Daerah

Kota Tegal: Kota Bahari yang Tumbuh Menjadi Pusat Jasa dan Perdagangan

Terletak di kawasan pesisir utara, Kota Tegal kental dengan kemaritiman sehingga berjuluk Kota Bahari. Kota ini terkenal pula sebagai daerah asal mula warung Tegal atau warteg yang bertebaran di banyak daerah, termasuk di Jakarta. Sebagai daerah perlintasan, kota ini terhitung strategis sebagai penghubung jalur perekonomian lintas nasional dan regional dan tumbuh menjadi pusat perdagangan dan jasa.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Alun-alun Tegal – Warga memanfaatkan Alun-alun Tegal, Kota Tegal, Jawa Tengah, sebagai ruang aktivitas di malam hari, Senin (14/7/2014). Manfaat alun-alun sebagai konsep ruang terbuka umum sejak zaman dahulu hingga kini masih terasa manfaatnya bagi warga masyarakat.

Fakta Singkat

Hari Jadi 
12 April 1580

Dasar Hukum
Undang-Undang No. 16/1950

Luas Wilayah
39,24 km2

Jumlah Penduduk
275.781 jiwa (2021)

Kepala Daerah
Wali Kota Dedy Yon Supriyono
Wakil Wali Kota Muhammad Jumadi

Instansi terkait
Pemerintah Kota Tegal

Kota Tegal merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Tengah yang berada di jalur pantai utara atau pantura dan menjadi daerah perlintasan dari wilayah barat maupun timur. Sebagai daerah perlintasan, kota ini memiliki posisi strategis sebagai penghubung jalur perekonomian lintas nasional dan regional di wilayah pantura.

Kota Tegal dibentuk berdasarkan UU 16/1950 tentang pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kota yang dihuni oleh 275.781 jiwa (2021) ini terbagi menjadi empat kecamatan dengan 27 kelurahan. Kepala daerah yang sedang menjabat saat ini adalah Wali Kota H. Dedy Yon Supriyono dan Wakil Wali Kota H. Muhamad Jumadi (2019–2024).

Sebelum dikenal sebagai tempat lahirnya warung tegal  atau lebih terkenal dengan sebutan warteg, kota kecil ini lebih dulu dikenal dengan julukan Kota Bahari. Julukan itu sudah tersemat sejak 1950-an berkat industri galangan kapal yang berkembang di sana. Namun, Bahari juga merupakan singkatan dari Bersih, Aman, Hijau, Asri, Rapi, dan Indah.

Kota Tegal sempat pula dijuluki sebagai Jepangnya Indonesia. Julukan itu dikaitkan dengan sejumlah industri pengecoran dan pengerjaan logam yang sengaja dibangun pada 1940 untuk mencukupi kebutuhan peralatan perang tentara Jepang.

Pada masa itu, masyarakat mendapatkan keterampilan untuk mengerjakan logam. Keahlian itu kemudian digunakan untuk membangun bengkel-bengkel sederhana. Masyarakat Tegal juga terkenal andal mengolah logam untuk memproduksi alat-alat pertanian, onderdil motor dan mobil, hingga perhiasan.

Tegal juga memiliki tradisi unik mantu poci, yaitu “pesta perkawinan” antara sepasang pici tanah berukuran raksasa. Mantu poci biasanya digelar oleh pasangan suami istri yang sudah lama menikah, namun belum dikaruniai anak. Seperti layaknya pesta penikahan, mantu poci juga dihadiri banyak undangan serta dengan dekorasi dan jamuan makan yang lengkap.

Untuk periode 2019–2024, Kota Tegal memiliki visi “Terwujudnya Pemerintahan yang Berdedikasi Menuju Kota Tegal yang Bersih, Demokratis, Disiplin dan Inovatif “.

Adapun misinya ada enam, yaitu pertama, mewujudkan pemerintahan yang bersih, profesional, akuntabel, berwibawah, dan inovatif, berbasis teknologi informasi. Kedua, menciptakan atmosfir kehidupan Kota Tegal yang lebih agamis, aman, kreatif, berbudaya, demokrasi, melindungi hak-hak anak dan perempuan untuk kesetaraan serta keadilan gender. Ketiga, meningkatkan pembangunan dibidang pendidikan, kesehatan, kesahteraan pekerja, dan masyarakat tidak mampu.

Keempat, meningkatkan infrastruktur, transportasi publik, lingkungan hidup yang bersih dan sehat serta pembangunan berkelanjutan yang berorientasi pada energi terbarukan. Kelima, meningkatkan kepariwisataan, investasi dan daya saing daerah serta mengembangkan ekonomi kerakyatan dan ekonomi kreatif. Keenam, mengoptimalkan peran pemuda, pembinaan olah raga dan seni budaya.

Sejarah pembentukan

Dalam buku Asal-usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe yang ditulis oleh Zaenuddin HM dan buku Tegal dalam Lintasan Sejarah yang diterbitkan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta, disebutkan sejarah terbentuknya Kota Tegal berasal dari nama “Tetegal”, tanah subur yang mampu menghasilkan tanaman pertanian.

Sumber lain menyatakan, nama Tegal dipercaya berasal dari kata “Teteguall”. Sebutan yang diberikan seorang pedagang asal Portugis, yaitu Tome Pires yang singgah di Pelabuhan Tegal pada tahun 1500-an.

Kabupaten Tegal berdiri pada tanggal 18 Mei 1601 pada saat Ki Gede Sebayu diangkat sebagai Juru Demung di Tegal oleh Sultan Mataram, dan mulai membangun daerah ini.

Sejarah tlatah Kabupaten Tegal tak dapat dilepaskan dari ketokohan Ki Gede Sebayu. Namanya dikaitkan dengan trah Majapahit, karena sang ayah Ki Gede Tepus Rumput yang kelak bernama Pangeran Onje adalah keturunan Batara Katong Adipati Ponorogo yang masih mempunyai kaitan keturunan dengan dinasti Majapahit.

Tlatah Tegal juga tidak dapat dipisahkan dengan sejarah kerajaan-kerajaan zaman dulu yang  dibangun di tlatah Sunda. Salah satunya adalah Kerajaan Galuh Kawali yang wilayah kekuasaannya meliputi lebih dari setengah wilayah Jawa Tengah sekarang, termasuk wilayah Tegal dan Banyumas.

Ki Gede Sebayu adalah putra ke-22 dari 90 saudara. Ki Gede Sebayu memiliki dua anak, yaitu Raden Ayu Giyanti Subalaksana yang menjadi istri Pangeran Selarong atau Pangeran Purbaya dan Ki Gede Honggobuwono.

Pada abad ke-10 sampai ke-16, diperkirakan di wilayah Tegal ada sistem pemerintahan atau dikuasai kerajaan kecil. Menurut catatan Rijklof Van Goens dan data di buku W. Fruin Mees, disebutkan sekitar tahun 1575 daerah itu termasuk daerah merdeka yang dipimpin oleh raja kecil atau pangeran.

Kerajaan Mataram mulai menguasai Tegal setelah penyerangan pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Seda Krapyak. Sebagai bagian dari Kerajaan Mataram, wilayah Tegal mendapat status kadipaten pada tanggal 18 Mei 1601, dan Ki Gede Sebayu diangkat oleh Panembahan Senopati penguasa Mataram menjadi Juru Demang atau setingkat Tumenggung.

Pada zaman perlawanan Pangeran Diponegoro (1825–1830), menurut catatan P. J. F Louw dalam bukunya De Java Oorlog Uan, wilayah Tegal dipimpin Residen Uan Den Poet.

KOMPAS/WINARTO HERUSANSONO

Bangunan tua peninggalan Belanda berarsitektur benteng berusia hampir satu abad (sekitar 1895) merupakan kebanggaan masyarakat Kotamadya Tegal. Sejak puluhan tahun lalu bangunan ini dijadikan pusat perdagangan rakyat. Kini hanya menunggu waktu untuk berubah menjadi super market berlantai tiga lengkap dengan sinepleks.

Sejarah Kota Tegal merupakan penjelmaan dari desa yang bernama Teteguall. Pada tahun 1530 telah tampak kemajuannya dan termasuk wilayah Kabupaten Pemalang yang mengakui Kerajaan Pajang.

Ki Gede Sebayu saudara Raden Benowo pergi ke arah barat dan sampai di tepian Sungai Gung. Melihat kesuburan tanahnya, ia tergugah dan berniat bersama-sama penduduk meningkatkan hasil pertanian dengan memperluas lahan serta membuat saluran pengairan. Daerah yang sebagian besar merupakan tanah ladang tersebut kemudian dinamakan Tegal.

Atas keberhasilan usaha dari Ki Gede Sebayu memajukan pertanian dan membimbing warga masyarakat dalam menanamkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ia kemudian diangkat menjadi pemimpin dan panutan warga masyarakat.

Oleh Bupati Pemalang, ia kemudian dikukuhkan menjadi sesepuh dengan pangkat Juru Demung atau Demang. Pengangkatan Ki Gede Sebayu menjadi pemimpin dilaksanakan pada perayaan tradisional setelah menikmati panen padi dan hasil pertanian lain, pada bulan purnama tanggal 15 Sapar tahun EHE 988 yang bertepatan dengan hari Jumat Kliwon bertepatan pula tanggal 12 April 1580.

Dalam perayaan itu, juga dikembangkan ajaran agama Islam dan budaya yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat pada waktu itu. Hari, tanggal. dan tahun Ki Gede Sebayu diangkat menjadi Juru Demung itu kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Tegal dengan Perda Nomor 5 Tahun 1988 Tanggal 28 Juli 1988.

Setelah kemerdekaan, Kota Tegal ditetapkan sebagai daerah otonom berdasarkan UU 16/1950 tanggal 14 Agustus 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam undang-undang tersebut, Kota Tegal ditetapkan menjadi Kotamadya sekaligus Ibu kota Kabupaten Tegal. Pemerintahan Kabupaten berada di Kompleks Alun-alun, sedangkan pemerintahan Kotamadya menempati eks gedung gewest Tegal di Jalan Pemuda.

Dalam perkembangannya, pada 1984, Pemerintah menginstruksikan pembentukan Kota Slawi sebagai ibu kota baru Kabupaten Tegal, berdasarkan PP 2/1984. Dengan ditetapkannya peraturan tersebut, beberapa fasilitas pemerintahan milik Kabupaten Tegal secara bertahap dipindahkan ke Slawi.

Adapun pusat pemerintahan Kotamadya Tegal pun juga dipindahkan dari Jalan Pemuda ke eks Kantor Bupati Tegal di Kompleks Alun-alun pada tahun 1987.

KOMPAS/WINARTO HERUSANSONO

Kawasan Kodya Tegal sebagai kota pantai yang telah berumur 413 tahun masih menyimpan Kota lama. Sejumlah bangunan sebelah kiri merupakan bangunan lama yang kini untuk Kantor Pos dan Giro Tegal dan Gedung DPRD Kodya Tegal.

Geografis

Kota Tegal berada di jalur pantai utara (pantura) Jawa Tengah, terletak 165 km sebelah barat Kota Semarang atau 329 km sebelah timur Jakarta. Kota ini terletak di antara 109°08’ — 109°10’ Bujur Timur dan 6°50’ — 6°53’ Lintang selatan, dengan wilayah seluas 39,68 Km² atau kurang lebih 3.968 hektare.

Kota Tegal berbatasan dengan Kabupaten Brebes di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah utara, serta Kabupaten Tegal di sebelah selatan dan timur.

Topografi Kota Tegal terbagi menjadi dua bagian, yaitu daerah pantai dan daerah dataran rendah. Sebelah utara merupakan daerah pantai yang relatif datar dan sebelah selatan merupakan daerah dataran rendah. Kota Tegal memiliki ketinggian dari permukaan laut ± 3 meter, dengan struktur tanah didominasi oleh tanah pasir dan tanah liat.

Kota Tegal dialiri empat sungai yang melewati 15 kelurahan. Keempat sungai tersebut adalah Ketiwon, Kaligangsa, Gung, dan Kemiri. Sedangkan kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut sebanyak empat kelurahan.

Rata-rata suhu udara di Kota Tegal pada tahun 2021 sebesar 28 C. Rata-rata suhu udara terendah terjadi pada Februari, yaitu 27,00 C, sedangkan rata-rata suhu udara tertinggi mencapai 28,90 C yang terjadi pada Mei.

Kelembaban udara di Kota Tegal pada tahun 2021 berkisar antara 75 persen hingga 86 persen, dengan curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Curah hujan tertinggi sebanyak 479,7 mm3  terjadi pada Februari dengan hari hujan sebanyak 22 hari. Adapun pada Juli merupakan bulan dengan curah hujan terendah dengan jumlah hari hujan sebanyak 4 hari.

KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI

Ratusan kapal nelayan tradisional bersandar di Pelabuhan Muarareja, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Jawa Tengah, Kamis (21/1/2021). Dua pekan terakhir, nelayan tradisional di Kota Tegal tidak berani melaut akibat cuaca buruk dan ombak setinggi 3,5 meter di perairan utara Jateng. Sembari menunggu cuaca membaik, nelayan memperbaiki kapal dan alat tangkap.

Pemerintahan

Sejak tahun 1929, Kota Tegal telah dipimpin 19 kepala daerah. Mereka adalah D.J. Spanjaard (1929–1933), J.J.Ph. Koppenol (1933–1935), A.M. Pino (1935–1937), Mr. W.A. Court (1937–1941), H. Leenmans (1941–1942), Besar Mertokoesoemo (1942–1945), R. Soengeb Reksoatmodjo (1945–1948), HRM. Suputro Brotodihardjo (1948–1962), Tadi Pranoto (1962–1965), R. Soebagjo (1965–1967), Sardjoe (1967–1979), Arjoto (1979–1984), Sjamsuri Mastur (1984–1989), M. Zakir (1989–1999), Adi Winarso (1999–2009), Ikmal Jaya (2009–2014), Siti Masitha Soeparno (2014–2017), Nursholeh (2017–2019), dan Dedy Yon Supriyono (2019–2024).

Kota ini terbagi menjadi empat kecamatan, 27 Kelurahan, 165 RW, dan 1.118 RT pada tahun 2021. Keempat kecamatan itu adalah Kecamatan Tegal Selatan, Kecamatan Tegal Timur, Kecamatan Tegal Barat, dan Kecamatan Tegal Margadana.

Untuk mendukung jalannya roda pemerintahan, Pemerintah Kota Tegal didukung oleh 3.335 pegawai negeri sipil (PNS). PNS laki-laki tercatat sebanyak 1.583 orang (47,45 persen) dan PNS perempuan sebanyak 1.753 orang (52,55 persen).

Dari segi pendidikan, komposisi PNS didominasi oleh pegawai dengan pendidikan terakhir sarjana ke atas, yaitu sebanyak 2.261 pegawai (67,78 persen). Sedangkan, menurut kepangkatan, pegawai dengan golongan III ke atas mencapai 80,22 persen dengan rincian pegawai golongan III sebanyak 1.927 orang dan pegawai golongan IV sebanyak 749 pegawai.

KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI

Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono menyapa warga dan peserta vaksin anak usia 6-11 tahun di Alun-Alun Kota Tegal, Jawa Tengah, Senin (20/12/2021). Dedy dan sejumlah pejabat di Pemerintah Kota Tegal menggunakan kostum pelajar SD untuk menghibur sekaligus mengurangi ketetangan anak-anak yang akan divaksin. Hingga hari keempat vaksinasi, sebanyak 3.328 anak berusia 6-11 tahun telah divaksin. Jumlah itu sebanyak 13,09 persen dari target sasaran sebanyak 25.415 orang.

Politik

Peta politik di Kota Tegal dalam tiga kali pemilihan umum legislatif menunjukkan besarnya pengaruh PDI Perjuangan dalam meraih simpati masyarakat. Hal itu tampak dari perolehan kursi partai politik (parpol) di DPRD Kota Tegal.

Di Pemilu Legislatif 2009, PDI Perjuangan berhasil meraih kursi terbanyak di DPRD Kota Tegal. Dari 30 kursi yang diperebutkan, PDI Perjuangan mampu memperoleh tujuh kursi. Disusul Golkar di urutan berikutnya dengan meraih enam kursi. Selanjutnya Demokrat, PKB, dan PAN sama-sama meraih empat kursi, PKS tiga kursi serta Hanura dan PPRN masing-masing meraih satu kursi.

Di Pemilu Legislatif 2014, PDI Perjuangan kembali meraih kursi terbanyak dengan delapan kursi. Kemudian disusul PKB dengan lima kursi, Golkar empat kursi, dan PKS tiga kursi. Lalu PAN, Partai Demokrat, Partai Gerindra, Hanura masing-masing meraih dua kursi, serta Nasdem dan PPP sama-sama meraih satu kursi.

Di Pemilu Legislatif 2019, PDI Perjuangan masih meraih kursi terbanyak dengan tujuh kursi. Kemudian PKB memperoleh enam kursi, Golkar lima kursi, PKS empat kursi, Gerindra dan PAN sama-sama meraih tiga kursi serta Demokrat dua kursi.

KOMPAS/A TOMY TRINUGROHO

Tiga pekerja, Minggu (7/3/2004), di Kantor KPU Kota Tegal, Jawa Tengah, sedang sibuk merakit kotak suara berbahan alumunium yang diterima KPU Kota Tegal dari KPU pusat. Jadwal pelaksanaan Pemilu 2004 tinggal sebulan lagi, tetapi persiapan logistik pemilu masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

Kependudukan

Kota Tegal dihuni oleh 275.781 jiwa pada tahun 2021 menurut proyeksi penduduk dari BPS. Rinciannya, penduduk laki-laki sebanyak 139.142 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 136.639 jiwa. Dari perbandingan itu, rasio jenis kelamin 101,83. Artinya, pada setiap sekitar 102 penduduk laki-laki terdapat 100 penduduk perempuan.

Penduduk Kota Tegal tumbuh sebesar 0,71 persen jika dibandingkan dengan tahun 2020. Menurut kelompok umur, penduduk Kota Tegal pada kelompok usia lanjut mengerucut dan jumlah penduduk paling banyak pada usia muda.

Ditilik dari sisi etnis, mayoritas penduduk Kota Tegal berasal dari suku Jawa. Sebagian kecilnya dari keturunan Arab dan Tionghoa.

Masyarakat Kota Tegal umumnya menggunakan bahasa Jawa Tegal, yaitu dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Kota Tegal dan sekitarnya. Letak Tegal yang ada di pesisir Jawa bagian utara, juga di daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, menjadikan dialek yang ada di Tegal beda dengan daerah lainnya.

Mayoritas penduduk Kota Tegal memeluk agam Islam, yaitu sebanyak 278.367 jiwa. Agama Kristen Protestan, Katolik, serta Budha merupakan agama dengan populasi pemeluk yang cukup besar pada tahun 2021, yaitu masing-masing sebanyak 5.139 jiwa, 3.186 jiwa, serta 1.159 jiwa.

Di sisi pekerjaan, secara umum, lapangan usaha yang paling banyak digeluti masyarakat Kota Tegal adalah sektor tersier. Dari 121.510 penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di Kota Tegal, sebanyak 33.873 jiwa (27,88 persen) bekerja di sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor. Adapun dari status pekerjaan utama, 45,80 persen  penduduk yang bekerja di Kota Tegal berstatus sebagai buruh/ karyawan/pegawai.

KOMPAS/SIWI NURBIAJANTI

Sejumlah remaja sedang belajar tari di Kampung Seni Pantai Alam Indah Kota Tegal, Jumat (14/3/2014). Kampung Seni Pantai Alam Indah Kota Tegal merupakan salah satu kantong pengembangan seni budaya Tegal. Di sana berkumpul para seniman dengan berbagai kreasinya, dan mengajarkan ilmu secara gratis kepada masyarakat.

Indeks Pembangunan Manusia
75,52 (2021)

Angka Harapan Hidup 
74,54 tahun (2021)

Harapan Lama Sekolah 
13,07 tahun (2021)

Rata-rata Lama Sekolah 
8,73 tahun (2021)

Pengeluaran per Kapita 
Rp13,14 juta (2021)

Tingkat Pengangguran Terbuka
8,25 persen (2021)

Tingkat Kemiskinan
8,12 persen (2021)

Kesejahteraan

Kesejahteraan penduduk Kota Tegal meningkat dari tahun ke tahun. Indeks pembangunan manusia (IPM) Kota Tegal pada tahun 2021 tercatat sebesar 75,52. Angka ini masuk kategori tinggi. Tahun 2020, IPM Kota Tegal tercatat sebesar 75,07.

Ditilik dari komponen pembentuknya, umur harapan hidup tercatat selama 74,54 tahun. Kemudian dari segi pendidikan, harapan lama sekolah selama 13,07 tahun dan Rata-rata Lama Sekolah selama 8,73 tahun. Sementara pengeluaran per kapita  sebesar Rp13,14 juta.

Tingkat pengangguran terbuka Kota Tegal pada tahun 2021 tercatat sebesar 8,25 persen atau 10.930 orang. Angka penggangguran laki-laki lebih besar dibanding perempuan, yakni masing-masing 9,5 persen dan 6,49 persen. Tahun sebelumnya, angka pengangguran di Kota Tegal sebanyak 10.469 orang (8,40 persen)

Sementara itu, penduduk miskin di Kota Tegal pada tahun 2021 sebesar 8,12 persen. Jumlah tersebut diukur dengan garis kemiskinan Rp523.413,00. Dalam kurun enam tahun dari 2016–2029, persentase kemiskinan di Kota Tegal terus mengalami penurunan. Namun pada tahun 2019–2021 terus mengalami kenaikan hingga 8,12 persen.

KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI

Aktivitas pagi di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (14/8/2021). Setiap harinya, paling tidak ada 30 kapal ikan berukuran di atas 30 gros ton yang bersadar dan membongkar muatannya di pelabuhan tersebut. Masing-masing kapal membawa hingga 40 ton ikan dari berbagai jenis.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
Rp308,12 miliar (2021)

Dana Perimbangan 
Rp617,80 miliar (2021)

Pendapatan Lain-lain 
Rp105,07 miliar  (2021)

Pertumbuhan Ekonomi
3,12 persen (2021)

PDRB Harga Berlaku
Rp16,01 triliun (2021)

PDRB per kapita
Rp58,07 juta/tahun (2021)

Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tegal menurut harga berlaku pada 2021 tercatat senilai Rp16,01 triliun. Perekonomian daerah ini didominasi oleh tiga sektor, yakni sektor perdagangan besar dan eceran: reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 26,57 persen; konstruksi  17,80 persen; dan industri pengolahan sebesar 15,87 persen.

Sektor lainnya yang cukup besar berkontribusi pada perekonomian Kota Tegal adalah informasi dan komunikasi sebesar 6,31 persen, penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 5,58 persen serta pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 5,22 persen.

Kendati wilayahnya relatif kecil, Kota Tegal menjadi magnet bagi kota-kota di sekitarnya. Selain sebagai jalur perdagangan Jakarta – Jawa Tengah, dan Jawa Timur, kota ini juga sebagai sentra perdagangan. Menurut data dari BPS, Kota Tegal memiliki 56 unit pasar, yang terdiri dari 43 unit pasar swalayan dan 12 unit pasar umum.

Tak hanya sektor perdagangan, industri pengolahan di Kota Tegal juga berkembang. Di kota ini setidaknya terdapat 76 perusahaan besar dan sedang pada tahun 2018. Terbanyak bergerak di industri kimia dan barang dari bahan kimia (20 perusahaan), kemudian tekstil (13 perusahaan), dan industri makanan (10 perusahaan). Industri pengolahan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 7.595 pekerja.

Sebagian besar perusahaan industri besar berada di Kecamatan Tegal Timur dan Tegal Barat. Di kecamatan Tegal Timur terdapat 28 perusahaan dengan tenaga kerja sejumlah 6.509 pekerja, sedangkan di kecamatan Tegal Barat terdapat 40 perusahaan dengan 1.871 pekerja.

Sebagai daerah yang terletak di pinggir Laut Jawa, dengan panjang garis pantai 7,5 kilometer, Kota Tegal menjadi salah satu daerah yang memiliki potensi besar di sektor perikanan laut. Menurut data BPS, nilai produksi perikanan laut tahun 2021 mencapai Rp327,08 miliar dengan produksi ikan sebanyak 40.086 ton.

Dari potensi kelautan dan perikanan di Kota Tegal, tumbuh industri-industri ikutan, seperti industri pengolahan ikan, yang hingga saat ini berkembang dalam berbagai jenis, seperti industri pengeringan ikan asin, industri fillet ikan (pemotongan daging ikan), pengasapan ikan, tepung ikan, bandeng presto, pemindangan ikan, bakso ikan, nugget ikan, empek-empek, terasi, kerupuk, abon ikan, hingga kerupuk kulit ikan.

KOMPAS/SIWI NURBIAJANTI

Sejumlah pekerja pada industri pengeringan ikan asin di kawasan Pelabuhan Tegalsari, Kota Tegal, Jawa Tengah sedang membolak-balik ikan yang dijemur, agar cepat kering, Kamis (9/4/2015). Ikan merupakan salah satu produk perikanan tangkap yang menjadi potensi andalan bagi Kota Tegal, dan industri pengeringan ikan asin merupakan salah satu industri pengolahan ikan yang menjadi andalan di Kota Tegal.

Di bidang keuangan daerah, total penerimaan Pemerintah Kota Tegal pada tahun 2021 sebesar Rp1,03 triliun. Penerimaan terbesar masih didominasi oleh dana perimbangan dari pemerintah pusat, yakni sebesar Rp617,80 miliar, disusul penerimaan asli daerah (PAD) sebesar Rp308,12 miliar, serta lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp105,07 miliar.

Kota Tegal memiliki potensi pariwisata bahari yang menjadi andalan wisata alam yaitu obyek wisata Pantai Alam Indah. Obyek wisata ini terletak di daerah pesisir Kelurahan Mintaragen, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal. Jumlah pengunjung obyek wisata ini pada tahun 2020 tercatat 286.857 orang pengunjung.

Sebagai kota transit, Kota Tegal mempunyai sejumlah sarana pendukung seperti hotel dan restoran. Kota yang berada pada jalur pertigaan kota besar menuju Semarang, Purwokerto, dan Jakarta ini tercatat memiliki 11 hotel berbintang dan 13 hotel kelas non-bintang.

KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI

Ribuan pengunjung memadati Pantai Alam Indah, Kota Tegal, Jawa Tengah, Minggu (28/6/2020). Dua hari jelang berakhirnya masa sosialisasi normal baru, kepatuhan sejumlah warga untuk menerapkan protokol kesehtan mulai mengendur.

Referensi

Arsip Berita Kompas
  • “Kota Tegal * Otonomi”, Kompas, 11 Februari 2003, hlm. 08
  • “Menuju Kota Metropolis * Otonomi”, Kompas, 11 Februari 2003, hlm. 08
  • “HUT Ke-425 Kota Tegal, Diisi Pemecahan Rekor *Pasugatan”, Kompas Jawa Tengah, 06 April 2005, hlm. 08
  • “Mewujudkan “Tegal Keminclong, Moncer Kotane”, Kompas Jawa Tengah, 12 April 2005, hlm. 01
  • “HUT ke-426 Kota Tegal: Kebersamaan Warga untuk Membangun Kota Bahari…”, Kompas Jawa Tengah, 12 April 2006, hlm. 01
  • “HUT KE-426 Kota Tegal: Mantap sebagai Kota Industri dan Dagang…”, Kompas Jawa Tengah, 12 April 2006, hlm. 06
  • “HUT Kota Tegal: Tumbuh Menjadi Kota Jasa dan Perdagangan”, Kompas Jawa Tengah, 12 April 2007, hlm. 09
  • “HUT Ke-428 Kota tegal: Mewujudkan Kota yang Berdaya Saing”, Kompas Jawa Tengah, 12 April 2008, hlm. 09
  • “Tegal, Kota Perlintasan”, Kompas, 14 Maret 2010, hlm. 31
  • “Kota Tegal: Potensi Bahari di Pantai Utara *Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015”, Kompas, 13 April 2015, hlm. 22
  • “Kota Cerdas: Jangan Lelah Memeratakan Kesejahteraan Nelayan * Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015”, Kompas, 13 April 2015, hlm. 22
Buku dan Jurnal
  • Zaenuddin, HM. 2013. Asal-Usul Kota-Kota di Indonesia Tempo Doeloe. Jakarta: Change
  • Albiladiyah, S. Ilmi, dkk.. 2013. Tegal Dalam Lintasan Sejarah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta
Aturan Pendukung
  • UU 16/1950 tentang pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta
  • UU 13/1954 tentang perubahan Undang-undang Nomor 16 dan 17 Tahun 1950 tentang pembentukan Kota-kota Besar dan Kota-kota Kecil di Jawa
  • UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah
  • UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
  • PP 7/1986 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal

Editor
Topan Yuniarto