Paparan Topik | Pariwisata

Potensi dan Dampak Sport Tourism di Indonesia

Pariwisata olahraga atau sport tourism memiliki potensi serta dampak yang besar bagi perekonomian. Ragam kekayaan alam di Indonesia merupakan aset dan modal untuk mendukung sport tourism yang dipadu kearifan lokal.

LITBANG KOMPAS/TOPAN YUNIARTO

Penonton Kejuaraan Dunia Superbike (WSBK) seri kedua yang berlangsung di SIrkuit Mandalika mengikuti sesi Pit Walk di area Pit Lane yang berada di depan garasi atau paddock pebalap (5/3/2023). Dorna Sport mencatat 59.251 orang hadir masuk ke dalam Sirkuit Mandalika untuk menyemarakkan WSBK. Kejuaraan Dunia Superbike menjadi salah satu jenis sport tourism atau pariwisata olahraga yang memiliki potensi dampak ekonomi lokal dan nasional.

Fakta Singkat:

  • Pariwisata dan olahraga memiliki kesamaan tujuan, yakni untuk rekreasi memelihara fungsi fisik, mental, dan sosial manusia.
  • Pariwisata olahraga atau Sport Tourism diakomodasi dalam UU Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan.
  • Secara historis, konsep pariwisata olahraga telah berlangsung pada tahun 800–830 SM di Yunani Kuno. Pada 776 SM, momen besar pertama pariwisata olahraga berlangsung dalam gelaran Olimpiade.
  • Jenis pariwisata olahraga dibagi dua berdasarkan giat olahraga yang dilangsungkan, yakni pariwisata olahraga keras (hard sport tourism) dan pariwisata olahraga lembut (soft sport tourism).
  • Pada 2022, jumlah kunjungan wisatawan internasional naik lebih dari 50 persen, hingga 917 juta orang. Sejak 2021, jumlah wisatawan internasional konsisten kembali meningkat.
  • Sebesar 4,1 persen PDB seluruh dunia disumbang dari bidang pariwisata. Di Indonesia sendiri, pariwisata menyumbang 4,3 persen total PDB nasional.
  • Pariwisata olahraga global memiliki nilai hingga 800 miliar dollar AS, atau setara dengan 10 persen valuasi industri pariwisata dunia.
  • Pertumbuhan pariwisata olahraga di Indonesia diproyeksi bisa mencapai nilai sebesar Rp 18.790 triliun hingga 2024 mendatang.
  • Faktor pendukung penyelenggaraan pariwisata olahraga di Indonesia, antara lain, keindahan alam, kekayaan budaya/kearifan lokal, demografi penduduk, dan pertumbuhan ekonomi.
  • Beberapa contoh pariwisata olahraga di Indonesia yang identik dengan kearifan lokal adalah Pacu Jalur di Riau, Pacu Jawi di Sumatera Barat, Festival Perahu Sandeq di Sulawei Barat, Sandalwood Sumba di Nusa Tenggara Timur, dan Pacuan Kuda Gayo di Aceh.

Bersamaan dengan meredanya kasus Covid-19, masyarakat di seluruh dunia secara bertahap merasakan adanya kebangkitan ekonomi. Berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintah, pun dengan gencar berinovasi untuk mencapai kebangkitan yang optimal.

Berbagai inovasi untuk menarik investasi, penjualan, dan pendapatan dilakukan. Salah satunya adalah melalui penyelenggaraan kompetisi olahraga yang kerap disebut sebagai pariwisata olahraga atau sport tourism.

Pariwisata olahraga menjadi salah satu pilihan dan cara utama Indonesia untuk mencapai pertumbuhan pasca-pandemi. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf), Sandiaga Uno setelah menjadi pembicara dalam “SPORTEL Rendez-vous Bali” di Nusa Dua, Bali, Kamis (23/2/2023). “Indonesia akan sangat aktif mengajukan penawaran untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan berbagai acara dan juga kegiatan olahraga kelas dunia. Hal ini tidak lepas dari berbagai potensi yang dimiliki Indonesia,” kata Sandiaga.

Keaktifan tersebut mulai dibuka dan ditunjukkan secara nyata dengan diselenggarakannya Kejuaraan Dunia Perahu Motor Formula 1 atau F1 H2O. Acara olahraga bertaraf internasional tersebut diselenggarakan di Danau Toba, Sumatera Utara pada 24–26 Februari 2023.

Gelaran F1 H2O menjadi momentum penting bagi Danau Toba. Pembangunan infrastruktur yang telah didongkrak selama beberapa tahun dihadapkan pada ajang pembuktian kelayakan. Kedatangan turis dan pemasukkan juga akan berdampak positif pada ekonomi regional maupun nasional.

“Sekarang waktunya menyelenggarakan event internasional bergengsi untuk mendatangkan turis lebih banyak,” kata Asisten Deputi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Kosmas Harefa di Sumatera Utara, Senin (30/1/2023) (Kompas, 31/1/2023, “Kilas Daerah: Kejuaraan Perahu Motor Momentum bagi Toba”).

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Pebalap Italia, Lorenzo Baldassarri (kanan) dan Nicholas Spinelli, menjajal atraksi kesenian presean dalam Karnaval Budaya Mandalika 2023 di Kuta Mandalika, Kecamatan Pucut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Rabu (1/3/2023). Karnaval budaya ini digelar dalam rangka memeriahkan dan menyambut gelaran Kejuaraan Dunia Superbike atau WSBK di Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika.

Apa itu sport tourism?

Sport tourism atau pariwisata olahraga merupakan frasa yang berdiri atas dua kesatuan kata, pariwisata dan olahraga. Pemahaman atas pariwisata olahraga dapat ditelisik dari kedua kata pendirinya tersebut. Mengacu pada KBBI, pariwisata didefinisikan sebagai “berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi; pelancongan; turisme”. Sementara olahraga adalah “gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh”.

Dalam artikel akademiknya, Guru Besar Analisis Kebijakan Pembangunan Olahraga Agus Kristiyanto menuliskan bahwa “olahraga” dan “pariwisata” adalah dua fenomena besar yang selalu bersanding. Baik dalam tataran aktivitas individual dan kolektif, keduanya telah memiliki benang merah penghubung sepanjang bergulirnya peradaban manusia.

Dipaparkan Kristiyanto, keterhubungan tersebut dapat dilihat dari konotasi arah masing-masing aktivitas. Berolahraga memiliki konotasi yang diarahkan untuk memelihara atau mengembangkan potensi fisik, mental, sosial. Sedangkan konotasi pariwisata terarah pada perjalanan rekreatif menuju destinasi wisata tertentu. Pariwisata pun dilakukan untuk memelihara fungsi fisik, mental, dan sosial.

Hadirnya konsep pariwisata olahraga lantas diakomodasi secara formal oleh peraturan perundang-undangan Indonesia, tepatnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan. Pasal 27 Ayat (6) merumuskan terlaksananya pariwisata olahraga sebagai sarana mendorong giat olahraga di tengah masyarakat.

Dituliskan pada ayat tersebut, “Pembinaan dan pengembangan Olahraga Masyarakat dilaksanakan sebagai upaya menumbuhkembangkan sentra-sentra dan mengaktifkan perkumpulan Olahraga dalam Masyarakat, meningkatkan pariwisata Olahraga, dan menyelenggarakan festival Olahraga Masyarakat yang berjenjang dan berkelanjutan pada tingkat daerah, nasional, dan internasional”.

Pada Pasal 91 Ayat (2) dan Ayat (3), pemerintah juga mendorong agar pariwisata olahraga tidak hanya dijalankan secara regional dalam suatu masyarakat tertentu. Pengembangan terhadap pariwisata olahraga secara nasional, bahkan internasional juga perlu dilakukan. Caranya yang paling utama adalah dengan manajemen profesional, baik dalam bentuk prasarana, sarana, dan jasa kegiatan cabang olahraga sebagai produk utama.

Sejarah Singkat Pariwisata Olahraga

John Zauzar dalam “Historical Perspectives of Sports Tourism” menuliskan, secara historis, wisata olahraga telah berlangsung sejak masa kuno. Meski sangat mungkin ditemukan catatan historis lainnya, masyarakat Yunani Kuno merupakan fondasi awal pariwisata olahraga. Sejak tahun 800–830 SM, masyarakat Yunani Kuno telah begitu dekat dengan kehidupan yang menekankan giat fisik dan kesehatan lewat olahraga.

Hal tersebut diwujudkan dalam maraknya perlombaan atletik di berbagai kota Yunani. Setidaknya terdapat 140 kota yang menyelenggarakan acara serupa, termasuk beberapa yang terkenal adalah di Athena, Thesia, Olympia, dan Dionysia. Momen besar bagi perkembangan pariwisata olahraga lahir pada tahun 776 SM, melalui penyelenggaraan Olimpiade pertama dalam sejarah. Istilah “olimpiade” sendiri diambil dari nama tempat penyelenggaranya, Olympia.

Olimpiade ini juga menjadi acara pariwisata olahraga pertama yang masuk dalam catatan tertulis dan hingga kini masih bertahan dan dilangsungkan di berbagai negara. Disebut sebagai pariwisata olahraga karena jenis pariwisata ini muncul berkat kegiatan olahraga dalam penyelenggaraan Olimpiade.

Zafer Yildiz dan Sinem Çekiç dalam artikel “Sport Tourism and its History and Contribution of Olympic Games to Touristic Promotion” menyebutkan bahwa Olimpiade pertama tersebut berdampak signfikan pada struktur ekonomi dan sosial daerah. Pelaksanaan Olimpiade tersebut menimbulkan pergerakan pariwisata pertama untuk mereka yang ingin menonton maupun berpartisipasi dalam pertandingan.

Mengacu pada Yuval Noah Harari dalam Sapiens: Riwayat Singkat Umat Manusia, berwisata semakin menjadi tren seiring dengan perkembangan zaman. Dalam era modern, kebutuhan masyarakat akan pariwisata kian meningkat. Meski secara kasat, industri pariwisata modern menawarkan tiket pesawat, paket perjalanan, hingga kamar hotel, namun komoditas sesungguhnya adalah pengalaman. Masyarakat modern memandang pengalaman sebagai suatu kebutuhan manusiawi untuk mencapai kebahagiaan.

Secara berkesinambungan, hal ini berdampak pada pesatnya popularitas pariwisata olahraga hingga level internasional. Hadirnya ajang Olimpiade (Musim Panas dan Dingin), Piala Dunia, Kejuaraan Eropa, dan Tur Dunia Badminton World Federation (BWF) yang menarik begitu banyak peserta dan penonton menjadi contoh nyata.

Baca juga
Kejuaraan Dunia F1 H2O di Danau Toba Menjadi Magnet Wisatawan dari Berbagai Daerah

KOMPAS/NIKSON SINAGA

Tim pembalap mengikuti sesi latihan 1 (free practice 1) Kopiko F1 Power Boat Lake Toba di Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Sabtu (25/2/2023). Pengunjung dari berbagai daerah menikmati perhelatan balap perahu motor paling bergengsi di dunia itu.

Jenis Pariwisata Olahraga

Dalam perkembangannya, pariwisata olahraga terus mengalami perkembangan pesat. Perkembangan ini tak hanya didorong oleh terus tingginya minat masyarakat dunia terhadap giat pariwisata maupun olahraga. Selain itu, berbagai acara olahraga juga mengalami perkembangan. Cabangnya menjadi kian luas sekaligus terprogram secara profesional – di mana penyelenggara acara mampu memfasilitasi dan menghubungkan minat penonton dengan peserta olahraga.

Sebagai dampak dari perkembangan yang disebutkan terakhir, koridor pariwisata olahraga pun menjadi kian luas. Secara umum, pariwisata olahraga lantas dibagi ke dalam dua jenis besar, yakni hard sport tourism dan soft sport tourism. Penjelasan atas hal ini dapat ditemukan dalam artikel “Sport and Tourism: A Conceptual Framework” oleh Sean Gammon dan Tom Robinson yang dapat dipahami bahwa perbedaan utama dari kedua jenis pariwisata olahraga adalah pada cabang olahraga yang diadakan.

Gammon dan Robinson merumuskan bahwa kedua jenis pariwisata olahraga tersebut sama-sama mampu menarik wisatawan dalam jumlah besar. Dalam konteks ini, wisatawan didefinisikan sebagai orang-orang yang secara khusus melakukan perjalanan untuk terlibat dalam acara olahraga yang tengah dilansungkan.

Perjalanan dalam konteks ini dipahami sebagai tinggal di tempat di luar lingkungan yang biasanya ditinggali mereka. Dalam kegiatan demikian, olahraga menjadi motivasi utama manusia untuk bepergian atau melakukan perjalanan.

Hard Sport Tourism (Pariwisata Olahraga Keras)

Cabang ini merujuk pada pariwisata olahraga dengan penyelenggaraan acara serta jumlah pengunjung dalam kapasitas yang besar. Secara waktu atau momentum, hard sport tourism diselenggarakan secara reguler.

Oleh karena besarnya acara tersebut, acara-acara yang masuk dalam cabang ini biasanya telah menjadi momentum legendaris dan memiliki daya tarik penonton yang begitu masif. Sebagai contoh Piala Dunia, Tenis Wimbledon, Grand Prix Formula 1, Asian Games, dan SEA Games.

Soft Sport Tourism (Pariwisata Olahraga Lembut)

Sementara soft sport tourism dapat dipahami sebagai pariwisata olahraga yang menarik kelompok spesifik pengunjung tertentu dengan preferensi olahraga dan gaya hidup yang juga spesifik. Gaya hidup olahraga ini hadir sebagai aktivitas rekreasi atau mengisi waktu luang (leisure).

Lantas, olahraga yang dijalani tersebut dikemas dalam suatu bentuk kejuaraan olahraga. Contoh spesifiknya adalah kompetisi lari, ski, kano, dan golf. Layaknya hard sport tourism, penyelenggaraan acara olahraga ini dapat menarik jutaan peminatnya – baik sebagai penonton maupun juga peserta.

KOMPAS/NIKSON SINAGA

Penonton menyaksikan sesi latihan 1 (free practice 1) Kopiko F1 Power Boat Lake Toba di Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Sabtu (25/2/2023). Pengunjung dari berbagai daerah menikmati perhelatan balap perahu motor paling bergengsi di dunia itu.

Potensi Pariwisata Olahraga

Pariwisata telah dan selalu menjadi salah satu sektor andalan dalam mendukung ekonomi suatu daerah maupun negara. Baik kategori pariwisata olahraga hard maupun soft, keduanya sama-sama mampu menarik pengunjung dan peserta acara dalam jumlah besar, bahkan hingga jutaan.

Merujuk kembali pada Gammon dan Robinson, kota maupun daerah yang menjadi tuan rumah acara kedua jenis pariwisata olahraga akan sangat dibanjiri pendapatan. Pariwisata olahraga menjadi salah satu penghasil devisa yang besar, meski harus diakui pula, investasi awal dalam membangun infrastruktur kelas dunia untuk menjawab kebutuhan kerumunan wisatawan juga memerlukan modal biaya yang sangat besar.

Selain itu, sebagaimana telah dibahas sebelumnya, sektor pariwisata di seluruh dunia tengah mengalami pertumbuhan kembali yang begitu signifikan pasca-pandemi Covid-19. Pertumbuhan kembali pariwisata dunia dapat dilihat melalui data yang dirilis World Tourism Organization (WTO).

Pada tahun 2022 lalu, sebanyak 917 juta orang di seluruh dunia melakukan kunjungan pariwisata antarnegara. Jumlah tersebut menunjukkan kenaikkan lebih dari 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai jumlah 454,8 juta orang. Meski jumlah 917 juta wisatawan masih jauh lebih rendah dibandingkan masa sebelum pandemi, proyeksi pertumbuhannya terus menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Sumber: World Tourism Organization (WTO)

Selain jumlah wisatawan yang tinggi dan tengah kembali meningkat pesat, pariwisata juga menjadi salah satu penyumbang pendapatan terbesar. Kembali merujuk data WTO, pada tahun 2019 (tahun terakhir sebelum pandemi), bidang pariwisata menyumbang 4,1 persen dari rata-rata Produk Domestik Bruto (PDB) seluruh dunia. Kawasan internasional yang memperoleh pemasukan terbesar dari pariwisata adalah Eropa dengan mencapai 2,2 persen, diikuti oleh kawasan Asia Pasifik (1,8 persen) dan Timur Tengah (1,7 persen).

Secara spesifik, pariwisata olahraga sebagai salah satu cabang pariwisata memiliki valuasi yang juga signifikan. Kembali merujuk pada 2019, angka spesifik kontribusi industri pariwisata terhadap PDB dunia mencapai besaran 2,9 triliun dollar AS. Dari jumlah tersebut, sektor wisata olahraga global memiliki nilai hingga 800 miliar dollar AS dan berkontribusi terhadap 10 persen dari total industri pariwisata dunia (Kompas.id, 16/7/2020, “Menghidupkan Kembali ”Sport Tourism” Kala Pandemi”).

Potensi-potensi pariwisata internasional yang demikian masif tersebut tidak hanya berada pada tataran global, namun juga nasional. Di Indonesia, potensi pariwisata olahraga juga begitu berlimpah. Kembali merujuk pada pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, potensi tersebut didukung oleh kondisi topologi Indonesia, kekayaan budaya/kearifan lokal, demografi penduduk, dan pertumbuhan ekonomi.

Kondisi geografis dan topologi Indonesia menunjang terciptanya destinasi wisata yang indah. Hal demikian terejawantahkan dari bentuk negara yang terdiri atas pulau-pulau, ragam kontur alam yang bervariasi, dan wilayah yang luas. Hal tersebut memberikan ruang destinasi yang menarik bagi wisatawan sekaligus tempat penyelenggaraan pariwisata olahraga.

Selain faktor topologi, modal besar Indonesia dalam menyelenggarakan ajang pariwisata olahraga juga didukung dengan variasi kearifan lokal yang begitu kaya. Menurut Sandiaga, sama seperti destinasi spasial yang indah, kearifan lokal juga memiliki kapasitas yang sama dalam menarik para wisatawan yang berwisata olahraga.

Faktor ketiga, adalah demografi penduduk. Dengan jumlah populasi mencapai 280 juta jiwa, Sandiaga mengatakan bahwa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang memadai untuk mendukung terselenggaranya pariwisata olahraga. Hal tersebut kian potensial dengan demografi pengguna internet yang juga tinggi – yakni mencapai 204 juta pengguna internet aktif dan 191 juta pengguna aktif media sosial. Kedekatan pada internet dapat menunjang promosi dan keterjangkauan yang lebih luas.

Masih dalam konteks karakter demografi penduduk, Sandiaga juga menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia merupakan salah satu basis penggemar olahraga terbesar di dunia. Sebagai contoh, data yang dipublikasi oleh perusahaan Ipsos pada akhir 2022 lalu menunjukkan bahwa proporsi penggemar sepak bola di Indonesia mencapai 69 persen. Angka tersebut menjadi yang paling tinggi dibandingkan 34 negara lain yang di survei. Proporsi yang tinggi terhadap olahraga sepak bola tersebut tercapai meski tim nasional sepak bola sendiri tidak berlaga di ajang Piala Dunia.

Keempat, potensi pariwisata olahraga Indonesia juga didukung dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Meski berada di tengah pandemi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022 mencapai 5,31 persen. Angka ini bahkan jauh lebih tinggi dan menunjukkan pertumbuhan positif apabila dibandingkan dengan 2021 yang hanya berada di angka 3,7 persen. Hal ini membuat Indonesia diakui oleh Olympic Council of Asia sebagai salah satu kekuatan olahraga di kawasan Asia.

Dengan segala potensi yang ada tersebut, pemerintah Indonesia memberikan perhatian serius pada penyelenggaraan pariwisata olahraga. “Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) memiliki departemen khusus yang menangani penyelenggaraan event-event nasional dan internasional. Dan kami mendapat mandat dari Presiden untuk menarik lebih banyak lagi kegiatan olahraga kelas dunia,” kata Sandiaga Uno.

Peter F. Gontha, Direktur Utama PT Indonusa Telemedia, yang ditunjuk menjadi mitra international SPORTEL Monaco, juga menyampaikan besarnya potensi pariwisata olahraga di Indonesia. Kebesaran tersebut membuat posisi dan kedudukan Indonesia dalam industri pariwisata begitu menarik perhatian internasional. “Indonesia dipandang karena jumlah penduduk yang demikian besar, pertumbuhan ekonomi yang begitu besar. Ke depan bahwa industri olahraga Indonesia akan dilirik mata dunia,” ujar Peter F. Gontha.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Sebanyak 11 atlet lari Elite Race kategori putri Borobudur Marathon 2022 Powered by Bank Jateng saat mengawali start di kawasan Candi Borobudur, Jawa Tengah, Sabtu (12/11/2022). Penyelenggaraan Borobudur Marathon 2022 tersebut dilaksanakan selama dua hari pada 12-13 November yang terbagi dalam tiga kategori antara lain Bank Jateng Young Talent, Elite Race dan Tilik Candi. Pada penyelenggaraan lomba lari marathon tersebut juga memberikan kesempatan bagi para atlet muda untuk merintis prestasi mereka.

Manfaat Pariwisata Olahraga Bagi Indonesia

Pariwisata olahraga akan mampu memberikan dampak positif bagi bangsa Indonesia. Mengacu pada Kompas.id (16/7/2020, “Menghidupkan Kembali ”Sport Tourism” Kala Pandemi”), parwisata olahraga adalah tren pariwisata yang memiliki pasar cukup besar. Dengan menggunakan data WTO, diperkirakan pertumbuhan wisata olahraga di Indonesia bisa mencapai nilai sebesar Rp 18.790 triliun hingga 2024 mendatang.

Besarnya proyeksi tersebut berangkat dari tren industri pariwisata di Indonesia yang telah begitu signifikan. Hingga 2021 lalu, kontribusi sektor pariwisata kepada PDB Indonesia mencapai 4,3 persen. “Saya menargetkan 5–10 tahun lagi kontribusinya bisa mencapai 10–12 persen dari PDB,” kata Sandiaga Uno dalam diskusi virtual DBS Asian Insight dan IDE Katadata 2021, pada Maret 2021.

Selain itu, manfaat pariwisata olahraga juga akan begitu dirasakan oleh daerah dan masyarakat penyelenggara acara atau tuan rumah. Manfaat ekonomi tersebut dapat dirasakan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak ekonomi langsung diperoleh dari pengeluaran yang digelontorkan oleh wisatawan, baik terhadap fasilitas hotel, restoran, dan tempat hiburan.

Sementara salah satu manfaat tidak langsung adalah pariwisata olahraga adalah dengan terdongkraknya lapangan pekerjaan baru. Dengan hadirnya lapangan pekerjaan baru di wilayah tujuan wisata, maka dapat terdongkrak pula pertumbuhan ekonomi regional bahkan nasional.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Para pelari Elite Race kategori putra yang bersaing untuk menjadi pemenang pada ajang Borobudur Marathon 2022 Powered by Bank Jateng di kawasan Candi Borobudur, Jawa Tengah, Sabtu (12/11/2022). Penyelenggaraan Borobudur Marathon 2022 tersebut dilaksanakan selama dua hari pada 12-13 November yang terbagi dalam tiga kategori antara lain Bank Jateng Young Talent, Elite Race dan Tilik Candi. Pada penyelenggaraan lomba lari marathon tersebut juga memberikan kesempatan bagi para atlet muda untuk merintis prestasi mereka.

Wujud Pariwisata Olahraga di Indonesia

Dengan segala potensi yang dapat dihidupkan dan manfaat yang dapat dicapai, berbagai pihak di Indonesia, baik pemerintah maupun swasta, telah mewujudkan berlangsungnya pariwisata olahraga. Berbagai cabang olahraga telah diselenggarakan di tanah air dengan menarik kunjungan dalam jumlah besar. Cabang tersebut di antaranya adalah olahraga marathon, trail run, triathlon, sepeda, golf, surfing, dan kegiatan olahraga lainnya.

Mengacu pada pemaparan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan, Kemenparekraf, Rizki Handayani pada September 2020 lalu, usaha perwujudan pariwisata olahraga telah lama dikembangkan di Indonesia. Berbagai usaha tersebut dikhususkan untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan. “Sebenarnya kita sudah jalan lama kalau bicara mengenai sport tourism, dari dulu kita sudah punya event olahraga seperti Tour de Singkarak, Ironman 70.3 Bintan, dan masih banyak lagi,” ujar Rizki seperti dikutip oleh laman resmi Kemenparekraf.

Tour de Singkarak adalah salah satu acara pariwisata olahraga Indonesia yang mengundang banyak wisatawan. Cabang olahraga yang diangkat dalam acara tersebut adalah balap sepeda – dengan mengelilingi Danau Singkarak, Sumatera Barat sebagai destinasi indah yang menjadi daya tarik tersendiri. Sejak pertama kali digelar pada 2009 lalu, Tour de Singkarak mengalami kemajuan relatif signifikan setiap tahunnya.

Kemajuan tersebut terwujud dalam aspek jumlah peserta lomba, pihak penyelenggara, dan juga wisatawan. Pada tahun pertamanya, hanya terdapat tujuh peserta mancanegara yang mengikuti ajang ini. Pada kelanjutannya, selalu terjadi peningkatkan tiap tahun. Hingga akhirnya pada tahun 2018, jumlahnya mencapai 114 peserta yang terdiri 20 tim dari berbagai negara.

Jumlah wisatawan yang datang ke Sumatera Barat untuk menghadiri gelaran Tour de Singkarak juga terus meningkat. Pada 2017, jumlahnya mencapai 7,6 juta wisatawan. Kemudian berturut-turut pada 2018 dan 2019 mencapai 8,2 juta dan 8,6 juta wisatawan. Dari jumlah pada 2019, sebanyak 8,5 juta orang merupakan wisatawan nusantara, sementara 100 ribu lainnya adalah wisatawan mancanegara.

Tour de Singkarak menjadi satu dari banyak gelaran pariwisata olahraga yang telah dilangsungkan di Indonesia. Gelaran tersebut juga menjadi satu dari lima destinasi pariwisata olahraga unggulan. Selain Tour de Singkarak, terdapat Borobudur Marathon di Jawa Tengah, Sail Sabang di Aceh, kompetisi surfing Bali Pro di Bali, dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) The Mandalika di Nusa Tenggara Barat. Nama yang disebutkan terakhir menjadi lokasi terselenggaranya ser MotoGP dan Superbike World Champonship (WSBK).

Sebagaimana telah dituliskan sebelumnya, terbaru saat ini Indonesia baru saja menyelenggarakan pariwisata olahraga balap perahu F1H20. Penyelenggaraan kompetisi oleh Indonesia dalam melanjutkan estafet keketuaan yang sebelumnya dipegang Uni Emirat Arab pada Desember 2022.

Gelaran balap perahu super cepat ini merupakan ajang pariwisata olahraga bertaraf internasional. Gelarannya sendiri telah dimulai sejak 35 tahun lalu dengan mencapai jumlah 279 grand prix yang pernah digelar di 32 negara berbeda. Pada tahun 2023 ini, Danau Toba menjadi sirkuit pembuka dari delapan agenda balap seri 2023 (Kompas.id, 23/2/2023, “Danau Toba Membuka Kejuaraan Dunia 2023 F1H2O”).

Untuk ke depannya, pemerintah Indonesia akan tetap menjaga kesinambungan penyelenggaraan pariwisata olahraga. Atas tujuan demikian, berturut-turut Indonesia akan menjadi tuan rumah untuk beberapa gelaran pariwisata olahraga, antara lain, FIFA World Cup U-20, FIBA World Cub, dan World Beach Games.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO 

Panorama pantai menjadi suguhan utama pemandangan yang dinikmati peserta balap sepeda Cycling de Jabar 2022, seperti saat melintas di salah satu pantai di Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Minggu (28/8/2022). Cycling de Jabar digelar salah satunya untuk mempromosikan potensi baik pariwisata, ekonomi, kesenian, dan kebudayaan di wilayah pesisir Jawa Barat selatan.

Pariwisata Olahraga Berbasis Budaya Lokal

Potensi pariwisata olahraga di Indonesia tdak hanya keindahan destinasi wisata. Hadirnya kearifan lokal juga memberikan dampak yang signifikan bagi penyelenggaraan pariwisata olahraga yang menarik dan mengundang banyak wisatawan.

Dengan potensi demikian, kearifan budaya lokal turut dihidupkan dalam penyelenggaraan pariwisata olahraga di Indonesia yang dapat membangkitkan ekonomi sekaligus membuka lapangan kerja. Indonesia sendiri terus mengembangkan pariwisata olahraga dengan kearifan lokal dalam berbagai gelaran dan festival yang dapat menarik wisatawan. Bersumber dari artikel Kemenparekraf, demikian lima contoh pariwisata olahraga berbasis kearifan lokal di Indonesia, yakni:

Pacu Jalur

Merupakan lomba dayung tradisional di Provinsi Riau yang memadukan unsur olahraga, seni, dan olah batin. Perahu sendiri adalah alat transporasi utama masyarakat Kuantan Singingi, Riau sejak periode 1900-an. Oleh karena itu, penyelenggaraan Pacu Jalur juga menjadi wujud pelestarian budaya. Perahu yang digunakan dalam Pacu Jalur memiliki panjang 25–40 meter dan bisa diisi hingga 40 pendayung. Pada tahun 2022, pariwisata olahraga Pacu Jalur menarik ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara.

Pacu Jawi

Penyelenggaraan pariwisata olahraga di Indonesia juga mengakomodasi penggunaan hewan sapi sebagai alat transportasi atau tunggangan. Pacu Jawi menjadi perwujduannya, dengan dikenal sebagai balapan sapi. Pada awalnya, Pacu Jawi adalah upacara adat dalam bentuk perlombaan tradisional oleh masyarakat Kabupaten Tanah Data, Sumatera Barat. Perlombaan ini dilangsungkan sebagai wujud ucapan syukur masyarakat selepas masa panen padi. Dalam konteks demikian, balapan sapi pun dilakukan di hamparan sawah berlumpur selepas sawah-sawah telah panen padi. Yang menjadi salah satu keunikan adalah cara joki mengendalikan sapinya dengan cara menggigit ekor sapi agar semakin berlari kencang.

Festival Perahu Sandeq

Sandeq merupakan nama perahu tradisional suku Mandar, Sulawesi Barat yang disebutkan sebagai perahu tradisional tercepat di dunia. Kecepatan Perahu Sandeq bisa mencapai 15–29 knot, atau setara dengan 54 km/jam. Desain dari Perahu Sandeq menyimpan catatan historis yang begitu panjang, karena telah berusia 3.000 tahun dan menjadi salah satu perahu tertua dalam sejarah maritim Indonesia. Keistimewaan demikian membuat Perahu Sandeq dilirik dunia – karena juga telah menjadi salah satu aset nasional dan dipamerkan di Museum d’Histoire Naturelle, Perancis. Pada September 2022, pariwisata olahraga ini kembali diselenggarakan setelah pandemi. Festival dilakukan dengan puluhan Perahu Sandeq yang beradu kecepatan dari Pantai Silopo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat menuju Pantai Manggar, Kalimantan Timur.

Sandalwood Sumba

Selain digunakannya sapi sebagaimana acara Pacu Jawi, pariwisata olahraga berbasis budaya lokal di Indonesia juga mengakomodasi penggunaan kuda poni. Yang menjadi daya tarik, kuda poni yang digunakan adalah khas Sumba, Nusa Tenggara Timur, disebut sebagai Sandalwood. Secara historis, kuda Sandalwood adalah hasil persilangan kuda Arab dengan kuda lokal untuk mendapatkan penampilan yang lebih gagah.

Ciri fisiknya ditandai dengan ukuran yang lebih pendek dibandingkan kuda poni ras Eropa maupun Amerika. Tinggi punggung kuda hanya sekitar 130–140 cm, namun dengan leher yang kekar dan memiliki warna yang variatif, seperti abu-abu, hitam, cokelat tua, putih, hingga belang.

Festival Kuda Sandalwood dilangsungkan dengan mendekorasi kuda poni dengan ragam aksesoris unik dan ditunggai oleh orang berkostum tradisional. Turut menjadi daya tarik adalah sensasi berkuda keliling berbagai destinasi menakjubkan di Sumba.

Pacuan Kuda Gayo

Kearifan lokal dengan kuda juga diakomodasi oleh pariwisata olahraga di Aceh, yakni Pacuan Kuda Gayo yang melibatkan ratusan kuda. Secara historis, diselenggarakannya Pacuan Kuda Gayo telah berlangsung sebelum era kolonialisme Belanda. Pacuan Kuda Gayo adalah tradisi turun temurun masyarakat Gayo yang dilangsungkan untuk menyambut dan merayakan masa panen, biasanya antara Agustus dan September. Berawal dari budaya tersebut, gelaran ini telah menjadi salah satu daya tarik wisata di Gayo.

(LITBANG KOMPAS)

Referensi

Arsip Kompas
Internet

• Ipsos. (2022, November 10). Global Press Release. Diambil kembali dari Ipsos.com: https://www.ipsos.com/sites/default/files/ct/news/documents/2022-11/Ipsos%202022%20FIFA%20World%20Cup%20Global%20Advisor%20Survey%20-%20Global%20Press%20Release.pdf
• Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2020, September 18). Melihat Potensi Sport Tourism untuk Bangkitkan Sektor Pariwisata. Diambil kembali dari pedulicovid19.kemenparekraf.go.id: https://pedulicovid19.kemenparekraf.go.id/melihat-potensi-sport-tourism-untuk-bangkitkan-sektor-pariwisata/
• Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2021, Agustus 13). Sport Tourism Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia. Diambil kembali dari kemenparekraf.go.id: https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Sport-Tourism-Berbasis-Kearifan-Lokal-di-Indonesia
• World Tourism Organization. (2023, Januari 18). Global and regional tourism performance. Diambil kembali dari UNWTO.org: https://www.unwto.org/tourism-data/global-and-regional-tourism-performance