KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Artikel terkait
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, rempah-rempah merupakan berbagai hasil jenis tanaman yang beraroma yang digunakan untuk memberikan bau dan rasa khusus pada makanan.
Sejarah panjang rempah-rempah dimulai sekitar 3.000 tahun Sebelum Masehi (SM), ketika penduduk Eropa pertama kali terpesona dengan aroma dan rasa yang unik dari tanaman-tanaman ini. Herodotus, sejarawan Yunani kuno, mencatat keingintahuan orang Barat akan asal-usul rempah-rempah, meskipun rahasia ini dijaga ketat oleh pedagang Arab yang menjadi perantara perdagangan.
Di zaman Romawi dan Yunani kuno, rempah-rempah dihargai setara dengan emas dan permata. Rempah seperti pala, bunga pala, cengkeh, dan lada menjadi barang mewah yang sangat dicari di Eropa dan sekitarnya.
Pedagang Arab pada masa itu menguasai tiga jalur perdagangan rempah-rempah utama. Pertama, melalui jalur laut dari Nusantara ke China, kedua melalui India, dan ketiga melalui Semenanjung Malaya menuju Arab dan Eropa.
Rempah-rempah menjadi komoditas yang sangat bernilai dan misterius, dengan asal-usul yang dijaga ketat, bahkan dikaitkan dengan cerita tentang sarang burung yang membawa kayu manis dari tempat yang tak diketahui.
Berabad-abad lamanya orang Eropa mencari asal-usul rempah-rempah. Pada abad ke-13 Marcopolo melakukan perjalanan ke Timur melalui darat hingga ke China dan kembali ke Italia melalui jalur laut dan darat. Kemudian mulai disebutlah beberapa tempat di Nusantara yang menghasilkan rempah-rempah. Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda berlomba-lomba menguasai perdagangan rempah-rempah, bahkan hingga menjajah Indonesia selama berabad-abad.
Dari data Negeri Rempah Foundation, ada sekitar 400-500 spesies rempah di dunia, 275 di antaranya ada di Asia Tenggara, dan Indonesia menjadi yang paling dominan, hingga kemudian Indonesia dijuluki sebagai Mother of Spices.
Meskipun zaman telah berubah, rempah-rempah tetap menjadi komoditas ekspor utama Indonesia, memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi global. Dari lada, pala, hingga kayu manis, Indonesia terus mengukir sejarah sebagai salah satu produsen terbesar rempah-rempah di dunia.
Namun, di balik kejayaan ini, masih terdapat tantangan. Para petani rempah-rempah di Indonesia sering kali tidak mendapatkan harga yang adil untuk hasil panen mereka, terjebak dalam jaringan tengkulak yang mendominasi pasar lokal.
Pandemi Covid-19 pada 2020-2022 lalu telah menyoroti kembali pentingnya rempah-rempah. Dalam situasi di mana obat-obatan konvensional langka dan mahal, obat-obatan herbal berbahan dasar rempah-rempah menjadi alternatif yang diminati banyak orang karena dianggap lebih aman dan terjangkau.
Dengan potensi yang belum tergarap sepenuhnya, masa depan rempah-rempah di Indonesia terlihat cerah. Upaya pemerintah setempat untuk membina dan meningkatkan kesejahteraan petani adalah langkah positif menuju pengelolaan yang berkelanjutan dan adil terhadap sumber daya alam yang berharga ini.
Berikut adalah foto-foto tentang rempah Indonesia, yang terekam dalam arsip Kompas.
Artikel terkait
KOMPAS/AMIR SODIKIN
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
KOMPAS/PRIYOMBODO
KOMPAS/NOVI KRISNAWAN
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
KOMPAS/PRIYOMBODO
KOMPAS/ANTON WISNU NUGROHO
KOMPAS/ADHITYA RAMADHAN
Petani memperlihatkan lada yang dijemur di Kabupaten Kaur, Bengkulu, Kamis (4/4/2013). Lada dari Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, pernah menjadi komoditas perkebunan primadona pada masa lalu. Karena ladalah, Inggris datang dan bercokol di Bengkulu selama 140 tahun. Namun, kurang intensifnya budidaya lada oleh petani membuat tanaman lada kerap diserang penyakit dan mati.
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
KOMPAS/HARRY SUSILO
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Pekerja salah satu perkebunan lada di Bangka Tengah, Bangka Belitung, sedang menjemur lada di dalam areal perkebunan, Selasa (14/3/2017).
KOMPAS/RIZA FATHONI
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Kecombrang menjadi salah satu bahan makanan menu tradisional Indonesia di ajang Ubud Food Festival di Bali, Sabtu (14/4/2018). Kecombrang atau honje merupakan bahan masakan yang kini banyak digemari para pecinta makanan tradisional Indonesia.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Referensi
- “Ekonomi: Rempah, Penentu Sejarah Dunia”. Kompas, 22 November 2006, hlm 33.
- “Jalur Rempah: Portugis “Berutang” pada Majapahit”, Kompas, 6 Desember 2016, hlm 12.
- “Ekspedisi Jalur Rempah: Kisah Aroma Nusantara Pemikat Dunia * Jalur Rempah Nusantara”, Kompas, 12 Juli 2017, hlm 1.
- “Jalur Rempah: Batanghari Sembilan, Sanksi Kejayaan Rempah * Jalur Rempah Nuantara”, Kompas, 12 Juli 2017, hlm 12.
- “Ekspedisi Jalur Rempah: Pengembangan Lada Terpasung PasangSurut Harga Dunia * Jalur Rempah Nusantara”, Kompas, 12 Juli 2017, hlm 18.
- “Ekspedisi Jalur Rempah: Adu Kuasa Tiga Komoditas Bangka * Jalur Rempah Nusantara”, Kompas, 12 Juli 2017, hlm 25.
- “Ekspedisi Jalur Rempah: Narasi Sejarah, Modal Potensial Banda * Jalur Rempah Nusantara”, Kompas, 26 Juli 2017, hlm 12.
- “Jejak Lada di Belitung”, Kompas, 21 Juli 2019, hlm C.
- “Sejarah: Rempah Tidak Selamanya soal Imperialisme”, Kompas, 29 April 2022, hlm 8.
- “Sejarah: Mengarungi Jejak Rempah di Lautan”, Kompas, 7 Juni 2024, hlm 5.
- “Muhibah Budaya: Indonesia-Malaysia Bersama Merajut Sejarah Jalur Rempah”, Kompas, 3 Juli 2024, hlm 8.
- “Gedung Bersejarah: Menelisik Jalur Rempah di Museum Bahari”, Kompas, 9 Juli 2024, hlm 11.
- Astawan, Made. 2016. Sehat dengan Rempah dan Bumbu Dapur. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
- Siregar, Ameilia Zuliyanti. 2021. Rempah, Bumbu, dan Sayuran Kering Indonesia. Malang: Intimedia.