KOMPAS/JULIAN SIHOMBING
Suasana suporters kesebelasan yang bertanding di Kompetisi Enam Besar PSSI 1990 di stadion Senayan Jakarta. Supporters Bobotoh atau Vikings Persib Bandung dan tentara yang menjaga keamanan agar jangan terjadi bentrok antar supporters. Persib Bandung tampil sebagai juara 6 Besar Divisi Utama PSSI, setelah mengalahkan juara bertahan Persebaya, 2-0 (1-0) di Stadion Utama Senayan, Minggu (11/3/1990). Ini berarti, Persib untuk kelima kali mempersembahkan lambang supremasi tertingi kompetisi perserikatan kepada pendukungnya.
Meski namanya sudah tidak asing lagi bagi pecinta sepak bola Tanah Air, sejarah panjang dan mendalam di balik lahirnya Bobotoh mungkin belum banyak diketahui. Dalam bahasa Sunda Bobotoh memiliki arti “orang yang menghidupkan semangat kepada orang yang hendak berkelahi (atau binatang yang hendak diadu), suporter.” Definisi ini sangat menggambarkan peran para pendukung Persib Bandung yang selalu bersemangat dalam mendukung tim kesayangan mereka, baik di dalam maupun luar lapangan.
Bobotoh lebih dari sekadar pendukung mereka bagian integral dari identitas Persib Bandung, mencerminkan dedikasi dan kecintaan yang mendalam terhadap klub ini. Dari masa perjuangan nasional hingga era modern, Bobotoh terus memberikan semangat dan dukungan yang tak tergoyahkan. Melalui berbagai kelompok dan komunitas, mereka menunjukkan bahwa semangat mendukung Persib Bandung akan selalu hidup dan terus berkembang.
Sejarah Bobotoh dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka. Pada masa itu, Persib Bandung masih dikenal dengan nama Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB). BIVB bukan hanya sebuah klub sepak bola, tetapi juga merupakan organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa penjajahan. Tim ini mendapat dukungan dari sekelompok orang yang menamakan diri mereka Balakurawa. Mereka sering hadir di Lapangan Tegalega untuk memberikan dukungan penuh semangat kepada BIVB.
Pada tahun 1933, popularitas BIVB mulai menurun. Situasi ini mendorong terbentuknya dua organisasi sepak bola baru, yaitu Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetbal Bond (NVB). Di bawah arahan Anwar St. Pamoentjak, kedua organisasi ini akhirnya melebur menjadi satu, membentuk Persib Bandung pada 14 Maret 1933. Hari ini kemudian menjadi tanggal kelahiran resmi klub kebanggaan Kota Kembang.
Banyak cara bagi Bobotoh untuk menunjukkan dukungan ke klub mereka dengan penuh semangat dan kreativitas. Saat Pertandingan kandang Bobotoh selalu memenuhi kandang mereka di stadion Gelora Bandung Lautan Api yang sebelumnya Stadion Jalak Harupat. Begitupun pertandingan tandang fanatisme mereka tunjukkan dengan melakukan perjalanan jauh untuk memberikan dukungan langsung kepada tim.
Nyanyian, yel-yel penyemangat sering kali menggema di seluruh stadion dengan koreografi dan spanduk berisi gerakan pesan untuk mendukung tim Persib. Melalui kanal digital Bobotoh memiliki Fan Pages dan Grup diskusi dari berbagai platform media sosial seperti Instagram, twitter dan Facebook untuk mengorganisir aksi dukungan agar pendukung dapat berinteraksi satu sama lain.
Bobotoh merupakan bagian integral dari Persib Bandung, memberikan dukungan yang luar biasa dan menjadi sumber semangat bagi tim. Dengan sejarah panjang yang penuh dengan loyalitas, kreativitas, dan solidaritas, Bobotoh terus menjadi salah satu basis suporter paling berpengaruh dan dihormati di Indonesia. Dukungan mereka yang tak tergoyahkan menjadikan setiap pertandingan Persib sebagai pengalaman yang penuh semangat dan antusiasme. Tidak hanya saat kemenangan Bobotoh memberikan dukungan ke klub, melainkan di saat kekalahan mereka tetap memberikan dukungan dengan sepenuh jiwa untuk klub kebanggaan Bandung tersebut.
Berikut momen-momen Bobotoh bersama Persib
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
KOMPAS/ARBAIN RAMBEY
Final Liga Dunhill Persib Bandung melawan Petrokimia Putra (Gresik) suporter Persib Bandung membludak di Stadion Utama Senayan (28/07/1995).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
KOMPAS/KARTONO RYADI
Supporter Persib Bandung, berdatangan ke Jakarta untuk mendukung kesebelasan kesayangannya berlaga di Stadion Utama Senayan-Jakarta (15/04/1994).
Foto lainnya dapat diakses melalui https://www.kompasdata.id/
Klik foto untuk melihat sumber.
Artikel terkait