Kompas/raditya helabumi
Penawaran potongan harga terpasang di gerai hipermarket Giant Ekstra Alam Sutera, Tangerang Selatan, Minggu (30/5/2021). Jelang ditutupnya semua gerai hipermarket Giant per Juli 2021, pengunjung menyerbu sejumlah gerai Giant untuk berbelanja barang yang ditawarkan dengan harga diskon. Perubahan perilaku konsumen yang tidak lagi berbelanja kebutuhan harian untuk stok satu bulan dan pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari satu tahun menyebabkan banyak perusahaan ritel modern gulung tikar dan beralih fungsi.
Fakta Singkat
Barter
Sistem ini pertama kalinya diperkenalkan oleh suku Mesopotamia yang diadopsi oleh Fenisia yang kemudian berkembang di Babilonia
Belanja Daring
Belanja daring adalah sebuah proses transaksi yang dilakukan melalui media atau perantara, yaitu berupa situs-situs jual beli online ataupun jejaring sosial yang menyediakan barang atau jasa yang diperjualbelikan.
Awal Belanja Daring
Menurut BigCommerce, belanja daring dimulai di Inggris, pada akhir 1970-an.
Pertengahan 1990-an
Internet telah menjadi pusat komunikasi dan koneksi global yang mapan.
Live Shopping
Raksasa eCommerce Alibaba meluncurkan platform Livestream Shopping, Taobao.
Sebelum pasar tradisional hadir, barter biasa dilakukan. Barter adalah kegiatan tukar-menukar barang yang terjadi sebelum adanya uang. Barter berlangsung hingga 6000 SM. Sistem ini pertama kalinya diperkenalkan oleh suku Mesopotamia yang diadopsi oleh Fenisia yang kemudian berkembang di Babilonia. Saat menggunakan sistem ini, terjadi kesulitan untuk menukarkan barang yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga, mendorong manusia untuk menciptakan kemudahan dalam hal menukar, yakni menggunakan uang sebagai alat tukar.
Saat muncul uang sebagai alat tukar, tercipta transaksi jual beli antara penjual dan pembeli. Demi memudahkan kegiatan ini berlangsung, muncul pasar tradisional yang memudahkan transaksi antara penjual dan pembeli. Pembeli pergi ke pasar tradisional dan memilih barang yang diinginkan, para penjual pun harus melayani pembelinya. Penjual biasanya menawarkan harga, lalu ditawar oleh pembeli.
Kemudian, muncul pasar modern seperti supermarket yang membebaskan pembeli untuk memilih dan mengambil barang sendiri. Harga yang diberikan oleh penjual pun tidak boleh ditawar. Namun, selalu diskon dan promo menarik yang ditawarkan. Pembayaran dilakukan di kasir dengan metode pembayaran tunai, debit, atau dengan kartu kredit.
Pengalaman berbelanja dari ritel modern pun kemudian beralih ke belanja daring yang diawali pencarian barang lewat Google.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Ojek daring mencocokkan daftar harga belanjaan di Toko Tani Indonesia Center milik Kementerian Pertanian di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sebelum diserahkan kepda konsumennya, Senin (6/4/2020). Toko Tani bekerja sama dengan Gojek agar bahan pangan murah yang dijual dapat dibeli secara daring oleh konsumen untuk mendukung himbauan pemerintah agar warga beaktivitas dan bekerja dari rumah. Toko Tani setidaknya menjual 10 komoditas pangan dengan harga murah, seperti bawang merah, bawang putih, daging ayam, daging sapi, telur, cabe merah keriting, cabe rawit, minyak goreng, gula, dan beras.
Kehadiran Belanja Daring
Belanja daring merupakan transaksi yang dilakukan melalui media atau perantara, yaitu berupa situs-situs jual beli daring ataupun jejaring sosial yang menyediakan barang atau jasa yang diperjualbelikan. Belanja daring juga dapat diartikan sebagai keinginan konsumen untuk membelanjakan uangnya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan di toko daring. Proses tersebut dapat dilakukan dengan cara memesan barang yang diinginkan melalui vendor atau produsen maupun reseller lewat internet. Selanjutnya, pembayaran dilakukan dengan cara mentransfer via bank, e-bank, ataupun COD (Cash on Delivery).
Belanja daring dimulai dengan metode belanja yang paling sederhana. Aktivitas belanja dilakukan dengan masuk ke mesin pencari seperti Google dan mengetik beberapa informasi tentang produk tertentu, dilanjutkan melihat ketersediaan produk. Jika produk tersedia, calon pembeli akan mengklik tombol ‘beli’. Namun, bentuk belanja online ini masih kurang diminati karena ketidaaan informasi tentang tindakan pencegahan keamanan yang perlu diambil saat membeli barang melalui internet.
Seiring berjalannya waktu, publik pun mulai menggunakan kartu kredit saat melakukan belanja online. Sehingga muncul e-tailer. Lewat e-tailler, publik menyadari bahwa mereka dapat menghemat uang hanya dengan menghabiskan persentase tertentu dari total biaya barang yang ingin dibeli. Kemudian, muncul pengembangan situs web di mana orang dapat mengunjungi dan membeli barang-barang pilihan mereka secara langsung dengan nyaman dimana saja. Ada juga berbagai jenis opsi pembayaran yang dapat digunakan seperti cek dan kartu kredit.
Baca juga: Fenomena Belanja Daring
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Gojek dan Tokopedia resmi mengumumkan kesepakatan merger melalui pembentukan Grup GoTo pada Senin (17/5/2021). Gojek merupakan platform layanan on-demand dan finansial, sementara Tokopedia merupakan perusahaan teknologi lokapasar (marketplace) di Indonesia.
Dalam perkembangannya, situs web e-commerce menjadi sangat populer. Dengan meningkatnya jumlah pelanggan, persaingan antar-penyedia situs web juga meningkat.
Keuntungan terbesar berbelanja secara daring, pelanggan tidak perlu pergi dari satu toko ke toko lain untuk mencari penawaran dan diskon terbaik. Segala sesuatu yang dibutuhkan pelanggan dapat dilakukan meski berada di mana saja, namun dapat menjelajahi berbagai toko. Berbelanja di internet pun menawarkan harga lebih rendah, layanan lebih baik dan bebas memilih dari semua jenis toko dan barang yang tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia.
Kedua, internet telah membawa revolusi dalam bentuk shopping cart, yang belum pernah sampai pengenalan World Wide Web hadir. Setelah internet kian dikenal, semua toko terkemuka mulai menggunakannya sebagai sarana untuk menyediakan kemudahan melakukan pembelian.
Garis waktu Belanja Daring
Menurut BigCommerce, belanja daring dimulai di Inggris, pada akhir 1970-an. Belanja daring pertama kali dilakukan di Inggris pada tahun 1979 oleh Michael Aldrich dari Redifon Computers. Ia menyambungkan televisi berwarna dengan komputer yang mampu memproses transaksi secara realtime melalui sarana kabel telepon.
Penemuannya adalah salah satu alat komunikasi pertama yang memungkinkan komunikasi massa interaktif namun masih mahal, dan tidak masuk akal secara finansial bagi sebagian besar bisnis.
Pada tahun 1980, belanja daring secara luas digunakan di Inggris dan beberapa negara di daratan Eropa seperti Prancis yang menggunakan fitur belanja daring untuk memasarkan Peugeot, Nissan, dan General Motors.
Tahun 1982, perusahaan eCommerce pertama di dunia diluncurkan. Boston Computer Exchange (BCE) adalah pasar online bagi orang-orang untuk membeli dan menjual komputer bekas. Peluncuran BCE mendahului munculnya World Wide Web. Sehingga, perusahaan masih beroperasi pada sistem papan buletin dial up.
Pada tahun 1992, Charles Stack membuat toko buku daring pertamanya yang bernama Book Stacks Unlimited yang berkembang menjadi Books.com. Kehadiran Books.com diikuti oleh Jeff Bezos dengan situs web Amazon.com selang dua tahun. Pizza Hut juga mulai menggunakan media belanja daring untuk memperkenalkan pembukaan toko pizza daring.
Baca juga: Sejarah Harbolnas dan Potret E-Dagang di Indonesia
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Jasa pengiriman menerima uang dari pembelian paket via aplikasi Shopee di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Senin (18/5/2020). Pembatasan sosial berskala besar yang diterapkan saat pandemi Covid-19 memaksa warga berada di rumah saja, sambil tetap beraktivitas, seperti bekerja, belajar, ataupun beribadah. Membeli berbagai barang yang dibutuhkan, baik kebutuhan sehari-hari maupun barang sekunder lainnya, juga harus dilakukan secara dalam jaringan (daring/online).
Artikel terkait
Pada tahun 1994, Netscape memperkenalkan SSL encryption of data transferred online karena dianggap sebagai hal yang paling penting dari belanja daring adalah keamanan dalam bertransaksi.
Pada pertengahan 90-an, Internet telah menjadi pusat komunikasi dan koneksi global yang mapan. Pada tahun 1995, browser web paling populer saat itu, Netscape telah memiliki sekitar 10 juta pengguna di seluruh dunia.
Pada tahun 1996, eBay, situs belanja daring lahir dan berkembang menjadi salah satu situs transaksi daring terbesar.
Pada tahun yang sama, Jeff Bezos meluncurkan Amazon sebagai pasar buku daring. Perusahaan ini melihat tanda-tanda awal keberhasilan dalam 30 hari setelah peluncuran di mana pasar buku daring tersebut berhasil mengirim produk yang dibeli ke 45 negara.
Beberapa tahun kemudian, sistem pembayaran daring bernama Confinity, yang sekarang dikenal sebagai PayPal pun lahir.
Sekitar awal 2000-an, metode dan platform monetisasi semakin lebih canggih. Pada tahun 2000, Google memperkenalkan Google AdWords sebagai alat periklanan online bagi bisnis untuk mempromosikan produk mereka. Ini mengantarkan era iklan bayar per klik.
Lima tahun kemudian, Amazon memperkenalkan paket keanggotaan Prime-nya, yang menawarkan fasilitas kepada anggota seperti pengiriman cepat gratis dan diskon eksklusif. Pengguna utama dikenakan biaya keanggotaan tahunan.
Pada tahun 2010, eCommerce mulai meningkatkan kecepatannya. Penjualan daring Amerika Serikar selama Cyber Monday melampaui $1 miliar. Hal ini baru pertama kali terjadi dalam sejarah belanja daring,
Peluncuran alat pembayaran digital baru pun kian bertambah. Misalnya, peluncuran Apple Pay pada tahun 2014 memudahkan konsumen untuk membayar produk langsung dari iPhone mereka.
Di tengah pandemi global, bisnis terpaksa menutup toko fisik mereka, dan pembatasan yang diterapkan mendorong konsumen pun kian beralih ke daring. Pada Mei 2020, penjualan eCommerce bahkan mencapai $82,5 miliar, naik 77% dari tahun ke tahun.
Sumber: Kanal Youtube Kompas TV, 2 April 2021
Perkembangan di Indonesia
Belanja daring di Indonesia semakin hari semakin menunjukkan perkembangan yang signifikan. Belanja daring, tidak hanya dimonopoli belanja barang, namun juga layanan jasa seperti perbankan yang memperkenalkan teknik e-banking. Melalui teknik e-banking pelanggan dapat melakukan kegiatan seperti transfer uang, membayar tagihan listrik, air, telepon, internet, pembelian pulsa, pembayaran uang kuliah, dan lain sebagainya.
Belanja daring di Indonesia untuk pembelian suatu barang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Mulai dari situs yang menjual handphone, gitar, butik, toko buku, makanan, bahkan hingga ke alat elektronik pun mulai dirambah oleh layanan belanja daring. Setidaknya 30 juta orang Indonesia belakangan telah bertransaksi daring, menciptakan pasar setidaknya $8 miliar. Pasar bisa tumbuh hingga $40 miliar ke atas dalam lima tahun ke depan.
Pasar perdagangan daring saat ini terdiri dari dua model utama, yakni platform e-niaga seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada. Selain itu juga social commerce, yang melibatkan pembelian dan penjualan barang fisik melalui platform media sosial seperti BBM, Facebook, Instagram, Line, dan WhatsApp. Lewat model social commerce, barang terdaftar untuk dijual, tetapi pembayaran dan pengiriman ditangani secara terpisah. Uniknya, sebanyak 35% pendapatan ritel daring dihasilkan oleh wanita, sedangkan wanita hanya menghasilkan 15% pendapatan di ritel daring.
Pada tahun 2022, perdagangan daring secara langsung dan tidak langsung mendukung sekitar 26 juta pekerjaan. Saat dunia mulai melonggarkan kebijakan pandemi Covid-19, belanja online akan terus tumbuh dan memperluas pangsa pasarnya pada tahun 2023. Belanja daring Indonesia diperkirakan mencapai 22% dari total penjualan ritel di seluruh dunia.
Baca juga: Merunut Potensi, Tantangan, Regulasi, dan Strategi Nasional Ekonomi Digital di Indonesia
KOMPAS/BAHANA APTRIA GUPTA
Warga melihat website www.pahlawanekonomi.com yang dibuat oleh pelaku UKM Se-Surabaya, Surabaya, Senin (16/2/2015). Website yang berfungsi sebagai promosi serta pemasarann berbagai produk UKM telah menaikkan omset penjualan hingga 20 persen.
Artikel terkait
Live Shopping
Pada tahun 2016, raksasa eCommerce Alibaba meluncurkan platform livestream shopping, Taobao. Konsumen merangkul cara belanja yang baru dan inovatif tersebut. Model ini sesuai dengan kebutuhan pengguna untuk menegaskan status sosial mereka sebagai konsumen sambil mendapatkan pengalaman berbelanja yang menghibur. Sebuah kata baru diciptakan untuk menggambarkan dengan sempurna hibridisasi antara hiburan dan belanja daring yakni shoppertainment.
Livestream shopping adalah aktivitas seorang penjual melakukan siaran belanja secara langsung. Konsumen, atau penonton siaran belanja, dapat berkomunikasi tentang produk yang dijual, mulai dari harga hingga bahan barang yang digunakan. Siaran langsung ini biasanya tidak berlangsung lama. Penjual memberi batas waktu tertentu, sehingga proses jual-beli berlangsung hanya saat siaran.
Pelaku usaha mendapat keuntungan dari memanfaatkan sistem livestream shopping, yaitu mampu mengukur antusiasme masyarakat pada produk yang dijual. Keuntungan kedua, cara belanja seperti ini menciptakan interaksi yang lebih personal antara penjual dengan pembeli. Penjual bisa membawa suasana livestream shopping dengan lebih nyaman kepada pembeli seperti melemparkan lelucon atau kuis sehingga kegiatan tidak terasa membosankan.
Selain itu, konsumen dapat melihat secara langsung produk saat siaran berlangsung. Jika melalui online shop (toko daring) mungkin saja pembeli bingung atau menerka-nerka barang apakah sesuai dengan yang diharapkan. Livestram shopping memudahkan pembeli untuk melihat detail produk.
Livestream shopping hadir sebagai saluran penjualan digital baru yang memperkaya pengalaman e-commerce. Pangsa e-commerce dalam penjualan ritel global telah meledak pada tahun 2021. Ledakan ini terutama disebabkan oleh krisis kesehatan, naik dari 13,6% pada 2019 menjadi 19,5% pada 2021.
Merek melihat livestream shopping sebagai kekuatan baru untuk menghasilkan pendapatan tambahan dan membatasi ketergantungan berlebihan pada saluran penjualan fisik. Belanja ditambah konten livestram shopping di platform media sosial dan e-commerce dapat meningkatkan interaksi langsung antara merek dan konsumen. Penjualan via livestream shopping pun menjadi alternatif dan peluang untuk menjangkau pasar.
KOMPAS/NUR HIDAYATI
Layar di arena Mercedes Benz Arena Shanghai, China, menampilkan total penjualan senilai 168,2 miliar yuan, setara dengan Rp 342 triliun, yang dicapai dalam 24 jam festival belanja daring Alibaba 11.11 Global Shopping Festival pada Minggu (12/11/2017).
E-niaga yang digabungkan dengan streaming langsung video telah menciptakan pengalaman baru dalam belanja. Pengalaman interaktif yang menampilkan konten yang dapat dibeli dan memungkinkan pedagang menghidupkan pengalaman di dalam toko meski secara daring. Pelanggan tidak harus membaca deskripsi produk dan menjelajahi internet untuk ulasan pelanggan, mereka dapat langsung bergabung dengan siaran video langsung dan melakukan percakapan real time tentang produk sebelum membeli langsung pada saat livestream shopping berlangsung.
Survei UC Browser mencatat pemain e-commerce ternama di Indonesia, seperti Shopee dan Lazada menggunakan platform livestream shopping sebagai alat promosi penting untuk mendorong konversi pesanan sekaligus menciptakan pengalaman live streaming demi meningkatkan interaksi pelanggan. Selain para pemain e-commerce ternama di Indonesia, platform online lain dengan basis pengguna yang besar seperti Facebook dan Instagram juga telah masuk ke livestream shopping.
Kunci siaran livestream shopping adalah promosi, interaksi dan transaksi. Livestream shopping juga bisa dipergunakan oleh penjual untuk mengukur antusiasme audiens pada produk dijual. Jumlah penonton yang melihat livestream shopping dapat menjadi tolak ukur seberapa antusias audiens terhadap produk yang dijual. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- Belshaw, Cyril S, Soebyanto (tr.). 1981. Tukar Menukar Tradisionil dan Pasar Modern. Jakarta: Gramedia.
- Scott, David Meerman. 2009. The New Rules of Marketing & PR Edisi Terjemahan. Jakarta: Publishing One.
Penulis:
Susanti Agustina Simanjuntak
Editor:
Topan Yuniarto