KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Warga Suku Tengger yang berprofesi sebagai penunggang kuda berpacu dalam Lomba Pacuan Kuda Tradisional Kapolres Probolinggo di Lautan Pasir Gunung Bromo, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Minggu (30/06/2019). Selain untuk meningkatkan angka kunjungan wistawawan, kegiatan tersebut dilakukan untuk meningkatkan potensi pacuan kuda tradisonal di daerah tersebut.
Fakta Singkat
Hari Jadi
18 April 1746
Dasar Hukum
Undang-Undang No.12/1950
Luas Wilayah
1.696,16 km2
Jumlah Penduduk
1.155.894 jiwa (2021)
Kepala Daerah
Bupati Timbul Prihanjoko
Instansi terkait
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
Probolinggo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini tepatnya di wilayah tapal kuda yang dikelilingi oleh tiga gunung, yaitu Gunung Semeru, Gunung Argopuro, dan Pegunungan Tengger. Ibu kota dan pusat pemerintahannya berada di Kraksaan.
Kabupaten ini dibentuk berdasarkan UU 12/1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Jawa Timur. Hari jadi Kabupaten Probolinggo ditetapkan pada tanggal 18 April 1746. Penetapan itu didasarkan pada momentum pelantikan Kyai Djojolelono menjadi Bupati Banger pertama bergelar Tumenggung.
Daerah ini dihuni oleh 1,15 juta jiwa pada 2021. Terdiri dari 24 kecamatan, 325 desa dan lima kelurahan, kabupaten ini dipimpin oleh Bupati Probolinggo untuk masa jabatan 2018-2023. Penunjukan Timbul Prihanjoko itu didasarkan pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.35-1394 Tahun 2022 tentang Pemberhentian Sementara Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari resmi tertanggal 29 Juni 2022.
Kabupaten Probolinggo adalah salah satu kabupaten yang menaungi wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Kabupaten ini menjadi wilayah utama penyedia akomodasi bagi tempat wisata Bromo, Tengger, dan Semeru.
Kabupaten dengan semboyan “Prasadja Ngesti Wibawa” yang artinya dengan tulus ikhlas untuk menuju kemuliaan ini memiliki visi “Terwujudnya Kabupaten Probolinggo Yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia”.
Sementara misinya yaitu mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan daya saing; daerah, pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan, dan optimalisasi; pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan
Kemudian mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia melalui peningkatan; kualitas pelaksanaan otonomi daerah dalam penyelenggaraan; serta kepemerintahan yang baik dan bersih.
Sejarah pembentukan
Probolinggo secara etimologis berasal dari kata prabu linggih (raja duduk). Konon, menurut cerita rakyat, tak lama setelah Mahapatih Gadjah Mada dari Kerajaan Majapahit berhasil menyatukan wilayah Nusantara di tahun 1357 Masehi, Raja Hayam Wuruk adalah orang pertama yang menjadi saksi atas keindahan panorama alam Probolinggo.
Lantaran kagum dan terpesona oleh keindahan panorama di sana, Hayam Wuruk sempat berlama-lama bercengkerama di tempat itu. Tempat Hayam Wuruk bercengkerama itu kemudian disebut sebagai prabu linggih, yang lambat laun mengalami perubahan lafal menjadi Probolinggo.
Dari sumber sejarah yang ditemukan, Probolinggo dahulunya dikenal dengan nama “Banger” yang diambil dari sungai yang mengalir di tengah daerah tersebut. Banger sendiri tertulis dalam kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca saat zaman kerajaan Majapahit dahulu.
Berawal dari Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk) dan Patih Amangku Bumi Gadjah Mada yang melakukan perjalanan keliling daerah kekuasaan Majapahit. Perjalanan ini dimaksudkan untuk mendekatkan diri dengan rakyat dan melihat secara langsung kinerja pembantunya dalam melaksanakan perintah.
Dalam perjalanan, Prabu Hayam Wuruk singgah di Desa Baremi, Banger, dan Borang serta disambut suka cita oleh masyarakat. Prabu Hayam Wuruk terharu dan kagum menyaksikan panorama alam, keramahan masyarakat, dan ketentraman kawasan ini.
Selain penyambutan yang meriah, taman dan drama pasogatan berhasil membuat Prabu Hayam Wuruk senang dan betah di sini. Pada hari Kamis, 4 September 1359 masehi, Hayam Wuruk memerintah masyarakat Banger untuk memperluas wilayah yang selanjutnya dijadikan pusat pemerintahan.
Ketika rombongan akan melanjutkan perjalanan, Prabu Hayam Wuruk sempat enggan berpisah. Perpisahan diliputi suasana duka cita dan bangga. Sebab Prabu Hayam Wuruk berkenan mengunjungi dan singgah berlama-lama di tempat ini.
KOMPAS/BOEN SOEPARDI
Candi Jabung, salah satu candi hindu peninggalan kerajaan Majapahit yang terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Candi yang hampir tidak pernah dikunjungi karena terletak di desa yang sepi dan belum tersohor sebagai obyek wisata ini, kini sudah selesai dipugar. Hingga kini, latar belakang sejarah candi belum diketahui secara gamblang. Di candi ini pun tidak terdapat prasastI, kecuali angka tahun Saka 1276 yang menunjukkan tahun Masehi 1354.
Sejak saat itu masyarakat memberikan nama tempat ini dengan sebutan “Prabu Linggih” yang artinya persinggahan Sang Prabu sebagai tamu agung.
Selain itu, juga ada peristiwa yang menarik dari wilayah Banger. Setelah mengalami kemajuan pesat, Bre Wirabumi (Minakjinggo) Raja Blambang tertarik pada wilayah ini dan berhasil dikuasai. Wilayah Banger juga pernah diijadikan lokasi perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prabu Wikramawardhana (Majapahit) dalam Perang Paregreg.
Pada tahun 1746 VOC berhasil menguasai Banger dan mengangkat Kyai Djojolelono dengan gelar Tumenggung. Namun pada tahun 1768 Kyai Djojolelono sadar dengan politik adu domba yang dilakukan Belanda.
Ia memilih meninggalkan jabatan dan menggembara. Kemudian jabatan Tumenggung digantikan oleh Raden Tumenggung Djojonegoro, Bupati Surabaya ke-10 sebagai Bupati Banger kedua.
Kyai Djojolelono tetap memusuhi Belanda, ia ditangkap oleh Tumenggung Djojonegoro. Setelah Kyai Djojolelono wafat, kemudian dimakamkan di pasarean “Sentono”. Seiring bertambah majunya pemerintahan, Tumenggung Djojonegoro mendapatkan gelar Kanjeng Djimat setelah mendirikan Masjid Jami’.
Akhirnya, pada 1770 nama Banger diubah menjadi Probolinggo. Kata Probo berarti sinar dan Linggo berarti tugu atau tanda peringatan. Secara singkat Probolinggo berarti sinar yang berbentuk tugu.
Artikel Terkait
Geografis
Kabupaten Probolinggo terletak pada posisi 07°40’ — 08°10’ Lintang Selatan (LS) dan 112°50’ — 113°30’ Bujur Timur (BT) serta berada pada ketinggian 0–2.500 m di atas permukaan laut. Ketinggian tersebut menjadikan Probolinggo kaya akan panorama alam yang indah.
Batas administrasi Kabupaten Probolinggo di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan.
Secara topografis, bagian utara merupakan dataran rendah, bagian tengah berupa lereng-lereng gunung, sementara bagian selatan terdiri dataran tinggi. Kabupaten Probolinggo terletak di kaki Gunung Semeru (3.676 m), Gunung Argopuro (3.088 m), dan Gunung Bromo (2.392 m) serta Pegunungan Tengger.
Selain itu terdapat gunung lainnya, yaitu Gunung Bromo, Widodaren, Gilap, Gambir, Jombang, Cemoro Lawang, Malang, dan Batujajar.
Wilayah seluas 1.696,16 km persegi tersebut, 32,89 persennya didominasi hutan. Tegalan seluas 31,13 persen, dan areal persawahan seluas 20,70 persen. Sisanya adalah kawasan permukiman, perkebunan, hutan rakyat, industri, tambak, dan lahan rusak. Sementara, 0,08 persen merupakan danau dan rawa-rawa.
Wilayah ini dilintasi oleh 25 sungai yang mengalir dan mengairi wilayah Kabupaten Probolinggo. Sungai terpanjang adalah Rondoningo dengan panjang 95,2 km, sedangkan sungai terpendek adalah Ranu Bujel dengan panjang 2 km. Hulu sungai-sungai tersebut kebanyakan berada di bagian tengah maupun selatan wilayah Kabupaten Probolinggo yang bermuara di Selat Madura.
Selain sungai, di Kabupaten Probolinggo juga terdapat danau/ranu yaitu Ranu Segaran, Ranu Agung, Ranu Segaran Duwas, dan Ranu Gedang.
Artikel Terkait
Pemerintahan
Merujuk pada catatan sejarah dari Pemerintah Kabupaten Probolinggo, bupati pertama Probolinggo bernama Kyai Djojolelono (1746–1768). Kemudian berturut-turut diteruskan oleh RadenTumenggung Djojonegoro (1768–1805), Raden Tumenggung Tjondronegoro (1805–1808), Raden Tumenggung Djojodiningrat (1808–1810), Babah Tumenggung Han Kek Koo (1810–1813), Raden Tumenggung Soerjodiningrat (1813–1816), Raden Tumenggung Ario Notoadiningrat (1818–1821), Raden Tumenggung Pandji Notonegoro (1823–1837), Kyai Tumenggung Wirjowidjojo (1837–1840), Raden Adipati Arioprawiroadiningrat (1840–1843), dan Raden Adipati Tjokronegoro (1843–1855).
Kemudian diteruskan oleh Raden Adipati Soerjadinegoro (1855–1879), Raden Tumenggung Soerdjoningrat (1879–1888), Raden Tumenggung Widjojokusumo (1888-1894), Raden Tumenggung Soerenggrono (1894–1901), Raden Tumenggung Abdoel Moegani (1901–1916), Raden Adipati Ario Nitinegoro (1916-1926), Raden Adipati Ario Poedjo (1930–1943), Raden Abdul Rahim Pratolikromo (1943–1944), dan Mas Soedarnotoamidarmo (1944–1947).
Di masa kemerdekaan, Raden Soedoet Alip (1947–1949), M. Soesilo Tondo Anudjojo (1949–1950), Soebandi Hadinoto (1950–1957), Ki Ahmad Tahir Hadisuparto (1958–1960), Raden Lantip (1960–1966), H. Moehamad Ishak (1966–1973), Kol. Inf. Moehamad Sunjoto (1973–1978), Kol. Pol. HR. Sudirman Mertoadikusumo (1978–1983), Kol. Pol. H. Soetardjo (1983–1988), Kol. Pol. Soeprapto (1988–1991), Kol. Inf. Pamoedji (1993–1998), Kol. CZI. Murhadi (1998–2003), H. Hasan Aminuddin (2003–2008), H. Hasan Aminuddin (2008–2013), Hj. Puput Tantriana Sari (2013–2021), dan Timbul Prihanjoko (2021–2023).
Secara administratif, Kabupaten Probolinggo terdiri dari 24 kecamatan, 325 desa, dan lima kelurahan. Untuk mendukung jalannya pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Probolinggo didukung oleh 7.113 Pegawai Negeri Sipil (PNS). Rinciannya, 3.852 PNS laki-laki dan 3.261 PNS perempuan.
Di sisi pendidikan, PNS terbanyak berpendidikan sarjana, yakni sebanyak 4.955 orang. Kemudian disusul berpendidikan SMA atau sederajat sebanyak 1.150 PNS, berpendidikan Diploma I–III 900 orang, dan sisanya berpendidikan SMP ke bawah.
Artikel Terkait
Politik
Peta politik di Kabupaten Probolinggo dalam tiga kali pemilihan umum legislatif memperlihatkan dinamisnya pilihan rakyat dalam memilih partai politik. Hal itu tecermin dari perolehan kursi partai politik (parpol) di DPRD Kabupaten Probolinggo.
Pada Pemilu Legislatif 2009, PKB dan PPP berhasil meraih kursi terbanyak di DPRD Kabupaten Probolinggo. Masing-masing partai tersebut meraih sembilan kursi. Kemudian di urutan berikutnya PDI Perjuangan dan Golkar masing memperoleh tujuh kursi, PKNU dan Hanura sama-sama mendapatkan empat kursi.
Partai lainnya yang mendapatkan kursi adalah Partai Demokrat tiga kursi, PKPB dua kursi, sementara Gerindra, PAN, Partai Republik Nusantara, PKS, dan Partai Barisan Nasional masing-masing satu kursi.
Pada Pemilu Legislatif 2014, Partai Nasdem mendapat kursi terbanyak dengan 14 kursi. Disusul PKB memperoleh delapan kursi. Kemudian PPP, PDI Perjuangan, Gerindra, dan Golkar masing-masing memperoleh lima kursi. Sementara Hanura memperoleh dua dan Demokrat satu kursi.
Pada Pemilu Legislatif 2019, Partai Nasdem memperoleh 16 kursi. Selanjutnya, PKB, Gerindra, Golkar, dan PPP masing-masing mendapatkan tujuh kursi. Kemudian, PDI Perjuangan mendapatkan lima kursi sementara Hanura meraih satu kursi.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Petugas kepolisian menjaga ketat proses distribusi logistik pemilu untuk Pulau Gilli Ketapang dengan menggunakan KM Sapu Rasa 3, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (16/4/2019). Kotak suara yang disiribusikan sebanyak 125 kotak suara untuk melayani kebutuhan 6415 daftar pemilih tetap di 25 TPS di Pulau Gili Ketapang. Pendistribusian dijaga ketat oleh kepolisian serta TNI.
Artikel Terkait
Kependudukan
Kabupaten Probolinggo dihuni oleh 1.155.894 jiwa pada tahun 2021. Rinciannya, penduduk laki-laki 585.657 jiwa sedangkan penduduk perempuan sebanyak 570.237 jiwa. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Probolinggo sebesar 102,70. Artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk laki-laki.
Mayoritas penduduk Kabupaten Probolinggo didominasi oleh generasi X, generasi Z dan generasi milenial. Proporsi generasi X sebanyak 25 persen, generasi Z dan milenial masing-masing sebanyak 23 persen dari total populasi Kabupaten Probolinggo.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Probolinggo terdiri dari suku Madura dan Jawa. Di Kecamatan Sukapura dan Sumber terdapat kelompok penduduk yang mempunyai sifat sosial dan budaya khas, yaitu suku Tengger dengan sebagian besar penduduknya beragama Hindu.
Sementara di sisi agama, mayoritas penduduknya beragama Islam dan didukung oleh adanya keberadaan sejumlah pondok pesantren yang tersebar di beberapa kecamatan.
Hampir 70 persen penduduk Kabupaten Probolinggo bekerja di bidang pertanian. Sementara untuk daerah pantai seperti di Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Pajarakan, Kraksaan dan Paiton sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Kawah Gunung Bromo saat pelaksanaan Yadnya Kasada di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (16/6/2022). Perayaan dilakukan setahun sekali pada hari ke-14 Bulan Kasada sesuai penanggalan tradisonal Tengger. Yadnya Kasada sendiri merupakan ritual warga Suku Tengger untuk menghormati leluhur dan rasa syukur kepada Tuhan.
Indeks Pembangunan Manusia
66,96 (2022)
Angka Harapan Hidup
67,78 tahun (2022)
Harapan Lama Sekolah
12,58 tahun (2022)
Rata-rata Lama Sekolah
6,13 tahun (2022)
Pengeluaran per Kapita
Rp 11,254 juta (2022)
Tingkat Pengangguran Terbuka
3,25 persen (Agustus 2022)
Tingkat Kemiskinan
17,12 persen (2022)
Kesejahteraan
Kesejahteraan penduduk di Kabupaten Probolinggo terus meningkat seperti tecermin dari indeks pembangunan manusia (IPM). Pada 2022, IPM Kabupaten Probolinggo tercatat sebesar 66,96 atau tumbuh 0,70 persen dari tahun 2021 yang mencapai 66,26 persen. Dengan capaian IPM itu, Kabupaten Probolinggo masuk kategori sedang.
Dari komponen pembentuknya, tercatat Umur Harapan Hidup bagi bayi yang baru lahir memiliki peluang untuk hidup hingga berusia 67,78 tahun pada 2022. Kemudian, untuk Harapan Lama Sekolah pada 2022 mencapai 12,58 tahun. Sementara Rata-rata Lama Sekolah mencapai 6,13 tahun. Untuk pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan mencapai Rp11,254 juta per kapita per tahun,
Terkait pengangguran, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Probolinggo, mencatat besaran tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2022 sebesar 3,25 persen atau sebanyak 31.063 orang, turun 1,30 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2021.
Sementara angka kemiskinan di Kabupaten Probolinggo masih terhitung tinggi. Tercatat pada 2022 masih ada 203,23 ribu orang atau 17,12 persen dari total penduduknya dalam kondisi miskin. Angka kemiskinan tersebut turun dibandingkan tahun 2021 sebesar 18,91 persen atau 223,32 ribu jiwa.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Rp 296,81 miliar (2021)
Dana Perimbangan
Rp1,99 triliun (2021)
Pendapatan Lain-lain
Rp 107,28 miliar (2021)
Pertumbuhan Ekonomi
3,35 persen (2021)
PDRB Harga Berlaku
Rp 35,60 triliun (2021)
PDRB per kapita
Rp 30,803 juta/tahun (2021)
Ekonomi
Perekonomian Kabupaten Probolinggo ditopang oleh sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi. Dengan produk domestik regional bruto (PDRB) mencapai Rp35,60 triliun pada 2021, masing-masing sektor tersebut menyumbang 33,08 persen, 25,75 persen, 12,77 persen, dan 6,91 persen. Sementara sektor-sektor lainnya menyumbang dibawah 5 persen terhadap perekonomian Probolinggo
Dikenal sebagai daerah agropolitan wilayah timur, daerah ini menjadi salah satu kabupaten di Jatim yang menghasilkan buah-buahan, sayur-sayuran serta hasil perkebunan lainnya. Komoditi unggulan daerah ini antara lain kopi, durian, alpukat, manggis, mangga, pisang, kubis, bawang daun, wortel, cabe merah, jagung, kapuk randu, dan madu. Probolinggo juga merupakan salah satu daerah sentra produksi bawang merah.
Kabupaten Probolinggo juga dikenal sebagai salah satu sentra perikanan yang sangat penting di Jawa Timur. Hasil perikanan di Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu yang terbesar di Jawa Timur.
Di sektor industri pengolahan, tercatat kabupaten ini memiliki 68.872 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Di bidang keuangan daerah, realisasi keuangan Kabupaten Probolinggo mencapai Rp2,39 triliun. Proporsi terbesar disumbang oleh dana perimbangan sebesar Rp1,99 triliun. Sementara pendapatan asli daerah berkontribusi sebesar Rp296,81 miliar sedangkan pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp107,28 miliar.
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI
Suasana usaha olahan bawang merah berupa bawang goreng dan camilan bawang merah di Hunay, Probolinggo, Jawa Timur, Senin (7/6/2021). Selain memproduksi bawang merah untuk sayur, warga Probolinggo juga mulai membuat olahan bawang merah untuk camilan dan oleh-oleh khas.
Di sektor pariwisata, Kabupaten Probolinggo menyimpan banyak potensi wisata yang mengagumkan, mulai dari wisata alam, sejarah, dan lainya. Beberapa destinasi wisata tersebut adalah Gunung Bromo, air terjun Madakaripura, Pulau Gili ketapang dengan taman lautnya, Pantai Bentar, Ranu Segaran dan Sumber Air Panas yang terletak di Desa Tiris serta Candi Jabung yang mencerminkan kejayaan kejayaan masa lalu.
Selain itu, Kabupaten Probolinggo juga memiliki berbagai macam seni budaya khas, diantaranya Kerapan Sapi, Kuda Kencak, tari Galipang dan Tari Slempang, Tari Pangore dan seni budaya masyarakat Tengger.
Sebagai daerah wisata, pada tahun 2021, sebanyak 459.659 wisatawan berkunjung ke daerah ini. Sebelumnya pada 2019, sebelum merebaknya pandemi Covid-19, wisatawan yang berkunjung ke Probolinggo bahkan mencapai lebih dari satu juta wisatawan.
Untuk mendukung beragam kegiatan, Kabupaten Probolinggo didukung oleh 54 hotel dan 48 rumah makan atau restoran pada 2021.
Artikel Terkait
Referensi
- “Kabupaten Probolinggo * Otonomi”, Kompas, 16 April 2002, hlm. 08
- “Probolinggo Tak Sepopuler Gunung Bromo *Otonomi”, Kompas, 16 April 2002, hlm. 08
- “Keheningan Bromo di Tengah Keramaian Pengunjung *Teropong”, Kompas, 03 November 2003, hlm. 30
- Menyusuri Jejak Prabu Hayam Wuruk di Probolinggo *Tanah Air”, Kompas, 04 Februari 2005, hlm. 30
- “Kota Jalan Raya: Merunut Tanah Partikelir di Probolinggo”, Kompas, 08 September 2008, hlm. 47
- “Tradisi: Kasada di Tengah Erupsi Gunung Bromo”, Kompas, 22 Juli 2016, hlm. 23
- “Taman Nasional Bromo Tengger Semeru: Terpikat Kehangatan Bromo-Tengger * Pesona Wisata Indonesia”, Kompas, 28 Juli 2016, hlm. 23
- “Tanah Air: Berguru pada Si ”Pipi Merah”, Kompas, 29 Oktober 2016, hlm. 22
- “Setia Menjaga Budaya * Tanah Air”, Kompas, 08 September 2018, hlm. 22
- Zaenuddin HM. 2013. Asal-Usul Kota-Kota di Indonesia Tempo Doeloe. Jakarta: Change
- Setiawan, Nanang. Probolinggo Stoomtram Maatschappij: Modernisasi Transportasi Publik Di Kota Probolinggo Tahun 1894-1930. Pangadereng: Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora, Vol. 8 No. 2, Desember 2022
- Kabupaten Probolinggo Dalam Angka 2022, BPS Kabupaten Probolinggo
- Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo menurut Lapangan Usaha 2017-2021, BPS Kabupaten Probolinggo
- Keadaan Ketenagakerjaan Kabupaten Probolinggo Tahun 2022. BPS Kabupaten Probolinggo
- Hasil Sensus Penduduk 2020 Kabupaten Probolinggo, BPS Kabupaten Probolinggo
- Bupati Probolinggo, Praktik Rente dan Politik Pencitraan, laman Kompas.id
- Sejarah dan Asal-usul Nama Probolinggo, Maknanya Tugu Bersinar, laman Kompas.com
- UU 12/1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Jawa Timur
- UU 18/1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah
- UU 5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah
- UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah
- PP 2/2010 tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Probolinggo Dari Wilayah Kota Probolinggo Ke Wilayah Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur
- Perbup Kabupaten Probolinggo Nomor 70 Tahun 2017 tentang Masterplan Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Probolinggo Tahun 2017-2026
Editor
Topan Yuniarto