Paparan Topik | Pariwisata

Pariwisata Internasional Setelah Pandemi Covid-19

Pada tahun 2022 dengan meredanya pandemi Covid-19 di berbagai wilayah, banyak negara mulai mengendorkan kebijakan restriksi mobilitas sosial yang berkaitan dengan pengendalian penyebaran virus. Kebijakan tersebut berkembang hingga tahun 2023 di mana banyak negara meniadakan kebijakan restriksi mobilitas sosial, khususnya untuk menerima masuknya wisatawan internasional.

KOMPAS/SRI REJEKI

Edinburgh Castle dilihat dari dekat pintu masuk. Puri ini dibangun di atas bekas gunung berapi Castle Rock (22/9/2019).

Fakta Singkat

  • Banyak negara tidak lagi mewajibkan karantina maupun tes PCR untuk kedatangan turis asing.
  • Beberapa negara masih mewajibkan bukti vaksinasi: Singapura, Indonesia, Filipina.
  • Jumlah wisatawan internasional 2022 mencapai 63 persen dari jumlah tahun 2019 (sebelum pandemi Covid-19).
  • Jumlah pendapatan sektor pariwisata internasional pulih sebesar 70-80 persen dari total pemasukan tahun 2019.
  • Pariwisata internasional kawasan Asia Pasifik mengalami dampak paling parah akibat pandemi Covid-19 dibandingkan kawasan lainnya.
  • Enam negara di Asia Tenggara melihat peningkatan jumlah wisatawan asing sejak awal tahun 2022.
  • Republik Rakyat Tiongkok sebagai negara asal wisatawan internasional dengan kontribusi hingga seperlima wisatawan internasional global tahun 2019 mulai meninggalkan kebijakan zero-covid pada akhir tahun 2022.

United Nations World Tourism Organization (UNWTO) mencatat bahwa hingga 5 Desember 2022 terdapat 117 negara yang telah mengambil kebijakan peniadaan restriksi mobilitas sosial yang berkaitan dengan pandemi Covid-19.

Pelonggaran kebijakan restriksi Covid-19 dilakukan secara bertahap oleh tiap negara sejak tahun 2021. Mulai dari mengizinkan penerbangan internasional untuk masuk tetapi mewajibkan karantina, mengurangi jumlah hari karantina hingga meniadakannya, menghapus kewajiban tes PCR sebelum keberangkatan, hingga kebijakan peniadaan kewajiban bukti vaksinasi penuh beserta protokol kesehatan lainnya seperti penggunaan masker di tempat umum dan aplikasi kesehatan untuk pemantauan penyebaran virus Covid-19. Kebijakan pelonggaran imigrasi yang diambil oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara berbeda-beda dan diambil pada waktu yang berbeda-beda pula.

KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Para pengunjung menggunakan gondola yang dikemudikan secara manual untuk menyurusi sungai di tengah Kota Venesia, Italia, Sabtu (11/5/2019). Venesia menjadi salah satu kota di dunia yang berhasil memgelola sungai sebagai sarana transportasi dan wisata.

Peniadaan Kebijakan Restriksi Covid-19

Singapura meniadakan setiap kebijakan batasan imigrasinya mulai 13 Februari 2022 di mana tes PCR sebelum keberangkatan tidak lagi diwajibkan bagi mereka yang telah divaksinasi. Untuk mereka yang belum mendapatkan vaksinasi, Pemerintah Singapura mengharuskan tes PCR atau antigen.

Selain itu, Singapura juga meniadakan kewajiban penggunaan masker di transportasi publik, tetapi masih mewajibkannya di rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat lainnya. Aplikasi Tracetogether juga tidak lagi menjadi keharusan bagi masyarakat.

Kebijakan imigrasi Malaysia meniadakan kewajiban tes PCR bagi mereka yang telah menerima vaksin penuh Covid-19 atau berusia di bawah 12 tahun sejak Mei 2022. Malaysia juga membuat penggunaan masker di tempat publik juga menjadi pilihan bagi masyarakat. Lalu per 1 Agustus 2022, Malaysia meniadakan kewajiban menunjukkan bukti vaksin.

Vietnam meniadakan kewajiban karantina, bukti vaksinasi, dan bukti tes PCR negatif bagi pengunjung asing sejak 15 Mei 2022. Pengunjung hanya memerlukan visa dan asuransi perjalanan untuk dapat masuk ke Vietnam. Akan tetapi pengunjung diminta untuk memonitor kesehatan mereka selama 10 hari ketika berada di Vietnam dan diminta menginformasikan kepada petugas kesehatan terdekat apabila terdapat simtom-simtom kesehatan yang menandakan Covid-19.

Thailand meniadakan semua peraturan imigrasi yang berkaitan dengan Covid-19 sejak 1 Oktober 2022. Wisatawan asing dan pengunjung dengan kepentingan lainnya tidak lagi diminta menunjukkan bukti hasil tes PCR negatif maupun bukti hasil vaksinasi. Pemerintah Thailand juga memberikan tambahan 15 hari bagi visa exempt untuk pengunjung dari AS, Kanada, dan Eropa. Visa Exempt tersebut semula berlaku selama 30 hari, kini menjadi total 45 hari. Tambahan 15 hari juga diberikan bagi pengunjung dari Meksiko dan RRT dengan visa on arrival yang semua berlaku hanya untuk 15 hari, menjadi total 30 hari.

Filipina menghapus kewajiban tes PCR  bagi pendatang dan penggunaan masker di tempat tertutup pada 27 Oktober 2022. Akan tetapi pendatang yang belum tervaksinasi diminta menunjukkan tes antigen 24 jam sebelum kedatangan (atau dengan mengikuti tes yang diselenggarakan di bandara). Kebijakan sebelumnya mengharuskan pendatang yang belum tervaksinasi untuk mengikuti karantina terpusat.

Indonesia sendiri telah menghapus kewajiban karantina bagi pendatang dari luar negeri pada April 2022. Sampai saat itu karantina selama tiga hari masih diwajibkan, termasuk bagi pendatang yang telah menerima vaksin lengkap.

Kebijakan imigrasi selanjutnya kembali dilonggarkan pada 15 September 2022 dengan meniadakan kewajiban tes PCR maupun asuransi kesehatan bagi pengunjung dari luar negeri yang telah mendapatkan vaksinasi. Bila pendatang tersebut belum mendapatkan vaksinasi, mereka akan diminta menerima vaksinasi pada hotel karantina yang ditunjuk di tempat kedatangan.

Sementara itu, pengunjung tetap diminta mengunduh dan menggunakan apliaski PeduliLindungi. Keharusan menunjukkan bukti vaksinasi tersebut dikecualikan bagi pemegang visa diplomatik dan dinas, transit, di bawah 18 tahun, belum menerima vaksinasi kedua karena sedang dalam pemulihan Covid-19, situasi medis khusus.

KOMPAS/YULVIANUS HARJONO

Kerlap-kerlip lampu di tepi Sungai Kazanska menjadi daya tarik bagi para turis yang mengunjungi Kota Kazan di Republik Tatarstan, Federasi Rusia (6/7/2018). Seperti kebanyakan kota besar lainnya di Rusia, Kazan memiliki keindahan tepi sungai yang menjadi obyek wisata sekaligus pusat kebudayaannya.

Perkembangan Wisatawan Internasional

Bersamaan dengan kebijakan pembebasan imigrasi dan pengendalian kesehatan masyarakat tersebut, data pariwisata internasional di berbagai negara juga menunjukkan tanda-tanda pemulihan. UNWTO mencatat bahwa pada tahun 2022 pariwisata internasional global semakin membaik dan pulih mencapai 63 persen dari total wisatawan internasional tahun 2019.

Hal ini berarti bahwa pada tahun 2022 jumlahnya masih lebih sedikit sebanyak 37 persen dari sebelum pandemi Covid-19. Sementara itu, jumlah pendapatan yang dihasilkan di sektor pariwisata internasional juga dihitung telah pulih hingga 70 sampai 80 persen dari total pemasukan sektor tersebut sebelum pandemi Covid-19.

Grafik

 

 

Bila melihat persebaran dampak pandemi Covid-19 pada jumlah wisatawan internasional di berbagai kawasan di dunia, tampak bahwa wilayah yang mengalami pukulan paling berat adalah kawasan Asia Pasifik.

Pada tahun 2020 kawasan tersebut mengalami penurunan jumlah wisatawan mancanegara hingga 80 persen. Angkanya memburuk di tahun 2021 menjadi 93 persen. Di tahun 2022 jumlah wisatawan mancanegara di Asia Pasifik masih terpuruk di kisaran 77 persen bila dibandingkan dengan jumlah wisatawan tahun 2019. Angka tersebut jauh dari rata-rata global yang telah menunjukkan perbaikan di 37 persen kurang dari jumlah wisatawan mancanegara tahun 2019.

Grafik

 

 

Pemulihan wisatawan internasional di kawasan Asia Tenggara mulai tampak sejak tahun 2022. Pada Desember 2019, Thailand menerima 3,9 juta turis asing, diikuti Malaysia dengan 2 juta turis asing, Vietnam 1,7 juta, Indonesia 1,38 juta, Singapura 1,2 juta, dan Filipina 776 ribu.

Pada Januari 2020 Malaysia, Singapura, Vietnam dan Filipina sempat mengalami peningkatan jumlah turis asing. Tetapi angka tersebut mulai anjlok pada Februari 2020. Malaysia mengalami jumlah turis terendah pada Mei 2020 dengan hanya 5411 turis, Singapura pada Oktober 2020 dengan hanya 2002 turis asing.

Indonesia pada Februari 2021 terdapat jumlah kedatangan 106 ribu turis asing, Thailand pada bulan yang sama dengan 5741 turis asing, Vietnam pada Juni 2020 dengan 8784 turis asing, Filipina pada April 2020 dengan 948 turis asing. Geliat pemulihan tampak sejak akhir tahun 2021 dan awal tahun 2022, tetapi masih belum pulih sepenuhnya mencapai angka sebelum pandemi.

Grafik

 

 

KOMPAS/NELI TRIANA

Sungai Thames di London, Inggris, akhir September 2015, dengan latar belakang Big Eye of London. Sungai yang lebar, berair melimpah, bersih terawat meskipun dikeli lingi perkantoran, sibuk oleh arus pelayaran, termasuk pelayaran wisata, menjadi ikon kota London.

Kebijakan Pariwisata di Republik Rakyat Tiongkok

Perkembangan pemulihan pariwisata internasional bukan hanya ditentukan oleh perubahan kebijakan imigrasi di negara tujuan pariwisata dan kondisi pemulihan ekonomi setempat. Pulihnya pariwisata internasional ditentukan pula oleh perkembangan pemulihan ekonomi dan pelonggaran kebijakan imigrasi di negara asal para wisatawan.

Perubahan kebijakan imigrasi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebagai negara dengan penduduk terbanyak di Asia dan pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor pemulihan pariwisata internasional di kawasan yang mendapat perhatian luas.

Data menunjukkan bahwa pada tahun 2019, sebelum pandemi Covid-19, seperlima dari total pemasukan pariwisata global dari turis internasional berasal dari turis RRT, dengan total pengeluaran mencapai 277 miliar USD dan total perjalanan internasional sebanyak 155 juta perjalanan.

Hingga paruh akhir tahun 2022, RRT masih menerapkan kebijakan zero-covid. Pemerintah RRT berupaya seketat mungkin menekan angka penularan di negaranya. Kewajiban tes PCR rutin, pelacakan (tracing) penularan yang ketat pada tiap kasus positif, pembatasan mobilitas sosial, hingga lockdown penuh pada daerah-daerah bahkan kota di mana terjadi banyak kasus positif Covid-19 merupakan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah RRT untuk menekan penularan tersebut.

Pendatang asing yang masuk ke RRT wajib menjalani tes PCR dua kali, yakni 48 jam dan 24 jam sebelum keberangkatan, mengikuti karantina terpusat selama 10 hari di kota tempat pendaratan dan tambahan 7 hari di kota lain bila berpindah kota tujuan, ditambah serangkaian tes PCR selama karantina tersebut.  Dalam hal ini Pemerintah RRT amat hati-hati dalam mengendorkan kebijakan Covid-19.

Akan tetapi pada akhir tahun 2022, setelah protes masal yang terjadi di berbagai daerah, Pemerintah RRT memutuskan untuk meninggalkan kebijakan zero-covid-nya. Selain karena kejenuhan masyarakat dan persoalan ekonomi yang makin berat bagi kelompok masyarakat dan profesi tertentu.

Protes tersebut muncul setelah terjadinya beberapa insiden seperti kasus bunuh diri dan kebakaran yang menewaskan suatu keluarga akibat pemadam kebakaran yang terhalang prosedur protokol kesehatan, sekaligus meningkatnya kasus penularan dalam beberapa minggu terakhir yang membuat Pemerintah mesti memutuskan untuk makin memperketatnya atau melepaskannya.  

Pada 26 Desember kemudahan imigrasi keluar diterbitkan bagi masyarakat RRT. Data dari Ctrip, yakni perusahaan agen perjalanan terbesar di RRT, menunjukkan bahwa booking tiket untuk periode 1-10 Januari 2023 melesat hingga 313 persen dibandingkan tahun lalu. Singapura, Thailand, dan Malaysia menjadi destinasi utama yang banyak dipilih masyarakat RRT. Sebagai catatan, data mengenai turis RRT selalu dibedakan dari data turis asal Hong Kong, Macau, dan Taiwan.

Pulihnya arus wisatawan internasional dari RRT belum sepenuhnya terjadi. Salah satu faktor yang menghambat ialah rendahnya jumlah penerbangan internasional dari dan ke RRT. Civil Aviation Administration of China (CAC) memperkirakan bahwa pada 2023 total penerbangan RRT baru akan mulai pulih hingga 75 persen dari total penerbangan sebelum pandemi Covid-19.

Pada momentum liburan akhir tahun 2022 dan awal tahun 2023, masyarakat RRT masih harus menghadapi melonjaknya tingkat penularan Covid-19 setelah dihapusnya protokol ketat pencegahan Covid-19 di negara tersebut. Di sisi lain, masyarakat lebih banyak memilih untuk kembali ke kampung halamannya untuk merayakan tahun baru Imlek alih-alih pergi ke luar negeri, mengingat bahwa tahun baru imlek 2023 menjadi tahun baru pertama setelah pandemi Covid-19 di mana masyarakat dapat leluasa kembali ke kampung halamannya. (LITBANG KOMPAS)

Referensi