Foto

Pembangunan Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal merupakan masjid negara yang dibangun pada era Presiden Soekarno dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto. Posisinya yang berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta dianggap sebagai simbol toleransi antarumat beragama di Indonesia.

KOMPAS/H Kodhyat

Persiapan pengecoran kubah Masjid Istiqlal pada awal Agustus 1971. Lokasi masjid negara yang tengah dibangun itu bersebelahan dengan Gereja Katheral Jakarta.

Masjid Istiqlal merupakan masjid negara kebanggaan umat Islam Indonesia. Luas lahan 9,9 hektare dan luas bangunan 2,5 hektare menjadikan tempat ibadah lima lantai dengan kubah besar itu sebagai masjid terbesar di Indonesia bahkan di Asia tenggara. Posisinya yang berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta dianggap oleh sebagain orang sebagai simbol toleransi antarumat beragama di Indonesia.

Ide pembangunan Masjid Istiqlal bermula dari pertemuan Menteri Agama KH Wahid Hasyim dan H Anwar Tjokroaminoto dengan sejumlah tokoh Islam pada tahun 1950. Pembangunan masjid tersebut dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan.  Nama Istiqlal sendiri diambil dari bahasa Arab yang berarti kebebasan atau kemerdekaan.

Saat rencana pembangunan masjid itu disampaikan kepada kepala negara. Presiden Soekarno menyambut baik ide tersebut, bahkan bersedia membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal.

Dari sayembara desain Masjid Istiqlal yang diikuti oleh 31 peserta, Presiden Soekarno sebagai ketua dewan juri memilih Frederick Silaban sebagai pemenang pertama sekaligus menjadi arsitek pembangunan Masjid Istiqlal.

Pemancangan tiang pertama Masjid Istiqlal di tanah bekas benteng Belanda itu dilakukan oleh Presiden Soekarno pada 24 Agustus 1961. Bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Hingga tahun 1965, pembangunan Masjid Istiqlal tidak berjalan sesuai progres.  Alasannya karena pasokan material terutama besi beton dan semen yang sering terlambat. Presiden Soekarno kemudian melalui Surat Keputusan No. 78/1966 membebaskan semua anggota pengurus panitia Masjid Istiqlal dan Monumen Nasional dan memutuskan susunan panitia baru.

Dalam pertemuan dengan alim ulama di Istana Negara pada 18 Juli 1966, Presiden Soekarno Menghendaki Masjid Istiqlal menjadi masjid terbesar dan terindah di dunia. Sebagai kemegahan syiar bagi agama Islam. Soekarno juga menginginkan Istiqlal menjadi masjid yang kuat yang dapat bertahan seribu tahun.

Bergantinya pemerintahan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto tahun 1967 tidak membuat pembangunan Masjid Istiqlal menjadi lebih cepat. Terbatasnya dana waktu itu menjadi kendala utama dalam pembangunan masjid besar tersebut.

Ketika meninjau pembangunan Masjid Istiqlal awal Juni 1969, Presiden Soeharto menganjurkan kepada panitia agar lebih giat berusaha mengumpulkan dana, serta menyerukan kepada umat Islam yang mampu untuk ikut memberikan bantuan guna penyelesaian pembangunan. Dalam kesempatan itu juga, Presiden Soeharto menyarankan penggunaan material dari dalam negeri. Menurutnya, selain membantu industri dalam negeri, hal tersebut juga menjadi kebanggan bangsa Indonesia.

Setelah 17 tahun sejak pemancangan tiang pertama, akhirnya pada Rabu, 22 Februari 1978, Masjid Istiqlal diresmikan penggunaanya oleh Presiden Soeharto. Ditandai dengan pembubuhan tanda tangan pada prasasti dan pengguntingan pita oleh Ibu Tien Soeharto. Presiden bersama umat Islam yang hadir kemudian melakukan sujud syukur di dalam masjid.

Dalam pembangunannya, masjid yang mampu menampung 75.000 sampai 100.000 orang itu telah menghabiskan biaya Rp12,4 miliar uang lama dan Rp18,3 miliar uang baru. Konstruksi beton yang terpasang 78.060 meter kubik, marmer 93.400 meter persegi, ubin keramik 11.400 meter persegi, stainless stell 377 ton, konstruksi jalan 21.500 meter persegi, dan tiang pancang 4.440 batang. Meskipun pembangunan Masjid Istiqlal belum sepenuhnya rampung saat peresmiannya, masjid ini telah dapat berfungsi sebagai tempat ibadah secara tetap dan teratur.

KOMPAS/Ignatius Sunito

Anak-anak gawang berlatih sepak bola di Lapangan Banteng dengan latar belakang pembangunan Masjid Itiqlal, Juli 1972.

KOMPAS/Kartono Ryadi

Pemasangan Lambang bulan sabit setinggi 15 meter di tengah kubah Masjid Istiqlal pada Juni 1973. Kubahnya sendiri berdiameter 45 meter dan terbuat dari baja buatan Jerman Barat seberat 86 ton dengan bagian luar dilapisi keramik. 

KOMPAS/JB Suratno

Masjid Istiqlal dalam proses pengerjaaan akhir pada Februari 1976.

KOMPAS/G Sindhunata

Arsitek Masjid Istiqlal Friedrich Silaban (kiri) bersama Menteri PUTL Ir Sutami saat meninjau Masjid Istiqlal pada 18 Februari 1978.

KOMPAS/Dudy Sudibyo

Masjid Istiqlal yang dibangun 17 tahun lalu, diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto Rabu pagi (22/2/1978). Presiden disaksikan Wakil Presiden Sultan Hamengkubuwono dan para undangan lainnya, tampak sedang membubuhkan tandatangannya pada prasasti. 

KOMPAS/Dudy Sudibyo

Ibu Tien Soeharto menggunting pita pada acara peresmian penggunaan Masjid Istiqlal pada 22 Februari 1978.

KOMPAS/Dudy Sudibyo

Warga Jakarta memasuki Masjid Istiqlal setelah peresmian oleh Presiden pada 22 Februari 1978.

KOMPAS/Kartono Ryadi

Lokasi Masjid Istiqlal yang berdekatan dengan Gereja Katedral sering disebut-sebut melambangkan kerukunan umat beragama di Indonesia. Gereja Katedral tampak terlihat jelas dari pelataran Masjid Istiqlal.

Referensi

KOMPAS, 25 Juni 1965. Prgress-report pemb. Mesdjid Istiqlal

KOMPAS, 18 April 1966. Panitia Baru Istiqlal dan Monas

KOMPAS, 19 Juli 1966. Bung Karno ingin Mesjid Istiqlal djadi jang Terbesar dan Terindah

KOMPAS, 6 Juni 1969. Umat Islam Sendiri Supaya Lebih Giat Kumpulkan Dana

KOMPAS, 19 Juli 1971. Mesdjid Terbesar di Dunia

KOMPAS, 22 Februari 1978. “Istiqlal” Hanya untuk Mesjid Negara

KOMPAS, 23 Februari 1978. Perjuangan Menundukkan Hawa Nafsu

Foto lainnya dapat diakses melalui https://www.kompasdata.id/
Klik foto untuk melihat sumber.