Daerah

Kota Mataram: Kota Seribu Masjid dan Jantung Pulau Lombok

Kota Mataram dikenal dengan sebutan Kota Seribu Masjid. Selain menjadi pusat pemerintahan, Mataram menjadi sentra bisnis dan jantung Pulau Lombok. Pada masa lalu, di wilayah ini terdapat Kota Tua Ampenan sebagai kota pelabuhan. Tempat ini telah menjadi pusat perdagangan dan bisnis sejak zaman penjajahan dulu.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Kawasan Kota Tua Ampenan Cidomo, kereta kuda khas Mataram, melintas di Simpang Lima Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa (17/3/2015). Kawasan Ampenan dikenal sebagai kawasan kota tua Mataram yang dulunya merupakan kawasan perniagaan yang pintu masuk perdagangan luar pulau melalui Pelabuhan Ampenan. Kawasan ini terdapat kampung multi etnis diantaranya Kampung Melayu, Kampung Bugis, Kampung Jawa,Kampung Arab, Kampung Bali serta permukiman warga Tionghoa yang hidup berdampingan secara rukun.

Fakta Singkat

Hari Jadi
31 Agustus 1993

Dasar Hukum
Undang-Undang No. 4/1993

Luas Wilayah
61,3 km2

Jumlah Penduduk
429.651 jiwa (2020)

Kepala Daerah
Wali Kota Mohan Roliskana
Wakil Wali Kota TGH Mujiburrahman

Instansi terkait
Pemerintahan Kota Mataram

Kota Mataram merupakan ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang terletak di Pulau Lombok bagian barat. Selain pusat pemerintahan, kota ini juga menjadi pusat bisnis dan jantung Pulau Lombok. Letaknya juga terhitung strategis sebagai salah satu pintu masuk utama yang berbatasan dengan Selat Lombok. Selat ini merupakan penghubung antara Pulau Lombok dan Pulau Bali.

Sejak NTB lahir menjadi salah satu daerah swatantra tingkat I dari pemekaran Provinsi Sunda Kecil, pada tanggal 17 Desember 1958, Mataram ditetapkan sebagai pusat pemerintahan sekaligus sebagai ibu kotanya. Saat itu, Mataram juga menjadi ibu kota Dati II Lombok Barat.

Pada tahun 1978, Mataram ditetapkan menjadi kota administratif berdasarkan PP 21/1978 tentang Pembentukan Kota Administratif Mataram. Kemudian sejak tahun 1993, Mataram berstatus kotamadya berdasarkan UU 4/1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Mataram. Menteri Dalam Negeri waktu itu Moch. Yogi S. Memet meresmikan perubahan tersebut pada tanggal, 31 Agustus 1993. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan menjadi hari jadi Kota Mataram yang diperingati setiap tanggal 31 Agustus.

Kota ini berpenduduk 429.651 jiwa. Luasnya mencapai 61,3 km persegi, yang terbagi dalam enam kecamatan. Daerah ini dipimpin oleh Wali Kota Mohan Roliskana dan Wakil Wali Kota TGH Mujiburrahman.

Visi pembangunan kota ini untuk tahun 2016-2021 adalah “Terwujudnya Kota Mataram Yang Maju, Religius dan Berbudaya”. Adapun misinya ada lima, yakni pertama, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan masyarakat melalui penerapan nilai-nilai agama dan kearifan lokal dalam rangka mewujudkan masyarakat yang aman, rukun, dan damai.

Kedua, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melalui pemenuhan pelayanan sosial dasar dan penguasaan iptek dalam rangka mewujudkan daerah yang berdaya saing. Ketiga, mendorong kemajuan ekonomi melalui pemberdayaan ekonomi rakyat berbasis potensi lokal dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

Keempat, meningkatkan kelayakan hidup masyarakat melalui penanganan sarana dan prasarana perkotaan berbasis tata ruang dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Serta kelima, meningkatkan keandalan pelayanan publik melalui reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance).

Kota Mataram terkenal dengan julukan Kota Seribu Masjid karena mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam.

Di masa lalu, Kota Mataram memiliki Kota Tua Ampenan sebagai kota pelabuhan. Tempat ini telah menjadi pusat perdagangan dan bisnis sejak jaman penjajahan dulu.

Kota Mataram juga ditunjang oleh Bandara Iinternasional Selaparang di Kecamatan Mataram. Pelabuhan udara ini dikelola oleh PT Angkasa Pura sebagai pintu masuk Lombok melalui udara.

Sejarah Pembentukan

Sejarah  Mataram  sebenarnya melebihi  masa  waktu  yang dikenal  sebagai  Kota  Mataram. Mataram sesungguhnya  telah  ada  sebelum  provinsi yang bernama Nusa Tenggara Barat terbentuk.

Dalam Laporan Akhir Penyusunan Sejarah Kota Mataram yang diterbitkan Bappeda Kota Mataram, disebutkan kata Mataram berasal dari bahasa Sansekerta dari kata “mata” yang berarti ibu dan kata “aram” yang berarti hiburan. Mataram berarti hiburan untuk ibu atau persembahan untuk  ibu  pertiwi.

Kata  Mataram juga bisa berasal dari kata matta yang berarti gembira atau gairah dan aram berarti hiburan. Jadi matta-aram atau mataram berarti pembangunan kerajaan atau kota ini adalah sebagai lambang pernyataan kegembiran sebagai hiburan dan sekaligus lambang kegairahan hidup untuk  membangun tanah harapan yang menjanjikan masa depan yang lebih cerah.

Letak Mataram pada  masa lalu adalah daerah yang kini berada di sekitar kantor Gubernur NTB pada radius yang terbatas. Cikal bakalnya adalah suatu tempat yang  kini  bernama  Majeluk dan  berkembang  ke sekitarnya daerah yang pada awalnya ditempati oleh penduduk yang merupakan percampuran  orang Sasak  dan Jawa. Merekalah yang diyakini pertama kalinya menamakan tempat tersebut dengan nama Mataram menurut asal daerah mereka yang dari Jawa atau sebagai  bentuk ungkapan  kegembiraan atas  tempatnya yang baru tersebut.

Merunut sejarahnya, di masa lalu, Pulau Lombok diperintah oleh para raja-raja, Raja Mataram pada tahun 1842 menaklukkan Kerajaan Pagesangan. Setahun kemudian tahun 1843 menaklukkan Kerajaan Kahuripan. Kemudian ibu kota kerajaan dipindahkan ke Cakranegara dengan ukiran Kawi pada nama Istana Raja.

Raja Mataram (Lombok) selain terkenal kaya raya juga ahli tata ruang kota, juga melaksanakan sensus penduduk kerajaan dengan meminta semua penduduknya mengumpulkan jarum. Penduduk laki-laki dan perempuan menggunakan jarum untuk menandakan suatu ikatan.

Pasca berakhir kekuasaan Mataram ini, sebagai gantinya, Pemerintah Hindia Belanda di daerah  ditegakkan. Ketentuan ini ditetapkan dengan Staatsblaad (Lembaran Negara) No. 181 tahun 1895 tertanggal 31 Agustus 1895.

Dalam struktur  pemerintahan  yang  baru ini, Pulau  Lombok diberikan status sebagai wilayah Afdeling yang diatur dengan Staatsblad No. 185 Tahun 1895 dengan sebutan  Afdeling  van  Lombok. Afdeling  dikepalai  oleh  seorang  asisten  residen. Afdeling Lombok termasuk bagian dari Residentie van Bali en Lombok (Keresidenaan Bali dan Lombok) dengan ibu kotanya di Singaraja Bali.

Dengan Staatsblad No. 185 tahun 1895 itu pula, ditetapkan Afdeling Lombok dibagi menjadi dua wilayah Onder Afdeling, yaitu Onder Afdeling van Oost Lombok (Lombok  Timur) dengan ibu kota di Sisiq (Labuhan  Haji) dan Onder Afdeling van West Lombok (Lombok Barat) dengan ibu kota Mataram. Onder Afdeling dikepalai oleh seorang Controleur.

Dengan Stb No. 105/1898 tertanggal 11 Maret 1898, ibu kota Afdeling Lombok dipindah  dari  Ampenan ke Mataram menjadi satu dengan  ibu kota Onder Afdeling Lombok Barat dan ibu kota Afdeling Lombok Timur dipindah dari Sisiq ke Selong.

Pada Februari 1942, Mataram  menjadi  pusat  pemerintahan Negara Republik Lombok dan pusat pemerintahan Lombok Barat. Bulan Mei tahun itu juga Jepang mengambil alih pemerintahan dan menetapkan Mataram sebagai ibu kota Ken Lombok  dan  Bun  Ken Lombok  Barat. Sejak  18  Agustus  1945 Mataram  menjadi ibu kota pemerintah Lombok. Pada  tanggal 15 Oktober 1945 Mataram  menjadi ibu kota  daerah  Lombok  dan  ibu kota  pemerintahan  setempat  Lombok  Barat.

KOMPAS/EDDY HASBY

TAMAN NARMADA.Obyek wisata di Lombok Barat NTB terletak di desa Lembuak, Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Berjarak 10 km arah Timur kota Mataram. Taman seluas dua hektar ini dibangun oleh Raja Mataram Lombol Anak Agung Ngurah Karang Asem, Tahun 1727 sebagai tempat upacara Pakelem yang diselenggarakan setiap purnama kelima tahun ( Oktober-November), dan sebagai tempat peristirahatan keluarga raja di saat musim kemarau. Keseluruhan taman ini sudah tidak asli lagi, karena sebagian dari wilayah taman sudah menjadi pemukiman penduduk, dan kebun buah-buahan.

Setelah secara resmi Nusa Tenggara Barat lahir menjadi salah satu daerah swatantra tingkat I dari pemekaran Provinsi Sunda Kecil, selain Dati I Bali dan Nusa Tenggara Timur. Pada tanggal 17 Desember 1958, Mataram ditetapkan sebagai pusat pemerintahan sekaligus sebagai ibu kotanya. Saat itu, Mataram juga menjadi ibu kota Dati II Lombok Barat.

Kota Mataram sebagai sebuah ibu kota Nusa tenggara Barat dan Lombok Barat, terdiri dari tiga bagian kota yaitu Ampenan, Mataram, dan Cakranegara. Ampenan merupakan kota pelabuhan, Mataram menjadi pusat pemerintahan dan pendidikan, sedangkan Cakranegara sebagai pusat perdagangan dan perekonomian.

Mataram sebagai ibu kota dari dua pemerintahan, perkembangan kota semakin bertambah maju. Kebutuhan sarana prasarana dan fasilitas umum menjadi semakin besar. Demikian juga kebutuhan jaringan transportasi dan tempat pemukiman menjadi lebih luas. Karena itu, Pemerintah Dati NTB, yang saat itu Gubernurnya dijabat oleh Kolonel Raden Wasita Kusama, dan atas saran pertimbangan pembantu-pembantu gubernur, diusulkan ke pemerintah pusat.

Kota Mataram kemudian dimekarkan menjadi kota administratif yang untuk sementara masih berada dalam kendali Dati II Lombok Barat. Setelah usulan pemda tingkat II NTB disetujui oleh Departemen Dalam Negeri, dilakukan persiapan-persiapan administratif untuk sementara dalam persiapan menuju kota administratif, ditunjukkan pejabat sementara Wali kota Administratif  Mataram, yaitu Iswarto, yang saat itu sedang memangku jabatan sebagai Kepala Urusan Pegawai Sekretariat Daerah Nusa Tenggara.

Sebagai pejabat sementara, Iswarto ditugaskan mengurus dan menyelesaikan proses terwujudnya Kota Administratif Mataram. Iswarto dibantu oleh seorang sekretaris wali kota yang dijabat oleh Abu Bakar Achmad. Setelah kurang lebih satu tahun melaksanakan tugas sebagai Penjabat Sementara Wali Kota, keluarlah surat keputusan resmi Kota Mataram pada tanggal 29 Agustus 1978.

Peningkatan status Kota Administratif Mataram menjadi Kotamadya Dati II Mataram, berdasarkan UU 4/1993. Menteri Dalam Negeri waktu itu Moch. Yogi S Memet meresmikan perubahan tersebut pada tanggal, 31 Agustus 1993, yang wilayahnya meliputi Kecamatan Mataram, Kecamatan Ampenan, dan Kecamatan Cakranegara.

KOMPAS/DANU KUSWORO

Pengaruh adat dan budaya Bali di Pulau Lombok, terutama di Kota Mataram, sangat terasa. Pawai ogoh-ogoh menjelang Hari Galungan yang dirayakan oleh umat Hindu-Bali misalnya, menjadi pemandangan biasa di Kota Mataram. Lombok memang pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Karangasem (1691-1894).

Geografis

Secara geografis, Kota Mataram terletak pada ujung sebelah barat Pulau Lombok dan secara astronomis terletak pada posisi antara 08°33’ dan 08°38’ Lintang Selatan dan antara 116°04’ dan 116°10’ Bujur Timur, dengan panjang garis pantai 9 km.

Luas wilayah Kota Mataram adalah 61,30 km2. Kecamatan Selaparang dan Kecamatan Mataram yang terletak di bagian utara dan selatan merupakan kecamatan terluas di Kota Mataram. Luasnya mencapai 10,77 km2 atau sekitar 17,56 persen dari total luas Kota Mataram. Sedangkan Kecamatan Ampenan yang terletak di bagian barat laut, merupakan kecamatan terkecil dengan luas hanya mencapai 9,46 km2 atau 15,43 persen dari total luas Kota Mataram.

Topografi Kota Mataram adalah datar landai di bagian barat dan bergelombang di bagian timur. Posisi tertinggi Kota Mataram berada pada 75 meter diatas permukaan laut (mdpl) sehingga sebagian besar wilayahnya berupa hamparan datar. Ketinggian tanah bervariasi dari wilayah barat ke timur. Bagian selatan Mataram mempunyai topografi yang relatif rendah sehingga pada musim penghujan sering tergenang air.

Struktur geologi Kota Mataram sebagian besar adalah jenis tanah liat dan tanah endapan tuff yang merupakan endapan alluvial yang berasal dari kegiatan Gunung Rinjani, secara visual terlihat seperti lempengan batu pecah, sedangkan dibawahnya terdapat lapisan pasir.

Wilayah Kota Mataram merupakan dataran rendah dan sedang, dan sebagian lain berada pada ketinggian 50 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Mataram adalah hamparan datar (75,9 persen). Daerah datar-landai berada di bagian barat serta agak tinggi-bergelombang di bagian timur.

Kota Mataram dialiri empat sungai besar yang berfungsi sebagai drainase alam, yaitu Sungai Jangkok, Sungai Ancar, Sungai Brenyok, dan Sungai Midang. Hulu sungai-sungai tersebut berada di sekitar lereng Gunung Rinjani dan bermuara di Selat Lombok.

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU

Kegiatan bersih-bersih sungai yang melibatkan anak-anak muda di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, didampingi Komunitas Nusantraksi yang jadi salah satu binaan Clear Divers Action (CDA) . Lewat program IYMDS, komunitas CDA mengajak anak-anak muda dari 34 provinsi peduli dan beraksi mengatasi isu sampah laut.

Pemerintahan

Sejak tahun 1978 hingga 1993, Mataram berstatus sebagai kota administratif. Pada waktu itu, H. Lalu Mudjitahid dilantik menjadi  wali kota administratif yang pertama. Ia menjabat wali kota administratif periode 1978-1989. Kemudian diteruskan oleh H. Lalu Mas’ud (1989-1999),

Wali Kota Mataram seterusnya dijabat oleh H. Moh. Ruslan (1999-2005),  H. L. Rifa’i sebagai penjabat sementara (Agustus 2005-Agustus 2006), H. Moh. Ruslan (2006-2010), Ahyar Abduh (2010-2015), Hj. Putu Selly Handayani sebagai penjabat sementara (10 Agustus 2015-17 Februari 2016), H. Ahyar Abduh (2016-2021), dan Mohan Roliskana (2021-2026).

Secara administrasi, Kota Mataram terbagi dalam enam wilayah kecamatan, 50 kelurahan, dan 322 lingkungan. Keenam kecamatan tersebut adalah Ampenan, Sekarbela, Selaparang, Mataram, Cakranegara, dan Sandubaya.

Dalam melaksanakan tugasnya, Pemerintah Kota Mataram membentuk 43 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan jumlah pegawai yang berstatus PNS sebanyak 4.936 pegawai. Dari jumlah tersebut, 44 persen laki-laki dan 56 persen perempuan.

Sebagian besar PNS berpendidikan sarjana/doktor, yaitu sebanyak 66,37 persen. Namun, masih ada juga PNS dengan jenjang pendidikan SMP/sederajat kebawah, yaitu sebanyak 2,87 persen. Sebagian besar PNS berada pada golongan III, yakni sebesar 2.890 orang atau 58,55 persen dari total jumlah PNS.

KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Warga, Senin (12/10/2020) berhenti di dekat spanduk empat pasangan calon yang akan bersaing di Pilkada kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, 9 Desember 2020 mendatang.

Politik

Peta perpolitikan di Kota Mataram, seperti tampak dari komposisi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), memperlihatkan dinamisnya pilihan rakyat Mataram dalam penyelenggaraan tiga pemilihan umum (pemilu) legislatif.

Di Pemilu Legislatif 2009, Demokrat berhasil memperoleh suara terbanyak sekaligus mendapatkan kursi terbanyak di DPRD Kota Mataram. Partai berlambang mercy tersebut menempatkan tujuh kadernya di kursi DPRD Kota Mataram dari 35 kursi yang diperebutkan. Disusul Golkar dan PDI Perjuangan yang masing-masing mendapatkan empat kursi. Kemudian PPP, PAN, PKS, Hanura, dan Gerindra masing-masing memperoleh tiga kursi, PBR dan PKPB masing mendapatkan dua kursi, sedangkan PPI mendapatkan satu kursi.

Lima tahun kemudian, di Pemilu Legislatif 2014, giliran Partai Golkar yang mendapatkan kursi terbanyak. Dari 40 kursi yang diperebutkan, sembilan kursi diantaranya diraih partai berlambang pohon beringin tersebut. Disusul dengan Partai Gerindra yang memperoleh enam kursi, PDI Perjuangan dan PPP masing-masing memperoleh lima kursi. Sementara Demokrat hanya memperoleh empat kursi dan PKS memperoleh tiga kursi. Sedangkan PKPI, Hanura, dan Nasdem masing-masing memperoleh dua kursi. Terakhir PKB dan PAN memperoleh satu kursi.

Terakhir, di Pemilu Legislatif 2019, Golkar kembali berjaya dengan sembilan kursi di DPRD Kota Mataram. Kursi Golkar tersebut diperoleh dari semua dapil. Pemenang kedua ditempati oleh Gerindra dengan perolehan enam kursi yang diperoleh dari enam dapil. Kemudian disusul oleh PDI-P lima kursi dan PKS lima kursi serta Demokrat empat kursi. Kemudian di papan tengah dengan perolehan kursi masing-masing tiga yakni PAN dan PPP. Sisanya Hanura, Nasdem, PKPI, Partai Berkarya, dan PKB masing-masing memperoleh satu kursi.

KOMPAS/KHAERUL ANWAR

Panitia pemilihan di setiap tempat pemungutan suara (TPS) berupaya menghitung perolehan suara setiap partai politik pada pemilihan umum (pemilu) lalu. Seperti di TPS 27 Lingkungan Bendega, Tanjung Karang, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin (5/4/2004), panitia dan saksi dengan cermat memperhatikan surat suara yang dicoblos para pemilih untuk menghitung hasil pemilu.

Kependudukan

Kota Mataram dihuni oleh 429.651 jiwa menurut hasil sensus penduduk tahun 2020. Jumlah tersebut meningkat sekitar 0,63 persen dibandingkan hasil sensus penduduk 2010. Komposisi penduduknya lebih didominasi oleh perempuan, yakni sebanyak 215.887 jiwa sedangkan penduduk laki-laki sebanyak 213.764 jiwa. Secara statistik, terdapat 99 laki-laki untuk setiap 100 perempuan.

Mataram menjadi kota terpadat di NTB. Pada tahun 2020, setiap 1 km2 wilayah Kota Mataram dihuni oleh 7.009 jiwa. Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi di Kota Mataram yaitu Kecamatan Ampenan, dengan kepadatan penduduk sebesar 9.305 jiwa per km2.

Kota Mataram tergolong daerah dengan tingkat heterogenitas tinggi di Provinsi NTB. Penduduk yang tinggal di Kota Mataram berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. Suku Sasak merupakan suku mayoritas yang tinggal di Kota Mataram, selain Suku Bali, Tionghoa, Melayu, dan Arab. ​

Mayoritas penduduk Kota Mataram menganut agama Islam. Agama lain yang dianut penduduknya adalah Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.

Masyarakat Kota Mataram sebagian menggunakan bahasa Sasak dalam keseharian, selain bahasa Indonesia, bahasa Bali, bahasa Samawa, serta bahasa Bima. Bahasa Sasak itu sendiri terbagi atas beberapa dialek, bergantung daerah masing-masing pengguna di Pulau Lombok, serta dapat digunakan sebagai acuan perbedaan strata sosial di masyarakatnya.

KOMPAS/RIANA AFIFAH

Islamic centre di Nusa Tenggara Barat. Rumah ibadah sekaligus pusat mempelajari Islam yang selesai dibangun pada Desember 2015. Ornamen dan desain dari masjid ini mencirikan keberagaman keyakinan yang ada di Indonesia.

Indeks Pembangunan Manusia
79,14 (2021)

Angka Harapan Hidup 
71,88 tahun (2021)

Harapan Lama Sekolah 
15,64 tahun (2021)

Rata-rata Lama Sekolah 
9,54 tahun (2021)

Pengeluaran per Kapita 
Rp 14,99 juta (2021)

Tingkat Pengangguran Terbuka
6,83 persen (2020)

Tingkat Kemiskinan
8,47 persen (2020)

Kesejahteraan

Pembangunan manusia di Kota Mataram dalam satu dekade terakhir terus meningkat. Indeks pembangunan manusia (IPM) Kota Mataram di tahun 2011 tercatat sebesar 67,09 meningkat menjadi 79,14 di tahun 2021. Dibandingkan kabupaten/kota di NTB, IPM Kota Mataram berada di peringkat teratas.

Dari komponen pembentuknya, angka harapan hidup di tahun 2021 tercatat selama 71,88 tahun. Di bidang pendidikan, harapan lama sekolah (HLS) tercatat selama 15,64 tahun dan rata-rata lama sekolah (RLS) selama 9,54 tahun. Adapun pengeluaran per kapita sebesar Rp 14,99 juta.

Di sektor tenaga kerja, penduduk Kota Mataram bekerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yakni sebanyak 48,56 persen dari penduduk Kota Mataram. Menyusul dibelakangnya, terdapat 21,51 persen penduduk bekerja di sektor pengangkutan dan komunikasi, sementara pada sektor keuangan dan jasa sebesar 20,93 persen.

Tingkat pengangguran terbuka di Kota Mataram pada tahun 2020 terhitung tertinggi di NTB. Dari 10 kabupaten/kota di NTB, tingkat pengangguran terbuka Kota Mataram tercatat sebesar 6,83 persen. Adapun penduduk miskin di Kota Mataram merupakan yang terendah kedua di NTB setelah Kota Bima. Angka kemiskinan di Kota Bima tercatat sebesar 8,35 persen, sedangkan di Kota Mataram tercatat sebesar 8,47 persen.

KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengikuti simulasi atau ujicoba pembelajaran tatap muka bersama guru mereka, Senin (14/9/2020). Selain wajib menerapkan protokol kesehatan, jumlah peserta simulasi dalam satu shift maksimal 50 persen dari total jumlah siswa masing-masing sekolah dengan pengaturan kelas diisi oleh maksimal 18 orang. Mulai 14 September 2020 hingga 3 Oktober 2020, sekolah-sekolah yang ditunjuk akan melaksanakan simulasi (sesuai jadwal) masing-masing selama satu minggu.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
Rp 363,16 miliar (2020)

Dana Perimbangan 
Rp 822,94 miliar (2020)

Pendapatan Lain-lain 
Rp 209,89 miliar  (2020)

Pertumbuhan Ekonomi
-5,5 persen (2020)

PDRB Harga Berlaku
Rp 18,68 triliun (2020)

PDRB per kapita
Rp 37,69 juta/tahun (2020)

Ekonomi

Sebagai ibu kota Provinsi NTB, perekonomian Kota Mataram merupakan yang terbesar di NTB. BPS mencatat, produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) Kota Mataram senilai Rp 23,91 triliun pada 2020.

Perekonomian Kota Mataram ditopang oleh beberapa kegiatan usaha. Sebagian besar perekonomian Kota Mataram pada tahun 2020 dihasilkan dari sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, yaitu sebesar 20,50 persen. Selanjutnya jasa keuangan dan asuransi sebesar 12,10 persen, jasa pendidikan (9,21 persen), industri pengolahan (9,10 persen), konstruksi (8,80 persen), dan administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib (8,46 persen).

Sebagai motor penggerak perekonomian di Kota Mataram, sektor perdagangan didukung oleh 176 buah sarana perekonomian di Kota Mataram yang terdiri atas 19 pasar tradisional dan 157 swalayan.  Adapun di sektor pendidikan, fasilitas pendidikan di Kota Mataram terdiri atas 188 TK/RA, 195 SD/MI, 69 SMP/MTs, 63 SMA/SMK/MA, dan 30 Perguruan Tinggi.

Selama lima tahun terakhir, sektor industri pengolahan mampu memberikan kontribusi sebesar 8-10 persen terhadap perekonomian Kota Mataram dengan laju pertumbuhan yang bervariasi setiap tahun. Dinas Perindustrian dan Koperasi Kota Mataram mencatat bahwa nilai produksi sektor ini mencapai Rp 619,94 miliar di tahun 2019.

Industri pengolahan di Kota Mataram didominasi oleh industri pengolahan hasil pertanian sejumlah 2.005 usaha. Di posisi kedua diduduki oleh aneka industri sejumlah 1.713 usaha dan terakhir, industri kimia, mesin, dan elektronika sejumlah 1.241 usaha.

Secara umum, laju pertumbuhan Kota Mataram periode 2011-2019 berada dalam rentang 1-8 persen. Namun di tahun 2020, perekonomian Kota Mataram terkontraksi hingga 5,50 persen, jauh di atas pertumbuhan NTB yang hanya terkontraksi 0,64 persen. Kontraksi ekonomi tersebut tak lepas dari dampak negatif dari menyebarnya Covid-19 di Indonesia.

Di bidang keuangan daerah, realisasi pendapatan pemerintah Kota Mataram pada tahun 2020 tercatat sebesar Rp 1,39 triliun. Dari jumlah tersebut, sebagian besar bersumber dari dana alokasi umum sebesar Rp 822,94 miliar atau sekitar 41,5 persen. Kemudian disusul dengan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp 363, 16 miliar atau 26 persen, pendapatan lain-lain sebesar 209,89 miliar atau 21,9 persen.

KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Gerbang Taman Sangkareang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (5/8/2020). Kebutuhan akan ruang terbuka hijau di Kota Mataram semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di kota itu.

Di sektor pariwisata, Kota Mataram merupakan kota yang menarik dalam kategori sosial dan budaya. Di kota ini, beragam objek wisata bisa dinikmati, mulai dari wisata alam seperti Pantai Kota Tua Ampenan, Pantai Loang Baloq, dan Pantai Gading.

Ada pula wisata sejarah dan religi seperti Museum NTB, makam Loang Balon, Masjid Hubbul Wathan Islamic Center yang megah, hingga Pura Mayura dan Pura Meru. Tak kalah menarik wisata kuliner di sepanjang Jalan Udayana dan wisata belanja di Pasar Seni Sayang-Sayang.

Sejumlah fasilitas penunjang wisata seperti hotel dan restoran hingga toko oleh-oleh khas Lombok banyak tersebar di kota ini. Selama tahun 2020, tercatat jumlah hotel berbintang sebanyak 27 sedangkan hotel non bintang tercatat sebanyak 111 unit. Adapun pada tahun 2020, jumlah tamu yang menginap di hotel sebanyak 410.797 orang atau menurun sekitar 36,89 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. (LITBANG KOMPAS)

KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Pengunjung melihat proses pembuatan kain tenun dalam Pameran Temporer bertarjuk Eksotika Wastra Nusa Tenggara Barat di Museum Negeri NTB di Mataram, Senin (8/11/2021). Pameran yang berlangsung 8-14 November 2021 akan menampilkan 45 koleksi wastra atau kain tenun dari 1.050 total kain tenun koleksi Museum Negeri NTB.

Referensi

Arsip Berita Kompas
  • “Kota administratif Mataram”, Kompas, 30 Agustus 1978, hlm. 12
  • “Mengenal Mataram, kota administratif yang ketujuh”, Kompas, 31 Agustus 1978, hlm. 08
  • “Jejak Masa Lalu Mataram Nyaris Tak Berbekas”, Kompas, 28 Agustus 2001, hlm. 21
  • “Kota Mataram: “Beautiful City”, Menurut Siapa?”, Kompas, 09 Oktober 2001, hlm. 20
  • “Kota Mataram * Otonomi”, Kompas, 08 April 2003, hlm. 32
  • “Memberdayakan Ekonomi Rakyat dengan Kotoran Kuda * Otonomi”, Kompas, 08 April 2003, hlm. 32
  • “Kota Mataram: Ikon Wisata Baru Dikembangkan * Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015”, Kompas, 21 Juli 2015, hlm. 22
  • “Menanti Taman-Taman di Kota Mataram Kian Tertata”, Kompas, 22 Oktober 2020, hlm. C
Buku dan Jurnal
Aturan Pendukung
  • UU 1/1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah
  • UU 64/1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara barat dan Nusa Tenggara Timur
  • UU 69/1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
  • UU 5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah
  • UU 4/1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Mataram
  • UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah
  • UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
  • PP 21/1978 tentang Pembentukan Kota Administratif Mataram
  • Perda Kota Mataram Nomor 10 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Mataram Tahun 2016-2021

Editor
Topan Yuniarto