Daerah

Kabupaten Rembang: “Tiongkok Kecil” dan Persinggahan Terakhir RA Kartini

Kabupaten Rembang terkenal dengan julukan "The Cola of Java", "Little Tiongkok", dan Kota Garam. Kabupaten ini juga menjadi tempat peristirahatan terakhir Raden Ajeng Kartini, pahlawan emansipasi wanita Indonesia.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Kapal penangkap ikan bersandar setelah pulang melaut di Pelabuhan Tasik Agung, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Kamis (22/3/2012). Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia meminta pemerintah tidak membatasi subsidi bahan bakar minyak untuk nelayan.

Fakta Singkat

Hari Jadi
27 Juli 1741

Dasar Hukum
Undang-Undang No. 13/1950

Luas Wilayah
887,13 km2

Jumlah Penduduk
645.333 jiwa (2020)

Pasangan Kepala Daerah
Walikota Abdul Hafidz

Wakil Walikota Mochamad Hanies Cholil Barro’

Rembang merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Terletak di ujung timur laut Provinsi Jawa Tengah, kabupaten ini menjadi simpul strategis jalur Pantai Utara Pulau Jawa.

Kabupaten Rembang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Tengah.

Hari jadi Kabupaten Rembang ditetapkan pada tanggal 27 Juli 1741 melalui Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Rembang Nomor 6 Tahun 1993 tentang Hari Jadi Kabupaten Daerah Tingkat II Rembang. Penetapan tanggal itu didasarkan pada peristiwa heroik saat Ingabehi Anggadjaja selaku Bupati Rembang saat itu mengobarkan perang suci untuk melawan kompeni di Rembang dan bertepatan pula dengan meletusnya perang Pecinan.

Kabupaten Rembang tercatat sebagai daerah yang kaya akan sejarah masa lampau. Di kabupaten ini, terdapat peninggalan sejarah seperti yang ada di daerah Lasem yang kental dengan budaya China yang menjadikan Rembang kerap dijuluki sebagai “Little Tiongkok” atau Tiongkok Kecil.

Merunut sejarahnya, kota ini dulu memiliki pelabuhan yang menjadi tempat untuk berlabuhnya kapal-kapal dari Tiongkok dengan Laksamana Cheng Ho sebagai pemimpinnya. Peristiwa itu terjadi tepatnya di pelabuhan kecil yang ada di Bantaran Sungai Dasun Kecamatan Lasem pada kala itu. Maka tak heran jika banyak ditemui masyarakat keturunan Tionghoa serta rumah-rumah khas arsitektur Tiongkok di Kabupaten Rembang.

Rembang juga menjadi tempat didirikannya sekolah khusus perempuan pribumi pertama saat pendudukan Belanda oleh RA Kartini. Di wilayah ini pula, Kartini meninggal dan dimakamkan, tepatnya di Desa Mantingan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang.

Secara administratif, kabupaten seluas 887,13 kilometer persegi ini terbagi dalam 14 kecamatan dan 287 desa dan 7 kelurahan. Jumlah penduduknya sebanyak 645.333 jiwa. Saat ini, Kabupaten Rembang dipimpin oleh Bupati Abdul Hafidz dan Wakil Bupati Mochamad Hanies Cholil Barro’.

Kabupaten Rembang mempunyai semboyan “Rembang BANGKIT” yang bermakna Bahagia, Aman, Nyaman, Gotong-royong, Kerja keras, Iman, dan Takwa.

Sejarah Pembentukan

Dalam laman resmi Kabupaten Rembang disebutkan cikal bakal Rembang bermula sekitar Tahun Saka 1336. Keterangan ini bersumber dari sebuah manuskrip kuno yang ditulis oleh Mbah Guru.

Dikisahkan delapan keluarga dari Campa Banjar Mlati yang dipimpin oleh Kakek Pow Ie Din. Sekelompok keluarga ini dikenal pandai membuat gula tebu. Mereka berpindah dan membuka lahan untuk pemukiman dan persawahan dengan menebang pohon-pohon bakau di pesisir pantai. Daerah itu lantas diberi nama Kabongan. Alasan perpindahan mereka adalah untuk membuat gula merah.

Suatu ketika matahari terbit di ufuk timur, penduduk Kabongan akan memulai aktivitas pemangkasan tebu. Sebelum itu, mereka melakukan upacara suci, sembayang dan semedi. Upacara ini tepatnya terjadi pada hari Rabo Legi, Minggu Kasadha, Bulan Waisaka, Tahun Saka 1337. Pada saat itu, mereka “mengepras” dua pohon tebu sebagai tebu “pengantin”. Ritual ini disebut “ngrembang Sakawit”. Istilah yang kemudian menjadi asal usul nama Rembang.

Eksistensi Rembang sejak zaman kerajaan nusantara juga dapat ditelusuri dalam berbagai naskah sejarah. Salah satunya dalam Kakawin Nagarakretagama Pupuh XXI yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada akhir abad ke-14. Tertulis “…Tepasana ke arah kota Rembang sampai di kemirakan yang letaknya di pantai lautan.” Selain itu, catatan Tome Pires (1512-1515) menyebutkan Rembang sebagai “the land of Rembang (Remee)” bersama beberapa wilayah pesisir lain.

Bagaimanapun, sejarah Rembang saling berkelindan dengan sejarah Lasem. Persinggungan di antara keduanya mewujud dalam berbagai rupa hubungan. Berdasarkan catatan Tom Pires (1512-1515), Rembang pernah menjadi bagian dari kekuasaan Lasem. Sampai pada tahun 1743, keadaan berbalik. Lasem berubah menjadi distrik bagian dari Kabupaten Rembang.

Sekitar tahun 1351, Raja Hayam Wuruk mengeluarkan Piagam Singosari. Dalam maklumat Sabda Bathara Prabu, disebutkan bahwa Lasem merupakan salah satu pusat Kerajaan Majapahit.

Kitab Pararaton dan Nagarakretagama menegaskan posisi Lasem sebagai daerah otonom Majapahit yang memiliki bandar laut terkemuka dan maju. Oleh karena itu, Lasem menjadi salah satu kekuatan keberlangsungan nusantara di bawah Kerajaan Majapahit. Posisi strategis Lasem ini di kemudian hari turut menopang perekonomian Rembang.

Sejak tahun 1680, Rembang dan Lasem berada di bawah naungan Kerajaan Mataram Islam atau Keraton Kartasura. Pada masa ini, Lasem melakukan pemberontakan Trunajaya III terhadap Amangkurat II (Raja Mataram Islam) yang dekat dengan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Pemimpin Lasem gugur dan Lasem lantas diambil alih oleh VOC. Rembang kemudian menjadi wilayah otonom residen/kabupaten pada tahun 1682. Berdasarkan pembagian wilayah pada masa itu, Rembang termasuk dalam kelompok daerah Pesisiran Timur.

KOMPAS/ALBERTUS HENDRIYO WIDI

Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Rembang dan guru-guru sejarah Kabupaten Rembang mengunjungi lingga kajar di Desa Kajar, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (15/8/2009), dalam rangka memeringati Hari Kemerdekaan RI ke-64. Lingga kajar merupakan salah satu peninggalan Majapahit ketika Lasem dipimpin Bhre Lasem. Peninggalan lainnya adalah batu tapak Raja Majapahit Hayam Wuruk, kursi kajar, dan gua tinatah.

Pada tanggal 27 Juli 1741, terjadi peristiwa perlawanan oleh Ingabehi Anggadjaja, bupati pertama Kabupaten Rembang, terhadap VOC. Peristiwa heroik tersebut kemudian diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Rembang.

Bagian menarik lainnya dari riwayat Lasem-Rembang adalah sejarah akulturasi budaya China. Berdasarkan catatan sejarah, Pantai Regol di Kadipaten Lasem merupakan tempat pendaratan pertama orang Tionghoa di Pulau Jawa, tepatnya pada tahun 1413.

Karena itu pula, di kawasan ini banyak ditemui pemukiman etnis Tionghoa, yang kemudian disebut pecinan. Berbagai bangunan berarsitektur ala Tiongkok mewarnai daerah tersebut. Lasem kemudian memperoleh julukan “Tiongkok Kecil”.

Sekitar tahun 1740-an, terjadi perang pecinan yang berpusat di Lasem. Para etnis Tionghoa di bawah kepemimpinan Raden Ngabehi Widyaningrat (Oey Ing Kyat), Raden Panji Margono, dan Tan Kee Wie, melakukan perlawanan terhadap Hindia Belanda. Dari sini perlawanan meluas ke daerah lain seperti Pati, Kudus, sampai Semarang.

Dua ratus tahun setelah kejadian tersebut (1942), pasukan Jepang memasuki pedalaman Jawa melalui Muara Sungai Lasem. Di sana, para Dai Nippon mengambil alih galangan kapal Belanda dan melanjutkan proyek pembuatan kapal. Sejak zaman Majapahit dan Mataram, Rembang dan Lasem memang telah terkenal sebagai pusat pembuatan kapal.

Dalam lintasan sejarah Kabupaten Rembang, nama Raden Ajeng Kartini tidak bisa dilepaskan dengan daerah Rembang. Persinggungan Kartini dengan Kabupaten Rembang dimulai tatkala ia menikahi Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, pada tahun 1903. Pernikahan tersebut tidak membatasi gerak Kartini dalam mencapai cita-cita mulianya. Ia kemudian mendirikan sekolah perempuan pertama. Mulai dari sini, perjuangan Kartini berkembang melewati batas ruang dan waktu.

Setelah Indonesia meraih kemerdekaan pada 1945, Kabupaten Rembang menjadi bagian dari Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Tengah.

Geografis

Kabupaten Rembang terletak di antara garis koordinat 6o 30’–7o 06’ Lintang Selatan dan antara 111o 00’–111o 30’ Bujur Timur. Tempat peristirahatan terakhir RA Kartini ini berada di ujung timur laut Provinsi Jawa Tengah dan dilewati oleh jalur Pantai Utara Jawa atau Pantura.

Di sebelah utara, wilayah Rembang bersinggungan langsung dengan Teluk Rembang (Laut Jawa). Sementara di bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Tuban. Rembang bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Pati dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Blora.

Dengan luas 887,13 kilometer persegi, Kecamatan Sale tercatat sebagai kecamatan terluas di Kabupaten Rembang. Luasnya mencapai 109,02 kilometer persegi atau 10,53 persen dari total luas Kabupaten Rembang. Sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Sluke dengan luas 38,02 kilometer persegi atau 3,67 persen dari luas Kabupaten Rembang.

Sebagian besar atau sekira 46,39 persen wilayah Rembang merupakan dataran rendah yang terletak di bagian utara Kabupaten Rembang. Sedangkan di bagian selatan relatif lebih tinggi. Empat kecamatan yang berada di dataran tinggi (>700 mdpl) itu adalah Kecamatan Sedan, Pancur, Kragan, dan Sluke.

KOMPAS/SONYA HELLEN SINOMBOR

Kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih, Pegunungan Kendeng Utara, di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah sejak tahun 1995 telah menjadi areal pertambangan. Hingga kini, sebanyak 21 perusahaan memegang ijin pemegang ijin usaha pertambangan (IPU) di kawasan tersebut. Tampak kondisi areal pertambangan, Juli 2017 lalu.

Pemerintahan

Pembentukan pemerintahan Rembang ditandai dengan pengangkatan bupati Rembang pertama, Ingabehi Anggadjaja, oleh VOC pada tahun 1741. Penunjukan ini bertujuan untuk menaklukkan Lasem, yang pada saat itu belum jatuh ke tangan kompeni. Lasem akhirnya berhasil ditaklukkan pada tahun 1743.

Kadipaten Lasem kemudian diambil alih. Tumenggung Widya Ningrat dilengserkan dari kursi adipati dan menjadi tumenggung. Pada tahun 1748, Bupati Suro Adimenggolo memprakarsai pemindahan pusat pemerintahan dari Kabupaten Tulis Lasem ke Magersari Rembang.

Suro Adimenggolo III kemudian dipecat pada tahun 1751 dan kembali digantikan oleh Ingabehi Anggadjaja. Pada masa ini, pemerintahan Kabupaten Rembang terpisah dari Kabupaten Lasem yang dipimpin oleh Tumenggung Citra Soma IV.

Status Kabupaten Lasem kemudian diubah menjadi distrik dan masuk ke dalam naungan pemerintahan Kabupaten Rembang. Setelah Kerajaan Belanda menggeser pendudukan VOC, Rembang menjadi karesidenan. Wilayah kekuasaannya meliputi Kabupaten Rembang, Kabupaten Blora, Kabupaten Bojonegoro, dan Kabupaten Tuban. Pembentukan ini sesuai dengan Undang-Undang Ketatanegaraan Hindia Belanda Tahun 1828.

Pada masa ini, Rembang dipimpin oleh Adipati Djojoningrat (1824-1829). Lantas digantikan secara berturut-turut oleh Tumenggung Tjondrodiningrat (1848-1873) dan RTA Pratiknoningrat (1874- 1889).

Selanjutnya, pemerintahan Rembang berada di bawah kepemimpinan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat (1889-1912). Bupati ini akrab dikenal sebagai suami R. A. Kartini, sosok pahlawan emansipasi perempuan pada masa itu.

Meski berasal dari keluarga ningrat, Adipati Ario Singgih mendukung ide kesetaraan gender Kartini. Ia mengizinkan Kartini untuk mendirikan sekolah perempuan pertama. Letaknya di kompleks kantor Kabupaten Rembang, tepatnya di sebelah timur pintu gerbang. Posisi suami Kartini kemudian digantikan oleh KRT. Abdoelkarnen Djojoadiningrat (1912-1943).

Sejak Indonesia berdiri hingga saat ini, sosok Bupati Rembang telah mengalami beberapa kali pergantian. Mulai dari Soekardi Mangunkusumo (1946-1952), RIS. Wongsodirdjo (1952-1957), R. Islan Soebroto (1957-1967), Adnan Widodo (1967-1969), dan Hadi Sanyoto (1969-1974).

Di periode selanjutnya, Bupati Rembang dijabat oleh Soeharyono (1974-1979), Soeratman (1979-1989), Wachidi Rijono (1989-2000), Hendarsono (2000-2005), dan Moch. Salim (2005-2010).

Sejak 26 Februari 2021, Kabupaten Rembang dipimpin oleh Bupati Abdul Hafidz dan Wakil Bupati Mochamad Hanies Cholil Barro’. Abdul Hafidz merupakan petahana yang menduduki posisi Bupati pada periode sebelumnya (2016-2021), didampingi oleh Bayu Andriyanto. Sementara pada masa jabatan 2010-2016, Abdul Hafidz terpilih menjadi Wakil Bupati Rembang mendampingi Moch. Salim.

Secara administratif, Kabupaten Rembang terdiri atas 14 kecamatan, yang terbagi ke dalam 287 desa dan 7 kelurahan. Keempat belas kecamatan tersebut adalah Sumber (18 desa), Bulu (16 desa), Gunem (16 desa), Sale (15 desa), Sarang (23 desa), Sedan (21 desa), Pamotan (23 desa), Sulang (21 desa), Kaliori (23 desa), Rembang (27 desa dan 7 kelurahan), Pancur (23 desa), Kragan (27 desa), Sluke (14 desa), dan Lasem (20 desa).

Pada tahun 2020, Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Rembang berjumlah 6.165 orang, yang terdiri dari 3.143 laki-laki dan 3.022 perempuan. Berdasarkan jabatannya, komposisi PNS Kabupaten Rembang terdiri dari 3.655 fungsional tertentu, 1.983 fungsional umum, dan 527 jabatan struktural.

Sementara itu, menilik tingkat kepangkatannya, pegawai negeri Kabupaten Rembang dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu Golongan I (131 orang), Golongan II (1.270 orang), Golongan III (3.130 orang), serta Golongan IV (2.088 orang).

KOMPAS/NATANAEL SUPRAPTO

Pesta demokrasi – Pemilihan calon bupati dan wakil bupati, Senin kemarin (27/6/2005) berlangsung di Kabupaten Rembang. Dan diantara 1.610 tempat pemungutan suara (TPS), satu diantaranya di kampung Kabongan Kecamatan Kota Rembang, “dibangun” sedemikian rupa dengan biaya gotong royong masyarakat setempat sebesar Rp 2 juta. Pintu masuk TPS dijaga dua “prajurit” tempo doeloe, petugas TPS mengenakan busana “kejawen” dan di tengah TPS telihat sepasang kursi bertuliskan Bupati-Wakil Bupati, dengan latar belakang “gebyok” berukir.

Politik

Peta kekuatan politik di Kabupaten Rembang dalam dua kali pemilu (2014 dan 2019) tidak banyak berubah. Dalam dua kali pemilu itu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mencatatkan diri sebagai partai peraih suara terbanyak sekaligus peraih kursi terbanyak di DPRD Kabupaten Rembang.

Pada Pemilu 2014, PPP mendapat 73.012 suara atau 18,87 persen sedangkan pada Pemilu 2019 berhasil meraup 90.784 suara atau setara dengan 22,81 persen. Adapun di posisi kedua pada Pemilu 2014 diduduki oleh Demokrat dengan meraih 64.491 suara. Disusul PKB 47.247 suara, PDI-P 40.790 suara, Gerindra 37.123 suara, Nasdem 29.631 suara, Golkar 27.221 suara, PKS 21.932 suara, PAN 20.084 suara, Hanura 18.196 suara, PBB 5.084 suara, dan PKPI 2.129 suara.

KOMPAS/ALBERTUS HENDRIYO WIDI

Sejumlah pemilih pemula berlatih mencontreng surat suara dalam simulasi pemilu yang digelar Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Kebangkitan Bangsa dan Yaqut Center Kabupaten Rembang, Sabtu (14/2/2009) di Rembang, Jawa Tengah. Simulasi itu bertujuan menyelamatkan suara pemilih mula di Rembang yang berjumlah sekitar 25 persen dari seluruh jumlah pemilih.

Di Pemilu 2019, Partai Nasdem berada di posisi kedua dengan perolehan 61.680 suara. Kemudian disusul oleh PKB 61.595 suara, Demokrat 45.923 suara, PDI-P 36.801 suara, Gerindra 23.279 suara, PKS 21.992 suara, Hanura 21.406 suara, Golkar 19.075 suara, PAN 9.749 suara, Garuda 4.203 suara, dan Perindo 1.492 suara.

Untuk komposisi perolehan kursi di DPRD Kabupaten Rembang pada Pemilu 2019, partai politik yang memiliki perwakilan di DPRD Kabupaten Rembang membentuk 6 fraksi, yaitu Fraksi PPP (10 orang), Fraksi PKB (8 orang), Fraksi Nasdem (8 orang), Fraksi PDI-P (6 orang), Fraksi Demokrat Hanura (6 orang), dan Fraksi Karya Indonesia Sejahtera (6 orang).

Adapun pada Pemilu 2014, dari 45 kursi yang tersedia di DPRD Kabupaten Rembang, terdapat 7 fraksi, yaitu Fraksi PPP (10 orang), Fraksi Partai Demokrat (8 orang), Fraksi PDI-P Nasdem (8 orang), Fraksi PKB (6 orang), Fraksi Partai Gerindra (5 orang), Fraksi Karya Sejahtera (4 orang), dan Fraksi Harapan (4 orang).

Kependudukan

Penduduk Kabupaten Rembang berjumlah 654,33 ribu jiwa pada tahun 2020. Dari jumlah itu, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 324,59 ribu jiwa dan 320,74 ribu penduduk perempuan. Dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk 2010, populasi penduduk Rembang tumbuh sebesar 1,12 persen.

Sementara itu, besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2020 penduduk laki-laki terhadap perempuan sebesar 101,2 persen. Adapun laju pertumbuhan penduduk di tahun 2020 ialah 1,12 persen. Angka tersebut meningkat tajam dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 0,85 persen.

Dari seluruh penduduk yang berusia 15 tahun ke atas terdapat 330.783 orang yang merupakan angkatan kerja dan 176.775 orang bukan angkatan kerja. Sedangkan dari seluruh angkatan kerja, terdapat 314.797 orang yang berstatus bekerja, sementara 15.986 lainnya berstatus pengangguran.

Adapun tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk yang bekerja masih terhitung rendah. Sebesar 49,7 persen penduduknya berpendidikan SD ke bawah.

Dari segi etnis, penduduk Kabupaten Rembang merupakan refleksi perpaduan kebudayaan Arab, China dan pribumi yang selaras. Tak heran jika di Rembang tumbuh pusat permukiman pecinan yang hadir dengan segala atributnya, baik arsitektur tempat tinggal maupun klenteng.

Kesenian dan produk kebudayaan yang berkembang di Rembang merupakan perpaduan budaya Jawa, Islam, China, dan budaya daerah pesisir. Beberapa kesenian itu adalah karawitan, suarawati, gadon, cokek’an, thong thong lek, keroncong, wayang orang, wayang krucil, kethoprak, emprak, gondorio, ande-ande lumut, laisan, orek-orek, pathol sarang, dan barongan/reog.

KOMPAS/KARINA ISNA IRAWAN

Suasana di Pondok Pesantren Kauman, Desa Desa Karangturi, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jumat (9/3/2018). Toleransi beragama mengakar di Lasem sejak ratusan tahun lalu.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
70,02 (2020)

Angka Harapan Hidup 
74,55 tahun (2020)

Harapan Lama Sekolah 
12,11 tahun (2020)

Rata-rata Lama Sekolah 
7,16 tahun (2020)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
4,83 persen (2020)

Tingkat Kemiskinan
15,6 persen (2020)

Kesejahteraan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Rembang tahun 2020 berada pada angka 70,02. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 0,13 poin dibanding dengan tahun 2019 yang mencapai 70,15. Dibandingkan kabupaten/kota di Jawa Tengah, IPM Kabupaten Rembang itu berada di peringkat 21 dari 35 kabupaten.

Bila dilihat berdasarkan komponen penyusunnya, pada tahun 2020 Kabupaten Rembang memiliki angka harapan hidup yang meningkat menjadi 74,55 tahun, harapan lama sekolah (HLS) yang juga meningkat menjadi 12,11 tahun, dan rata-rata lama sekolah (RLS) yang menurun menjadi 7,16 tahun.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Rembang dari tahun 2018 hingga 2020 mengalami lonjakan. Dari yang semula 2,83 persen pada tahun 2018, dua tahun kemudian meningkat menjadi 4,83 persen.

Penduduk miskin Kabupaten Rembang pada tahun 2020 tercatat sebanyak 100,08 ribu jiwa, meningkat dibandingkan pada tahun 2019 angka tersebut sempat mengalami penurunan sebesar 0,46 persen. Kenaikan penduduk miskin Kabupaten Rembang di tahun 2020 ini merupakan kali pertama setelah dalam satu dekade terakhir terus mengalami penurunan.

Indeks gini Kabupaten Rembang selama periode 2014-2018 menunjukkan tren ketimpangan pendapatan penduduk yang berada dalam kategori sedang. Dalam kurun waktu itu, indeks gini mencapai titik timpang tertinggi pada tahun 2014 sebesar 0,33 dan terendah pada tahun 2015 sebesar 0,30. Bila dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah dan nasional, posisi angka ketimpangan ini jauh lebih rendah.

KOMPAS/KARINA ISNA IRAWAN

Warga yang tergabung dalam Kelompok Perlindungan Anak Tingkat Desa (KPAD) tengah menggelar rapat rutin bulanan di Desa Menoro, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Rabu (19/4/2017). Rapat yang dihadiri anggota Forum Anak Desa tersebut membahas upaya agar anak bisa sekolah 12 tahun.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
Rp 326,67 miliar (2019)

Dana Perimbangan 
Rp 1,01 triliun (2019)

Pertumbuhan Ekonomi
-1,49 persen (2020)

PDRB per kapita
Rp 29,47 juta/tahun (2020)

Inflasi
1,31 persen (2020)

Ekonomi

Struktur ekonomi Kabupaten Rembang ditopang oleh potensi hasil bumi dan kekayaan bahari. Dalam satu dekade terakhir (2010-2020), sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan konsisten menyokong PDRB dengan nilai terbesar.

Pada tahun 2020, sektor ini menyumbang 26 persen dari total PDRB. Fakta ini selaras dengan kondisi geografis Kabupaten Rembang. Seluas 29,03 persen wilayah Kabupaten Rembang meliputi lahan sawah. Sementara garis pantai Kabupaten Rembang sepanjang kurang lebih 62 kilometer.

Di sektor pertanian, menurut data BPS, Rembang unggul dalam produksi tanaman sayur semusim berupa cabai rawit yang mencapai 207.326 ton pada tahun 2020. Kecamatan Sarang menjadi penyumbang terbesar dalam produksi komoditas cabai rawit.

Untuk jenis tanaman biofarmaka, komoditas terbesar Kabupaten Rembang adalah kunyit. Pada tahun 2020, produksi kunyit sebesar 4.340.033 kg. Pemasok terbesar komoditas kunyit adalah Kecamatan Sluke. Selain itu, komoditas unggul Kabupaten Rembang adalah mangga. Produksinya mencapai angka 783.546 kuintal pada tahun 2020.

Di wilayah ini, terdapat pula hutan yang dikelola oleh Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mantingan dan Kebonharjo. Berdasarkan catatan KPH Mantingan, sebesar 13.494 m3 kayu bulat dihasilkan dari 13.088 ha area hutan selama tahun 2020.

Untuk sektor perikanan, produksi terbesar berupa ikan layang 15,82 juta kg pada tahun 2018. Disusul oleh ikan tembang/jui (5,08 juta kg/2018), dan ikan selar (1,82 juta kg/2018).

Nilai terbesar kedua untuk PDRB Kabupaten Rembang adalah sektor industri pengolahan, yaitu sebesar Rp 3,10 triliun. Industri pengolahan itu meliputi olahan garam krosok sebagai bahan baku garam konsumsi.

Di sepanjang garis pantai Kabupaten Rembang yang mencakup 6 kecamatan, lazim ditemui tambak garam dengan potensi produksi 20.000-235.000 ton per tahun. Sebanyak 4.739 petani menggarap 1.465 hektar tambak garam dari 781 pemilik.

Sementara itu, posisi ketiga penyumbang PDRB adalah sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. Sumbangan sektor ini terhadap PDRB senilai Rp 1,82 triliun.

Sementara itu, laju pertumbuhan perekomian Kabupaten Rembang bergerak cukup fluktuatif di kisaran angka 5 persen sejak tahun 2012. Hingga pada tahun 2016, laju pertumbuhan meningkat drastis ke angka 6,98 persen dari tahun 2015 yang sebesar 5,28 persen. Kendati demikian, tahun-tahun setelahnya tidak terjadi peningkatan serupa, justru konsisten menurun. Adapun di tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang terkontraksi 1,46 persen akibat merebaknya pandemi Covid-19.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Konservasi Bangunan Cagar Budaya – Kesadaran terhadap pelestarian bangunan cagar budaya mulai dilakukan seperti terhadap sebuah bangunan yang dinamai Tiongkok Kecil Lasem di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2016). Usaha konservasi bangunan kawasan pecinan tersebut juga mendasari upaya menumbuhkan kegiatan pariwisata. Sejarah panjang Lasem dengan bangunan khas dan industri tersebut menjadi daya tarik utama.

Di sektor pariwisata, wilayah kabupaten Rembang mempunyai banyak destinasi wisata baik wisata bahari, wisata alam, dan tempat bersejarah. Untuk wisata bahari, destinasi yang dapat dikunjungi diantaranya Pulau Gedhe, Pantai Karangjahe, Hutan Mangrove, dan lain sebagainya.

Bagi penggemar wisata alam, Puncak Argopuro Gunung Lasem, Air Terjun Kali Mancur, dan Wana Wisata Kartini dapat menjadi pilihan destinasi. Sedangkan dari segi religi, sejarah, dan budaya, terdapat Pasujudan Sunan Bonang, Makam RA Kartini, dan Sentra Batik Lasem.

Menurut data BPS Kabupaten Rembang, sepanjang tahun 2020 jumlah wisatawan yang menggunakan jasa akomodasi hotel di Kabupaten Rembang sebanyak 67.628 orang. Jumlah wisatawan itu turun dibandingkan tahun 2019 sebanyak 80.161 orang.

Referensi

Arsip Berita Kompas
  • “Rembang, Ketika Laut Pasang”, Kompas, 24 Juni 1994, hal. 01
  • “Kabupaten Rembang * Otonomi”, Kompas, 3 Maret 2003, hal. 30
  • “Kawasan Bahari Terpadu Dijadikan Lokomotif * Otonomi”, Kompas, 3 Maret 2003, hal. 30
  • “Rembang Kurang Sarana Penunjang Wisata yang Layak”, Kompas Jawa Tengah, 19 Oktober 2004, hal. C
  • “Lasem Akan Kembangkan Wisata Agro Jambu Air”, Kompas Jawa Tengah, 1 November 2004, hal. C
  • “Kisah Pembauran di Lasem *Pasugatan”, Kompas Jawa Tengah, 1 Februari 2005, hal. H
  • “Peninggalan Purbakala: Situs Plawangan Rembang Telantar”, Kompas Jawa Tengah, 9 Juli 2008, hal. G
  • “Maritim: Melihat Jejak Sejarah Industri Kapal Lasem”, Kompas Jawa Tengah, 16 Agustus 2008, hal. A
  • “Ekspedisi: Lasem, Simpul Sejarah yang Pudar”, Kompas, 13 September 2008, hal. 01
  • “HUT Rembang: Songsong Agung Bokoran dan Masa Depan Rembang”, Kompas Jawa Tengah, 28 Juli 2010, hal. A
  • “Cagar Budaya: Lasem Berbenah Jadi Kota Pusaka Dunia”, Kompas, 08 April 2013, hal. 22
  • “Tradisi: Di Lasem, Para Leluhur Tanamkan Keberagaman”, Kompas, 06 Oktober 2014, hal. 23
  • “Sejarah Batik Lasem: Batik Lasem, Berpusar Bersama Waktu * Selisik Batik”, Kompas, 26 Juni 2016, hal. 24
  • “Pelestarian Cagar Budaya: Mereka yang Kesengsem Lasem”, Kompas, 30 September 2016, hal. 01, 15
  • “Lasem Bidik Turis Asing”, Kompas, 10 Maret 2018, 20
  • “Lorong Waktu di ”Kota Candu”, Kompas, 08 April 2018, hal. 10
Buku dan Jurnal
Internet
Aturan Pendukung

Kontributor
Kathrin Shafa Zakiyya

Salma Nihru

Editor
Antonius Purwanto