Paparan Topik | Pariwisata

Transformasi Pariwisata Labuan Bajo

Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN 2023 pada Mei 2023 di Labuan Bajo, NTT diharapkan memulihkan pariwisata. Sebagai salah satu destinasi pariwisata super prioritas, Labuan Bajo disiapkan untuk bersaing di level internasional.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

MICE Golo Mori di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat (12/5/2023). MICE ini menjadi salah satu lokasi pertemuan para delegasi dalam rangkaian KTT ke-42 ASEAN. Keberadaan MICE ini didukung dengan jalan baru yang menghubungkan Golo Mori dengan Labuan Bajo.

Fakta Singkat

Destinasi wisata Labuan Bajo

  • Labuan Bajo mulai dikenal dunia pada 1970-an.
  • Pemerintah mencetuskan 10 Bali Baru, termasuk Labuan Bajo (2015).
  • Terbit Perpres 32/2018 tentang BOPLF.
  • Labuan Bajo ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas 2019.

Progres pengembangan Labuan Bajo

  • Sampai April 2023, progres pelaksanaan peningkatan fasilitas penunjang di Kawasan Labuan Bajo 72,26 persen.
  • Progres pelaksanaan peningkatan fasilitas penunjang Kawasan Tana Mori mencapai 93,88 persen.

Harapan akan bangkitnya pariwisata di Labuan Bajo tersebut setidaknya terekam dari Survei Dampak KTT ASEAN yang dilakukan Kemenparekraf/Baparekraf dan BOPLBF kepada 350 dari 600-an orang delegasi asing dan nasional yang mengikuti KTT Ke-42 ASEAN sejak 9–12 Mei 2023.

Dari survei itu diperoleh, 90 delegasi telah memutuskan untuk memperpanjang masa tinggal di Labuan Bajo. Sebanyak 64 persen dari total responden delegasi mengatakan, penyelenggaraan KTT berlangsung baik. Indikator yang dikatakan baik mencakup venue dan kemudahan akses informasi. Lalu, 87,6 persen responden menyatakan siap kembali ke Labuan Bajo suatu hari nanti. Adapun 80 persen menyatakan akan merekomendasikan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata kepada orang lain.

Hasil survei tersebut sekaligus membuktikan bahwa Labuan Bajo berpotensi besar untuk dikembangkan. Berada di semenanjung yang dikepung laut biru dengan beberapa pulau kecil di sekelilingnya membuat Kota Labuan Bajo tampak cantik nan menawan. Serangkaian penataan kawasan dengan sentuhan arsitektur mutakhir, yang disertai pembangunan berbagai infrastruktur, menjadikan Labuan Bajo kini mendapat pengakuan sebagai destinasi pariwisata kelas dunia.

Labuan Bajo dengan kekayaan wisata alam dan budayanya itu kini menjadi destinasi unggulan. Apalagi, kawasan itu pun menjadi pintu gerbang ke Taman Nasional Komodo yang mengkonservasi habitat kadal raksasa peninggalan kehidupan purba. Komodo telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia pada 2011.Tak ayal Labuan Bajo adalah destinasi wisata idaman.

Kawasan yang terletak di ujung barat Pulau Flores, Kabupaten Manggarai Barat, ini juga memiliki berbagai daya tarik atraksi wisata lainnya, baik dari bentang darat maupun laut. Di sisi bahari, Labuan Bajo menyimpan lanskap pemandangan bawah laut yang sempurna. Di laut Bajo, hidup ribuan bahkan jutaan spesies ikan dan terumbu karang. Manta, spesies ikan pari terbesar di dunia, juga kerap ditemukan di tengah lautan Labuan Bajo.

Karena potensinya yang besar tersebut, pemerintah telah menetapkan Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi super prioritas pada 2018. Sejak itu pula, Labuan Bajo makin menarik perhatian bagi para wisatawan dan menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Indonesia yang keindahan objek wisatanya sangat terkenal hingga manca negara.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Kapal-kapal berlabuh di teluk Labuan Bajo di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, seperti terlihat pada Kamis (11/5/2023). Keberadaan kapal yang didominasi pinisi ini menjadi pemandangan yang menarik wisatawan, apalagi saat senja.

Awal pengembangan Labuan Bajo

Sebagai destinasi wisata, Labuan Bajo mulai dikenal dunia pada 1970-an. Ketika itu, keberadaan satwa langka Komodo memancing para wisatawan khususnya yang berasal dari luar negeri untuk datang ke Labuan Bajo. Sejak itu, Labuan Bajo berkembang sebagai destinasi wisata sekaligus pintu masuk ke Pulau Komodo dan Pulau Rinca.

Namun demikian, selama lebih dari tiga dekade, Labuan Bajo belum sepenuhnya populer seperti saat ini. Para wisatawan asing lebih memilih Bali atau Lombok yang memiliki banyak infrastruktur pariwisata sekaligus memiliki banyak destinasi wisata.

Perhatian dan dukungan pemerintah pusat pada Labuan Bajo baru mulai tampak setelah Taman Nasional Komodo (TNK) ditetapkan sebagai salah satu Tujuh Keajaiban Dunia. Melalui penetapan tersebut, kunjungan wisatawan ke TNK termasuk Labuan Bajo meningkat secara drastis. Hal ini menjadi dorongan tersendiri bagi pemerintah pusat untuk turut andil dalam pengembangan kawasan Labuan Bajo dan sekitarnya.

Langkah tersebut diawali melalui penetapan TNK beserta Labuan Bajo sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) pada 2011 berdasarkan PP 50/2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS). Sebagai KSPN, TNK dan Labuan Bajo memiliki posisi strategis dalam pengembangan pariwisata nasional.

Wilayah itu dinilai memiliki potensi besar untuk pariwisata skala nasional dan internasional yang diharapkan dapat menggerakan investasi ke daerah bersangkutan. Selain itu, Labuan Bajo dan TNK sebagai KSPN juga memiliki peran strategis dalam pelestarian budaya dan kekayaan alam.

Pengembangan pariwisata Labuan Bajo semakin gencar ketika pemerintah menetapkannya sebagai salah satu destinasi wisata prioritas Indonesia pada 2015. Program yang dikenal dengan ”10 Bali Baru” itu dijalankan dengan meningkatkan pembangunan dan pemasaran 10 destinasi wisata terpilih, termasuk Labuan Bajo.

Penetapan 10 destinasi prioritas ini merupakan amanat Presiden, melalui surat Sekretariat Kabinet Nomor B 652/Seskab/Maritim/2015 tanggal 6 November 2015 perihal Arahan Presiden Republik Indonesia mengenai Pariwisata dan Arahan Presiden pada Sidang Kabinet Awal Tahun pada tanggal 4 Januari 2016.

Sepuluh destinasi wisata prioritas di luar Bali itu adalah Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di NTB, Labuan Bajo di NTT, Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, Kepulauan Seribu di Jakarta, Danau Toba di Sumatera Utara, Wakatobi di Sulawesi Utara, Tanjung Lesung di Banten, Morotai di Maluku Utara, dan Tanjung Kelayang di Kepulauan Bangka Belitung.

Kebijakan tentang 10 destinasi wisata prioritas berkembang pada November 2017. Pemerintah sepakat untuk berfokus kepada percepatan pengembangan empat destinasi dari 10 destinasi wisata prioritas. Keempat destinasi tersebut adalah Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo. Oleh karena lebih difokuskan dari enam destinasi lain, destinasi ini disebut 4 destinasi super prioritas.

Pada Juli 2019, satu destinasi yakni Likupang, Sulawesi Utara ditambah dalam daftar destinasi super prioritas. Jadi saat ini disebut “5 Destinasi Super Prioritas”, yaitu Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, Danau Toba, dan Likupang yang ditambahkan dalam daftar pada 2019.

Dengan status destinasi super prioritas (DSP) itu, fokus pembangunan dilakukan agar bisa memiliki kualitas kelas dunia, seperti Bali. Pembangunan DSP dilakukan secara komprehensif meliputi pengembangan infrastruktur aksesibilitas, amenitas, hingga jaringan telekomunikasi. Termasuk pula pengembangan produk wisata, perbaikan ekosistem ekonomi kreatif, hingga persiapan sumber daya manusia (SDM) di setiap lokasi.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Jalan akses Labuan Bajo – Golo Mori di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat (12/5/2023). Keberadaan jalan ini diharapkan akan memperbaiki konektivitas untuk pengembangan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata super prioritas. Jalan akses sepanjang 25 kilometer tersebut dibangun dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp481 miliar. Pada KTT ke-42 ASEAN, Golo Mori menjadi salah satu lokasi pertemuan para delegasi.

Transformasi Labuan Bajo

Transformasi adalah upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki Labuan Bajo dalam memikat para wisatawan. Transformasi ini sejalan dengan PP 50/2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010–2025 atau RIPPARNAS 2010–2025.

Untuk mempercepat transformasi tersebut pemerintah pun membentuk Badan Otoritas Pengelolaan Kawasan Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPOLF) melalui Perpres 32/2018. Badan ini dibentuk agar pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan kawasan pariwisata Labuan Bajo dan juga Flores lebih terkoordinasi, sistematis, terarah, dan terpadu. Sejalan dengan itu, pemerintah juga menetapkan Labuan Bajo menjadi satu dari lima destinasi pariwisata super prioritas (DPSP).

Seperti halnya program pemerintah lainnya, Presiden Joko Widodo juga turun langsung untuk mengawal dan memastikan transformasi Labuan Bajo berjalan dengan baik dan mendatangkan manfaat bagi rakyat dan negara.

Saat memimpin rapat terbatas (ratas) di Plataran Komodo Resort, Labuan Bajo pada 20 Januari 2020, Presiden menyampaikan tujuh arahan yang kemudian menjadi tonggak percepatan transformasi tersebut, utamanya penataan kawasan dan infrastruktur di Labuan Bajo.

Ketujuh arahan tersebut adalah pertama, penataan kawasan. Penataan kawasan tersebut, antara lain, meliputi Bukit Pramuka, Kampung Air, pelabuhan peti kemas dan dermaga penumpang, Kawasan Marina, serta di zona Kampung Ujung. Daerah ini diproyeksikan menjadi ruang publik dengan lanskap yang indah yang menjadi penggerak pembangunan kawasan serta pusat aktivitas masyarakat di Labuan Bajo.

Kedua, peningkatan infrastruktur terutama perluasan Bandar Udara (Bandara) Komodo yang menjadi gerbang masuk para wisatawan ke Labuan Bajo. Perluasan bandara ini diharapkan berimbas pada peningkatan jumlah wisatawan.

Ketiga, penyiapan sumber daya manusia (SDM), partisipasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta penguatan konten lokal. Keterlibatan masyarakat lokal sangat penting dalam pengembangan pariwisata di Labuan Bajo. Oleh karena itu, upaya peningkatan keahlian dan kompetensi SDM lokal harus segera dilakukan, disesuaikan dengan kebutuhan industri pariwisata yang sedang dikembangkan.

Selain itu, pelibatan UMKM setempat juga menjadi keharusan. Presiden mengharapkan adanya sebuah creative hub yang akan menggarap produk-produk lokal, baik dari sisi pengemasan, desain, harga, dan lain-lain. Dengan ini, produk Labuan Bajo seperti tenun, kopi, kerajinan, hingga makanan khas dapat tumbuh. Seiring dengan itu, atraksi budaya lokal atau kesenian daerah juga harus semakin hidup dan menghidupkan area yang ada di Labuan Bajo.

Keempat, penanganan sampah. Infrastruktur untuk pembuangan dan pengolahan sampah terpadu baik sampah darat maupun laut menjadi keharusan.

Kelima, ketersediaan air baku. Ketersediaan air ini sangat vital untuk mendukung pariwisata dan kehidupan masyarakat lokal di Labuan Bajo.

Keenam, keamanan wisatawan. Hal ini dilakukan antara lain dengan pelibatan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP/Basarnas) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Ketujuh, promosi terintegrasi. Presiden meminta dilakukan promosi besar-besaran mengenai DPSP Labuan Bajo, termasuk gelaran event-event internasional yang diharapkan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung.

Sementara itu, Kementerian PUPR melalui Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) saat ini tengah merampungkan Rencana Induk Pariwisata Terpadu atau Integrated. ITMP merupakan bagian dari Indonesia Tourism Development Program (ITDP) atau Program Pembangunan Kepariwisataan Terintegrasi dan Berkelanjutan (P3TB).

Penyusunan ITMP bertujuan untuk meningkatkan kualitas, akses infrastruktur dan layanan dasar yang relevan dengan pariwisata. Selain itu, menarik investasi swasta berkelanjutan di destinasi pariwisata prioritas di Indonesia, serta meningkatkan kapasitas kelembagaan nasional untuk memfasilitasi pengembangan kepariwisataan yang terintegrasi antar berbagai sektor dan berkelanjutan.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Para pemimpin ASEAN yang hadir dalam KTT Ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, mengenakan baju tenun bermotif mata manuk, motif khas Manggarai Barat. Mereka berpose di serambi Hotel Meruorah dengan latar belakang pinisi yang berlabuh di Teluk Labuan Bajo pada Kamis (11/5/2023).

Penataan KEK Labuan Bajo

Sejak 2020 hingga 2023, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), telah melakukan berbagai pembenahan di Labuan Bajo dengan memaksimalkan potensi dan segala kekayaan alamnya.

Salah satu destinasi pariwisata yang disiapkan Kementerian PUPR adalah Puncak Waringin yang berjarak sekitar 1 km dari Bandara Komodo. Pembenahan Puncak Waringin mencakup pembangunan Gedung Utama seluas 350 m2 yang merupakan lounge dan pusat cendera mata serta viewing deck.

Masih di Puncak Waringin, dibangun pula bangunan komersial seluas 525 m2 yang berfungsi sebagai kios lengkap dengan toilet serta musala dan area tenun.

Di lokasi yang sama Kementerian PUPR juga membangun ruang terbuka publik seluas 1.700 m2 yang dilengkapi dengan amfiteater seluas 267 m2 dan area parkir seluas 235 m2. Seluruh pekerjaan mengedepankan kualitas artistik dan unsur seni.

Selain penataan kawasan Puncak Waringin, Kementerian PUPR juga meningkatkan kualitas layanan jalan di Labuan Bajo. Sejumlah pekerjaan peningkatan konektivitas yang dilakukan yakni penanganan ruas dalam kota sepanjang 16,8 km yang terdiri atas peningkatan jalan, trotoar, dan drainase Jalan Soekarno Atas 2,19 km, Jalan Soekarno Bawah 2,01 km, Jalan Simpang Pede 4,51 km, Jalan Yohannes Sahadun 4,05 km, dan peningkatan jalan kawasan pariwisata Waecicu 4 km.

Peningkatan kualitas layanan jalan tersebut diiringi dengan penataan kawasan pedestrian sehingga memiliki trotoar kualitas premium dengan menggunakan batu andesit yang ditata rapi. Konsep penataan trotoar jalan tetap mempertahankan tata hijau dengan ditanami pohon agar teduh, terutama tanaman lokal seperti Sakura Flores dan Flamboyan.

Kementerian PUPR juga menata kawasan Batu Cermin seluas 0,92 hektare melalui pembangunan sejumlah fasilitas seperti Gedung Gua Batu Cermin yang terdiri atas plaza, auditorium, toko cendera mata, pusat informasi, kantor pengelola, dan toilet.

Selain itu, dibangun amfiteater, rumah budaya, area parkir mobil dan bus, serta jalur trekking menuju gua. Pekerjaan jalur trekking Gua Batu Cermin dilaksanakan dengan skema Padat Karya Tunai (PKT) yang melibatkan warga setempat sebagai pelaku pembangunan.

Penataan kawasan Batu Cermin diharapkan akan mendukung kegiatan seni dan budaya lokal dengan harapan mampu menciptakan penataan ruang publik yang sesuai dengan karakteristik dan kearifan lokal budaya daerah sehingga dapat mendatangkan devisa, membuka lapangan kerja serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Komodo (Varanus komodoensis) yang hidup liar di Pulau Rinca, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat (10/6/2016). Populasi komodo di Pulau Rinca yang masuk dalam bagian Taman Nasional Komodo mencapai sekitar 2800 ekor.

Selain itu, masih ada lagi penataan Pulau Rinca, pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS), Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) Waemese, Embung Anak Munting, Mako Polres Manggarai Barat, penataan Promenade Marina Labuan Bajo Zona 4, penataan jalan dan trotoar Sp. Binongko – Sp.Silvia (Jl. Waecicu), dan penataan median Jalan Yohanes Sehadun (depan Bandara Komodo).

Adapun pekerjaan yang dilakukan di Kawasan Tana Mori meliputi pembangunan Roundabout Beach Club, shelter dermaga, pemasangan geomat pada koridor jalan Kawasan Tana Mori, penataan bundaran pintu masuk Kawasan ITDC, dan perkuatan lereng dan stabilisasi tanaman pada ruas jalan Labuan Bajo-Tana Mori yang telah diresmikan Presiden Jokowi pada 14 Maret 2023.

Hingga April 2023, progres pelaksanaan peningkatan fasilitas penunjang di Kawasan Labuan Bajo 72,26 persen. Sementara progres pelaksanaan peningkatan fasilitas penunjang Kawasan Tana Mori saat ini mencapai 93,88 persen.

Dari penataan tersebut, setidaknya ada 42 paket pembangunan sarana, infrastruktur, penataan pengembangan kawasan, yang sedang dan telah dilakukan di Labuan Bajo. Pada kurun 2020-2021, curahan anggaran untuk pengembangan wisata di Labuan Bajo mencapai Rp 1,4 triliun, terutama lewat Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Tak hanya pemerintah, investasi besar juga dilakukan oleh pihak swasta. Kini di Labuan Bajo tersedia 11 hotel dari bintang 3 hingga bintang 5 dengan total kapasitas 848 kamar dan ditargetkan terus bertambah hingga 1.500 kamar sampai akhir 2022. Investasi lainnya berupa homestay, klinik kesehatan, restoran, kafe, kios, taksi, dan kapal-kapal wisata yang melayani trayek ke Taman Nasional Komodo.

Akomodasi dan wisatawan

Sejak Labuan Bajo menyandang status sebagai salah satu destinasi wisata super prioritas yang ditetapkan pemerintah pusat tahun 2018, sektor pariwisata khususnya di Kabupaten Manggarai Barat semakin menggeliat. Hotel, restoran, dan jasa wisata lainnya terus bertumbuh seiring dengan banyaknya wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, yang melirik Labuan Bajo sebagai tujuan wisata.

Jumlah hotel di Labuan Bajo telah berkembang dari 64 pada 2015 menjadi 85 pada 2021. Sementara jumlah kamar hotel di Labuan Bajo telah berkembang dari sekitar 800 pada 2015 menjadi 1.825 pada 2021, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata atau compound annual growth rate (CAGR) sebesar 14,7 persen (Kompas.com, 2/8/2022).

Demikian pula dengan restoran. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2015 jumlah restoran/rumah makan di Labuan Bajo hanya 33, lima tahun kemudian berkembang lebih dari tiga kali lipat menjadi 109 restoran. Artinya, pertumbuhan pariwisata di Labuan Bajo menjadi peluang besar berkembangnya usaha akomodasi dan kuliner.

Tren kunjungan wisatawan ke ujung Barat Pulau Flores tersebut juga terus meningkat sejak tahun 2015 hingga 2019. Namun turun drastis ketika pandemi Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia.

Kunjungan Wisatawan Ke Labuan Bajo

Tahun

Wisatawan Nusantara

Wisatawan Mancanegara

2017

48.457

76.612

2018

55.423

12.111

2019

77.635

144.068

2020

38.529

13.089

2021

88.099

3.443

2022

80.878

32.107

Januari-Maret 2023

15.849

13.984

Sumber: Paparan BPOLBF “Diskora Labuan Bajo”. Diolah Litbang Kompas/PUR

Tercatat sepanjang 2022 sebanyak 170.352 wisatawan mengunjungi Labuan Bajo. Rinciannya, 60.770 wisatawan mancanegara, 109.307 wisatawan nusantara, dan 275 wisatawan lokal. Jumlah kunjungan wisatawan sepanjang 2022 itu terpaut jauh dari tahun 2019 sebanyak 256.609 wisatawan. Kunjungan pada 2020 dan 2021 dikecualikan dalam perbandingan karena masih situasi pandemi Covid-19 yang membatasi pergerakan orang.

Pada awal 2023, sebanyak 30.078 wisatawan mengunjungi Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, pada Januari-Maret 2023. Secara rinci, kunjungan turis domestik sebanyak 15.849 orang. Lalu, wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 13.984 orang, dan wisatawan lokal (wisatawan ber-KTP Manggarai Barat) sekitar 245 orang.

Dari sisi jumlah penumpang pesawat, merujuk laporan Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Komodo, jumlah penumpang pesawat meningkat 169 persen, yaitu dari 264.440 orang pada 2015 menjadi 711.965 orang di tahun 2019.

Sementara itu, jumlah penumpang pesawat, baik yang datang maupun berangkat dan pergerakan lalu lintas pesawat di Bandara Komodo, Labuan Bajo, mencapai puncaknya tahun 2019 sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Demikian juga dengan pergerakan pesawat yang meningkat 78 persen untuk melayani melonjaknya kunjungan ke Labuan Bajo, dari 6.097 pergerakan lalu lintas pesawat (2015) menjadi 10.872 pergerakan pesawat (2019). (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Arsip Kompas
  • “Labuhan Bajo Terdampak”, Kompas, 27 Agustus 2018, hlm. 22
  • “Kawasan Labuan Bajo Terus Ditata”, Kompas, 11 Juli 2019, hlm. 16
  • “Pariwisata Labuan Bajo: Desain Besar Pengembangan Disusun”, Kompas, 12 Juli 2019, hlm. 16
  • “Labuan Bajo Disiapkan untuk Sambut Lebih Banyak Turis”, Kompas, 16 Juli 2019, hlm. A
  • “Geliat Labuan Bajo Menarik Investasi (1)”, Kompas, 9 Agustus 2019, hlm. A
  • “Geliat Labuan Bajo Menarik Investasi (2-habis)”, Kompas, 10 Agustus 2019, hlm. A
  • “Sinergi Membangun Destinasi Wisata Labuan Bajo”, Kompas, 10 September 2019, hlm. A
  • “Pariwisata: Labuan Bajo Jadi Destinasi Unggulan * Kompas Travel Fair”, Kompas, 20 September 2019, hlm. 13
  • “Pulau Komodo untuk Siapa?”, Kompas, 05 November 2020, hlm. A
  • “Kawasan Wisata: Presiden Dorong Promosi Besar-besaran Labuan Bajo”, Kompas, 15 Oktober 2021, hlm. 11
Aturan