Daerah

Kota Madiun: “Kota Karismatik” dalam Jejak Sejarah Masa Lalu

Kota Madiun memiliki berbagai kekhasan, mulai tempat lahirnya berbagai perguruan pencak silat hingga kuliner khas kota setempat seperti pecel dan brem. Pada masa lalu, Madiun menyimpan banyak kenangan peristiwa bersejarah seperti peristiwa pemberontakan PKI tahun 1948 yang dikenal dengan sebutan peristiwa Madiun.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Taman Gulun di Kota Madiun, Minggu (3/9/2017). Taman Gulun kini ditata sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan sebagai sarana olahraga dan sosial warga.

Fakta Singkat

Hari Jadi 
20 Juni 1918

Dasar Hukum
Undang-Undang No. 16/1950

Luas Wilayah
33,92 km2

Jumlah Penduduk
196.917 jiwa (2021)

Kepala Daerah
Wali Kota Maidi
Wakil Wali Kota Inda Raya Ayu Miko Saputri

Instansi terkait
Pemerintah Kota Madiun

Kota Madiun merupakan salah satu kota yang berada di bagian selatan Provinsi Jawa Timur. Terletak sekitar 172 km sebelah barat Kota Surabaya atau sekitar 114 km sebelah timur Kota Solo, kota ini terhitung strategis karena berada di jalur utama Surabaya-Yogyakarta dan menjadi persimpangan jalur menuju Ponorogo dan Pacitan ke arah selatan. Kota ini menjadi kota ketiga di Jatim dengan luas wilayah terkecil setelah Kota Mojokerto dan Kota Blitar.

Posisi tersebut menjadikan Kota Madiun sebagai pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, pendidikan, dan kesehatan di bagian barat Provinsi Jawa Timur.

Kota ini dibentuk berdasarkan UU 16/1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Besar dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hari jadi Pemerintahan Kota Madiun ditetapkan pada 20 Juni 1918. Penentuan hari jadi tersebut didasarkan pada Perda Kota Madiun No. 17 Tahun 2003 tentang Penetapan Hari Jadi Pemerintahan Kota Madiun. Pembentukan Praja Madiun didasarkan pada peraturan Pemerintahan Hindia Belanda Staatsblaad tahun 1918 nomor 326 yang dikeluarkan pada 20 Juni 1918.

Kota ini dihuni oleh 196.917 jiwa pada 2021. Terbagi menjadi tiga kecamatan dan 27 kelurahan, kota ini dipimpin oleh Wali Kota Maidi dan didampingi oleh Wakil Wali Kota Inda Raya Ayu Miko Saputri untuk periode 2019–2024.

Madiun memiliki beberapa nama julukan. Julukan tersebut di antaranya Kota Brem, Kota Pecel, Kota Budaya, Kota Gadis, Kota Pendekar, dan Kota Karismatik. Madiun sebagai Kota Brem dan Kota Pecel karena kuliner khasnya, yaitu camilan Brem dan Nasi Pecel yang sudah terkenal seantero nusantara. Julukan Kota Budaya didapat karena sejarah panjang Madiun dari zaman Kesultanan Mataram sampai kesenian khasnya, yaitu Dongkrak.

Madiun sebagai Kota Gadis, yaitu kepanjangan dari Perdagangan dan Industri lekat dengan adanya pasar tradisional, mal sampai adanya Industri Perkeretaapian Indonesia (PT INKA). Sedangkan, Julukan Kota Pendekar sangat cocok untuk Madiun karena banyak terdapat perguruan bela diri di antaranya Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Persaudaraan Setia Hati Winongo (PSHW).

Terakhir, Madiun juga menambah City Branding dengan julukan Kota Karismatik pada tahun 2018 untuk mewakili masyarakatnya yang kepercayaan diri, lembut, kuat, berani, tegas, dan cinta damai. Penobatan tersebut bersamaan dengan peluncuran pakaian (menggunakan udeng atau pengikat kepala dan jarit atau kain panjang untuk pria) dan tarian adat khas Kota Madiun di Alun-Alun Kota. Julukan Kota Karismatik ini telah dinyatakan dalam Peraturan Wali Kota (Perwal) 52/2018.

Madiun menyimpan kenangan peristiwa bersejarah seperti peristiwa pemberontakan PKI tahun 1948 yang dikenal dengan sebutan peristiwa Madiun. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa monumen yang dibangun untuk mengenang masa tersebut.

Kota ini memiliki visi: “Terwujudnya Pemerintahan Bersih Berwibawa Menuju masyarakat Sejahtera”. Adapun misinya ada lima, yaitu pertama, meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota madiun madiun kota pintar. Kedua, mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) melalui peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. madiun kota melayani.

Kemudian, ketiga, meningkatkan pembangunan berbasis pada partisipasi masyarakat Kota Madiun dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan. Keempat, mewujudkan kemandirian ekonomi dan meratakan tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Madiun. Kelima, mewujudkan keterbukaan informasi publik sebagai kontrol kinerja dan akuntabilitas terhadap pemerintah.

Sejarah pembentukan

Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kota Madiun dan dalam Asal Usul Kota-Kota di Indonesia Tempo Doeloe yang ditulis Zaenuddin HM disebutkan bahwa berdirinya Pemerintah Kota Madiun dapat dipelajari dari sisa peninggalan sejarah, baik berupa barang, adat istiadat, maupun lembaga-lembaga.

Di wilayah Kota Madiun terdapat dua kelurahan yang dahulu kala pada masa Pemerintahan Kesultanan Mataram kedua kelurahan tersebut berstatus tanah pardikan yang bebas mengurus rumah tangganya sendiri, yaitu tanah pardikan Taman dan Kuncen.

Jauh sebelumnya, pada masa akhir pemerintah Majapahit di wilayah Madiun selatan terdapat kerajaan/pemerintahan Gagelang yang didirikan oleh Adipati Gugur Putra Brawijaya terakhir.

Selanjutnya dengan pertimbangan geografis, dan ekonomis, pusat pemerintahan bergeser ke utara di pinggir bengawan Madiun, yang dinamakan Kutho Miring di wilayah Kelurahan Demangan sekarang dan kemudian pindah lagi ke komplek Rumah Dinas Bupati Madiun sekarang ini.

Pada masa pemerintahan Kutho Miring tersebut, di wilayah Kabupaten Sawo Ponorogo, terdapat pemberontakan kepada Kerajaan Mataram. Akhirnya, Bupati Madiun yang merupakan Bupati Mancanegara timur (dengan gelar Ronggo) yang wilayah kerjanya juga meliputi daerah Sawo Ponorogo, diberi tugas untuk memadamkan pemberontakan tersebut.

Pada masa kepemimpinan Ronggo ke-2 yang bergelar Ronggo Prawirodirdjo inilah, lahir pahlawan Nasional Putra Madiun yang bertugas sebagai Senopati Perang, Pangeran Diponegoro yang bernama Ali Basah Sentot Prawirodirdjo.

Sebelum meletus perang Diponegoro, Madiun belum pernah dijamah oleh orang-orang Belanda atau Eropa lainnya. Dengan berakhirnya perang Diponegoro, Belanda menjadi tahu potensi daerah Madiun dan terhitung mulai tanggal 1 Januari 1832 Madiun secara resmi dikuasai oleh Pemerintahan Hindia Belanda.

Kemudian dibentuklah suatu tatanan Pemerintahan yang berstatus Karesidenan dengan ibu kota di Desa Kartoharjo (tempat istana Patih Kartoharjo) yang berdekatan dengan istana Kabupaten Madiun di Desa Pangongangan.

Sejak saat itu, mulailah berdatangan bangsa Belanda dan Eropa lain yang berprofesi dalam bidang perkebunan dan perindustrian yang akhirnya muncul berbagai perkebunan teh di Jamus dan Dungus, kopi di Kandangan dan tembakau di Pilangkenceng dan lain-lain dan mereka bermukim di dalam kota di sekitar Istana Residen Madiun.

Semua warga Belanda dan Eropa yang bermukim di Kota Madiun, karena statusnya yang merasa superior berusaha untuk melaksanakan segregasi (pemisahan) sosial, berdasarkan perundang-undangan Inlandsche Gementee Ordonantie, oleh departemen Binnen-landsch, dibentuk Staads Gementee Madiun atau Kota Praja Madiun berdasarkan peraturan Pemerintahan Hindia Belanda pada tanggal 20 Juni 1918 dengan berdasarkan Staatsblaad Tahun 1918 Nomor 326.

KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Pengunjung berada di dalam reruntuhan Benteng Van den Bosch atau Benteng Pendem di Ngawi, Jawa Timur, Sabtu (26/8). Pembangunan benteng di pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Bengawan Madiun itu atas prakarsa Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Van den Bosch (1830-1833) untuk menghadapi perlawanan rakyat Jawa Timur setelah Perang Diponegoro (1825-1830). Pemerintah berencana merestorasi benteng yang berada di bawah permukaan tanah dan parit parit sehingga disebut Benteng Pendam (Pendem) yang menurut catatan sejarah selesai dibangun pada 1845 itu.

Pada Zaman Jepang, daerah ini menjadi Madiun Shi yang diperintah oleh seorang Shi Tjo dan mempunyai wilayah 12 Desa.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Madiun Shi diubah menjadi Kota Besar Madiun berdasarkan UU 22/1948, dengan wilayah 12 Desa di bawah perintah Walikota. Kemudian demi pemerataan wilayah berdasar UU 22/1948, menurut Surat Keputusan Nomor 16 Tahun 1950 Kotapraja Madiun diperjuangkan diperluas dengan mendapat tambahan dari Kabupaten Madiun, yaitu delapan Desa yakni Demangan, Josenan, Kuncen yang semula berstatus speerti Desa Perdikan Taman, Banjarejo, Mojorejo, Rejomulyo, Winongo, dan Manguharjo.

Dengan berlakunya UU 1/1957, Kota Besar Madiun berubah menjadi Kotapraja Madiun dengan wilayah 12 desa dan diperintah oleh seorang Walikota. Selanjutnya berdasar UU 24/1958 diadakan perubahan batas-batas wilayah Kotapraja Madiun, karena mendapat tambahan wilayah sebanyak delapan desa dari Kabupaten Madiun, sehingga wilayah Kotapraja Madiun menjadi 20 desa.

Pelaksanaan perubahan batas-batas ini diadakan pada hari Sabtu tanggal 21 Mei 1960 bertempat di Kabupaten Madiun oleh Wali Kota dan Bupati. Kemudian dengan UU 18/1965 sebagai pengganti UU 1/1957, Kotapraja Madiun diubah dengan Kotamadya Madiun dengan wilayah 20 desa dan diperintah oleh Wali Kota Kepala Daerah.

Dengan berlakunya UU 5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, sebagai pengganti UU 18/1965, Kotamadya Madiun berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun, dengan wilayah 20 desa dan istilah Wali Kota Kepala Daerah Kotamadya Madiun diubah menjadi Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Madiun.

Pada tahun 1979 atas persetujuan DPRD Kotamadya dan Kabupaten Daerah Tingkat II Madiun, diusulkan pemekaran daerah Kotamadya menjadi 27 Desa/Kelurahan. Terhitung mulai tanggal 18 April 1983, wilayah Kotamadya daerah Tingkat II Madiun, berdasarkan PP 49/1982 dan Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 135.1/1169/011/1983 tanggal 19 Januari 1983, bertambah menjadi tujuh desa yang berasal dari Kabupaten Daerah Tingkat II Madiun, yakni Desa Ngegong, Sogaten, Tawang Rejo, Kelun, Pilangbango, Kanigoro, dan Manisrejo. Luas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun menjadi 33,92 km persegi terdiri dari tiga kecamatan dengan 20 kelurahan dan tujuh desa.

KOMPAS/ARIS PRASETYO

Lokomotif uap jenis C 2606 buatan Jerman tahun 1921 kini menjadi monumen di Stasiun Madiun, Jawa Timur. Lokomotif uap berbahan bakar batu bara dan kayu ini pernah menjadi idola pada masa lalu, antara lain untuk menarik gerbong pengangkut tebu di Pabrik Gula Poerwodadie, Magetan, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Stasiun Madiun.

Geografis

Secara geografis, Kota Madiun terletak pada 111° BT — 112° BT dan 7° LS — 8° LS. Kota Madiun hampir berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Madiun, serta dengan Kabupaten Magetan di sebelah Barat. Bengawan Madiun mengalir di kota ini dan merupakan salah satu anak sungai terbesar Bengawan Solo.

Letak geografis kota ini sangat strategis karena berada pada simpul jaringan jalan regional yang menghubungkan daerah-daerah di Jawa Timur dengan daerah-daerah di Jawa Tengah. Di samping itu, Kota Madiun terhubung dengan kota-kota besar lainnya, yaitu Yogyakarta, Jakarta lewat Ngawi, Tawangmangu/Surakarta lewat Magetan, Pacitan-Trenggalek lewat Ponorogo, serta jalur Kereta Api Lintas Pulau Jawa bagian Selatan yang menghubungkan Surabaya-Jakarta lewat Purwokerto dan Surabaya-Bandung.

Dengan luas 33,23 km persegi, kota ini terbagi menjadi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Manguharjo, (12,54 km²), Kecamatan Taman (13,46 km²), dan Kecamatan Kartoharjo (11,73 km²).

Kondisi topografi Kota Madiun didominasi oleh dataran rendah yang landai dan membentang dari utara ke selatan. Kota ini secara umum berada pada ketinggian ± 63 meter di atas permukaan laut (dpl). Di bagian selatan ketinggian wilayah mencapai 77 meter dpl dan di bagian utara menurun hingga 64 meter dpl, sedang di bagian tengah kota, ketinggian rata-rata mencapai 63 meter dpl.

Kota Madiun dibelah oleh Bengawan Madiun atau Kali Madiun yang merupakan anak sungai terbesar dari Sungai Bengawan Solo.

Jika dilihat dari daerah sekelilingnya, terdapat rangkaian pegunungan, yaitu sebelah timur terdapat Gunung Wilis, sedang di sebelah selatan membujur Pegunungan Kapur Selatan yang mempunyai ketinggian. Di sebelah barat Kota Madiun, terdapat Gunung Lawu dan di sebelah utara terdapat Pegunungan Kendeng.

KOMPAS/HARYO DAMARDONO

Bendungan Kedung Brubus di Kecamatan Pilang Kenceng, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa (3/6). Bendungan di Sub-DAS Kali Madiun, DAS Bengawan Solo, yang berkapasitas tampung 2,03 juta meter kubik air ini akan mengairi 500 hektar sawah setempat serta 2.435 hektar sawah di bagian hilir lewat Waduk Notopuro.

Pemerintahan

Merujuk pada catatan sejarah dari Pemerintah Kota Madiun, pada awalnya wali kota (Burgermeester) dirangkap oleh Asisten Residen merangkap sebagai Voor Setter, yang pertama Ir. W.M. Ingenlijf yang selanjutnya diganti oleh De Maand hingga tahun 1927.

Setelah tahun 1927 sampai sekarang, urut-urutan Walikota Madiun yang pernah memimpin Kota Madiun adalah K.A. Schotman, Boerstra, Van Dijk, Ali Sastro Amidjojo, Mr. R.M. Soebroto, R. Soesanto Tirtoprodjo, Soedibjo, R Poerbo Sisworo, Soepardi Mochammad (1948 dari Siliwangi).

Kemudian diteruskan oleh M. Soediono, Singgih, Moetoro, Moestadjab, Roeslan Wongsokoesoemo, Soepardi, Soemadi, Soebagjo, R. Roekito, BA Imam Soenardji (1968–1974), Achmad Dawaki (1974–1979), Marsoedi (1979–1984), Marsoedi (1984–1979), Masdra M. Jasin (1994–1994), Bambang Pamoedjo (1994–1999), Achmad Ali (1999–2004), Koko Raya (2004–2009), Bambang Irianto (2009–2019), Maidi (2019–sekarang).

Dalam menjalankan roda pemerintahannya, Pemerintah Kota Madiun dibantu oleh 3.294 Pegawai Negeri Sipil (PNS). Menurut jenis kelamin, sebanyak 57,62 persen PNS Kota Madiun adalah perempuan dan sisanya sebesar 42,38 persen adalah lakilaki.

Menurut jabatannya, PNS Kota Madiun terbanyak adalah fungsional tertentu dengan persentase sebesar 54,86 persen, disusul dengan jabatan fungsional sebesar 28,66 persen. Jabatan struktural memiliki persentase terkecil, yaitu 16,48 persen. Menurut golongan kepangkatan, PNS Kota Madiun terbanyak berada pada golongan III, yaitu sebesar 52,18 persen. Sedang jumlah terendah adalah ASN golongan I, yaitu sebesar 1,79 persen.

Sedangkan menurut pendidikan, sebagian besar PNS berpendidikan sarjana, yaitu sekitar 67,64 persen dan sekitar 17,85 persen berpendidikan SLTA. Masih ada sekitar 1,55 persen PNS berpendidikan SD.

PEMKOT MADIUN

Maidi dan Inda Raya Ayu Miko Saputri resmi menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Madiun periode 2019-2024. Pengambilan sumpah jabatan dan pelantikan mereka dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawangsa di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (29/4/2019).

Politik

Peta politik di Kota Madiun dalam tiga kali pemilihan umum legislatif memperlihatkan dinamisnya pilihan rakyat dalam memilih partai politik seperti tecermin  dari perolehan kursi partai politik (parpol) di DPRD Kota Madiun.

Pada Pemilu Legislatif 2009, dari 30 orang anggota DPRD Kota Madiun, Partai Demokrat mendapatkan kursi keanggotaan terbanyak di dewan, yaitu sebanyak delapan kursi. Di urutan berikutnya, PDI Perjuangan, Golkar, PKB, dan PAN mendapatkan masing-masing tiga kursi. Sementara itu, PKS, Hanura, Gerindra, dan PDP mendapatkan dua kursi. Sedangkan PDS dan PKNU mendapatkan masing-masing satu kursi

Pada Pemilu Legislatif 2014, Partai Demokrat tercatat masih mendominasi perolehan kursi dewan dengan tujuh kursi. Disusul PDI Perjuangan enam kursi, serta PKB dan Gerindra masing-masing empat kursi. Partai lain yang mendapatkan kursi adalah Golkar, Nasdem, PAN masing-masing dua kursi serta PKS, PPP, dan Hanura sama-sama meraih satu kursi.

Terakhir pada Pemilu Legislatif 2019, PDI Perjuangan berhasil memperoleh kursi terbanyak dengan enam kursi. Kemudian di urutan berikutnya, Partai Demokrat, Perindo, dan PKB masing-masing mendapat empat kursi. Lalu Gerindra tiga kursi serta PKS, Golkar, dan PSI masing-masing memperoleh dua kursi. Sedangkan PAN, PPP, dan Nasdem masing-masing mendapat sebanyak satu kursi.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara (kanan) disaksikan Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo (kiri) memberikan penghargaan kepada (kiri ke kanan) Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Wali Kota Madiun Bambang Irianto, dan Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito dalam malam Anugerah Kota Cerdas Indonesia 2015 di Jakarta, Kamis (13/8/2015) malam. Anugerah Kota Cerdas 2015 memberikan penghargaan untuk Kota Cerdas dari tiga kategori, yaitu kategori ekonomi (Magelang), kategori sosial (Madiun), dan kategori lingkungan hidup (Surabaya).

Kependudukan

Kota Madiun dihuni oleh 196.917 jiwa berdasarkan hasil proyeksi untuk tahun 2021. Rinciannya 96.277 laki-laki dan 100.640 perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 96.

Dengan luas wilayah 33,92 kilometer persegi, tingkat kepadatan penduduk di Kota Madiun tercatat sebesar 5.926 jiwa per kilometer persegi.

Persebaran penduduk di Kota Madiun cenderung merata pada setiap kecamatan. Jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Taman, disusul Kecamatan Manguharjo, dan Kecamatan Kartoharjo.

Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk Kota Madiun paling banyak berada pada kelompok umur di atas 60 tahun, yaitu sebanyak 30.854 jiwa. Sedangkan untuk usia produktif (usia 15–54 tahun) tercatat sebanyak 127.079 jiwa.

Di sisi agama, sebagian besar penduduk Kota Madiun beragama Islam dengan jumlah mencapai 183.603 orang pada tahun 2021. Jumlah penduduk yang memeluk agama Kristen sebanyak 11.223 orang, Katolik sebanyak 5.833 orang, Budha sebanyak 590 orang, Hindu sebanyak 170 orang, dan Konghucu/lainnya sebanyak 33 orang.

Di bidang tenaga kerja, mayoritas penduduknya bekerja di sektor jasa. Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2021, tercatat tiga lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja paling banyak, yaitu sektor jasa 83,51 persen, manufaktur 14,24 persen, dan pertanian 2,25 persen.

Penduduk bekerja paling banyak berstatus buruh/karyawan/pegawai, yaitu sebesar 49,06 persen, sementara yang paling sedikit berstatus pekerja bebas pertanian, yaitu sebesar 0,34 persen.

Sedangkan menurut status pekerjaan utama, pada Agustus 2021, penduduk yang bekerja di kegiatan informal sebanyak 41,02 ribu orang (46,31 persen), sedangkan yang bekerja di kegiatan formal sebanyak 47,56 ribu orang (53,69 persen).

KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA

Ribuan pesilat tingkat putih Persaudaraan Setia Hati Terate Pusat Madiun se-Jawa Tengah dan DI Yogyakarta melakukan latihan bersama di Lapangan Bhayangkara Akademi Kepolisian, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (5/8/2018). Dalam latihan bersama itu, dinyatakan juga bahwa para pesilat menolak radikalisme, terorisme, dan menjaga keutuhan NKRI hingga kapan pun.

Indeks Pembangunan Manusia
81,25 (2021)

Angka Harapan Hidup 
72,83 tahun (2021)

Harapan Lama Sekolah 
14,41 tahun (2021)

Rata-rata Lama Sekolah 
11,37 tahun (2021)

Pengeluaran per Kapita 
Rp16,095 juta (2021)

Tingkat Pengangguran Terbuka
8,15 persen (2021)

Tingkat Kemiskinan
5,09 persen (2021)

Kesejahteraan

Kesejahteraan penduduk di Kota Madiun relatif baik seperti tecermin dari indeks pembangunan manusia (IPM). Pada 2021, IPM Kota Madiun tercatat sebesar 81,25, atau tumbuh 0,42 persen dari tahun 2020 yang mencapai 80,83 persen.

Dengan capaian IPM itu, Kota Kediri masuk kategori sangat tinggi. Capaian IPM tersebut menduduki posisi ketiga tertinggi di Jawa Timur setelah Kota Surabaya dan Kota Malang.

Naiknya nilai IPM tidak terlepas dari naiknya komponen pembentuk IPM, yaitu angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan.

Di Kota Madiun, tercatat Umur Harapan Hidup bagi bayi yang baru lahir memiliki peluang untuk hidup hingga berusia 72,83 tahun pada 2021. Kemudian, untuk Harapan Lama Sekolah pada 2021 mencapai 14,41 tahun. Sementara Rata-rata Lama Sekolah mencapai 11,37 tahun. Untuk pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan mencapai Rp16,095 juta per kapita per tahun,

Terkait pengangguran, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun, mencatat besaran tingkat pengangguran terbuka (TPT) di wilayah setempat pada tahun 2021 menurun dibandingkan dengan tahun 2020. TPT Kota Madiun pada tahun 2021 tercatat di angka 8,15 persen atau sebanyak 7.859 jiwa. Angka TPT 8,15 persen itu turun dibanding tahun 2020 sebesar 8,32 persen atau sebanyak 8.915 jiwa.

Warga berstatus pengangguran terbuka pada 2021 tersebut didominasi lulusan SMA/SMK, yakni sebanyak 2.507 jiwa. Kemudian, lulusan perguruan tinggi sebanyak 1.995 jiwa.

Terkait angka kemiskinan, jumlah penduduk miskin Kota Madiun tahun 2021 sebanyak 9,06 ribu jiwa atau 5,09 persen, dengan garis kemiskinan sebesar Rp514.409. Angka itu menempatkan Kota Madiun di urutan ketiga daerah dengan tingkat kemiskinan terendah di Jawa Timur.

KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI

Pengunjung melihat aneka barang dagangan yang dijajakan oleh ibu-ibu pengurus PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) di pasar ramadhan, di alun-alun Kota Madiun, Jawa Timur, Senin (29/6/2015). Kegiatan yang digelar di selatan alun-alun Kota Madiun ini merupakan salah satu sarana promosi produk Usaha Mikro Kecil Menengah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
Rp248,94 miliar (2020)

Dana Perimbangan 
Rp632,55 miliar (2020)

Pendapatan Lain-lain 
Rp178,40 miliar  (2020)

Pertumbuhan Ekonomi
4,73 persen (2021)

PDRB Harga Berlaku
Rp14,69 triliun (2021)

PDRB per kapita
Rp74,65 juta/tahun (2021)

Ekonomi

Sebagai wilayah urban, sektor tersier masih mendominasi perekonomian Kota Madiun. Data BPS Kota Madiun menunjukkan, produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Madiun pada 2021 tercatat sebesar Rp14,69 triliun. Perekonomiannya ditopang oleh empat sektor utama, yakni sektor perdagangan dengan kontribusi 25,25 persen, informasi dan komunikasi 15,62  persen, dan industri pengolahan 15,30 persen.

Sektor yang berkontribusi cukup besar adalah jasa keuangan dan asuransi 9,48 persen, jasa pendidikan 7,58 persen, dan konstruksi 5,48 persen. Sedangkan sektor yang lainnya berkontribusi di bawah 5 persen.

Di Kota Madiun, terdapat pusat-pusat perdagangan dan jasa yang memberikan pelayanan skala regional di Jalan Soekarno Hatta – Jalan Pahlawan dan Jalan S. Parman. Di kota ini semakin marak pusat-pusat perbelanjaan di Kota Madiun seperti Mall, Plaza, Carrefour, Hypermart, dan tempat-tempat perbelanjaan lain.

Di sektor industri, kota ini memiliki  293 industri pada tahun 2018 dengan menyerap 2.342 tenaga kerja. Tiga besar jenis industri yang dominan adalah industri kayu dan barang dari kayu (tidak termasuk furniture) dan barang anyaman, industri makanan dan minuman, serta industri penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman.

Kota Madiun memiliki beberapa perusahaan berskala besar Pabrik Rokok Sampoerna, Gudang Garam, PT. Industri Kereta Api (INKA), dan juga Pabrik Gula Rejo Agung yang ada sejak 1894.

Selain itu, terdapat banyak industri kecil menengah (IKM) dan industri rumah tangga (IRT) yang bergerak di berbagai bidang, salah satunya oleh-oleh khas Madiun, yakni kerupuk puli, madumongso, dan sambel pecel.

Di bidang keuangan daerah, realisasi pendapatan pemerintah Kota Madiun pada tahun 2020 tercatat sebesar Rp1,05 triliun. Penyokong terbesar masih berasal dari dana perimbangan sebesar Rp632,55 miliar. Kemudian pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp248,94 miliar dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp178,40 miliar.

KOMPAS/EDDY HASBY

Pekerja tengah menyelesaikan bagian luar kereta penumpang di pabrik PT INKA, kota Madiun, Jawa Timur, Kamis (18/10/2018).. Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, saat ini PT INKA tengah menyelesaikan pesanan kereta dari berbagai negara.

Di sektor pariwisata, Madiun memiliki banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi. Wisata sejarah yang terkenal di antaranya Monumen Kresek dan Makam Kuncen. Terdapat pula wisata alam di antaranya Wana Wisata Grape, Waduk Bening Widas, Air Terjun Seweru, dan Air Terjun Krecekan Denu.

Wisata yang paling baru dan cukup hits saat ini, yaitu wisata Jalan Pahlawan yang disulap menjadi Malioboro-nya Madiun. Jalan Pahlawan disulap menjadi jalanan yang ramah untuk pejalan kaki.

Untuk wisata kuliner khas Madiun, ada nasi pecel, yaitu sajian makanan Jawa yang terdiri dari nasi dan kulupan sayur masak serta disiram saus kacang (sambal kacang). Depot nasi pecel yang terkenal enak di Madiun, yaitu Nasi Pecel Yu Gembrot, Nasi Pecel Sri Tanjung, dan Nasi Pecel Pojok.

Di kota ini tersebar pula puluhan pengusaha rumahan pembuat sambal pecel. Menurut data Disperindagta, terdapat 25 pengusaha rumahan pembuat sambal pecel.

Sementara oleh-oleh khas Madiun, yaitu Brem dan Bluder Madiun. Brem merupakan camilan yang berasal dari sari ketan yang dimasak dan dikeringkan. Brem bisa dijumpai di berbagai toko oleh-oleh di Madiun. Sedangkan, Bluder adalah Roti yang terbuat dari perpaduan adonan roti dan adonan kue yang berasal dari Belanda. Roti Bluder Madiun yang terkenal adalah Bluder Cokro.

Jumlah hotel di Kota Madiun tahun 2020 sebanyak 35 hotel yang terdiri dari 7 hotel berbintang dan 28 hotel nonbintang. Sedangkan, jumlah restoran/rumah makan di kota ini terdapat 73 restoran/rumah makan.

KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI

Puluhan pedagang sambel pecel dan nasi pecel pincuk sedang menjajakan dagangan mereka di Alun-alun Kota Madiun, Jawa Timur, Sabtu (31/12/2011). Pelaku usaha sambel pecel merupakan usaha kecil yang menjadi salah satu tulang punggung ekonomi di Kota Madiun.

Referensi

Arsip Berita Kompas
  • “Kota Madiun * Otonomi Daerah”. Kompas, 09 April 2002, hlm. 08
  • “Memakmurkan Kota dengan Pendekatan Lidah * Otonomi Daerah”. Kompas, 09 April 2002, hlm. 08
  • “Jeda: Madiun, Harapan Kebangkitan Kereta”. Kompas, 08 September 2010, hlm. 03
Buku dan Jurnal
Aturan Pendukung

Editor
Topan Yuniarto