Daerah

Kabupaten Pasuruan: Sentra Industri di Wilayah Tapal Kuda Jawa Timur

Terletak pada delta jalur ekonomi Jawa Timur, Kabupaten Pasuruan dikenal sebagai daerah perindustrian, perdagangan, pertanian, dan tujuan wisata. Kondisi alam dan kekuatan sumber daya produktif menjadi modal utama daerah ini untuk terus berkembang dan berpotensi menuju daerah yang sejahtera dan berdaya saing. Pada masa lampau, wilayah ini bermula dari peradaban Kerajaan Kalingga.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Warga berswafoto dengan latar belakang Candi Jawi di di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Rabu (26/6/2019). Candi yang dibangun sekitar abad ke-13 di masa Kerajaan Singasari tersebut ramai dikunjungi pelajar yang sedang lburan sekolah.

Fakta Singkat

Hari Jadi 
18 September 929

Dasar Hukum
Undang-Undang No. 12/1950

Luas Wilayah
1.474,015 km2

Jumlah Penduduk
1.615.420 jiwa (2021)

Kepala Daerah
Bupati H.M. Irsyad Yusuf
Wakil Bupati KH. A. Mujib Imron

Instansi terkait
Pemerintah Kabupaten Pasuruan

Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berada di wilayah tapal kuda dengan posisi yang strategis dan memiliki nilai ekonomis. Terletak pada delta jalur ekonomi, kabupaten ini menjadi poros distribusi ekonomi tiga kawasan, yaitu jalur Surabaya – Jember – Banyuwangi – Bali; Surabaya – Malang; dan Malang – Jember – Banyuwangi.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Pasuruan dibentuk berdasarkan UU 12/1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Jawa Timur.

Pasuruan merupakan salah satu kabupaten tertua di Jawa Timur. Hari kelahiran Kabupaten Pasuruan ditetapkan pada tanggal 18 September 929 berdasarkan Perda Kabupaten Pasuruan Nomor 8 Tahun 2007 tentang Hari Jadi Kabupaten Pasuruan. Penetapan itu didasarkan pada Prasasti Cungrang/Sukci yang terletak di Dusun Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol.

Luas wilayah Kabupaten Pasuruan sebesar 1.474,015 kilometer persegi, atau 3,13 persen luas Provinsi Jawa Timur. Secara administratif, kabupaten ini terdiri dari 24 kecamatan, 24 kelurahan, dan 341 desa. Wilayah ini untuk periode 2018–2023 dipimpin oleh Bupati H. M. Irsyad Yusuf bersama dengan Wakil Bupati KH. A Mujib Imron.

Pasuruan terkenal sebagai kawasan industri dan pariwisata yang kompleks seperti gunung Bromo, Taman Safari II dan kawasan peristirahatan Tretes. Letaknya yang hanya 60 kilometer dari Surabaya, membuat Pasuruan banyak dikunjungi setelah Malang.

Visi Kabupaten Pasuruan adalah “Menuju Kabupaten Pasuruan yang Sejahtera, Maslahat dan Berdaya Saing”

Adapun misinya ada lima, yakni pertama, meningkatkan kualitas dan produktivitas sektor-sektor produksi dan produk-produk unggulan Kabupaten Pasuruan melalui penguatan kelembagaan sosial dan meningkatkan nilai tambah ekonomi desa berbasis masyarakat dengan cara mempermudah aspek legal dan pembiayaan dalam rangka percepatan pembangunan daerah menuju kesejahteraan masyarakat;

Kedua, melaksanakan pembangunan berbasis keluarga dengan memanfaatkan modal sosial berbasis religiusitas dan budaya, guna mewujudkan kohesi sosial.

Ketiga, meningkatkan kualitas infrastruktur daerah untuk penguatan konektivitas dan aksebilitas masyarakat dalam rangka peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan pemanfaatan segenap potensi sumber daya alam secara bertanggung jawab dan berkelanjutan sebagai bentuk konservasi lingkungan di Kabupaten Pasuruan.

Keempat, memperkuat dan memperluas reformasi birokrasi yang mendukung tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik yang inovatif, bersih, efektif, akuntabel dan demokratis berbasis pada teknologi informasi.

Kelima, meningkatkan pelayanan dasar terutama pelayanan kesehatan, permukiman dan pendidikan dengan mengintegrasikan pendidikan formal dan non formal sebagai wujud afirmasi pendidikan karakter di Kabupaten Pasuruan.

Sejarah pembentukan

Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Pasuruan, sejarah Kabupaten Pasuruan bermula dari peradaban Kerajaan Kalingga atau Ho Ling yang diperintah oleh seorang Raja bernama Sima. Pada Tahun 742–755 Masehi, ibu kota Kerajaan Kalingga  dipindahkan ke wilayah timur oleh Raja Kiyen, yaitu daerah Po-Lu-Kia-Sien yang ditafsirkan Pulokerto. Pulokerto adalah salah satu nama desa di wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasoeroean.

Setelah masa kejayaan Kalingga berakhir, muncullah Kerajaan Mataram Kuno di bawah kekuasaan Dinasti Sanjaya tahun 856 Masehi yang dipimpin oleh Raja Rakai Pikatan, di antara keturunan raja Dinasti Sanjaya yang telah banyak meninggalkan beberapa prasasti, baik di Jawa Timur maupun Jawa Tengah adalah Raja Balitung.

Kemudian pada tahun 929 seorang raja dari keluarga lain memerintah, yaitu Mpu Sindok yang telah menggeser pusat pemerintahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan ibu kota Kerajaan Tawlang identik dengan nama Desa Tembelang di daerah Jombang.

Selama memerintah Mpu Sindok telah mengeluarkan lebih dari dua puluh prasasti di antaranya Prasasti yang terletak di Dusun Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol yang menyebutkan Mpu Sindok memerintahkan agar rakyat Cungrang yang termasuk wilayah bawang, dibawah langsung Wahuta  Tungkal untuk menjadi sima (tanah perdikan). Substansi dalam prasasti ini dikonversikan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta dengan Hari Jum’at Pahing, tanggal 18 September 929 Masehi.

Pada era Kerajaan Majapahit dari abad ke-12 sampai abad ke-14, nama Pasuruan sebagai nama tempat hunian masyarakat dikenal pertama kali dan tertulis dalam Kitab Negara Kertagama karangan Empu Prapanca. Pasuruan dari segi bahasa dapat diurai menjadi pa-soeroe-an yang artinya tempat tumbuh tanaman suruh atau kumpulan daun suruh.

Sesudah Kerajaan Majapahit berangsur surut berdirilah kerajaan Islam di antaranya Kerajaan Demak Bintoro, Kerajaan Giri Kedaton, Kerajaan pajang, dan Kerajaan Mataram.

Pada era Pasuruan dalam kekuasaan Kerajaan Giri sekitar abad ke-14 sampai abad ke-16, salah satu peninggalan utamanya adalah daerah Sidogiri. Berdasarkan sejarah lisan bahwa daerah inilah awal Sunan Giri meletakkan dasar-dasar dakwah dengan membuka langgar sekaligus tempat ngaji yang kemudian dinamakan Sidogiri.

Pada masa Kerajaan Demak abad ke-15, Pasuruan berperan penting dalam menyebarkan agama Islam. Bahkan, Adipati Pasuruan berhasil memperluas kekuasaannya sampai Kediri. Pasuruan dibawah Kerajaan Pajang  tidak lama karena pada 1616 ketika Sultan Agung bertahta, Kerajaan Mataram berhasil merebut wilayah Pasuruan.

Pada saat Amangkurat I memegang kekuasaan, Kyai Darmoyuda diangkat menjadi wedana Bupati Pasuruan. Wilayah Pasuruan di bawah kekuasaan Amangkurat I terjadi banyak pergolakan untuk memisahkan diri dari Kerajaan Mataram. Bahkan pada saat Untung Suropati berkuasa di Pasuruan, upaya itu sangat kuat sehingga mataram dibantu Kompeni  Belanda berupaya mengembalikan wilayah Pasuruan masuk kekuasaan Kerajaan Mataram.

Perkembangan selanjutnya  pada masa Kolonial Belanda berdasarkan Staatblad 1900 No 334 tanggal 1 Januari 1901dibentuk Kabupaten Pasuruan yang wilayahnya berbatasan dengan Madura, laut Hindia, sebelah barat dengan residen Kediri dan Surabaya.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Sunandar mengambil air di sumber air Candi Belahan, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (30/6/2022). Sumber air berada di sebelah timur lereng Gunung Penanggungan. Hingga saat ini sumber air terus mengalir sepanjang musim dan menjadi kebutuhan warga setempat khususnya saat kemarau. Candi Belahan merupakan pentirtaan peninggalan Raja Airlangga yang dibangun pada abad ke-11.

Sementara itu, berdasarkan catatan sejarah Sekilas Sejarah Kabupaten Pasuruan yang ditulis oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur disebutkan bahwa Pasuruan pernah mengalami masa jaya sepanjang abad ke-19.

Hal itu dibuktikan dengan banyaknya peninggalan berupa bangunan megah yang tersebar di hampir seluruh bagian kabupaten. Letak geografis yang strategis, sangat membantu kota ini menjadi salah satu kota pelabuhan yang terbesar di Pantai Utara Jawa.

Seperti halnya dengan dengan kota-kota pelabuhan besar di pantai Utara Jawa, Pasuruan juga dilewati  sebuah sungai (Sungai Gembong) yang membelah kota dari utara ke selatan. Sebelum adanya jaringan jalan darat yang memadai di masa lalu, semua hasil bumi dari daerah pedalaman, diangkut dengan perahu melalui sungai tersebut.

Daerah pedalaman sekitar Pasuruan, merupakan salah satu daerah pertanian yang tersubur di Jawa. Sepanjang abad ke-19 dimana ekploitasi pemerintah kolonial Belanda pada hasil perkebunan di Jawa diintensifkan melalui cara tanam paksa (Cultuurstelsel 1830-1870), Pasuruan sempat dipakai sebagai kota pelabuhan untuk membawa hasil perkebunan tersebut langsung ke pelabuhan–pelabuhan di Eropa.

Pasuruan juga dipakai sebagai kota “collecting center”, yang berfungsi sebagai distribusi dan perdagangan bagi hasil bumi dari daerah di sekitarnya sepanjang abad ke-19. Sehingga tata ruang dan pembangunan jalan-jalan utama di kotanya dibuat sesuai dengan keperluan sebagai kontrol administrasi dan kelancaran produksi serta distribusi atas hasil bumi di daerah pedalaman.

Jalan raya pos, yang menghubungkan kota-kota pantai Utara Jawa, (dibangun pada masa pemerintahan Daendels, 1808-1811), juga melewati Pasuruan sehingga hubungan Pasuruan dengan kota-kota lain seperti Surabaya (di sebelah barat), Probolinggo dan kota-kota ujung timur Jawa Timur, serta daerah pedalaman seperti Malang menjadi sangat mudah.

Sejak tahun 1867, sudah dibangun jalan kereta api Surabaya – Pasuruan. Ditambah dengan pelabuhan lautnya, maka infrastruktur yang baik sebagai salah satu syarat bagi sebuah kota sudah bukan masalah bagi Pasuruan. Tidak heran kemudian daerah itu dulunya dijuluki “passer oeang” yang kemudian berubah menjadi Pasuruan, karena memang menjadi tujuan perdagangan bagi daerah sekitarnya.

Sebagai Kota Pelabuhan, Pasuruan mempunyai penduduk yang relatif lebih heterogen dibandingkan kota-kota pedalaman di Jawa. Sejak ramainya perdagangan, di sana terdapat banyak permukiman dari berbagai etnis, dengan alasan untuk berdagang.

Diantaranya, etnis Cina yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke 17 di Pasuruan. Bahkan menurut pengamatan “Tombe” pengelana bangsa Perancis yang pernah mengunjungi komunitas China di Pasuruan tahun 1803, memperkirakan penduduk Cina yang hidup berkelompok waktu itu, merupakan sepertiga dari penduduk Pasuruan.

Pasuruan pada masa lalu adalah sebuah karesidenan yang terdiri dari tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Bangil, dan Kabupaten Malang. Kabupaten Pasuruan sendiri terdiri dari 12 distrik; Kraton, Kota, Rajasa, Winongan, Keboncandi, Jati, Grati, Melaten, Gempeng, Ngempit, Tengger, dan Wangkal.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Kabupaten Pasuruan ditetapkan secara resmi berdasarkan UU 12/1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Jawa Timur.

KOMPAS/DAHLIA IRAWATI

Suasana Pelabuhan Pasuruan, Kamis (05/11/2020). Pelabuhan Pasuruan pada abad ke-19  menjadi salah satu pelabuhan terbesar di pantai utara Jawa karena menjadi sentra perdagangan hasil perkebunan. Hasil perkebunan itu akan dijual hingga ke Eropa.

Geografis

Kabupaten Pasuruan memiliki luas wilayah 1.474,015 kilometer persegi dan terletak antara 112o33’55” hingga 113o05’37” Bujur Timur dan antara 7o32’34” hingga 7o57’20” Lintang Selatan. Sebelah Utara dibatasi oleh Kota Pasuruan, Selat Madura dan Kabupaten Sidoarjo, sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Malang, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kota Batu, serta sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo.

Daerah ini terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi dan wilayah pesisir. Bagian utara wilayah Kabupaten Pasuruan merupakan dataran rendah. Bagian barat daya merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Arjuno dan Gunung Welirang. tenggara adalah bagian dari Pegunungan Tengger, dengan puncaknya Gunung Bromo.

Kondisi geologi Kabupaten Pasuruan sangat beragam, yaitu terdapat tiga jenis batuan meliputi batuan permukaan, batuan sedimen, dan batuan gunung api.

Terdapat tujuh sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Pasuruan, yaitu Sungai Lawean, Sungai Rejoso, Sungai Gembong, Sungai Welang, Sungai Masangan, Sungai Kedunglarangan, dan Sungai Petung. Selain itu, terdapat pula sumber mata air yang besar yakni di Umbulan, Banyubiru.

Berdasarkan topografis, kondisi kelerengan wilayah Kabupaten Pasuruan terbagi dalam beberapa tipologi kelerengan. Kelerengan terendah 0-2 persen ada di Kecamatan Bangil, Rembang, Kraton, Pohjentrek, Gondangwetan, Rejoso dan Lekok, sebagian Kecamatan Pasrepan, Kejayan, Wonorejo, Winongan, Grati dan Nguling. Sedangkan kelerengan tertinggi > 45 persen berada di sebagian Kecamatan Tutur, Puspo, Tosari, Lumbang, dan Prigen.

Kabupaten Pasuruan pada umumnya beriklim tropis basah yang dipengaruhi oleh tiupan angin Muson. Angin Muson ini mempengaruhi pola iklim dan mengakibatkan terjadinya musim hujan (angin Muson Timur) dan musim kemarau (angin Muson Barat). Antara curah hujan di musim hujan dan curah hujan di musim kemarau.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Panorama di kawasan Gunung Bromo setelah kabut menghilang.

Pemerintahan

Dalam catatan sejarah, Kabupaten Pasuruan telah dipimpin sejak tahun 1613. Para pemimpin Kabupaten Pasuruan itu adalah Darmojoedo I (1613-1645), Darmojoedo II (1645-1657), Darmojoedo III (1657-1671), Ranggajaya atau Onggojoyo (1671-1686), Untung Suropati (1686-1704), Rakmad – anak Untung Suropati (1704-1707), Darmojoedo IV (1707-1743), Kyai Ngabei Wongsonegoro (1743-1751), Kyai Adipati Ario Nitidiningrat I (1751-1799), Kyai Adipati Ario Nitidiningrat II (1799-1809), Kyai Adipati Ario Nitidiningrat III (1809-1833), Kyai Adipati Ario Nitidiningrat IV (1833-1887), R. M. A.  A. Soegondo (1887-1901), R. M. A. A. Darkosoegondo (1901-1916), R. M. A. A. Soejono (1916-1929), R.M. Tumenggung Darkosoegondo (1929-1931), R.Tumenggung Bawadiman Kartohadiprodjo (1931-1933), R. A. A. Harsono (1933-1936), dan R. Tumenggung Ario Hoepoedio (1936-1945).

Kemudian di masa Pemerintahan Indonesia, Kabupaten Pasuruan pernah dipimpin oleh R. Soedjono (1945-1947), R. T. Soedarmo (1947-1949), R.T. Soediman Hadiatmodjo (1949-1950), R. Soentoro (1950-1950), Said Hidajat (1950-1956),     Koesno Soeroatmodjo (1956-1957), R. Machmoed (1957-1959), R. Ismaoen Danoesastro (1959-1966), Moch. Aminoedin (1966-1968), Machin Moefti (1968-1973), Kolonel Inf. R. Moeljono Hardjomartojo (1973-1978), Djliteng Soejoto (1978-1988), H.M. Sihabudin (1988-1993), R. Saputro (1993-1998), Dade Angga (1998-2003), Jusbakir Aldjufri (2003-2008), H. Dade Angga (2008-2013), H. M. Irsyad Yusuf (2013-2018), dan H. M. Irsyad Yusuf (2018-2023).

Kabupaten Pasuruan terdiri dari 24 kecamatan, 24 kelurahan dan 341 desa. Untuk mendukung jalannya pemerintahan, pada tahun 2020, pemerintah Kabupaten Pasuruan  didukung oleh 9.359 pegawai negeri sipil (PNS). Menurut jenis kelamin, jumlah PNS perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Selisih antara PNS laki-laki dan perempuan pada tahun 2020 mencapai 927 orang.

Dari tingkat pendidikan, mayoritas PNS bergelar sarjana (D4/S1/S2/S3), yaitu sebanyak 6.377 orang (68 persen). Di urutan berikutnya PNS dengan pendidikan SMA/MA/SMK yaitu sebanyak 1.537 orang (17 persen).

KOMPAS.com

Bupati Pasuruan yang juga Calon Bupati dalam Pilkada Kabupaten Pasuruan 2018 Irsyad Yusuf disela menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, Kamis (11/1/2018).

Politik

Peta politik di Kabupaten Pasuruan dalam tiga kali pemilihan umum legislatif memperlihatkan besarnya pengaruh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam kehidupan berpolitik masyarakatnya. Hal itu tampak dari perolehan kursi partai politik (parpol) di kota ini.

Di Pemilu Legislatif 2009, PKB berhasil mendominasi perolehan kursi dewan di DPRD Kabupaten Pasuruan. Partai ini memperoleh 11 kursi dari 50 kursi yang diperebutkan. Di urutan berikutnya, Golkar dan Demokrat sama-sama meraih delapan kursi. Partai lainnya yang mendapatkan kursi adalah PDI Perjuangan enam kursi, PKNU lima kursi, PPP dan Gerindra masing meraih empat kursi, Hanura dua kursi serta PAN dan PKS sama-sama mendapatkan satu kursi.

Lima tahun kemudian, di Pemilu Legislatif 2014, PKB kembali mendominasi perolehan kursi parlemen Kabupaten Pasuruan dengan menempatkan 12 wakilnya, naik satu kursi dari pileg sebelumnya. Disusul PDI Perjuangan dan Gerindra masing-masing mendapatkan tujuh kursi. Lalu Demokrat dan Nasdem sama-sama mendulang enam kursi, Golkar mendapat lima kursi, PPP dan PKS sama-sama meraih tiga kursi. Sedangkan Hanura yang sebelumnya memiliki 2 kursi, hanya memperoleh 1 kursi.

Di pemilu 2019, PKB kembali memperlihatkan pengaruhnya yang besar. Pada Pileg kalig ini, PKB berhasil memperoleh 15 kursi parlemen, naik tiga kursi dibandingkan Pileg 2014. Sementara urutan kedua ada PDI Perjuangan dengan perolehan delapan kursi. Disusul Gerindra dengan tujuh kursi. Golkar dan Nasdem sama-sama meraih enam kursi. Sedangkan PPP memperoleh empat kursi dan PKS mendapat dua kursi. Sementara untuk dua kursi tersisa, diduduki oleh Demokrat (1 kursi) maupun Hanura (1 kursi).

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Antusiasme Warga Tengger – Seorang warga Suku Tengger sambil mengendong anaknya menggunakan hak suara dalam pilpres di TPS 2 Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (8/7/2009). Warga Tengger di kawasan Pegunungan Bromo yang mayoritas petani menggunakan hak suara mereka sebelum kembali bekerja di ladang.

Kependudukan

Kabupaten Pasuruan dihuni oleh sebanyak 1.615.420 jiwa berdasarkan Proyeksi Penduduk tahun 2021. Rinciannya, penduduk perempuan sebanyak 807.183jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah 808.237 jiwa. Dibandingkan dengan 2020, penduduk Kota Pasuruan tumbuh sebesar 0,59 persen. Sementara itu, besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2021 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 100,13.

Kecamatan Gempol dengan jumlah penduduk yang paling tinggi yaitu 129.990 jiwa, disusul Pandaan dan Sukorejo masing-masing 111.062 jiwa dan 87.477 jiwa. Ketiga kecamatan tersebut merupakan wilayah penyokong/pendukung wilayah Surabaya sehingga banyak industri di wilayah tersebut. Akibatnya, menjadi magnet bagi penduduk baik dari Kabupaten Pasuruan maupun luar Kabupaten Pasuruan untuk mencoba mengadu nasib di daerah tersebut.

Berdasarkan status pekerjaan, sekitar 30,73 persen penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja tahun 2020, masuk kategori berusaha baik berusaha sendiri maupun berusaha dibantu pekerja tetap/pekerja keluarga. Kemudian buruh/karyawan/ pegawai sekitar 37,77 persen dan pekerja bebas sekitar 18,68 persen sementara 12,82 persen sisanya adalah pekerja keluarga (termasuk pekerja tidak dibayar).

Mayoritas penduduk kabupaten Pasuruan adalah suku Jawa. Selain itu bisa juga ditemui suku-suku lain seperti suku Madura serta masyarakat keturunan Tionghoa, Arab, dan India yang merupakan pendatang. Suku ini umumnya tinggal di daerah perkotaan.

Di Pasuruan juga masih dapat ditemui satu suku dengan sosial budaya khas, yaitu masyarakat Tengger yang merupakan keturunan pelarian Kerajaan Majapahit yang tersebar di kawasan Pegunungan Bromo, Tengger Kecamatan Tosari, dan sekitarnya.

Sistem sosial dan religi masyarakat Tengger ini sangat unik dan khas dengan berbagai aktivitasnya seperti perayaan Hari Raya Kasada dan Hari Raya Karo yang didalamnya banyak mengandung nilai-nilai religi dan sejarah.

KOMPAS/DAHLIA IRAWATI

Perempuan-perempuan Tengger, Jumat (20/4/2012), menggarap lahan pertanian di Desa Ngadiwono, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Mereka adalah sosok Kartini masa kini yang mendedikasikan hidupnya untuk bertani. Salah satunya adalah Kartini (kiri), perempuan Tengger yang sejak masa kecil sudah turun ke sawah.

Indeks Pembangunan Manusia
68,93 (2021)

Angka Harapan Hidup 
70,25 tahun (2021)

Harapan Lama Sekolah 
12,58 tahun (2021)

Rata-rata Lama Sekolah 
7,41 tahun (2021)

Pengeluaran per Kapita 
Rp10,297 juta (2021)

Tingkat Pengangguran Terbuka
6,03 persen (2021)

Tingkat Kemiskinan
9,70 persen (2021)

Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan penduduk di Kabupaten Pasuruan meningkat dari tahun ke tahun seperti tecermin dari indeks pembangunan manusia (IPM). Terakhir pada 2021, IPM Kabupaten Pasuruan sebesar 68,93, naik 0,33 poin jika dibanding pada 2020 sebesar 68,60. Capaian IPM Kabupaten Pasuruan ini masuk kategori sedang.

Ditilik dari dimensinya, umur harapan hidup (UHH) pada tahun 2021 sebesar 70,25 tahun. Kemudian untuk dimensi pengetahuan, harapan lama sekolah selama 12,58 tahun dan rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas selama 7,41 tahun. Sedangkan dimensi standar hidup layak yang diukur dengan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan sebesar Rp 10,297 juta.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kabupaten Pasuruan pada tahun 2021 tercatat sebesar 6,03 persen atau sebanyak 53.865 jiwa. Jumlah itu turun bila dibandingkan pada 2020, di mana pengangguran terbukanya sebesar 6,24 persen. Pengangguran lebih didominasi oleh penganggur berpendidikan SMA/sederajat.

Sementara tingkat kemiskinannya pada tahun 2021 sebesar 9,70 persen dengan jumlah penduduk miskin sebesar 158,78 ribu orang. Tahun sebelumnya, persentase penduduk miskin sebesar 9,26 persen atau sebanyak 151,43 ribu orang.

KOMPAS/DAHLIA IRAWATI

Industri Rumahan Bordir – Pekerja di perusahaan bordir Pinus di Pogar Bangil Pasuruan Jawa Timur terlihat menyelesaikan garapan mereka awal Oktober 2011 lalu. Bordir merupakan industri rumahan yang menghidupi Kecamatan Bangil khususnya dan keseluruhan Kabupaten Pasuruan pada umumnya. Terdapat ratusan unit usaha bordir dengan pekerja mencapai ribuan orang. Nilai produksi bordir Pasuruan ini dalam setahun mencapai ratusan miliar rupiah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
Rp700,08 miliar (2020)

Dana Perimbangan 
Rp1,75 triliun (2020)

Pendapatan Lain-lain 
Rp718,14 miliar  (2020)

Pertumbuhan Ekonomi
4,34 persen (2021)

PDRB Harga Berlaku
Rp157,15 triliun (2021)

PDRB per kapita
Rp97,28 juta/tahun (2021)

Ekonomi

Dengan produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku senilai Rp157,15 triliun (2021), perekonomian Kabupaten Pasuruan ditopang oleh industri pengolahan, konstruksi, perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor serta pertanian. Pada tahun 2021, kategori tersebut mampu memberikan kontribusi sektoral terhadap besaran PDRB masing-masing sebesar 60,25 persen, 11,20 persen, 9,59 persen, dan 6,24 persen.

Secara umum, potensi industri di Kabupaten Pasuruan meliputi Industri besar, menengah dan kecil. Industri besar terutama berlokasi di Kecamatan Gempol, Beji, Pandaan, Sukorejo, dan Rembang. Sementara untuk industri kecil dan rumah tangga berkembang di wilayah perdesaan seperti industri makanan dan minuman, bordir, mebel, dan perak.

Di Kabupaten Pasuruan, terdapat beberapa sentra kerajinan. Salah satunya adalah sentra kerajinan bordir yang tersebar di Kecamatan Bangil yang terkenal dengan sebutan “Bangkodir” yaitu Bangil Kota Bordir. Wilayah lain yang sentra bordir adalah Kecamatan Beji, Wonorejo, Rembang, dan Sukorejo. Di samping untuk memenuhi kebutuhan pasaran lokal, kerajinan bordir juga menembus pasaran ekspor, antara lain Brunei, Malaysia, Belanda, dan Singapura.

Sementara sentra kerajinan kayu antara lain berada di Desa Sentul Kecamatan Purwodadi, Tambaksari Kecamatan Kraton, Wonorejo Kecamatan Wonorejo, Sungikulon dan Sungiwetan Kecamatan Pohjentrek, Kecamatan Winongan serta Kecamatan Rejoso. Kerajinan kayu tersebut menghasilkan mainan anak-anak, setir mobil, kotak tisue, handle perseneling, dasd board, catur dan lain-lain.

Selain kerajinan kayu, berkembang pula industri mebel. Pemasaran kerajinan kayu dan mebel tersebut mencakup wilayah lokal dan luar negeri. Sedangkan kerajinan perak dihasilkan dari sentra-sentra industri kerajinan perak meliputi Kecamatan Bangil dan Gempol. Produk-produk yang dihasilkan telah menembus pasar luar negeri antara lain Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.

Di daerah ini, berdiri pula kawasan industri PT Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) di Kecamatan Rembang seluas kurang lebih 550 ha yang dilengkapi dengan kawasan berikat. Di kawasan PIER ini, terdapat lebih dari 90 perusahaan yang mampu menyerap lebih dari 15.000 pekerja.

Di bidang keuangan daerah, pendapatan Kabupaten Pasuruan pada tahun 2020 tercatat sebesar Rp3,18 triliun. Dari angka itu, pendapatan terbesar masih berasal dari dana perimbangan sebesar Rp1,85 triliun. Kemudian pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp614,30 miliar dan lain-lain pendapatan sebesar Rp715,34 miliar.

KOMPAS/DOKUMENTASI VEOLIA INDONESIA DAN DANONE-AQUA

Suasana bagian luar pabrik daur ulang plastik di Pasuruan saat pembukaan, Rabu (30/6/2021). Pabrik daur ulang plastik tersebut hasil kerja sama antara Veolia Indonesia dan Danone-AQUA.

Kabupaten Pasuruan memiliki potensi wisata yang sangat banyak, baik wisata alam, wisata budaya, wisata agro maupun wisata minat khusus. Wilayah Kabupaten Pasuruan yang terbentang dari Gunung Bromo hingga Gunung Arjuna, membuat bermunculan banyak destinasi wisata.

Untuk wisata alam misalnya, terdapat Gunung Bromo, Taman Candra Wilwatikta, Air Terjun Kakek Bodho, Pemandian Alam Banyubiru, Danau Ranu Grati, Sumber Air Umbulan, Air Terjun Putuk Truno, Air Terjun Coban Baung, Air Terjun Coban Jala, Air Terjun Rambut Moyo, Air Terjun Coban Waru, dan Pantai Pasir Panjang Kecamatan Lekok.

Kemudian untuk wisata budaya dan religi, di kabupaten ini terdapat Candi Laras, Candi Satrio Manggung, Candi Kebo Ireng, Candi Gununggangsir, Candi Belahan, Candiu Sepilar, Candi Makurotomo, Candi Jawi, Goa Jepang/Inna Tretes, Makam Ki Ageng Penanggungan, Makam Sakerah, Dewa Wisata Situs Purbakala Tambak Sari, Makam Mbah Bangil, Makam Mbah Ratu Ayu, Makam Mbah Semendhi, Makam Mbah Segoropuro, Pertapaan Abiyoso, dan Pertapaan Indrokilo.

Selanjutnya untuk wisata agro meliputi Agro wisata Apel/Agro Krisna Kec. Tutur, Agro Bunga Krisan dan Paprika, Peternakan Sapi Perah, Agro Jamur, Agro Durian, Agro Wisata Bhakti Alam Kecamatan Tutur, Agro Friga, Agro PG Kedawung, Agro Aneka Mangga, Taman Anggrek Sien Orchid, Kebun Bunga Sedap Malam, dan Kebun Raya Purwodadi.

Sementara untuk wisata minat khusus meliputi Taman Safari Indonesia 2, Taman Dayu, Finna Golf & Country Club, Kaliandra, Bukit Flora, dan Baung Camp.

Untuk mendukung wisata dan kegiatan lainnya, di Kabupaten Pasuruan terdapat 4 hotel bintang dan 41 hotel non bintang. Adapun untuk rumah makan dan restoran terdapat 472 unit.

KOMPAS/DANU KUSWORO

Pengunjung menikmati keindahan kebun edelweis di kawasan Gunung Bromo, tepatnya di Desa Wonokitri, Tosari, Pasuruan Jawa Timur, Minggu (07/11/2021). Kelompok Tani Hulun Hyang mengolah lahan adat desa dengan membudidayakan tanaman edelweis. Sejak didirikan tahun 2018 silam, desa wisata ini semakin dikenal wisatawan yang berkunjung ke Bromo.

Referensi

Arsip Berita Kompas
  • “Kabupaten Pasuruan * Otonomi”, Kompas, 19 Maret 2003, hlm. 33
  • “Tak Hanya Menghasilkan “Ahli Ngebor” * Otonomi”, Kompas, 19 Maret 2003, hlm. 33
  • “Dari Pasuruan ke Seluruh Pelosok Jawa Timur *Ekonomi Rakyat”, Kompas, 16 Desember 2004, hlm. 31
  • “Di Banyu Biru, Jaka Tarub Mengintip Bidadari * Wisata”, Kompas, 12 Februari 2005, hlm. 31
  • “Kesejahteraan Daerah: Bordir, Menjahit Perekonomian Pasuruan”, Kompas, 14 November 2011, hlm. 24
  • “Swasta Kelola Kebun Raya Purwodadi”, Kompas, 03 Februari 2020, hlm. 16
  • “Asa Warga dari Sumber Air Umbulan”, Kompas, 26 Mar 2021, hlm. C
  • “Motif Flora Batik Pasuruan * Profil Usaha”, Kompas, 24 April 2021, hlm. 10
Buku dan Jurnal
Aturan Pendukung

Editor
Topan Yuniarto