakan di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jum’at siang (26/02/2021).

Politik

Peta politik di Kabupaten Blitar dalam tiga kali pemilihan umum legislatif memperlihatkan dominannya PDI Perjuangan dalam meraih simpati warga Kabupaten Blitar. Pilihan rakyat tersebut tecermin dari perolehan kursi partai politik (parpol) di DPRD Kabupaten Blitar.

Pada Pemilu Legislatif 2009, PDI Perjuangan mendominasi perolehan kursi di DPRD Kabupaten Blitar dengan meraih 15 kursi dewan. Di urutan berikutnya, Demokrat meraih sembilan kursi sedangkan PKB meraih delapan kursi.

Partai lainnya yang memperoleh kursi adalah Golkar dan PAN sama-sama meraih lima kursi, kemudian PPP, PKS, Partai Patriot masing-masing mendapatkan dua kursi. Sementara Hanura dan Gerindra sama-sama mendapatkan satu kursi.

Pada Pemilu Legislatif 2014, PDI Perjuangan meraih kursi terbanyak dengan 13 kursi. Disusul PKB memperoleh sembilan kursi, PAN tujuh kursi, Gerindra enam kursi serta Golkar dan Demokrat masing-masing memperoleh empat kursi. Selanjutnya PKS dan PKS sama-sama memperoleh tiga kursi serta PPP hanya mendapatkan satu kursi.

Terakhir pada Pemilu Legislatif 2019, PDI Perjuangan berhasil meningkatkan perolehan kursi hingga 19 kursi dari 50 kursi DPRD Kabupaten Blitar. Disusul PKB memperoleh sembilan kursi, PAN tujuh kursi, Gerindra enam kursi, dan Golkar tiga kursi. Sedangkan, Demokrat dan Nasdem sama-sama meraih dua kursi, serta PPP dan PKS masing-masing satu kursi.

KOMPAS/DEFRI WERDIONO

Pemungutan Suara Ulang – Disinyalir ada kecurangan, empat tempat pemungutan suara di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Jumat (25/4/2014), harus menyelenggarakan pemungutan suara ulang. Nampak situasi penghitungan suara di TPS 4 yang berlangsung lancar dengan pengamanan ketat aparat. Kelompok Panitia Pemungutan Suara di TPS setempat pun mengenakan pakaian tradisional lengkap dengan blangkon.

Kependudukan

Kabupaten Blitar dihuni oleh 1.231.013 jiwa berdasarkan proyeksi penduduk 2020–2023. Rinciannya, 620.060 penduduk laki-laki dan 610.953 penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Blitar, penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 101.

Dari 22 kecamatan di Kabupaten Blitar, populasi terbesar terdapat di Kecamatan Ponggok, yaitu 109,01 ribu jiwa atau 8,86 persen dari jumlah penduduk.

Struktur penduduk Kabupaten Blitar pada tahun 2020 merupakan kelompok penduduk produktif, dengan angka beban ketergantungan menurun cukup signifikan dibanding tahun 2019, yaitu menjadi 43,76 persen dari sebelumnya sebesar 48,01 persen.

Data BPS Kabupaten Blitar mencatat, jumlah penduduk Kabupaten Blitar yang bekerja di tahun 2021 mencapai 633.000 orang. Jumlah itu bertambah 1.000 orang dibandingkan 2020.

Sebagian besar bekerja di sektor pertanian, yakni dengan kontribusi sebesar 44,79 persen, disusul sektor jasa 36,39 persen atau meningkat 2,58 poin, serta manufaktur berkontribusi 18,82 persen.

Dari total pekerja itu, sebanyak 193.000 orang atau setara 30,56 persen merupakan pekerja formal. Jumlah pekerja itu meningkat 1,22 persen. Sedangkan, pekerja informal mencapai 439.000 orang atau setara 69,44 persen.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Pemetik kopi menari saat mengiri penganten kopi Joko Gondel dan Nyai Sri Gondel yang merupakan syukuran dimulainya musim petik di Perkebunan Sengon, Desa Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Sabtu (30/6/2018). Ritual yang dilakukan turun temurun sebelum panen tersebut untuk meminta kepada Tuhan agar dilancarkan dan diberikan hasil panen yang melimpah.

Indeks Pembangunan Manusia
71,05 (2021)

Angka Harapan Hidup 
73,61 tahun (2021)

Harapan Lama Sekolah 
12,63 tahun (2021)

Rata-rata Lama Sekolah 
7,50 tahun (2021)

Pengeluaran per Kapita 
Rp10,757 juta (2021)

Tingkat Pengangguran Terbuka
3,66 persen (2021)

Tingkat Kemiskinan
9,65 persen (2021)

Kesejahteraan

Kesejahteraan penduduk di Kabupaten Blitar meningkat dari tahun ke tahun seperti tercermin dari indeks pembangunan manusia (IPM). Pada 2021, IPM Kabupaten Blitar tercatat sebesar 71,05, atau meningkat 0,47 poin dibandingkan capaian tahun sebelumnya. Dengan capaian itu, IPM Kabupaten Blitar masuk kategori tinggi.

Berdasarkan indikatornya, pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, bayi yang lahir pada tahun 2021 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 73,61 tahun. Pada dimensi pengetahuan, harapan lama sekolah (HLS) tahun 2021 tercatat sebesar 12,63. Sedangkan rata-rata lama sekolah (RLS) mencapai 7,5. Pada dimensi standar hidup layak pada tahun 2021 mencapai Rp10,757 juta.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2021 sebesar 3,66 persen atau sebanyak 24.072 orang, turun 0,16 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2020, yakni sebesar 3,82 persen. Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT untuk Sekolah Menengah Umum (SMU) masih mendominasi di antara tingkat pendidikan yang lain.

Sementara itu, tren angka kemiskinan Kabupaten Blitar dalam satu dekade terakhir cenderung menurun, dengan rata-rata penurunan sebesar 0,35 persen. Namun, pada tahun 2020 dan 2021, angka kemiskinan meningkat menjadi 9,33 persen dan 9,65 persen.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Memanen Cabai – Petani memanen cabai rawit yang diselimuti abu vulkanik letusan Gunung Kelud di Dusun Karanganyar, Desa Gembongan, Kecamatan Ponggok, Blitar, Jawa Timur, Minggu (16/2/2014).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
Rp404,44 miliar (2021)

Dana Perimbangan 
Rp1,51 triliun (2021)

Pendapatan Lain-lain 
Rp92,12 miliar  (2021)

Pertumbuhan Ekonomi
3,02 persen (2021)

PDRB Harga Berlaku
Rp37,81 triliun (2021)

PDRB per kapita
Rp30,72 juta/tahun (2021)

Ekonomi

Produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Blitar pada 2021 tercatat sebesar Rp37,81 triliun. Perekonomian daerah ini ditopang oleh tiga sektor utama, yakni sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan 32,04 persen, sektor perdagangan 18,39 persen, dan industri pengolahan sebesar 14,04 persen.

Sektor lainnya yang berkontribusi cukup besar adalah konstruksi sebesar 8,71 persen; informasi dan komunikasi sebesar 5,99 persen, pertambangan dan penggalian sebesar 4,17 persen; dan jasa pendidikan sebesar 4,13 persen. Sedangkan, sektor-sektor lainnya berkontribusi di bawah 4 persen.

Sebagai penopang ekonomi Blitar, potensi pertanian, peternakan, dan perikanan daerah ini memang cukup besar. Sebagai gambaran, di Kabupaten Blitar terdapat populasi ayam ras petelur pada 2016 mencapai 14.700 juta ekor, dengan menghasilkan sekitar 362 ton/hari.

Sedangkan ayam ras pedaging mencapai 965.600 ekor. Untuk peternakan sapi perah merupakan nomor tiga di Jatim dengan jumlah populasi mencapai 14.000 ekor dengan produksi 65 ton susu segar per hari.

Begitu juga di sektor perikanan, Kabupaten Blitar memiliki budidaya ikan koi dengan jumlah populasi mencapai 200 juta ekor. Selain memiliki pangsa pasar domestik, ikan ini juga sudah mampu menyumbang kinerja ekspor ke sejumlah negara seperti Singapura, Jerman, Belanda, dan Amerika Serikat.

Di sektor industri pengolahan, tercatat jumlah ada 20.432 unit usaha di industri kecil mikro pada 2020. Serapan tenaga kerjanya sebanyak 44.861 orang dan menghasilkan nilai produksi sebesar Rp1,33 triliun.

Industri kecil mikro di Kabupaten Blitar didominasi oleh industri makanan dan minuman, yakni sebanyak 12.791 unit usaha atau sekitar 62,60 persen dari total unit usaha industri kecil dan mikro.

KOMPAS/DEFRI WERDIONO

Seorang peternak di Desa Pohgajih, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Widodo Setiohadi, Selasa (14/9/2021), sedang memanen telur.

Di bidang keuangan daerah, realisasi pendapatan daerah Kabupaten Blitar pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp2,4 triliun. Kontribusi terbesar masih ditopang oleh dana perimbangan sebesar Rp1,51 triliun. Sedangkan pendapatan asli daerah (PAD) menyumbang Rp404,44 miliar serta pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp92,12 miliar.

Di sektor pariwisata, Kabupaten Blitar kaya akan potensi keindahan alamnya yang dapat dijadikan obyek wisata. Hampir setiap kecamatan mempunyai tempat wisata, baik tempat peninggalan bersejarah, wisata alam, pantai, maupun wisata buatan. Paling tidak ada sekitar 40 destinasi wisata yang cukup populer.

Salah satu yang terkenal adalah Candi Penataran, sebuah candi berlatar belakang Hindu yang telah ada sejak kerajaan Kediri dan digunakan sampai era kerajaan Majapahit. Komplek candi Penataran ini merupakan komplek candi terbesar di Jawa Timur dan terletak di lereng barat daya Gunung Kelud.

Selain Candi Penataran, Blitar juga memiliki tempat wisata seperti Pantai Tambakrejo, Pantai Pangi, Kampung Coklat, Pantai Serang, Gua Pohsarang, Air Terjun Coban Wilis, Gardu Pandang Perkebunan, Pantai Jolosutro, Omah Djadoel, Pantai Gondo Mayit, Pantai Umbul Waru, Gunung Kelud, Pantai Peh Pulo, Kedung Entong.

Kemudian terdapat pula Air Terjun Sirah Kencong, Penangkaran Rusa Maliran, Air Terjun Jurug Bening, Air Terjun Tirto Galuh, Air Terjun Grenjeng, Gua Luweng, Curug Kedung Badrun, Wisata Alam Gumuk Sapu Angin, Kampung Wisata Ekologis Puspa Jagad, Bukit Teletubbies Blitar, Air Terjun Lawean, Hutan Pinus Gogoniti, Goa Embultuk, Kampung Afrika Blitar, Gunung Butak, Blitar Park, Chenoa Water Kedawung, dan Telaga Rambut Monte.

Untuk mendukung kegiatan, daerah ini memiliki 19 hotel dengan fasilitas jumlah kamar sebanyak 360 pada tahun 2021. Sedangkan rumah makan/restoran di kabupaten ini tercatat sebanyak 155 pada tahun 2021.

KOMPAS/DAHLIA IRAWATI

Senja di Pantai Serang – Suasana senja di Pantai Serang, Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada Jumat (25/8/2017).

Referensi

Arsip Berita Kompas
  • “Kabupaten Blitar *Otonomi”. Kompas, 26 Maret 2003, hlm. 33
  • “Bagai Induk Ayam Bertelur Emas * Otonomi”. Kompas, 26 Maret 2003, hlm. 33
  • “Penjaga Situs Purbakala: Garda Terdepan Monumen Indonesia”. Kompas, 08 November 2005, hlm. 21
  • “Cagar Budaya: Kolam Kebijakan di Penataran”. Kompas, 08 November 2005, hlm. 21
  • “Pesona Nusantara: Sepotong Senja di Pantai Serang”. Kompas, 29 September 2017, hlm. 24
Buku dan Jurnal
Aturan Pendukung
  • UU 12/1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Jawa Timur
  • UU 1/1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah
  • UU 18/1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah
  • UU 5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah
  • UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah
  • PP 3/2010 tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar dari Wilayah Kota Blitar ke Wilayah Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur
  • Perda Kabupaten Blitar Nomor 2 Tahun 2021 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2021-2026

Editor
Topan Yuniarto