Paparan Topik | Bahan Pokok

Komoditas Bawang Merah: Sejarah, Manfaat, Sentra Produksi, Ekspor-Impor, dan Perkembangan Harga

Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang strategis dan bernilai ekonomi tinggi. Setiap menjelang lebaran, komoditas ini naik daun karena harganya yang melonjak tinggi di pasar-pasar tradisional akibat tingginya permintaan.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Pekerja memisahkan bawang merah dari daunnya di gudang penyimpanan di Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Sabtu (5/6/2021). Sebagai sentra produksi bawang merah Kabupaten Nganjuk mempunyai luas lahan sebanyak 13.000 hektar. Cuaca membuat panen menurun dari 12 ton bawang merah menjadi 8 ton perhektar. Harga bawang merah di tingkat petani berkisar dari Rp8000 hingga Rp15.000 tergantung kualitas serta banyaknya pasokan bawang merah di pasaran. Untuk panen raya diperkirakan akan jatuh pada Juli dan Agustus.

Fakta Singkat

  • Bawang merah berasal dari Asia Tengah dan sudah dibudidayakan sejak 4.000 tahun lalu.
  • Manfaat utama bawang merah adalah umbinya yang digunakan sebagai bumbu penyedap masakan dan obat tradisional bermacam-macam jenis penyakit.
  • Produksi bawang merah Indonesia tiap tahun lebih dari 2 juta ton dan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
  • Sentra produksi bawang merah terdapat di Brebes dan Demak di Jawa Tengah, serta Nganjuk di Jawa Timur. Tiga kabupaten itu menyumbang lebih dari separuh produksi nasional.
  • Indonesia mengekspor bawang merah sejak tahun 2016, sebelumnya Indonesia selalu mengimpor bawang merah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
  • Konsumsi bawang merah rata-rata penduduk Indonesia, yakni 2,6 kg/kapita/tahun. Konsumsi tertinggi di Sumatera Barat dengan 4,19 kg/kapita/tahun, sementara konsumsi terendah di NTT dengan 1,63 kg/kapita/tahun.
  • Harga tertinggi bawang merah di timgkat konsumen pernah terjadi pada September 2021 adalah Rp78.000/kg, sementara harga acuan dari pemerintah Rp32.000/kg.

Hampir semua masakan Indonesia menggunakan bawang merah sebagai salah satu bumbunya. Tidak hanya membuat makanan menjadi lebih sedap dan kaya cita rasa, umbi bawang merah juga bermanfaat bagi kesehatan karena kaya kandungan gizi seperti sodium, kalium, folat, vitamin A, C, dan E, kalsium, magnesium, fosfor, dan unsur-unsur lainnya.

Komoditas yang dimanfaatkan umbinya ini hampir pasti ada di pasar-pasar tradisional karena dibutuhkan masyarakat terutama sebagai bumbu masakan. Bahkan, setiap menjelang perayaan hari raya, permintaan bawang merah melonjak karena tradisi perayaan hari besar yang menyajikan makanan-makanan khas daerah yang mengunakan bawang merah sebagai salah satu bumbu dasarnya. Alhasil, harga pun sering melonjak melebihi harga acuan yang dipatok pemerintah.

Menjelang Lebaran 2022, harga bawang merah tembus Rp40.000/kg di pasar-pasar tradisional, sementara pada bulan Januari–Maret harga bawang merah masih di kisaran Rp30.000/kg.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Pekerja menjemur bawang merah yang baru saja di panen di kawasan Jababeka, Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Minggu (15/8/2021). Setelah menunggu 2 bulan sejak penanaman awal pada 11 Juni lalu, hari itu para petani yang tergabung dalam Tim Farming Jadul (Jababeka Peduli) melakukan panen perdana. Para anggota Tim Farming Jadul adalah para korban pemutusan hubungan kerja (PHK) perusahaan yang ambruk akibat pandemi Covid-19.

Sejarah

Bawang merah (Allium cepa L.) adalah salah satu bumbu masak utama dunia yang berasal dari Asia Tengah. Dalam buku Sehat dengan Rempah dan Bumbu Dapur oleh Made Astaman disebutkan bahwa tanaman bawang merah berasal dari Suriah.

Tanaman ini lantas menyebar ke wilayah Eropa Barat, Eropa Timur, dan Spanyol sekitar abad ke-8. Sejak saat itu, tanaman bawang merah mulai menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Bahkan pada abad ke-19, bawang merah telah menjadi salah satu tanaman rempah komersil di berbagai belahan dunia.

Sementara dalam referensi lainnya menyebutkan tanaman bawang merah diduga merupakan tanaman asli daratan Asia. Sebagian literatur menyebutkan bahwa tanaman ini berasal dari Asia Tengah terutama daerah Palestina dan India tetapi sebagian lagi memperkirakan bahwa asal muasal bawang merah berasal dari Asia Tenggara.

Bawang merah tercatat pula sebagai salah satu tanaman tertua yang dibudidayakan manusia. Hal ini ditunjukkan pada sekitar 3.200 – 2.700 sebelum masehi, bangsa Mesir telah melukiskan bawang merah pada patung dan tugu-tugu mereka. Sedangkan di Israel tanaman bawang merah sudah dikenal pada tahun 1.500 tahun sebelum masehi.

Pada catatan sejarah Yunani Kuno, bawang merah disebutkan telah dibudidayakan sekitar 4.000 tahun yang lalu. Di kawasan Eropa Timur, Eropa Barat dan Spanyol diperkirakan tanaman ini telah dibudidayakan 1.000 tahun yang lalu kemudian menyebar ke daratan Amerika saat penemuan benua baru. Dalam penyebaran selanjutnya, bawang merah berkembang hingga ke Timur Jauh dan Asia Selatan.

Setelah berkembang di Indonesia, orang Jawa mengenalnya sebagai brambang, sementara orang Minahasa menyebutnya la suna. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan adalah umbi sebagai bumbu masak, acar, dan obat tradisional. Meskipun demikian, beberapa tradisi kuliner juga menggunakan daun serta tangkai bunganya sebagai bumbu penyedap masakan dan sayur, sementara kulit umbinya bisa dimanfaatkan sebagai pewarna alami.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Pekerja memilah bawang merah di gudang penyimpanan di Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Sabtu (5/6/2021). Sebagai sentra produksi bawang merah Kabupaten Nganjuk mempunyai luas lahan sebanyak 13.000 hektar. Cuaca membuat panen menurun dari 12 ton bawang merah menjadi 8 ton perhektar. Harga bawang merah di tingkat petani berkisar dari Rp8000 hingga Rp15.000 tergantung kualitas serta banyaknya pasokan bawang merah di pasaran. Untuk panen raya diperkirakan akan jatuh pada Juli dan Agustus.

Manfaat

Meski bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, tetapi masyarakat membutuhkan bawang merah sebagai bahan pokok bumbu dapur dan bumbu penyedap berbagai masakan. Bawang merah juga bisa dijadikan obat tradisional, seperti untuk menurunkan demam atau panas, mengobati diabetes, mag, serta menurunkan kadar gula dan kolesterol darah.

Sebagai penyedap masakan, umbi bawang merah diiris-iris tipis dan kemudian digoreng dalam minyak goreng menjadi bawang goreng. Bawang goreng itu kemudian ditaburkan dalam berbagai masakan Indonesia sebagai penyedap seperti soto, sup, dan bubur ayam. Sebagai bumbu masakan, bawang merah telah dikenal luas sebagai bumbu masak wajib dan utama bagi kuliner tradisional Indonesia.

Selain diolah menjadi bawang goreng dan bumbu masakan, bawang merah dapat juga dapat bermanfaat sebagai obat, yaitu untuk mengobati maag, masuk angin, menurunkan kadar gula dalam darah, menurunkan kolesterol, sebagai obat kencing manis (diabetes melitus). Bawang merah juga dapat memperlancar pernafasan dan memperlancar aliran darah karena bawang merah dapat menghambat penimbunan trombosit dan meningkatkan aktivitas fibrinotik.

Manfaat kesehatan lain yang dapat diperoleh dengan mengkonsumsi langsung bawang merah, antara lain, meningkatkan imunitas, meningkatkan kesehatan jantung, mencegah kanker, menurunkan kadar gula darah, menjaga kesehatan pencernaan, menguatkan tulang, meningkatkan kesehatan otak, meredakan stres, dan mengatasi radang tenggorokan.

Dalam buku Khasiat Bawang Merah (2007), dijelaskan bahwa bawang merah bisa digunakan dalam terapi medis untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan, seperti menurunkan demam, menyembuhkan sariawan, menyembuhkan pilek, mencegah masuk angin dan perut kembung, mengobati cacingan, mengobati disentri, mengatasi sembelit, dan mengatasi sakit kepala.

Jika dicermati lebih jauh, bawang merah mengandung vitamin C, kalium, serat, dan asam folat. Selain itu, bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi. Bawang merah juga mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin. Bawang merah juga mengandung efek antiseptik dan senyawa alliin. Senyawa alliin oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat, amonia, dan alliisin sebagai antimikoba yang bersifat bakterisida.

Yang khas dari bawang merah adalah senyawa sin-propanatial-S-oksida (syn-propanethial-S-oxide) yang terbentuk akibat jaringan bawang merah diiris menyebabkan mata mengeluarkan air mata. Pembentukannya terpicu oleh dilepaskannya enzim lachrymatory-factor synthase ketika jaringan tubuh tanaman dilukai.

Enzim ini akan mengubah asam-asam amino sulfoksida (mengandung oksida belerang) menjadi asam sulfenat yang tidak stabil. Salah satu senyawa yang terbentuk dari asam sulfenat adalah sin-propanatial-S-oksida, yang kemudian menyebar ke udara. Kelenjar air mata akan terangsang oleh senyawa ini dan memicu keluarnya air mata.

KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI

Petani membawa bawang merahnya ke atas gerobak usai dijemur di sentra bawang merah Desa Padasugih, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (19/12/2020). Tahun ini, sebagian hasil panen bawang merah rusak karena terkikis hujan. Padahal, para petani sudah memajukan musim tanam mereka agar tidak panen pada Januari -Februari. Pada masa itu, hasil panen bawang merah rentan rusak karena terendam genangan air hujan.

Sentra produksi

Provinsi penghasil utama bawang merah, yang luas areanya di atas 1.000 hektare per tahun, di antaranya adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur, Bali, NTB, dan Sulawesi Selatan. Kesembilan provinsi ini menyumbang 95,8 persen dari produksi total bawang merah di Indonesia.

Pulau Jawa sendiri memberikan konstribusi sebesar 75 persen. Sementara sentra produksi bawang merah (penghasil utama bawang merah) adalah, Jawa Barat (Indramayu, Kuningan, Garut, Cirebon, dan Majalengka), Jawa Tengah (Brebes, Tegal, Boyolali, Pemalang, Magelang, Rembang, Kebumen, dan Pati), DIY, dan Jawa Timur (Malang, Probolinggo, Nganjuk, Banyuwangi, Mojokerto, Magetan, Tuban, Pamekasan, dan Sampang).

Sementara di luar Jawa, sentra penghasil bawang merah terdapat di Sumatera Utara (Tapanuli, Samosir, dan Dairi), Sumatera Barat, Sumatera Selatan (Ogan Komering Ulu, Lahat, dan Palembang), Bali, NTB (Lombok Timur, Bima, Lombok Tengah, Sumbawa, Lombok Barat, dan Dompu), dan Sulawesi Selatan (Enrekang).

Produksi Bawang Merah 2020

Bulan

Produksi

(ribu ton)

Januari 152,93
Februari 166,85
Maret 134,53
April 128,55
Mei 148,03
Juni 126,92
Juli 142,45
Agustus 198,89
September 159,34
Oktober 151,39
November 102,56
Desember 203,02
 Jumlah 2020 1.817,46

Sumber: BPS

Rempah yang banyak dikonsumsi rumah tangga Indonesia sebagai bumbu masakan ini, produksinya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi bawang merah di Indonesia mencapai 1,81 juta ton pada 2020. Jumlah itu meningkat 15 persen dari tahun sebelumnya sebesar 1,58 juta ton.

Meski demikian, produksi bawang merah menunjukkan tren yang fluktuatif sepanjang tahun 2020. Pada Januari 2020, produksi bawang merah tercatat sebesar 152,93 ribu ton. Jumlah tersebut naik menjadi 166,85 ribu ton pada Februari 2020. Namun pada April 2020, produksi turun menjadi 128,55 ribu ton  dan kembali meningkat pada Mei menjadi 148,03 ribu ton, bahkan turun lagi menjadi 126,92 ribu ton sebulan kemudian.

Perkembangan Produksi Bawang Merah

Tahun Produksi (ton)
2010 1.048.934
2011 893.124
2012 964.221
2013 1.010.773
2014 1.233.989
2015 1.229.189
2016 1.446.869
2017 1.470.155
2018 1.503.438
2019 1.580.247
2020 1.815.445

Sumber: BPS

Produksi bawang merah melonjak hingga mencapai 198,89 ribu ton pada Agustus 2020, namun produksi selanjutnya kembali turun dalam tiga bulan berturut-turut. Pada Desember 2020, produksinya mencapai 203,02 ribu ton atau tertinggi sepanjang tahun 2020.

Berdasarkan provinsinya, Jawa Tengah merupakan penghasil bawang merah tertinggi di Indonesia, yakni 611,17 ribu ton pada 2020. Jumlah itu berkontribusi sebesar 34 persen terhadap produksi bawang merah nasional. Jawa Timur menyusul dengan produksi bawang merah mencapai 454,58 ribu ton atau 25 persen. Urutan ketiga, yakni Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan produksi bawang merah sebesar 188,74 ribu ton atau 10,4 persen dari produksi nasional.

Jika dicermati terdapat tiga kabupaten di Indonesia yang luas penanaman dan produksi bawang merah tertinggi. Kelima kabupaten itu, yaitu Kabupaten Brebes dan Demak di Jawa Tengah,  serta Nganjuk di Jawa Timur.

Kabupaten Brebes merupakan sentra bawang merah terbesar di Indonesia. Daerah ini memberikan kontribusi 18,5 persen produksi nasional atau 57 persen dari produksi di Jawa Tengah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah produksi bawang merah di Kabupaten Brebes sebesar 3,8 juta kuintal dengan luas panen 38,9 ribu hektare pada 2020. Produksi ini meningkat 26,6 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 3,03 juta kuintal. Kecamatan Wanasari, Larangan, dan Bulukamba merupakan sentra bawang merah terbesar di Kabupaten Brebes.

Produksi Bawang Merah 2020 (ton)

Provinsi 2020
Aceh 11.246
Sumatera Utara 29.222
Sumatera Barat 153.770
Riau 263
Jambi 11.977
Sumatera Selatan 934
Bengkulu 1.153
Lampung 2.105
Kep. Bangka Belitung 157
Kep. Riau 123
Dki Jakarta 0
Jawa Barat 164.827
Jawa Tengah 611.165
Di Yogyakarta 18.811
Jawa Timur 454.584
Banten 1.404
Bali 14.207
Nusa Tenggara Barat 188.740
Nusa Tenggara Timur 10.424
Kalimantan Barat 227
Kalimantan Tengah 79
Kalimantan Selatan 462
Kalimantan Timur 267
Kalimantan Utara 90
Sulawesi Utara 4.937
Sulawesi Tengah 5.725
Sulawesi Selatan 124.381
Sulawesi Tenggara 655
Gorontalo 476
Sulawesi Barat 631
Maluku 1.106
Maluku Utara 951
Papua Barat 136
Papua 209
Total 1.815.444

Sumber: BPS

Kabupaten Nganjuk di Jawa Timur merupakan penghasil bawang merah terbesar ke kedua di Indonesia setelah Brebes. Luas panen bawang merah pada 2020 berdasarkan data BPS adalah 14.505 hektare. Sedangkan, jumlah produksi bawang merah pada 2020 sebesar 1,7 juta kwintal. Lima kecamatan sebagai daerah penghasil bawang merah terbesar di Nganjuk, yaitu Rejoso, Bagor, Wilangan, Sukomoro, dan Gondang.

Kabupaten Demak berada di urutan nomor ketiga nasional atau terbesar kedua di Jateng. Luas panen bawang merah Kabupaten Demak pada 2020, yaitu 10.258 hektare. Sedangkan, produksi bawang merah pada 2020, yaitu 781,65 ribu kwintal. Daerah penghasil bawang merah berada di 5 kecamatan utama, yaitu Kecamatan Mijen, Karanganyar, Wedung, Demak, dan Dempet.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Buruh tani menanam bawang merah di Desa Gubugsari, Kecamatan Pegadon, Kebupaten Kendal, Jawa Tengah, Rabu (22/4/2020). Aktivitas pertanian di kawasan tersebut hingga saat ini berjalan normal di tengah pandemi Covid-19. Mereka tetap bekerja dan memproduksi seragam komoditas pertanian anyara lain padi, jagung, palawija dan bawang merah.

Konsumsi

Bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang strategis dan bernilai ekonomi tinggi. Konsumsi bawang merah akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat karena adanya pertambahan jumlah penduduk, semakin berkembangnya industri produk olahan berbahan baku bawang merah (bawang goreng, bumbu masak) dan pengembangan pasar.

Penggunaan atau konsumsi bawang merah oleh masyarakat biasanya cenderung meningkatkan di saat-saat tertentu seperti hari raya besar keagamaan. Selain sebagai bumbu masakan, bawang merah banyak dikonsumsi sebagai bawang goreng yang disajikan dalam nasi goreng, sate, tongseng dan masakan jadi lainnya yang menggunakan bawang merah sebagai taburan dalam bentuk bawang goreng.

Bawang merah juga banyak digunakan oleh industri baik sebagai bahan baku maupun sebagai bahan tambahan. Industri yang menggunakan bawang merah ini adalah seperti pada industri kornet, sarden, sambal dan bumbu botol, mie instan dan lain-lain.

Konsumsi bawang merah dalam rumah tangga selama periode tahun 2002–2021 relatif berfluktuasi, namun cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selama periode tahun 2002–2021, konsumsi bawang merah terbesar terjadi pada tahun 2007 yang mencapai 3,01 kg/kapita/tahun, sementara urutan kedua tahun 2014 mencapai 2,48 kg/kapita/tahun, dan urutan ketiga mencapai 2,76 kg/kapita/tahun pada tahun 2012.

Konsumsi Bawang Merah per Kapita

Tahun Ons/kapita/minggu Kg/kapita/tahun
2003 0,427 2,227
2004 0,421 2,195
2005 0,454 2,367
2006 0,400 2,086
2007 0,578 3,014
2008 0,526 2,743
2009 0,484 2,524
2010 0,485 2,529
2011 0,453 2,362
2012 0,530 2,764
2013 0,396 2,065
2014 0,477 2,487
2015 0,520 2,713
2016 0,542 2,826
2017 0,493 2,570
2018 0,530 2,764
2019 0,537 3,493
2020 0,518 3,363
2021 0,561 3,647

Sumber: BPS

Konsumsi terendah terjadi pada tahun 2013 sebesar 2,06 kg/kapita/tahun. Tahun 2017 konsumsi bawang merah adalah sebesar 2,57 kg/kapita/tahun atau turun 9,05 persen bila dibandingkan degan tahun sebelumnya. Sebaliknya pada tahun 2018 konsumsi bawang merah 2,76 kg/kapita/tahun atau naik sebesar 7,52 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara menurut data konsumsi yang dirilis BPS dalam konsumsi per kapita seminggu bahan makanan pennting, konsumsi bawang merah penduduk Indonesia per minggu tahun 2021 mencapai 0,56 ons/kapita/mingggu atau jika dikonversi dalam setahun mencapai 3,6 Kg/kapita/tahun. Konsumsi itu meningkat sebesar 8 persen dibandingkan tahun 2020 yang tercatat sebesar 0,51 ons/kapita/tahun atu 3,3 kg/kapita/tahun.

Jika dilihat per provinsi pada periode 2014–2018, konsumsi bawang merah tertinggi di terdapat di Provinsi Sumatera Barat, dengan rata-rata sebesar 4,19 kg/kapita pada 2018 dan dan 4,42 kg/kapita pada tahun 2016. Tingginya konsumsi provinsi itu karena sebagian besar makanan khas daerah itu membutuhkan bawang merah sebagai bumbu masakan, sementara konsumsi terendah untuk bawang merah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yakni 1,63 kg/kapita pada tahun 2018 dan 1,38 kg/kapita pada tahun 2017.

Adapun pertumbuhan konsumsi tertinggi konsumsi bawang merah di Provinsi Sumatera Utara, yaitu sebesar 10,27 persen dikarenakan konsumsi bawang  merah di provinsi tersebut meningkat cukup tinggi. Sementara yang menduduki urutan kedua dan ketiga adalah provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Bangka Belitung yang konsumsinya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dengan sebesar 2,88 persen.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Buruh membersihkan bawang merah yang baru tiba dari Brebes di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (14/5/2020). Harga bawang merah di pasar induk saat ini pada kisaran Rp 42 ribu – Rp 46 ribu per kilogram, jauh di atas harga eceran tertinggi (HET). HET untuk bawang merah adalah Rp 32 ribu per kilogram.

Ekspor dan Impor

Meski produksi bawang merah secara total tiap tahun mencukupi kebutuhan per tahun bahkan sebagian produksinya di ekspor ke sejumlah negara, namun kerena produksinya bersifat musiman suplai bawang merah cenderung fluktiatif, kadang berlimpah dan kadang mengalami kelangkaan. Kondisi ini menyebabkan terjadinya gejolak karena adanya permintaan dan pasokan sehinga dapat menyebabkan gejolak harga antarwaktu. Adanya kesengjangan itu, menyebabkan Indonesia harus mengimpor bawang merah guna memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor bawang merah Indonesia pada periode 2016–2020 mengalami fluktuasi. Tahun 2020, nilai ekspor bawang merah mencapai 13,74 juta dollar AS atau meningkat 29,8 persen dibandingkan pada tahun 2019 yang sebesar 10,58 juta dollar AS.

Nilai Ekspor dan Impor Bawang Merah (juta dollar AS)

Tahun Ekspor Impor
2016 0,404 1,16
2017 9,53 0,37
2018 6,99 0,51
2019 10,58 0,54
2020 13,74 1,36

Sumber: BPS

Sementara pada tahun 2016, nilai ekspor bawang merah sebesar 404 ribu dollar AS. Nilainya melonjak mencapai 9,53 juta dollar AS pada 2017. Setahun kemudian, nilai ekspor bawang merah turun menjadi 6,99 juta dollar AS.

Thailand menjadi negara tujuan utama ekspor bawang merah Indonesia, yakni 9,3 juta dollar AS pada 2020. Kemudian Singapura dengan nilai ekspor bawang merah mencapai 2,55 juta dollar AS pada tahun 2020.

Jika dicermati, ekspor bawang merah itu terjadi sejak 2016 di mana saat itu pemerintah menutup kran impor dari negara-negara lain. Ekspor bawang merah tahun 2016 tercatat 736 ton, kemudian meningkat  93 persen menjadi 7.750 ton pada tahun 2017. Setidaknya ada 4 negara yang mengimpor bawang merah dari Indonesia, yakni Vietnam, Thailand, Singapura, dan Malaysia.

Indonesia juga melakukan impor bawang merah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saat pasokan berkurang. Tahun 2020, nilai impor bawang merah Indonesia tercatat sebesar 1,36 juta dollar AS  atau melonjak hampir 1,5 kali lipat dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 545 ribu dollar AS.  Vietnam menjadi importir bawang merah terbesar dengan nilai mencapai 860,22 ribu dollar AS pada 2020. Disusul oleh Malaysia dengan nilai impor bawang merah mencapai 173,79 ribu dollar AS.

KOMPAS/ALIF ICHWAN

Buruh mengupas dan menyortir bawang merah yang akan dijual di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Minggu (15/12/2019). Menjelang Natal dan Tahun Baru 2020, harga bawang merah naik dari Rp 28.000 per kilogram menjadi Rp 35.000 per kilogram. Beberapa bahan pangan lain juga mengalami kenaikan harga.

Perkembangan harga

Permintaan bawang merah cenderung meningkat setiap saat, sementara produksi bawang merah bersifat musiman. Kondisi ini menyebabkan terjadinya gejolak harga karena adanya senjang (gap) antara pasokan (suplai) dan permintaan sehinga dapat menyebabkan gejolak harga antarwaktu.

Permintaan bawang merah juga terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan konsumsi bawang merah oleh masyarakat. Ketersediaan bawang merah selama ini dapat disediakan dari produksi dalam negeri, namun karena adanya kesengjangan antara permintaan dan penawaran, menyebabkan Indonesia harus mengimpor bawang merah guna memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Lonjakan harga bawang merah di tingkat konsumen terjadi pada 1998 saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Harga bawang merah meningkat dari Rp950 per kilogram pada 1997 menjadi Rp3.730,00 per kilogram pada tahun 1998 dan sampai akhirnya harga bawang merah tahun 2011 meningkat menjadi Rp25.928,00 per kilogram dan turun pada tahun 2012 menjadi Rp21.949,00 per kilogram tetapi kembali meningkat pada tahun 2013 menjadi Rp35.795,00 per kilogram.

Jika dicermati, harga bawang merah di Indonesia selama 2010–2022 cukup berfluktuasi. Hal ini disebabkan faktor pendistribusian komoditas dari produsen sampai dengan konsumen akhir yang belum efisien, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Meski demikian, pada periode itu harga bawang merah rata-rata Rp32.000 per kilogram dan itu menjadi patokan harga di tingkat konsumen.

Harga bawang merah rendah terjadi pada April 2011, di tingkat petani harganya turun menjadi Rp9.000,00 per kilogram dibanding harga pada Februari 2011 yang mencapai Rp15.000,00 per kilogram. Turunnya harga itu karena membanjirnya bawang merah impor dari Vietnam dan Thailand yang di pasar tradisional dijual Rp17.000–19.000 per kilogram.

Setahun kemudian atau pada Januari 2012, harga bawang merah kembali jatuh berkisar Rp2.000–2.500 per kilogram di tingkat petani. Anjloknya harga bawang merah lokal itu tidak terlepas dari pengaruh impor bawang merah dari China, Filipina, dan Thailand yang dilakukan oleh pemerintah pusat sehingga pasokan melimpah. Harga bawang merah impor untuk konsumsi Rp4.000,00 per kilogram.

Harga bawang merah kembali naik pada tahun 2013. Pada bulan Maret harganya mencapai Rp45.000/kg dan mencapai rekor tertinggi pada tahun 2013, mencapai Rp60.000/kg di tingkat konsumen pada bulan April.

Perkembangan Harga Bawang Merah

Bulan 2020 2021

2022

Januari  Rp          37.500  Rp          32.750  Rp          30.750
Februari  Rp          39.550  Rp          32.400  Rp          34.650
Maret  Rp          38.050  Rp          35.000  Rp          36.650
April  Rp          43.500  Rp          33.850  Rp          35.150
Mei  Rp          53.550  Rp          33.200
Juni  Rp          52.650  Rp          31.500
Juli  Rp          38.200  Rp          33.350
Agustus  Rp          32.200  Rp          34.700
September  Rp          30.800  Rp          30.550
Oktober  Rp          33.200  Rp          29.650
November  Rp          37.600  Rp          28.350
Desember  Rp          36.750  Rp          28.700

Sumber: Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional

Sementara lonjakan harga kembali terjadi pada Mei 2016. Menjelang puasa, harga bawang merah mencapai Rp42.500 per kilogram. Pemerintah menginginkan harga berkisar Rp15.000 sampai Rp20.000 per kilogram.

Kurang dari sepekan menjelang bulan Ramadhan 2017, harga bawang merah di tingkat petani di Jawa Timur, terus turun. Harga 1 kilogram bawang merah di tingkat petani Rp10.000 — Rp12.000, jauh lebih rendah daripada masa panen tiga bulan sebelumnya yang mencapai Rp33.000 per kg.

Pada Oktober 2017, harga bawang merah kembali jatuh di titik terendah. Di Jawa Barat harga anjlok hingga Rp6.000 per kilogram (kg) di tingkat petani, sementara di Jawa Timur harga di tingkat petani Rp10.000 per kg. Harga ini jauh di bawah harga acuan pemerintah yang ditetapkan, yakni Rp15.000 per kg.

Dua bulan berselang, harga terus jatuh. Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia mengatakan, di tingkat petani di Brebes, rata-rata harga jual bawang merah kualitas sedang sekitar Rp6.000 — Rp8.000 per kg. Padahal, titik impas saat ini sekitar Rp12.000 per kg. Artinya, petani merugi. Sementara di pasar tradisional harga bawang merah dijual Rp18.000 per kg. Rendahnya harga itu karena melimpahnya pasokan terkait dengan panen sejak pertengahan November 2017.

Pada awal Oktober 2019 harga bawang merah kembali meroket mencapai Rp45.000 per kg di tingkat konsumen. Padahal harga acuan, menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018, ditetapkan Rp15.000 — Rp 22.500 per kg di tingkat petani dan Rp32.000 per kg di tingkat konsumen.

Harga tertinggi pada tahun 2019 terjadi pada bulan Desember atau menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur harga bawang merah mencapai harga tertinggi Rp45.000/kg, sementara harga pada bulan sebelumnya Rp30.000/kg.

KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI

Petani menjemur bawang merah di Desa Tawangsari, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Minggi (17/2/2019). Harga bawang merah di tingkat petani setempat mencapai Rp 15.000 per kilogram.

Menjelang Lebaran 2020, harga bawang merah di berbagai daerah terus meroket. Nilai jualnya di pasaran nasional melonjak hingga kisaran Rp70 ribu per kg, terpaut jauh dari harga acuan yang dipatok pemerintah yang sebesar Rp32 ribu per kg.

Sementara pada tahun 2021, kenaikan harga bawang merah kembali terjadi pada September, yakni mencapai Rp78.000/kg atau tertinggi pada tahun 2021. Sementara pada periode yang sama harga di Malaysia Rp27.000, Filipina Rp50.500, Thailand Rp65.000 dan Singapura harganya sebesar Rp61.000.

Pada awal Ramadhan 2022, harga bawang merah kembali naik tembus di atas Rp40.000/kg dari sebelum bulan puasa di harga Rp30.000/kg. Harga itu terus bertahan hingga menjelang Lebaran 2022. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Buku
  • Distribusi Perdagangan Komoditas Bawang Merah Indonesia, Badan Pusat Statistik, 2020
  • Analisis Perkembangan Harga Bahan Pokok di Pasar, Kementerian Perdangan, 2020
  • Buletin Konsumsi Pangan Volume 10, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, 2019
  • Profil Komoditas Bawang Merah, Kementerian Perdagangan, 2012
Arsip Kompas
  • “Rantai Pasok Bawang Panjang”. Kompas, 01 Juli 2015, Halaman: 18
  • “Bawang Merah: Pasokan Kurang, Harga Melonjak”. Kompas, 12 Apr 2016, Halaman: 23
  • “Bawang Merah: Lonjakan Harga Jangan Menjadi Alasan Buka Impor”. Kompas, 13 Apr 2016, Halaman: 22
  • “Harga Bawang Merah Turun di Tingkat Petani Dihargai Rp12.000 Per Kg”. Kompas, 23 Mei 2017, Halaman: 25
  • “Harga Bawang Anjlok Panen Serentak di Sejumlah Wilayah Jateng Jadi Penyebab”. Kompas, 16 Desember 2017, Halaman: 21
  • “Hortikultura: Kisah Berulang Duo Bawang”. Kompas, 12 Apr 2019, Halaman: 13
  • “Hortikultura: Krisis Bawang Merah”. Kompas, 11 Oct 2019, Halaman: 13