kompas/raditya helabumi
Rahmad Darmawan memimpin latihan tim nasional sepak bola Indonesia yang akan berlaga melawan Arab Saudi di Pra Piala Asia 2015 di Lapangan C Senayan, Jakarta, Senin (18/3/2013).
Fakta Singkat
Aturan PSSI: Pelatih sepak bola di Indonesia harus memiliki lisensi secara berjenjang
Lisensi Pelatih PSSI:
- Lisensi A Nasional
- Lisensi B Nasional
- Lisensi C Nasional
- Lisensi D Nasional
(sejak 2017 tidak berlaku lagi)
Lisensi oleh AFC:
- Lisensi AFC Pro
- Lisensi A AFC
- Lisensi B AFC
- Lisensi C AFC
- Lisensi D (grassroot)
Data PSSI:
- Terdapat sekitar 250-an pelatih berlisensi A nasional, 30 diantaranya pelatih berlisensi A oleh AFC (2012)
- PSSI mencetak 2.442 pelatih di berbagai level lisensi (2019)
Pelatih Handal di Liga Indonesia:
- Stefano Cugurra Teco (Persija Jakarta dan Bali United)
- Jacksen Tiago (Persebaya Surabaya dan Persipura Jayapura)
- Henk Wullems (Bandung Raya dan PSM Makassar)
- Rahmad Darmawan (Persipura dan Sriwijaya FC)
Jenjang pelatih
Merujuk sistem kepelatihan PSSI sebagai induk organisasi sepak bola nasional, pelatih sepak bola di Indonesia harus memiliki lisensi secara berjenjang: pelatih berlisensi D, Lisensi C Nasional, Lisensi B Nasional, dan Lisensi A Nasional. Pelatih berlisensi A nasional merupakan tertinggi yang menjadi syarat untuk melatih klub di Liga Indonesia. Adapun pelatih berlisensi D merupakan level terbawah atau grassroot yang biasanya melatih sekolah sepak bola (SSB).
Dalam perkembangannya, jenjang kepelatihan PSSI itu tidak berlaku lagi. Jenjang pelatih melalui kursus kepelatihan di setiap negara kemudian mengikuti aturan konfederasi sepak bola benua masing-masing. Indonesia kini mengacu pada prosedur Federasi Sepakbola Asia/Asian Football Confederation (AFC) untuk mendapatkan lisensi kepelatihan.
Jenjang kepelatihan yang mengacu pada AFC itu mulai digalakkan sejak tahun 2017 atau pada masa PSSI baru di bawah kepemimpinan Edy Rahmayadi dan kemudian diteruskan oleh Ketua Umum PSSI Muchamad Irawan atau biasa disapa Iwan Bule.
Sejak itu, lisensi-lisensi pelatih yang berlaku Indonesia bukan lagi lisensi D Nasional, C Nasional, B Nasional, atau A Nasional, melainkan mengacu pada empat lisensi kepelatihan menurut AFC, yakni Grassroots (lisensi D Nasional), lisensi C oleh AFC, lisensi B oleh AFC, lisensi A oleh AFC, dan AFC Pro.
Pelatih sepak bola yang mendapatkan lisensi D merupakan jenjang pelatih dasar atau Grassroots/Introductory dalam standar kursus kepelatihan AFC. Untuk jenjang ini, AFC menyerahkan pada masing-masing anggota federasi sepak bolanya dalam mengembangkan pendidikan kepelatihan untuk usia muda di negaranya masing-masing.
Di Indonesia, pendidikan kepelatihan dasar ini persyaratannya ditentukan oleh PSSI sebagai induk organisasi sepak bola nasional. Kursus pendidikan kepelatihan lisensi D ini biasanya diselenggarakan lewat Asprov (asosiasi sepakbola tingkat provinsi) PSSI di daerah masing-masing.
Untuk mengikuti kursus kepelatihan lisensi D yang diselenggarakan Asprov, seseorang harus memiliki surat rekomendasi dari Sekolah Sepak Bola (SSB) atau Persatuan Sepakbola (PS). Untuk memenuhi syarat tersebut seseorang setidaknya harus aktif di SSB atau PS yang terdaftar di Asprov atau Askot.
Materi yang dibahas dalam kursus pelatihan lisensi D adalah seputar FIFA Laws of the Game dan cara melatih anak-anak usia dini dimulai dari umur 6 tahun sampai 13 tahun. Lama pelatihan sekitar 6 hari (total minimal 30 jam pembelajaran teori dan praktik). Di hari terakhir pelatihan, peserta harus mengikuti ujian teori dan ujian praktik. Mereka yang lulus kursus pelatihan lisensi D bisa mengajar di sekolah sepak bola (SSB).
Setelah satu tahun seorang pelatih menyandang pelatih lisensi D, ia bisa melanjutkan pendidikan kepelatihannya dengan mengikuti kursus lisensi C oleh AFC yang diselenggarakan langsung oleh Asosiasi Sepakbola Asia (AFC). Materi yang diajarkan masih seputar pembinaan tim usia muda. Kursus kepelatihan lisensi C oleh AFC berlangsung sekitar dua minggu atau total minimal 60 jam pembelajaran teori (30 jam) dan praktik (30 jam).
Setelah mengikuti pelatihan teori dan praktik, pada hari terakhir diadakan ujian teori dan praktik. Pada ujian praktik pelatih wajib mempraktikkan dengan melatih tim usia 13–18 tahun dengan topik-topik tertentu. Pelatih yang mengantongi lisensi C AFC bisa menjadi pelatih klub Liga 3 dan asisten pelatih klub Liga 2.
Jika seorang pelatih sudah mengantongi lisensi C AFC, minimal dua tahun berselang, ia baru bisa mengikuti jenjang kursus kepelatihan lisensi B AFC. Salah satu kualifikasi seseorang bisa mengikuti kursus tersebut adalah memiliki pengalaman melatih selama dua tahun di tim divisi bawah atau tim usia muda kesebelasan profesional.
Materi yang dipelajari dalam kursus pelatihan lisensi B AFC adalah tentang teknik, taktik, dan tentang mentalitas individu pemain ataupun tim. Lama pelatihan sekitar tiga minggu atau minimal 120 jam pembelajaran teori (55 jam) dan praktik (65 jam). Pada akhir kursus kepelatihan, selain harus mengikuti ujian teori dan praktik, setiap peserta harus bisa mempresentasikan sebuah makalah yang topiknya ditentukan penyelenggara. Peserta yang lulus ujian selanjutnya mengantongi lisensi B AFC dan dapat melatih klub Liga 2 atau asisten pelatih di Liga 1.
Jenjang berikutnya adalah pelatih berlisensi A AFC. Untuk bisa mendapatkan lisensi A AFC, seorang pelatih harus mengikuti kursus kepelatihan selama satu bulan atau minimal 120 jam pembelajaran teori (80 jam) dan praktik (100 jam). Materi yang dibahas dalam kepelatihan ini mengenai taktik dan strategi yang lebih mendalam, ditambah dengan materi manajemen tim serta mempelajari psikologis pemain.
Pelatih yang sudah mengantongi lisensi A AFC bisa melatih di klub yang berlaga di Liga 1, pelatih tim nasional usia muda (U-16, U-19, U-23), dan asisten pelatih kepala tim nasional senior.
Jenjang kepelatihan teratas yang bisa dicapai seorang pelatih sepak bola adalah pelatih yang mengambil kursus kepelatihan AFC Pro. Syarat pelatih yang bisa mengikuti jenjang kursus tersebut harus melatih dengan lisensi AFC A selama minimal lima tahun atau memiliki pengalaman melatih di klub papan atas Indonesia serta mendapatkan rekomendasi langsung dari AFC.
Kursus pelatihan AFC Pro berlangsung selama dua bulan atau minimal 360 jam, 180 jam teori dan 180 jam lainnya praktik. Peserta yang mengikuti pelatihan ini bakal melakukan studi banding di klub-klub elite dunia.
Setelah lulus, ia bisa menjadi pelatih kepala tim nasional senior dan pelatih kepala klub Liga 1 di Indonesia dan bisa mengikutii kompetisi tertinggi di Liga Champions Asia dan Piala AFC. Pelatih berlisensi AFC Pro juga bisa menjadi instruktur AFC.
Sejak 1 Januari 2019, AFC sudah tidak mengeluarkan sertifikat lisensi kepelatihan C AFC. Selanjutnya PSSI yang diminta AFC untuk menyelenggarakan kursus yang setara untuk dapat menerbitkan sertifikat lisensi kepelatihan sesuai dengan AFC Coaching Convention, atau peraturan, metode dan panduan pendidikan kepelatihan yang disusun AFC.
Hal itu berarti kursus pelatih C AFC akan berubah menjadi kursus C PSSI, dimana peserta akan menerima sertifikat kursus pelatih C PSSI yang setara dengan sertifikat kursus C AFC. Perubahan ini dilatarbelakangi dengan perubahan tren pendidikan kepelatihan di tingkat AFC yang berfokus pada pengembangan sumber daya lokal di masing-masing negara federasi.
Dalam perkembangannya, PSSI juga dipercaya AFC menyelenggarakan kursus kepelatihan yang setara dengan Lisensi B AFC dan Lisensi A AFC. Dengan sistem yang baru itu, tidak ada lagi D, C, B, dan A AFC, tetapi D, C, B, dan A PSSI. Adapun kursus pelatihan pelatih berlisensi AFC Pro langsung ditangani AFC.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Pelatih Shin Tae Yong saat memimpin para pemain timnas sepakbola Indonesia berlatih di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (14/2/2020). Latihan ini menjadi latihan pertama skuad “Garuda” dalam menjalani pemusatan latihan dengan asuhan pelatih asal Korea Shin Tae Yong. Pemusatan latihan ini untuk menyiapkan skuad timnas untuk Kualifikasi Piala Dunia 2022 pada Maret mendatang.
Pelatih berlisensi
Merujuk data PSSI, tahun 2012 terdapat sekitar 250-an pelatih berlisensi A nasional yang ada di Indonesia. Lisensi A nasional ini menjadi syarat untuk melatih klub di liga nasional. Kalau dijumlahkan dengan pelatih berlisensi B, C, dan D, jumlah total pelatih berlisensi sekitar seribuan orang.
Sementara dari 250-an pelatih berlisensi A nasional, hanya sekitar 30 pelatih di antaranya berlisensi A AFC. Pelatih dengan lisensi A AFC bisa membawa timnya ke kompetisi tingkat Asia. Adapun pelatih yang menyandang lisensi AFC Pro belum satu pun dimiliki oleh Indonesia pada kurun waktu tersebut.
Setelah PSSI melakukan pembenahan kepelatihan, hingga tahun 2017, PSSI telah mencetak lebih dari 4.000 pelatih mulai dari yang paling dasar lisensi D hingga mereka yang kini berlisensi AFC Pro.
Pada tahun 2019, PSSI kembali mencetak total sebanyak 2.442 pelatih di berbagai level, yakni mulai pelatih berlisensi D, lisensi C AFC, lisensi B AFC, lisensi A AFC hingga AFC Pro. Dari jumlah tersebut, pelatih berlisensi D tercatat sebanyak 1.941 yang dihasilkan dari kerja sama PSSI dengan Asosiasi sepak bola tingkat provinsi atau kabupaten/kota (Asprov dan Askot) yang telah melaksanakan total 76 kursus. Kemudian pelatih berlisensi C, dengan total 15 kursus dengan jumlah peserta 360 pelatih. Sementara untuk jenjang yang lebih tinggi, telah diadakan 4 kursus dengan total 94 peserta untuk lisensi B, sedangkan lisensi A ada 1 kursus dengan 23 peserta.
Pada tahun yang sama, pelatih yang berlisensi AFC Pro atau jenjang tertiggi yang bisa disandang pelatih sepak bola, yakni sebanyak 20 orang. Pelatih yang berlisensi AFC Pro itu sebelumnya telah mengikuti serangkaian kursus dari berbagai macam modul dan diberangkatkan ke Spanyol untuk melakukan studi banding.
Berikut 20 nama pelatih asal Indonesia yang sudah mengantongi lisensi AFC Pro :
- Djajang Nurdjaman (Barito Putera)
- Bambang Nurdiansyah (PSIS Semarang)
- Aji Santoso (PSIM Yogyakarta)
- Wolfgang Pikal (Persebaya Surabaya)
- Rudy Eka Priyambada
- Joko Susilo (Timnas Indonesia)
- Liestiadi (Blitar Bandung United)
- Hanafing (Persibat Batang)
- Tony Ho (Persipura U-20)
- Emral Abus
- Rahmad Darmawan (PS TIRA Persikabo)
- Iwan Setiawan
- Nil Maizar (Persela Lamongan)
- Indra Sjafri (Timnas U-23)
- Widodo Cahyono Putro (Persita Tangerang)
- Yeyen Tumena (Bhayangkara FC)
- Mundari Karya (PON Kalsel)
- Yunan Helmi (Barito Putera)
- Syafrianto Rusli
- Seto Nurdiantoro (PS Sleman)
Sejak PT Liga Indonesia Baru sebagai operator Liga 1 mewajibkan pelatih kepala klub di kompetisi Liga 1 harus memiliki lisensi AFC Pro atau setara dengan AFC Pro, sebagian pelatih lokal yang sudah mendapatkan lisensi AFC Pro itu berpindah klub. Iwan Setiawan misalnya, saat mendapatkan lisensi AFC Pro belum melatih klub di Liga 1 kini melatih Persela Lamongan, sementara Aji Santoso yang sebelumnya di PSIM Yogyakarta kini menukangi Persebaya Surabaya.
Pelatih lainnya Joko Susilo yang sebelumnya menangani Timnas Indonesia, di Liga 1 2021/2022 memimpin Persik Kediri yang pada musim sebelumnya dibawanya promosi dari Liga 2, sementara Rahman Darmawan kini melatih Madura United. Saat Rahmad Darmawan mendapatkan lisensi AFC Pro, ia masih menangani tim PS TIRA Persikabo.
Jika dicermati, dari 18 tim yang berkompetisi di Liga 1 musim 2021/2022, sebanyak 10 tim dinantaranya dibesut pelatih berkebangsaan asing, sementara delapan tim lainnya ditukangi pelatih lokal. Dari 10 tim yang ditukangi pelatih asing, hanya satu pelatih yang belum berlisensi AFC Pro atau setara itu, yakni pelatih Bali United Stefano Cugurra Teco yang masih memegang lisensi setara A AFC, Persiraja Banda Aceh (Hendri Susilo), PSIS Semarang (Imran Nahumarury). Teco, Hendri Susilo, dan Imran Nahumarutry baru memiliki lisensi A AFC.
Sementara delapan pelatih lokal yang membesut tim Liga 1, enam pelatih sudah berlisensi AFC Pro, yaitu Aji Santoso (Persebaya Surabaya), Djadjang Nurdjaman (Barito Putera), Iwan Setiawan (Persela Lamongan), Joko Susilo (Persik Kediri), Rahmad Darmawan (Madura United), dan Widodo C Putro (Persita Tangerang).
Imran Nuhumarury (PSIS) baru memegang lisensi A AFC, belum berlisensi AFC Pro dan merupakan pelatih caretaker karena PSIS belum menentukan pelatih kepala yang posisinya masih kosong. Sementara Hendri Susilo yang melatih Persiraja Banda Aceh baru berlisensi A AFC meski sebelumnya terdaftar mengikuti kursus pelatihan AFC Pro namun tertunda karena pandemi Covid-19.
Jika melihat pelatih lokal yang mengasuh tim di Liga 1 musim 2021/2022, setidaknya ada dua pelatih yang pernah membawa timnya menjuarai Liga Indonesia pada musim sebelumnya. Mereka adalah Rahmad Darmawan yang menjadi kampiun bersama Persipura (musim 2005) dan Sriwijaya FC (musim 2007/2008), dan Djajang Nurdjaman yang menukangi Persib Bandung (musim 2014).
Sementara, terdapat tiga pelatih asing yang berlaga di Liga 1 musim 2021/2022 yang pernah membawa timnya juara liga. Ketiga pelatih itu adalah Stefano Cugurra yang membawa Persija Jakarta juara liga pada musim 2018 dan Bali United pada musim 2019, Jacksen F Tiago yang membawa Persipura dan Persebaya menjuarai liga, dan Robert Rene Alberts sukses mengantarkan Arema Malang meriah titel juara Liga Indonesia pada musim 2009/2010.
Infografik: Pelatih Timnas dari masa ke masa
Pelatih Tim di Liga 1 Musim 2021/2022
Tim | Manager/Pelatih | Kebangsaan | Lisensi pelatih |
Arema FC | Eduardo Almeida | Portugal | UEFA Pro Licence |
Bali United FC | Stefano Cugurra | Brasil | A Licence |
PS Barito Putera | Djadjang Nurdjaman | Indonesia | AFC Pro Licence |
Bhayangkara FC | Paul Munster | Irlandia Utara | UEFA Pro Licence |
Borneo FC | Mario Gomez | Argentina | A Licence |
Madura United FC | Rahmad Darmawan | Indonesia | AFC Pro Licence |
Persebaya Surabaya | Aji Santoso | Indonesia | AFC Pro Licence |
Persela Lamongan | Iwan Setiawan | Indonesia | AFC Pro Licence |
Persib Bandung | Robert Rene Alberts | Belanda | UEFA Pro Licence |
Persija Jakarta | Angelo Alessio | Italia | UEFA Pro Licence |
Persik Kediri | Joko Susilo | Indonesia | AFC Pro Licence |
Persikabo 1973 | Igor Kriushenko | Belarus | UEFA Pro Licence |
Persipura Jayapura | Jacksen F. Tiago | Brasil | UEFA Pro Licence |
Persiraja Banda Aceh | Hendri Susilo | Indonesia | A AFC Licence |
Persita 1953 | Widodo C. Putro | Indonesia | AFC Pro Licence |
PSIS Semarang | Imran Nahumarury (caretaker) | Indonesia | A AFC Licence |
PSM Makassar | Milomir Seslija | Bosnia dan Herzegovina | UEFA Pro Licence |
PSS Sleman | Dejan Antonic | Serbia | UEFA Pro Licence |
Pelatih andal di Liga Indonesia
Dalam sejarah Liga Indonesia, terdapat setidaknya empat pelatih hebat yang membawa timnya meriah puncak tertinggi dengan tim yang berbeda. Dari keempat pelatih itu, tiga orang merupakan pelatih asing dan satu orang pelatih lokal. Keempat pelatih hebat itu adalah Stefano Cugurra Teco yang dua kali menjadi juara di era Liga 1 bersama Persija Jakarta dan Bali United, Jacksen Tiago yang menjadi juara bersama Persebaya Surabaya dan Persipura Jayapura, Henk Wullems yang membawa Bandung Raya dan PSM Makassar menjadi juara Liga Indonesia, serta pelatih lokal Rahmad Darmawan yang menjadi kampiun bersama Persipura dan Sriwijaya FC.
Stefano Cugurra Teco merupakan pelatih asal Brasil yang mampu meraih prestasi terbaik dalam dua musim berturut-turut di dua klub yang berbeda. Berkat keberhasilannya membawa dua klub berbeda meraih juara, Teco pun menorehkan prestasi dalam sejarah sepak bola Indonesia sebagai satu-satunya pelatih terbaik liga teratas di negeri ini yang mampu dua kali juara berturut-turut bersama tim berbeda.
Awalnya Teco datang ke Indonesia pada akhir 2016 dan mendampingi Persija Jakarta di Liga 1 2017. Tahun pertamanya di Persija, pelatih asal Brasil itu mampu membawa tim Macan Kemayoran finis di peringkat keempat. Tahun keduanya di Persija, Teco pun membawa Persija meraih gelar juara Liga 1 2018. Pada penghujung kompetisi, prestasi Teco itu membawanya menyabet gelar pelatih terbaik Liga 1 2018.
Pada musim 2019, Teco mendapatkan tawaran dari Bali United untuk menangani tim tersebut. Berbekal pemain-pemain berkualitas dan beberapa pemain yang dibawanya dari Persija, Teco pun berhasil mengantar Bali United menjadi juara pada akhir musim 2019. Teco pun terpilih kembali sebagai pelatih terbaik Liga 1 2019 sama seperti yang dicapainya musim sebelumnya bersama Persija Jakarta.
Selain Teco, pelatih yang mampu dua kali menghantarkan timnya juara Liga Indonesia, yakni Rahmad Darmawan. Ia tercatat sebagai satu-satunya pelatih lokal yang sukses menjuarai dua kali Liga Indonesia. Yang pertama, ia membawa Persipura Jayapura meraih gelar juara Liga Indonesia 2005. Pencapaian itu buah dari perjalanan Persipura yang menjadi juara Wilayah Timur dan kemudian menjadi pemuncak klasemen Grup B babak 8 besar Liga Indonesia 2005. Di partai final, Persipura Jayapura berhasil menang 3-2 atas Persija Jakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada 25 September 2005.
Pencapaian tertinggi kedua dicapai saat Rahmad Darmawan menukangi tim Sriwijaya FC di musim 2007/2008. Ia berhasil membawa tim asuhannya yang berjuluk Laskar Wong Kito menjadi pemuncak klasemen Wilayah Barat dan maju ke babak empat besar. Sriwijaya FC Kembali menjadi teratas di fase tersebut, dan melaju ke partai final menghadapi PSMS Medan. Di laga final yang digelar di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung pada 10 Februari 2008, tim asuhannya berhasil mengalahkan PSMS Medan dengan skor 3-1.
Pelatih lainnya yang sukses meriah juara dengan tim yang berbeda adalah Jacksen F Tiago dari Brasil. Setelah sukses mengantarkan Persebaya Surabaya promosi ke divisi utama, kasta tertinggi kompetisi sepak bola tanah air pada 2003, setahun kemudian ia berhasil membawa Persebaya juara Liga Indonesia 2004.
Pencapaian itu kemudian diulanginya bersama tim yang berbeda, yakni Persipura Jayapura pada Liga Indonesia musim 2007/2008. Tak hanya musim 2007/2008, Pria kelahiran Rio de Janeiro Brasil itu kembali mengantarkan Persipura kampiun di Liga Indonesia musim 2010/2011 dan 2013. Selain itu, Jacksen Tiago ketika masih aktif bermain, berhasil membawa Persebaya juara musim 1996/1997 sekaligus menjadi top scorer musim tersebut.
Adapun pelatih asal Belanda Henk Wullems, prestasi gemilang dicapai ketika menangani klub Bandung Raya dan PSM Makasssar. Ia menjadi pelatih asing pertama pada era Liga Indonesia yang berhasil mempersembahkan juara buat klub yang dilatihnya, yakni Bandung Raya pada musim 1995/1996. Empat tahun berselang bersama skuad PSM Makassar, Henk Wullems yang diduetkan dengan pelatih lokal, Syamsuddin Umar, sukses membawa PSM menjuarai Liga Indonesia VI 1999/2000.
Selain Rahman Darmawan, pelatih lokal lainnya yang satu kali sukses mengantarkan klubnya meraih juara Liga Indonesia yakni Indra Thohir (Persib Bandung), Rusdy Bahalwan (Persebaya Surabaya), Edy Paryono (PSIS Semarang), Syamsuddin Umar (PSM Makassar), Sofyan Hadi (Persija Jakarta), Jaya Hartono (Persik Kediri), Daniel Roekito (Persik Kediri), dan DJadjang Nurdjaman (Persib Bandung).
Selain sembilan nama tersebut, ada satu nama lagi pelatih lokal yang sukses menjuarai Liga Indonesia, Kas Hartadi yang membawa Sriwijaya FC menjuarai Liga Super Indonesia (LSI). Hanya saja, kompetisi Liga Indonesia saat itu mengalami perpecahan menjadi LPI (Liga Prima Indonesia) dan LSI. Sriwijaya FC tetap fokus ke LSI yang diikuti sebagian besar klub. Hasilnya pada akhir musim, Laskar Wong Kito mampu tampil sebagai juara meskipun yang diakui PSSI kala itu LPI.
Pelatih Tim Juara Liga Indonesia
MUSIM | JUARA | Nama Pelatih |
1994/1995 | Persib Bandung | Indra Thohir |
1995/1996 | Bandung Raya | Henk Wullems |
1996/1997 | Persebaya Surabaya | Rusdy Bahalwan |
1997/1998 | Liga dihentikan karena gejolak politik | |
1998/1999 | PSIS Semarang | Edy Paryono |
1999/2000 | PSM Makassar | Henk Wullems dan Syamsuddin Umar |
2001 | Persija Jakarta | Sofyan Hadi |
2002 | Petrokimia Putra | Igor Dubrovin |
2003 | Persik Kediri | Jaya Hartono |
2004 | Persebaya Surabaya | Jacksen F Tiago |
2005 | Persipura Jayapura | Rahmad Darmawan |
2006 | Persik Kediri | Daniel Roekito |
2007 | Sriwijaya FC | Rahmad Darmawan |
2008/2009 | Persipura Jayapura | Jacksen F Tiago |
2009/2010 | Arema | Robert Rene Alberts |
2010/2011 | Persipura Jayapura | Jacksen F Tiago |
2011/2012* | Sriwijaya FC | Kas Hartadi |
2013 | Persipura Jayapura | Jacksen F Tiago |
2014 | Persib Bandung | Djajang Nurdjaman |
2015 | Liga dihentikan karena kisruh PSSI dan sanksi FIFA | |
2016 | Liga ditiadakan diganti ISC A yang dimenangi Persipura Jayapura | |
2017 | Bhayangkara FC | Simon McMenemy |
2018 | Persija Jakarta | Stefano Cugurra |
2019 | Bali United | Stefano Cugurra |
2020 | LIga ditiadakan karena pandemi Covid-19 | |
2021 | Mulai 27 Agustus 2021 |
*dualisme liga yakni LPI dan LSI. LSI tidak diakui oleh PSSI dibawah pimpinan Djohar Arifin Husin, sebaliknya LPI yang diakui PSSI.
Sumber: Litbang Kompas, disarikan dari pemberitaan Kompas dan PSSI
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Pelatih sepakbola tim nasional Indonesia yang baru Shin Tae Yong (kanan) menerima jersey timnas Indonesia dengan nama dirinya yang diserahkan Ketua Umum PSSI Mocammad Iriawan (kiri) setelah penandatanganan kontrak dan menggelar konferensi pers di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Sabtu (28/12/2019). Mantan pelatih yang membawa tim nasional Korea Selatan ke Piala Dunia 2018 ini menggantikan pelatih tim nasional Indonesia Simon McMenemy. Shin menandatangani kontrak dengan Ketua Umum PSSI Mochammad Iriawan dengan masa kontrak 4 tahun. Selain melatih tim senior, Shin juga akan melatih tim nas U-22 dan U-19.
Pelatih Timnas
Sejumlah pelatih klub yang berhasil membawa timnya menjuarai Liga Indonesia dipromosikan ke jenjang lebih tinggi, menangani tim nasional sepak bola Indonesia. Sejak tahun 1994, setidaknya ada empat nama pelatih yang menangani timnas senior setelah sukses membawa timnya menjuarai Liga Indonesia, yaitu Henk Wullems, Rudy Bahalwan, Rahmad Darmawan dan Jacksen F Tiago.
Henk Wullems (1996–1997) yang sebelumnya menukangi tim Bandung Raya berhasil membawa timnas Indonesia meraih medali perak atau Runner-up SEA Games 1997, sementara Rusdy Bahalwan merupakan pelatih lokal pertama yang menangani timnas Indonesia pada awal reformasi 1998. Namun sayang, tim asuhan Rusdy Bahalwan gagal di Piala Tiger 1998.
Adapun Rahmad Darmawan mampu membawa timnas lolos ke final sepak bola di SEA Games 2013, namun gagal mempersembahkan medali emas setelah kalah dari Thailand, dan Jacksen Tiago hanya menangani timnas beberapa bulan sebelum digantikan pelatih kawakan Alfred Reid.
Meski tak berhasil membawa timnya meraih juara Liga Indonesia, beberapa pelatih lokal pernah menangani timnas Indonesia, antara lain, Danurwindo (1995–1996), Nandar Iskandar (1999-2000), Benny Dollo (2000-2001, 2008-2010, 2015), Aji Santoso (2012), Nil Maizar (2012-2013), dan Bima Sakti (2018).
Sebelum melatih timnas, Danurwindo pernah membesut beberapa klub di Galatama yakni Arseto Solo dan Pelita Jaya, sementara klub peserta Liga Indonesia yang pernah dilatihnya yakni Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya.
Nandar Iskandar tercatat sebagai satu pelatih lokal yang terbilang sukses menukangi timnas. Bersama timnas Indonesia, Nandar Iskandar mengantarkan skuad Garuda lolos ke putaran final Piala Asia 2000 di Lebanon setelah tak terkalahkan di babak kualifikasi. Namun di putaran final Piala Asia 2000 Indonesia gagal lolos dari fase grup karena kalah dari Cina dan Korea Selatan.
Selain itu, Nandar juga mempersembahkan gelar Piala Kemerdekaan 2000 dan membawa timnas Indonesia lolos hingga babak final Piala Tiger 2000, meski Indonesia akhirnya kalah 1-4 dari Thailand. Sebelum menangani timnas, Nandar Iskandar berkiprah sebagai pemain dan pelatih di klub Persib Bandung.
Adapun Benny Dollo mampu membawa skuad Garuda meraih Piala Kemerdekaan 2008. Di laga final yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, timnas Indonesi yang kalah 0 -1 di babak pertama dinyatakan juara setelah tim Libya menolak melanjutkan pertandingan dengan alasan keamanan. Benny Dollo juga berhasil mengantarkan skuad Garuda lolos hingga semifinal Piala AFF 2008.
Jika ditarik lagi jauh ke masa Orde Baru, di era Perserikatan dan Galamatama sejak tahun 1970an, ada beberapa pelatih lokal yang menangani klub di kompetisi amatir dan professional itu yang kemudian menukangi timnas Indonesia. Mereka antara lain Endang Witarsa, Sinyo Aliandoe, dan Bertje Matulapelwa.
Endang Witarsa yang menangani timnas pada kurun 1966-1970, sudah melalui beberapa laga internasional dan mempersembahan prestasi bagi timnas. Pelatih yang akrab disapa Opa Endang itu bersama timnas Indonesia sudah menggondol gelar Piala Raja (Bangkok/1968), Merdeka Games (Malaysia/1969), Aga Khan Cup (Banglades/1969). Selain itu Endang Witarsa juga mendampingi timnas Garuda hingga babak perempat final di Asian Games 1966 dan 1970.
Selain menangani timnas, Witarsa juga pernah melatih klub yang berlaga di Galatama yakni Warna Agung, dan Persija Jakarta yang berlaga di Perserikatan tahun 1970an.
Pelatih lokal lainnya yang terbilang sukses menangani timnas Indonesia di masa orde baru adalah Sinyo Aliandoe dan Bertje Matulapelwa. Sinyo merupakan mantan pemain timnas di era 1960-an yang menangani timnas tahun 1982-1984, sementara Bertje Matulapelwa menangani timnas Tahun 1985-1987. Sebelum melatih timnas, Sinyo Aliandoe juga pernah menukangi tim Persija dan membawa Persija menjuarai kompetisi perserikatan tahun 1973 dan 1975.
Sinyo mendamping timnas berjuang lolos ke Piala Dunia 1986 Meksiko. Timnas Indonesia di tangan Sinyo melangkah ke babak kedua Zona B AFC Kualifikasi Piala Dunia 1986, setelah lolos dari penyisihan grup yang dihuni India, Thailand, dan Bangladesh. Namun, di putaran kedua zona Asia, timnas menuai kekalahan 0-2 dan 1-4 dari Korea Selatan sehingga mengubur mimpi Indonesia mewakili Asia lolos dalam putaran final di Meksiko.
Pelatih lokal lainnya Bertje Matulapelwa mampu mempersembahkan medali emas sepak bola di ajang SEA Games 1987 di Jakarta atau emas perdana di cabang sepak bola SEA Games. Prestasi itu menempatkan Indonesia sebagai terbaik di Asia Tenggara di cabang sepak bola, setelah mengandaskan Malaysia di partai final dengan skor 1 – 0. Bartje juga terbilang sukses membawa timnas sepak bola hingga semi final di ajang Asian Games 1986 di Seoul, Korea Selatan.
Artikel Terkait
Pelatih Tim Nasional Indonesia
Periode | Asal Negara | Nama Pelatih |
1993-1995 | Italia | Romano Mattè |
1995-1996 | Indonesia | Danurwindo |
1996-1997 | Belanda | Henk Wullems |
1998 | Indonesia | Rusdy Bahalwan |
1999 | Jerman | Bernard Schumm |
1999-2000 | Indonesia | Nandar Iskandar |
2000-2001 | Indonesia | Benny Dollo |
2002-2004 | Bulgaria | Ivan Venkov Kolev |
2004-2007 | Inggris | Peter Withe |
2007 | Bulgaria | Ivan Venkov Kolev |
2008-2010 | Indonesia | Benny Dollo |
2010-2011 | Austria | Alfred Riedl |
2011-2012 | Belanda | Wim Rijsbergen |
2012 | Indonesia | Aji Santoso |
2012-2013 | Indonesia | Nil Maizar |
2013 | Argentina | Luis Manuel Blanco |
2013 | Indonesia | Rahmad Darmawan |
2013 | Brasil | Jacksen F. Tiago |
2013-2014 | Austria | Alfred Riedl |
2015 | Indonesia | Benny Dollo |
2015 | Belanda | Pieter Huistra |
2016 | Austria | Alfred Riedl |
2017-2018 | Spanyol | Luis Milla |
2018 | Indonesia | Bima Sakti Tukiman |
2018-2019 | Skotlandia | Simon McMenemy |
2019-2023 | Korea Selatan | Shin Tae Yong |
Sumber: Litbang Kompas, diolah dari PSSI dan pemberitaan Kompas
Pencapaian prestasi olahraga Indonesia di kancah Asia Tenggara, Asia, dan Dunia merupakan bentuk nyata usaha dan kerja keras tim antara atlet dan pelatih. Memberikan penghargaan dan apresiasi kepada pelatih merupakan upaya menjunjung tinggi profesionalitas pelatih di bidang olahraga. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- Herfiyana, Novan, dkk. 2011. Ensiklopedia Sepak Bola Indonesia. Jakarta: PT Lentera Abadi.
- Saputra, Asep, dkk. 2010. Sepakbola Indonesia Alat Perjuangan Bangsa dari Soeratin hingga Nurdin Halid (1930-2010). Jakarta: Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.
- AFC Coaching Convention Regulation 2021. 2021. Asian Football Confederation
• “Momentum Membenahi Sepak Bola Nasional”, KOMPAS 19 April 2015, hal. 1.
• “Momentum Perbaikan Liga”, KOMPAS 3 Mei 2015, hal. 8.
• “Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional”, KOMPAS 31 Mei 2015, hal. 1.
• “Pintu Masuk Pembenahan Sepak Bola”, KOMPAS 10 November 2016, hal. 31.
• “PSSI ”Rumah Besar” Sepak Bola Indonesia”, KOMPAS 11 November 2016, hal. 1.
• “Tonggak Bersejarah Sepak Bola Nasional * Program Kerja Garuda Emas Menjadi Acuan PSSI Membangkitkan Prestasi Tim Nasional”, KOMPAS 9 Januari 2017, hal. 31.
• “Korona Hentikan Liga”, KOMPAS 15 Maret 2020, hal. 4.
• “Liga Indonesia Dihentikan hingga Akhir Juni”, KOMPAS 28 Maret 2020, hal. 19.
• “Kompetisi Dipastikan Berlanjut”, KOMPAS 18 September 2020, hal. 13.
• “Klub-klub Masih Menunggu Kepastian”, KOMPAS 30 Oktober 2020, hal. 14.
• “Kompetisi Liga 1 dan 2 Dimulai Juli”, KOMPAS 25 Mei 2021, hal. 14.