Paparan Topik | Ekonomi Digital

Keberadaan Metaverse dan NFT pada Era Revolusi Digital

Revolusi digital yang dikenal dengan revolusi 4.0 membawa manusia menemukan dunia virtual baru yang disebut metaverse. Kehadiran metaverse didukung berbagai produk digital seperti NFT, yang ditopang blockchain. NFT dan Metaverse memiliki hubungan saling mendukung. Penggunaannya pun telah merambah berbagai industri.

Kompas/PRIYOMBODO

Peserta pameran mengenakan perangkat virtual reality dalam PUPR 4.0 Expo di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Jakarta, Senin (11/02/2019). Pameran yang berlangsung hingga 15 Maret 2019 ini melibatkan semua unit organisasi di Kementerian PUPR untuk menunjukkan produk dan inovasi layanan berbasis internet baik internal maupun eksternal. Pemanfaatan teknologi informasi dilakukan sejalan dengan revolusi industri 4.0 guna mencapai efisiensi dan kualitas produk yang lebih baik sekaligus memberikan nilai tambah bagi pelaksanaan pembangunan infrastruktur.

Fakta Singkat

  • Revolusi digital dan era disrupsi teknologi merupakan istilah lain dari industri 4.0.
  • Konsep metaverse adalah tentang dunia atau lingkungan virtual terintegrasi di mana manusia hidup, bekerja, dan bermain
  • Non-Fungible Token (NFT) adalah aset digital yang mewakili barang berharga dengan nilai yang tidak dapat diganti atau ditukarkan, menjadi bukti kepemilikan atas properti dan aset digital dalam metaverse
  • Blockchain merupakan database yang dibagi ke seluruh jaringan komputer untuk mendukung mata uang dunia maya seperti bitcoin
  • NFT telah masuk ke berbagai bisnis seperti tiket dan keanggotaan, olahraga, fesyen, barang koleksi, dan game

Pergeseran dari teknologi elektronik mekanik dan analog ke elektronik digital dinyatakan sebagai revolusi digital. Revolusi digital merupakan tren perubahan global yang tidak akan berhenti. Revolusi ini dipicu generasi remaja yang lahir pada tahun 80-an

Istilah Industri 4.0 pertama kali bergema pada Hannover Fair, 4–8 April 2011. Istilah ini digunakan oleh pemerintah Jerman untuk memajukan bidang industri ke tingkat selanjutnya, dengan bantuan teknologi.Revolusi 4.0 melakukan penggabungan mesin digital, mekanis, serta komputasi untuk menjalankan berbagai fungsi melalui komunikasi yang terhubung dengan internet. Kehadiran revolusi digital memunculkan Revolusi Industri 4.0 yang juga disebut cyber physical system. Ciri khas dari Revolusi Industri, 4.0 yaitu universalitas dalam aplikasi industri.

Revolusi industri 4.0 bisa diartikan juga sebagai kondisi di mana sebuah sistem cerdas dan otomasi dalam industri ikut berperan. Sistem tersebut digerakkan oleh data melalui teknologi machine learning dan Artificial Intelligence. Salah satu bentuknya lewat penggunaan robot untuk menggantikan tenaga manusia sehingga lebih murah, efektif, dan efisien.

Baca juga: Memprediksi Dampak “Metaverse”

KOMPAS/MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
Pengunjung tengah memerhatikan koleksi NFT di Superlative Gallery, Rabu (29/6/2022), di Legian, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Dalam hari kerja, jumlah kunjungan di galeri NFT pertama di Asia Tenggara itu rerata didatangi sekitar 50 pengunjung. Ketika di akhir pekan, jumlah pengunjung meningkat pesat pada kisaran 100 hingga 200 orang

Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir di semua bidang. Akibatnya, revolusi Industri 4.0 menjadikan semua hal lebih mudah dilakukan dan dijangkau. Bahkan, teknologi yang ada pada revolusi Industri 4.0 mampu mengambil sebagian besar aktivitas perekonomian.

Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi secara fundamental mengubah pola hidup dan interaksi manusia. Revolusi industri 4.0 telah mengubah dunia dan peradaban kehidupan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari maupun bisnis.

Salah satunya adalah aspek pemasaran. Pemasaran beralih dari konsep pemasaran tradisional menjadi pemasaran digital, di mana perdagangan sudah mencapai hitungan detik karena segala transaksinya dilakukan secara online dengan bantuan internet. Revolusi digital turut mengubah perilaku konsumen terhadap pemasaran. Perubahan perilaku konsumen tersebut terlihat dari cara mereka mencari, membayar, menggunakan hingga membuang barang-barang yang dibeli setelah dikonsumsi.

Baca juga: Selisik di Balik Sensasi NFT

KOMPAS/ADITYA DIVERANTA

Salah satu tangkapan layar dari cuitan akun Twitter @NFTIndonesia_. Akun ini kerap memberi eksposur pada kreator NFT lokal. Foto diambil pada Jumat (10/6/2022).

Metaverse

Revolusi digital mendorong hadirnya dunia virtual berupa metaverse. Konsep metaverse adalah dunia atau lingkungan virtual terintegrasi dimana manusia hidup, bekerja, dan bermain yang bisa diakses melalui internet dalam lingkup waktu yang sama. Secara bahasa, metaverse dibagi menjadi dua, yaitu meta dalam bahasa Yunani yang artinya beyond atau melampaui, serta verse yang diambil dari kata universe, berarti semesta. Jika kedua kata tersebut digabung menjadi metaverse yang berarti melampaui alam semesta

Istilah metaverse pertama kali diciptakan dalam novel fiksi ilmiah, Snow Crash, karya Neal Stephenson tahun 1992.Cerita novel itu kemudian diwujudkan sutradara Steven Spielberg di filmnya, Ready Player One. Selain itu, film The Matrix juga bertema serupa. Di dunia virtual bersama tersebut, seseorang bisa membeli tanah, barang dan jasa, jalan- jalan, dan menghadiri kegiatan apapun. Transaksi di dalamnya kerap kali menggunakan mata uang kripto.Ketertarikan pada gagasan metaverse melonjak pada 2021-2022, sebagian didorong oleh keputusan Facebook untuk mengubah citra dirinya sebagai “Meta.”

Ada beberapa inti dasar dari metaverse. Pertama, metaverse merupakan sebuah dunia berbentuk tiga dimensi uang bisa menghubungkan dunia nyata dengan dunia virtual. Cara masuk ke dunia virtual tersebut harus menggunakan teknologi kkhusus yang bentuknya mirip kacamata VR serta berbagai perlengkapan lainnya sehingga bisa menggerakkan diri virtual di dunia virtual tersebut. Metaverse menggabungkan dunia nyata dengan dunia virtual, contohnya lewat adanya platform media sosial yang menggunakan teknologi augmented reality (AR).

Kedua, metaverse menggunakan avatar. Avatar digunakan untuk merepresentasikan pengguna internet. Avatar memungkinkan pengguna menjadi siapapun yang dikehendaki sehingga lebih nyaman dan menyadari etika dunia virtual yang dijelajahi.

Ketiga, metaverse menekankan pada peningkatan pengalaman yang dirasakan pengguna internet. Sehingga, metaverse sangat kental dengan “immersive” dan “amplified experience”. Metaverse membuat pengguna merasakan langsung apa yang dilihat di layar kaca. Salah satu contohnya, lewat metaverse sebuah rapat online yang biasa hanya bisa melihat lawan bicara bahkan kadang hanya fotonya, maka metaverse menghadirkan lawan bicara secara langsung seperti sedang duduk berhadapan di meja yang sama.

Keempat, metaverse memberikan kontrol kepada setiap pengguna jaringan atau network, mulai dari pembentukan dunia hingga keputusan yang diambil. Setiap orang di metaverse memiliki keputusan sendiri untuk bertindak tanpa perlu meminta izin. Desentralisasi di metaverse juga digunakan blockchain, sehingga bisa melacak kepemilikan asset digital secara mandiri.

Baca juga: Narasi Fakta Terkurasi, Peristiwa Dalam Bentuk Digital

KOMPAS/HARYO DAMARDONO

Suasana taman di Gedung MPK 21 Facebook di Menlo Park, California, Kamis (13/6/2019). Taman ini juga digunakan untuk bekerja dengan akses Wifi kuat. Facebook bahkan membangun rooftop dengan taman luas sehingga pegawai Facebook dapat berjalan keliling taman.

Perkembangan metaverse sangat ditentukan oleh akses teknologi, akses internet, platform, serta adanya pencipta atau kreator yang berperan sebagai pengguna yang mencipta dan menikmati metaverse. Sehingga, teknologi untuk membuat dunia metaverse setidaknya perlu teknologi realitas untuk membangun dunia virtual seperti Augmented Reality, Virtual Reality, Extended Reality, Mixed Reality.

Namun, di atas semuanya, dukungan akses internet 5G menjadi modal penting. Teknologi menciptakan metaverse membutuhkan kualitas virtual tinggi dengan kecepatan tinggi supaya pengalaman manusia menikmati dunia virtual tersebut pun optimal.

Para investor optimistis dengan konsep metaverse. Laman Morningstar bahkan menyebut dunia teknologi imersif sedang mengalami pergeseran seismik saat inovasi baru dengan cepat mengubah dunia digital yang dihuni manusia. Salah satunya metaverse yang disebut-sebut sebagai masa depan dunia internet.Bahkan, metaverse dianggap sebagai penemuan berikutnya dalam teknologi.

Setidaknya Facebook, Microsoft, dan Walt Disney, sangat bertaruh pada investasi metaverse. Mereka berani mengeluarkan miliaran dollar AS dalam teknologi yang dirancang untuk membawa dunia fisik dan virtual lebih dekat dari sebelumnya. Ketiga perusahaan tersebut kemudian menarik para investor lain yang ingin ikut memainkan tren besar pada masa depan.

Dunia metaverse memang masih lebih bersifat konseptual, namun perusahaan-perusahaan di Silicon Valley di California hingga Cary di North Carolina terus memburu teknologi yang pas untuk mengembangkan metaverse. Bahkan, dunia mode dan properti, yang sudah masuk ke metaverse. Sepatu merek Nike atau merek terkenal Gucci pun sudah merambah metaverse.

Baca juga: Dari NFT ke Dunia Nyata

KOMPAS/PRIYOMBODO

Pedagang sayur di pasar modern BSD, Tangerang Selatan, Banten, menerima pembayaran dengan sejumlah penyedia platform uang digital, Rabu (24/4/2019). Para pemain teknologi finansial pembayaran terus berkompetisi meningkatkan penetrasi pasar dengan cara masuk ke berbagai jenis transaksi kebutuhan sehari-hari termasuk ke usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Platform metaverse terbesar di Asia, Zepeto, sejak diluncurkan sudah memiliki hampir seperempat miliar pengguna. Sekitar 70 persen pengguna Zepeto diidentifikasi perempuan dan remaja. Banyak pengguna Zepeto belum menggunakan Instagram dan Facebook. Meski buatan Korsel, 90 persen penggunanya justru berasal dari luar Korsel.

Para pencipta mode di Zepeto sudah menjual pakaian secara virtual hingga 1,6 miliar helai. Produk mode itu dijual dengan mata uang ”zems”. Dari setiap penjualan 5.000 zems, pihak Zepeto memperoleh 106 dollar AS. Para pengguna Zepeto membeli mata uang zems ini dengan uang asli. Merek-merek mode mewah, seperti Gucci, Dior, dan Ralph Lauren, juga berencana menjual produk virtual mereka di Zepeto. Bukan hanya dunia mode yang berpeluang besar di metaverse.

Bahkan, Pemerintah Kota Seoul, Korsel, sudah memanfaatkan metaverse untuk melayani rakyatnya. Seoul menjadi kota besar pertama dengan investasi 35 juta dollar AS untuk membangun metaverse.

Non-Fungible Token (NFT)

Kehadiran metaverse sebagai dunia virtual dipenuhi dengan properti dan aset digital. Akibatnya, keberadaan Non-Fungible Token semakin penting karena menjadi bukti kepemilikan atas properti dan aset digital di metaverse. Metaverse, ruang virtual bersama, memungkinkan pengguna membuat, menjual, dan memperdagangkan barang dalam bentuk NFT.

Non-fungible Token berasal dari kata Fungibility dan Token. Fungibility adalah kemampuan suatu aset untuk ditukar atau diganti dengan aset serupa yang memiliki nilai yang sama. Sementara itu, token adalah aset digital yang mewakili barang, layanan, atau bentuk nilai lainnya. Sehingga Non-Fungible Token (NFT) adalah aset digital yang mewakili barang berharga dengan nilai yang tidak dapat diganti atau ditukarkan. Setiap NFT memiliki data catatan transaksi di dalam blockchain. Data ini berisi tentang siapa penciptanya, harga, dan histori kepemilikannya.

Secara esensi, NFT adalah sebuah aset yang berkembang dari cryptocurrency. Namun, ia memiliki tujuan, bentuk, dan penggunaan yang berbeda dari aset kripto seperti Bitcoin, misalnya. Masing-masing NFT hanya dibuat satu kali dan tidak bisa ditukarkan atau diperdagangkan dengan NFT yang lain karena nilainya tidak sepadan.

Data unik NFT bekerja seperti sidik jari yang memudahkan sistem memverifikasi kepemilikannya. Pemilik atau pencipta juga dapat menyimpan informasi tertentu di dalamnya. Misalnya, Si pembuat dapat menempelkan tandatangan di karya seni mereka dengan memasukkannya dalam metadata NFT.

Selain itu, kepemilikan NFT bersifat mutlak, artinya siapapun yang sedang memilikinya mempunyai hak milik penuh. Hak cipta untuk memperbanyak karya tetap ada di tangan pembuatnya, namun pemiliknya adalah satu-satunya yang memiliki karya orisinilnya. NFT juga tidak dapat dibagi menjadi denominasi yang lebih kecil.Sehingga, NFT ada secara eksklusif sebagai sebuah keseluruhan.

Baca juga: “Bear Market Aset Kripto Hal Lumrah dan Hanya Sementara

KOMPAS/ADITYA DIVERANTA

Tampilan aplikasi WinCash Wallet milik Gatuk Indarto yang telah nonaktif saat diakses pada Rabu (1/12/2021). Aplikasi itu adalah dompet digital tempat aset kripto WinCash Coin ditransaksikan.

NFT sebenarnya sudah mulai populer pada tahun 2017, saat gim NFT pertama diluncurkan yaitu CryptoKitties. CryptoKitties adalah game berbasis blockchain Ethereum yang memungkinkan pemain untuk mengadopsi, memelihara, dan memperdagangkan kucing virtual.

Cara kerja NFT melalui sistem blockchain. Blockchain merupakan sebuah buku besar transaksi yang terdistribusi secara publik atau terdesentralisasi. Pada umumnya, NFT dipegang oleh blockchain Etherium karena mampu menopang informasi tambahan lebih baik yang diperlukan untuk mengoperasikan NFT. Beberapa platform yang bisa digunakan untk memasarkan dan membeli NFT yakni OpenSea, Rarible, Magic Eden, Nifty Gateway.

Namun seiring waktu, mata uang lain ikut membuat NFT. Bahkan Ethernity, Flow,dan Efinity mendedikasikan blokchain khusus untuk NFT. Pasar NFT pun mengalami perkembangan pesat mulai akhir Januari 2021. Pasar NFT naik saat pandemi dengan nilai penjualan hingga 2,5 miliar dollar AS.

KOMPAS/ADITYA DIVERANTA

Mantan anggota komunitas pengguna aset digital Edccash, Asep Satria, menunjukkan aset digital yang tersangkut di pasar fisik aset kripto Bechipindo, Sabtu (13/11/2021), di Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

Penggunaan NFT

NFT merupakan aset yang berkembang dari cryptocurrency. Namun, NFT memiliki tujuan, bentuk, dan penggunaan yang berbeda dari aset kripto seperti Bitcoin, misalnya. Masing-masing NFT hanya dibuat satu kali dan ia tidak bisa ditukarkan atau diperdagangkan dengan NFT yang lain karena nilainya tidak sepadan

NFT semakin banyak digunakan dalam berbagai industri. Sebut saja industri tiket yang seringkali mempunyai beberapa masalah. Pertama, sering hadir calo yang mencoba membeli tiket sebanyak mungkin untuk dijual kembali dengan harga lebih tinggi. Kedua, kasus penipuan melalui calo atau jasa lainnya juga sering terjadi terutama jika tiket mudah dipalsukan. NFT menawarkan solusi untuk mengatasi kedua masalah di atas dengan sistem verifikasi dan identifikasi yang tidak bisa diubah.

Dalam konteks membership atau keanggotaan digital, NFT bisa dijadikan identifikasi digital yang merpresentasikan keanggotaan seseorang. Hal ini terutama menguntungkan bagi anggotanya karena tidak perlu khawatir data hilang, diubah, atau dicuri orang lain.

Salah satu perusahaan yang menggunakan NFT sebagai kartu keanggotaan adalah Kraken Kratom, yang setidaknya mencetak lima gambar NFT untuk memberikan pengguna diskon seumur hidup atau kupon diskon khusus.

KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI

Diela Maharanie melalui akun Twitter miliknya pada Selasa (28/7/2022) menunjukkan aset NFT Kompas edisi tahun 1993, tentang kasus Marsinah.

Sementara dalam bisnis olahraga, NFT masuk melalui kartu koleksi dari NBA Top Shot di mana penggemar dapat mengumpulkan cuplikan-cuplikan penting pertandingan favorit mereka. Liga sepak bola Belgia, Jupiler Pro League, bahkan bermitra dengan perusahaan game Ubisoft dan startup Sorare untuk meluncurkan gim sepak bola fantasi yang menggunakan NFT.

Selanjutnya, Nike mematenkan sistem otentikasi CryptoKicks pada tahun 2019. Setiap pembelian sepatu khusus akan menghasilkan NFT dengan informasi unik tentang barang tersebut termasuk bahan, tempat pembuatan dan lainnya. Pemilik CryptoKicks kemudian dapat menggabungkan desain beberapa sepatu digitalnya untuk menciptakan sepasang sepatu baru yang bisa dibeli dalam bentuk fisik.

NFT juga masuk dalam bisnis hobi dan hiburan. NFT hadir sebagai barang koleksi. NFT membuka pasar barang-barang koleksi yang ternyata memiliki potensi besar. Pasar NFT sekarang justru didominasi oleh barang-barang yang tujuannya untuk dikoleksi.

Beberapa barang koleksi yang populer adalah cuplikan-cuplikan dari NBA Top Shot, Kucing virtual dari CryptoKitties, dan avatar-avatar unik dari CryptoPunks. Barang-barang dari ketiga platform tersebut mempunyai harga yang bisa mencapai jutaan dolar.

Pasar gaming yang berbasis NFT dan blockchain merupakan salah satu sektor menjanjikan dalam dunia kripto. Kedua game NFT yang sangat populer adalah CryptoKitties dan Axie Infinity. Cryptokitties mengharuskan kamu untuk mengumpulkan, memelihara, dan membiakkan kucing digital yang unik.

Dalam Axie Infinity, pemain mengumpulkan hewan peliharaan digital berbasis NFT yang disebut Axies dengan tujuan utama melawan pemain lain. Kebanyakan game NFT menggunakan skema pay-to-earn sehingga pengguna bisa mendapatkan token dengan memainkan game tersebut.

Axie Infinity dan CryptoKitties sama-sama menggunakan blockchain Ethereum di dalam jaringannya. Dalam konteks Axie Infinity, kedua tokennya (SLP dan AXS) memiliki standar ERC-20 yang dapat ditukar dengan aset kripto lainnya.

Melihat penggunaannya yang semakin luas, NFT jelas berperan dalam Metaverse baik terkait keuangan, keamanan, maupun kepemilikan/keanggotaan. Di sisi lain, manusia dapat memanfaatkan NFT untuk menjelaskan identitas mereka sesuai yang diinginkan serta berkomunikasi dengan manusia lain di Metaverse. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Buku
  • Mengerti Metaverse, Tommy Teja & Reynaldi Francois, Elex Media Komputindo, 2022
  • The Age of Cryptocurrency: How Bitcoin and Digital Money are Challenging The Global Economic Order, Paul Vigna & Michael J.Casey, St. Martin Press, 2015
  • Apple Vs. Google, Perseteruan Korporasi Besar yang Melahirkan Revolusi Teknologi Digital, Fred Vogelstein, Penerbit Bentang, 2015
Kompas
  • Impian Hidup Ideal di Dunia Rekaan, 26 Dec 2021 Halaman: 03, 03   Penulis: Luki Aulia
  • Saatnya Memasuki Jagat ”Metaverse”, 07 Jan 2022 Halaman: 13, 13   Penulis: Andreas Maryoto
  • Regulasi Digital: Saatnya Menakar Potensi Problem di ”Metaverse”, 15 Feb 2022 Halaman: 03, 03   Penulis: Susana Rita; Dian Dewi

Penulis:
Susanti Agustina Simanjuntak

Editor:
Topan Yuniarto