Daerah

Kota Pariaman: Jejak Bandar dan Kota Kaya Potensi

Pariaman, kota tua di pantai barat Pulau Sumatera, dahulu merupakan bandar dagang yang penting. Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tome Pires, seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan Portugis di Asia. Kini kota ini berkembang di sektor wisata, jasa, dan pertanian. Kota ini identik pula dengan sebutan "kota pantai".

KOMPAS/YOLA SASTRA

Warga menyaksikan prosesi pembuangan tabuik ke laut di Pantai Gandoriah dalam puncak acara Pesona Budaya Hoyak Tabuik di Kota Pariaman, Sumbar, Minggu (14/8/2022).

Fakta Singkat

Hari Jadi 
2 Juli 2002

Dasar Hukum
Undang-Undang No.12/2002

Luas Wilayah
73,36 km2

Jumlah Penduduk
96.719 jiwa (2022)

Kepala Daerah
Wali Kota H. Genius Umar
Wakil Wali Kota Mardison Mahyuddin

Instansi terkait
Pemerintah Kota Pariaman

Kota Pariaman merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Barat. Kota ini berada di pantai barat Pulau Sumatera dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan Kabupaten Padang Pariaman.

Pariaman merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Padang Pariaman. Kota ini terbentuk berdasarkan UU 12/2002 tentang Pembentukan Kota Pariaman di Provinsi Sumatera Barat. Peresmiannya dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri, Hari Sabarno pada tanggal 2 Juli 2002.

Sebelumnya, Pariaman berstatus kota administratif (Kotif) berdasarkan PP 33/1986. Kotif Pariaman diresmikan  tanggal 29 Oktober 1987 oleh Menteri dalam Negeri Soeparjo Roestam dengan Wali Kota Administratifnya Adli Legan.

Dengan luas wilayah sekitar 73,36 km persegi, Kota Pariaman terbagi dalam empat kecamatan, 55 kelurahan, dan 16 desa. Untuk periode 2018–2023, kota berpenduduk 96.719 jiwa (2022) ini dipimpin oleh Walikota H. Genius Umar dan Wakil Wali Kota Mardison Mahyuddin

Kota yang identik dengan kota pantai ini termasuk kota tertua di pantai barat Pulau Sumatera. Pariaman merupakan daerah yang cukup dikenal oleh pedagang bangsa asing sejak tahun 1500-an.

Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tome Pires (1446–1524), seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan Portugis di Asia. Ia mencatat telah ada lalu lintas perdagangan antara India dengan Pariaman, Tiku, dan Barus.

Pariaman dikenal pula sebagai pusat pengembangan ajaran Islam yang tertua di pantai barat Sumatera. Jauh sebelum Indonesia merdeka, pelaksanaan pendidikan bernuansa Islam telah berkembang di kota ini. Salah satu ulama yang terkenal adalah Syekh Burhanuddin, murid dari Khatib Sangko yang bermakam di Pulau Angso Duo.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Pariaman tahun 2005–2025, Kota Pariaman memiliki visi: “Mewujudkan Pariaman sebagai kota perdagangan dan jasa di wilayah pesisir barat Sumatera menuju masyarakat madani”.

Sejarah pembentukan

Dalam buku Asal-Usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe yang ditulis Zaenuddin HM dan “Sejarah Kota Pariaman” di laman resmi Pemerintah Kota Pariaman, disebutkan Pariaman merupakan daerah rantau yang berada di daerah Minangkabau.

Nama Pariaman berasal dari kata “Bari Aman”, yang berarti “tanah daratan yang amat sentosa”. Hal ini sesuai dengan literatur Belanda bahwa Pariaman sudah lama menjadi pelabuhan untuk menyalurkan emas dari pedalaman Minangkabau. Daerah dataran rendah Pariaman pernah menjadi daerah penghasil lada yang subur pada abad ke-15 sampai ke-17. Dalam sebagian literatur Belanda, Pariaman ditulis “Priaman”.

Cikal bakal Kota Pariaman sudah muncul pada abad ke-15. Tome Pires, seorang pelaut Portugis, dalam tulisannya di Suma Oriental antara 1513 dan 1515 menyebutkan bahwa Kota Pariaman merupakan bagian dari kawasan rantau Minangkabau.

Kawasan ini telah menjadi salah satu kota pelabuhan penting di pantai barat Sumatera. Pedagang-pedagang India dan Eropa datang dan berdagang emas, lada, dan berbagai hasil perkebunan dari pedalaman Minangkabau lainnya. Namun, pada abad ke-17, kawasan ini telah berada dalam kedaulatan Kesultanan Aceh.

Tomes Pires mencatat telah ada lalu lintas perdagangan antara India dengan Pariaman, Tiku, dan Barus. Dua tiga kapal Gujarat mengunjungi Pariaman setiap tahunnya membawa kain untuk penduduk asli dibarter dengan emas, gaharu, kapur barus, lilin, dan madu. Pires juga menyebutkan bahwa Pariaman telah mengadakan perdagangan kuda yang dibawa dari Batak ke Tanah Sunda.

Pada 1572, bangsa Perancis di bawah komando seorang politikus dan pengusaha Jean Ango datang. Dia mengirim dua kapal dagang yang dipimpin oleh Jean dan Raoul Parmentier. Kedua kapal itu sempat memasuki lepas pantai Pariaman dan singgah di Tiku dan Indrapura. Namun, anak buahnya terserang penyakit, sehingga catatan dua bersaudara itu tidak banyak ditemukan.

Pada 21 November 1600, untuk pertama kalinya, bangsa Belanda singgah di Tiku dan Pariaman. Dua kapal di bawah pimpinan Paulus van Cardeen yang berlayar dari utara (Aceh dan Pasaman) dan menyusul setelahnya kapal-kapal Belanda yang lain. Cornelis de Houtman juga sempat melewati Pariaman.

Pada 1686, orang Pariaman mulai berhubungan dengan Inggris. Sebagai daerah yang terletak di pinggir pantai, Pariaman sudah menjadi tujuan perdagangan beberapa abad silam. Pelabuhan Pariaman saat itu terbilang sangat maju.

Namun seiring perjalanan masa, pelabuhan itu semakin sepi karena salah satu penyebabnya dengan dimulainya pembangunan jalan kereta api dari Padang ke Pariaman pada 1908.

Faktor lain juga karena kedatangan kolonial Belanda dengan VOC-nya pada 1663. Ketika itu, didirikan kantor dagang di Kota Padang dan berhasil mengusir pengaruh Kesulatanan Aceh pada 1668, mulai dari Barus sampai ke Kotawan.

Kemudian pemerintah Hindia Belanda memusatkan aktivitasnya di Kota Padang dan membangun jalur rel kereta api antara Kota Padang dengan Kota Pariaman sehingga lambat laun pelabuhan Pariaman pun mulai kehilangan pamornya.

Sebagai pusat pengembangan ajaran Islam yang tertua di pantai barat Sumatera, masyarakat Pariaman sangat agamis. Hal itu tecermin dari sikap dan perilaku yang memegang teguh ajaran Islam.

Pariaman memiliki ulama terkenal seperti Syekh Burhanuddin, yang salah seorang gurunya bernama Khatib Sangko bermakam di Pulau Anso Duo, yang saat ini dikenal dengan “Kuburan Panjang”. Beliau adalah pendiri perguruan tinggi Islam pertama di kawasan pantai barat Sumatera.

Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, pelaksanaan pendidikan bernuansa agama Islam telah berkembang sehingga menjadikan kota ini sebagai kota tempat memperdalam ilmu agama bagi kebanyakan pemuda yang ada di wilayah.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, dengan lika-liku perjuangan yang amat panjang, Kota Pariaman akhirnya resmi terbentuk sebagai kota otonom pada 2 Juli 2002 berdasarkan UU 12/2002.

Sebelumnya, Kota Pariaman berstatus kota administratif (Kotif) berdasarkan PP 33/1986 dan menjadi bagian dari Kabupaten Padang Pariaman sekaligus ibu kota kabupaten. Kotif Pariaman diresmikan 29 Oktober 1987 oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo Roestam dengan wali kota administratif pertama Adlis Legan.

KOMPAS/MARTHIAS D PANDOE

Sudut Pariaman – Melangkah ke arah kota administratif pada akhir bulan ini, Pariaman nampaknya memang sudah lama mempersiapkan diri. Kota di pinggir pantai ini terus berbenah diri.

Geografis

Kota Pariaman terletak di pantai barat Pulau Sumatera dan berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia. Kota Pariaman terbentang pada jalur strategis lintas Sumatera Bagian Barat yang menghubungkan Provinsi Sumatera Utara dengan ibu kota Provinsi Sumatera Barat, Kota Padang.

Kota Pariaman pada sisi utara, selatan, timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Padang Pariaman dan di sebelah barat berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia.

Posisi astronomis kota ini terletak antara 00 0 33 ̒ 00 ̒ ̒ — 00 0 40‘ 43 ̒ ̒ Bintang Selatan dan 1000 04‘ 46 ̒ ̒ — 1000 10‘ 55 ̒ ̒ Bujur Timur. Wilayah dengan luas sekitar 73,36 km persegi ini memiliki panjang garis pantai 12,7 km. Luas daratan daerah ini setara dengan 0,17 persen dari luas daratan wilayah Provinsi Sumatera Barat.

Kota Pariaman juga identik dengan kota yang dikelilingi pantai. Rata-rata ketinggian wilayahnya berada pada kisaran 0–15 meter dari permukaan laut. Kota Pariaman merupakan hamparan dataran rendah dengan ketinggian antara 2 sampai dengan 35 meter diatas permukaan laut.

Kota Pariaman memiliki jenis batuan resen dan tuna vulkan. Kondisi ini muncul karena daerah ini merupakan kawasan yang berada di pantai barat Sumatera. Keadaan topograf wilayah, geomorfolog, dan bentuk wilayah secara bersama-sama membentuk pola aliran sungai.

Kota Pariaman dilalui oleh empat sungai, yaitu Batang Manggung yang melalui Kecamatan Pariaman Utara, Batang Piaman dan Batang Jirak yang melewati Kecamatan Pariaman Tengah dan Batang Mangau yang melalui Pariaman Selatan.

Kota ini memiliki enam pulau-pulau kecil, yakni Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso Duo, dan Pulau Kasiak.

KOMPAS/AMANDA PUTRI

Suasana salah satu kawasan pantai di Kota Pariaman, Sumatera Barat, yang dikelola komunitas anak muda Orang Pariaman Creative beberapa waktu lalu. Pemerintah Kota Pariaman menggandeng komunitas warga untuk turut serta terlibat dalam pembangunan daerah. Pariaman dengan potensi pantainya kini mengembangkan destinasi yang menarik, berpromosi dan menyiapkan infrastruktur pendukung.

Pemerintahan

Sejak ditetapkan menjadi kota administratif, Pariaman telah dipimpin oleh tujuh wali kota. Para tokoh tersebut adalah Adlis Legan (1987–1993), Martias Mahyuddin (1993–1998), Firdaus Amin (1998 – Agustus 2003), Sultan Wirman (Agustus–Oktober 2003), H. Nasri Nasar dan Wakil Wali Kota Mahyuddin (2003–2008), H. Mukhlis Rahman dan Wakil Wali Kota Helmi Darlis (2008–2013), H. Mukhlis Rahman dan Wakil Wali Kota Genius Umar (2013–2018), serta H. Genius Umar dan Wakil Wali Kota Mardison Mahyuddin (2018–2023).

Secara administratif, Kota Pariaman terdiri dari empat kecamatan, 55 kelurahan, dan 16 desa. Keempat kecamatan itu adalah Kecamatan Pariaman Utara, Kecamatan Pariaman Tengah, Kecamatan Pariaman Selatan dan Kecamatan Pariaman Timur.

Kecamatan Pariaman Utara tercatat memiliki wilayah yang paling luas, yakni 23,35 km persegi, kemudian Kecamatan Pariaman Timur 17,51 km persegi, Kecamatan Pariaman Selatan 16,82 km persegi, dan Kecamatan Pariaman Tengah 16,68 km persegi.

Pada tahun 2022, tercatat 2.595 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) bekerja di lingkungan pemerintah Kota Pariaman. Rinciannya 1.710 orang PNS perempuan atau 66 persen dan sisanya 885 orang PNS laki-laki atau sebesar 34 persen.

Ditilik dari tingkat pendidikannya, sebagian besar (73 persen) berpendidikan S1/S2. Selanjutnya, berpendidikan diploma 18 persen dan tamatan SMA 9 persen.

DOKUMENTASI PEMKOT PARIAMAN

Para penampil Pariaman Culture Every Week yang mendapat penghargaan dari Pemkot Pariaman.

Politik

Peta perpolitikan di Kota Pariaman berlangsung dinamis. Hal itu terlihat dari perolehan kursi masing-masing partai politik dalam tiga kali pemilihan umum legislatif. Dari 20 kursi yang tersedia, tidak ada partai politik yang mendominasi perolehan kursi di parlemen.

Pada Pemilu Legislatif 2009, Golkar dan PAN memperoleh kursi terbanyak dengan tiga kursi. Kemudian Hanura, Barnas, PKS, PPP, dan Demokrat masing-masing memperoleh dua kursi. Sementara PPIB, PDI Perjuangan, dan PBR sama-sama mendapatkan satu kursi.

Pada Pemilu Legislatif 2014, terdapat empat partai politik yang memperoleh tiga kursi, yakni Golkar, Gerindra, Nasdem, dan PBB. Kemudian tiga partai memperoleh dua kursi, yakni PAN, PPP, dan Hanura. Sedangkan PKS dan PDI Perjuangan masing-masing memperoleh satu kursi.

Pada Pemilu Legislatif 2019, dari 20 kursi di DPRD Kota Pariaman, terbagi merata ke empat partai peraih kursi terbanyak. Keempat partai tersebut yakni, Gerindra, Golkar, Nasdem, dan PPP yang masing-masing mendapat tiga kursi. Selain itu, sisa kursi didapatkan PKS, PAN dan PBB masing-masing dua kursi serta Partai Hanura dan Demokrat masing-masing satu kursi.

KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Ketua Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Barat Amnasmen (dua dari kanan) menjelaskan tentang kotak suara dari kertas karton duplex yang akan digunakan untuk Pemilu 2019 pada acara Sosialisasi Tahapan Logistik Pemilu 2019 di Padang, Senin (3/12/2018). Sosialisasi dengan tema “Dukungan Stakeholder Untuk Kelancaran Penyediaan Logistik Pemilu Berkualitas” itu dihadiri antara lain komisioner KPU Sumbar, perwakilan partai politik, pemangku kepentingan seperti kejaksaan, TNI, Polri, pemerintah provinsi, dan organisasi kemasyarakatan.

Kependudukan

Kota Pariaman dihuni oleh 96.719 jiwa pada tahun 2022. Rinciannya 48.864 jiwa penduduk laki-laki dan 47.855 jiwa penduduk perempuan. Dengan proporsi tersebut, angka rasio jenis kelamin tahun 2022 sebesar 102,11 persen. Kepadatan Penduduk Kota Pariaman tercatat sebanyak 1.318,42 jiwa/km persegi.

Penduduk dengan kelompok umur 20–24 adalah terbanyak di Kota Pariaman berjumlah 8.632 Jiwa. Adapun kelompok umur 70–74 tercatat yang paling sedikit sebanyak 1.911 jiwa.

Sebagian besar penduduk Pariaman bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai, yaitu sebesar 47,52 persen. Selanjutnya berusaha sendiri sebesar 19,23 persen dan bekerja dibantu buruh tetap/buruh dibayar sebesar 5,72 persen.

Menurut Armando Cortesho di dalam bukunya yang berjudul The Suma Oriental of Tome Pires mengatakan bahwa penduduk Pariaman terdiri atas tiga, yaitu orang Minangkabau, China dan Eropa. Orang Minangkabau ini berasal dari daerah pedalaman yang bekerja sebagai saudagar besar/kecil, pembuat garam dan nelayan.

Orang China sudah lama bermukim di Pariaman, bahkan jauh sebelum abad ke-17, sudah ditemukan orang China sebagai saudagar besar atau kecil, sedangkan orang asing berasal dari Arab, India, Inggris, Portugis, dan Belanda. Di daerah ini juga ada orang Nias yang bekerja sebagai buruh dengan penduduk setempat.

Karena pernah didiami oleh berbagai suku bangsa tersebut, di kota ini banyak  terdapat peninggalan sejarah dan budaya yang berkaitan dengan interaksi antara masyarakat Pariaman dan pendatang.

Di kota ini juga terdapat tradisi Tabuik yang merupakan salah satu tradisi yang digelar oleh Masyarakat Pariaman, Sumatera Barat. Tradisi ini menjadi acara tahunan yang disebut sebagai festival Tabuik. Tradisi Tabuik ini telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu dan diperkirakan telah ada sejak abad ke-19 masehi.

KOMPAS/YOLA SASTRA

Suasana puncak acara Pesona Budaya Hoyak Tabuik Piaman di Kota Pariaman, Sumbar, Minggu (14/8/2022).

Indeks Pembangunan Manusia
77,65 (2022)

Angka Harapan Hidup 
70,67 tahun (2022)

Harapan Lama Sekolah 
14,67 tahun (2022)

Rata-rata Lama Sekolah 
10,78 tahun (2022)

Pengeluaran per Kapita 
Rp 13,15 juta (2022)

Tingkat Pengangguran Terbuka
5,19 persen (2022)

Tingkat Kemiskinan
4,13 persen (2022)

Kesejahteraan

Penduduk Kota Pariaman terus meningkat kesejahteraannya seperti tecermin dalam indeks pembangunan manusia (IPM). Pada 2022, IPM Pariaman tercatat sebesar 77,65 atau tumbuh 0,58 persen dari tahun 2021 yang mencapai 77,07 persen. Dengan capaian IPM itu, Pariaman masuk kategori tinggi dan menduduki urutan keenam diantara kabupaten kota di Sumatera Barat

Dari komponen pembentuk IPM, tercatat umur harapan hidup selama 70,67 tahun pada 2022. Kemudian harapan lama sekolah mencapai 14,67 tahun dan rata-rata lama sekolah mencapai 10,78 tahun. Untuk pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan mencapai Rp 13,15 per kapita per tahun.

Di sisi kesejahteraan penduduknya, tingkat pengangguran terbuka di Kota Pariaman tercatat sebesar 5,19 persen atau sebanyak 2.376 jiwa pada 2022. Tahun sebelumnya  angka pengangguran tercatat 6,09 persen. Dari segi pendidikan terbanyak lulusan SMK, yakni sebesar 9,05 persen, disusul berpendidikan SD ke bawah 6,18 persen, dan lulusan universitas sebanyak 5,33 persen.

Kemudian persentase penduduk miskin pada tahun yang sama tercatat sebesar 4,13 persen atau sebanyak 3,8 ribu jiwa. Tahun sebelumnya, angka kemiskinannya sebesar 4,38 persen atau sebanyak 3,99 ribu jiwa.

KOMPAS/YOLA SASTRA 

Suasana pembelajaran tatap muka di SMP 9 Pariaman, Desa Marunggi, Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman, Sumatera Barat, Kamis (13/8/2020). Pemkot Pariaman kembali membuka sekolah setelah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merevisi aturan dan mengizinkan daerah zona kuning Covid-19 menggelar pembelajaran tatap muka di sekolah. Meskipun jumlah siswa tiap kelas dibatasi, protokol kesehatan belum dipatuhi karena siswa dan guru tidak memakai masker.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
Rp 36,02 miliar (2022)

Dana Perimbangan 
Rp 564,41 miliar (2022)

Pendapatan Lain-lain 
Rp 5,37 miliar  (2022)

Pertumbuhan Ekonomi
4,55 persen (2022)

PDRB Harga Berlaku
Rp 5,88 triliun (2022)

PDRB per kapita
Rp 60,81 juta/tahun (2022)

Ekonomi

Produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Pariaman pada tahun 2022 tercatat sebesar Rp 5,88 triliun. Struktur perekonomiannya didominasi oleh kegiatan sektor primer dan tersier. Sektor pertanian masih menjadi penopang terbesar yakni sebesar 17,73 persen. Kemudian disusul sektor perdagangan sebesar 15,43 persen; konstruksi 15,13 persen; transportasi dan komunikasi 10,32 persen; serta informasi dan komunikasi 8,66 persen.

Di sektor pertanian, tanaman padi merupakan komoditas utama tanaman pangan di Kota Pariaman. Tercatat pada 2021 produksinya mencapai 9.958 ton dengan luas panen sebesar 2.283 ha.

Selain padi, terdapat komoditas lain seperti jagung, ubi kayu, dan ubi jalar. Data Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan menunjukkan bahwa pada tahun 2021 produksinya sebesar 1.361 ton untuk jagung dan 422 ton untuk ubi kayu.

Hasil perikanan, baik darat maupun laut, juga punya peran terhadap perputaran ekonomi kota. Tongkol, tuna, tembang, kembung, cakalang, selar, dan teri merupakan jenis biota laut yang nilainya tinggi.

Di sektor perdagangan, Pariaman memiliki delapan pasar yang tersebar di setiap kecamatan dan satu pasar ternak yang berlokasi di Pariaman Tengah. Empat pasar berlokasi di Pariaman Tengah, dua pasar di Pariaman Utara, dan masing-masing satu pasar di Pariaman Timur dan Pariaman Selatan.

Di sektor perindustrian, tercatat pada tahun 2021 terdapat 2.764 usaha industri dengan jumlah pekerja sebanyak 7.435 orang. Sebagian besar industri merupakan usaha nonformal.

Dari total industri itu, industri hasil pertanian dan kehutanan tercatat sebanyak 787 unit yang mempekerjakan 2.224 orang. Kemudian, industri makanan sejenis kerupuk tercatat 138 unit dengan 383 orang tenaga kerja, serta industri kerupuk sebanyak 128 unit, dengan 258 orang tenaga kerja.

Selain ketiga jenis industri itu, Kota Pariaman terkenal dengan industri kerajinan tangannya berupa sulaman dan bordir. Jumlah industri sulaman tercatat sebanyak 95 unit dengan 485 orang tenaga kerja sedangkan industri bordir sebanyak 225 unit dengan 624 orang tenaga kerja.

KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Lansekap Pulau Angso Duo, Kota Pariaman, Sumatera Barat pada Minggu (28/2/2015) siang. Pasir putih nan lembut dibalut ombak yang tenang serta hutan alami yang sejuk menjadi daya tarik pulau yang berada sekitar 65 kilometer dari Kota Padang ini. Pada 2014 lalu, sebanyak 40 persen dari total wisatawan yang mencapai 1, 2 juta orang berkunjung ke pulau ini.

Di bidang keuangan daerah, realisasi pendapatan Pemerintah Kota Pariaman pada tahun 2022 tercatat sebesar Rp 606,82 miliar. Dari jumlah itu, kontribusi terbesar masih disumbang dari pendapatan transfer sebesar Rp 565,41 miliar. Kemudian disusul pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp 36,02 miliar dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp 5,37 miliar.

Letak Kota Pariaman yang berada di pantai Samudera Hindia memiliki potensi wisata bahari yang menjanjikan. Objek wisatanya merupakan perpaduan wisata alam, budaya, dan sejarah. Kota ini memiliki 26 objek wisata, yang terbanyak berupa objek wisata alam, termasuk pantai

Pantai-pantai wisata yang terkenal di antaranya Pantai Gandoriah yang lokasinya tepat di depan Stasiun Kereta Api Pariaman. Selain itu, ada Pantai Kata, Pantai Cermin, dan Pantai Belibis. Wisatawan juga dapat menikmati wisata ke Pulau Angso Duo, Pulau Kasiak, Pulau Tangah, Pulau Ujung, dan Pulau Gosong.

Pariaman memiliki 10 hotel dan 42 wisma/homestay pada tahun 2021. Sebagian besar terletak di Kecamatan Pariaman Tengah. Sedangkan, rumah makan/restoran tercatat sebanyak 91 unit yang tersebar di berbagai sudut kota.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Rumah Makan Pincalang – Penyajian masakan laut (seafood) ala penyajian Nasi Kapau di Rumah Makan Pincalang, Pantai Pauh, Pariaman, Sumatera Barat, Sabtu (17/2/2018). Masakan hasil laut di sejumlah tempat di Sumatera Barat tetap menggunakan resep khas Minangkabau.

Referensi

Arsip Berita Kompas
  • “Kota Pariaman * Otonomi”, Kompas, 08 April 2004, hlm. 34
  • “Kota yang Kaya Potensi, tetapi Pemerintahnya Lamban * Otonomi”, Kompas, 08 April 2004, hlm. 34
  • “Kota Pariaman: Membenahi Kawasan Pantai * Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015”, Kompas, 02 Juli 2015, hlm. 22
  • “Strategi Pembangunan: Memberdayakan Warga * Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015”, Kompas, 02 Juli 2015, hlm. 22
Buku dan Jurnal
Aturan Pendukung
  • UU 12/1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah
  • UU 18/1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah
  • UU 5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah
  • UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah
  • UU 12/2002 tentang Pembentukan Kota Pariaman di Provinsi Sumatera Barat
  • PP 33/1986 tentang Pembentukan Kota Administratif Pariaman

Editor
Topan Yuniarto