Paparan Topik | Bahan Pokok

Komoditas Daging Sapi: Produksi, Sentra Produksi, Impor, dan Perkembangan Harga Daging Sapi di Indonesia

Konsumsi daging nasional belum sepenuhnya dipenuhi dari produksi dalam negeri karena pertumbuhan populasi sapi dalam negeri masih rendah atau belum optimal. Impor daging pun selalu dilakukan tiap tahun untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Sapi-sapi siap potong di Rumah Pemotongan Hewan Pekanbaru, Senin (18/7/2005). Selama satu bulan terakhir, Pekanbaru dilanda maraknya daging sapi potong liar yang dipotong di luar RPH Pekanbaru. Hasil razia petugas RPH menemukan sekitar 1,8 ton daging potong liar yang tidak terjamin kesehatannya dan halal atau tidak proses pemotongannya.

Fakta Singkat

  • Produksi daging sapi di Indonesia pada satu dekade terakhir rata-rata sebesar 491.000 ton per tahun
  • Pada 2021 produksi daging sapi nasional sebesar 437.783,23 ton atau menurun 3,44 persen dibandingkan pada 2020
  • Produksi daging sapi nasional itu tidak mampu memenuhi kebutuhan daging sapi yang mencapai 706.000 ton per tahun
  • Produksi daging sapi nasional pada 2022 diperkirakan hanya 436.704 ton dan stok awal tahun sebanyak 62.485 ton, sehingga Indonesia diperkirakan masih defisit 207.199 ton.
  • Volume impor daging sapi terbanyak terjadi pada 2021, yakni 273.533 sedangkan terendah pada 2012, yakni sebanyak 40.340 ton.
  • Dalam kurun 25 tahun, harga daging sapi cenderung meningkat sekitar Rp4.000 per tahun, dari Rp30.000 per kg pada tahun 1998 meningkat menjadi Rp133.000 pada tahun 2022.
  • Tiga faktor yang sering memicu kenaikan harga daging sapi di Indonesia: impor daging, peningkatan konsumsi daging, dan distribusi yang panjang.

Produksi daging sapi di Indonesia pada satu dekade terakhir rata-rata sebesar 491.000 ton per tahun dan cenderung fluktuaf. Tahun 2021 produksi daging sapi nasional sebesar 437.783,23 ton atau menurun 3,44 persen dibandingkan pada 2020 yang tercatat sebesar 453.418,44 ton. Produksi tahun 2020 juga menurun 10,18 persen dibandingkan tahun 2019, yakni 504.804 ton.

Produksi daging sapi nasional itu tidak mampu memenuhi kebutuhan daging sapi yang mencapai 706.000 ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan daging itu Indonesia mengimpor daging lebih dari 200.000 ton per tahun dari sejumlah negara produsen daging seperti Australia, Amerika Serikat, dan India.

Volume impor daging sapi tiap tahun cenderung meningkat untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri selama satu dekade terakhir. Volume impor daging sapi terbanyak terjadi pada 2021, yakni 273.533 sedangkan terendah pada 2012, yakni sebanyak 40.340 ton.

Tingginya ketergantungan terhadap daging impor membuat harga daging dalam negeri fluktuatif setiap minggunya tergantung faktor permintaan dan penawaran. Setidaknya terdapat tiga faktor yang sering memicu kenaikan harga daging sapi di Indonesia, yakni impor, peningkatan konsumsi, dan panjangnya rantai distribusi terkait penjualan daging sapi domestik mulai dari peternak hingga sampai kepada konsumen. Dalam kurun 25 tahun, harga daging sapi cenderung meningkat sekitar Rp4.000 per tahun, dari Rp30.000 per kg pada tahun 1998 meningkat menjadi Rp133.000 pada tahun 2022.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Direktur Usaha PD Dharma Jaya Agus Indra Jaya (tengah) menemani Menteri Pertanian Anton Apriyantono saat berkunjung ke rumah potong hewan PD Dharma Jaya, Senin (3/10/2005). PD Dharma Jaya menyimpan stok 500 ton daging untuk menghadapi lonjakan permintaan pada bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Namun, kenaikan harga bahan bakar minyak menyebabkan harga daging sapi
naik tajam dari Rp 42.000 menjadi Rp 48.000 per kilogram.

Produksi

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi daging sapi di Indonesia pada satu dekade terakhir rata-rata sebesar 491.000 ton per tahun dan cenderung fluktuatif.  Namun demikian, dua tahun terakhir produksinya cenderung menurun. Tahun 2021 produksi sebesar 437.783,23 ton atau menurun 3,44 persen dibandingkan pada 2020 yang tercatat sebesar 453.418,44 ton. Produksi tahun 2020 juga menurun 10,18 persen dibandingkan tahun 2019, yakni 504.804 ton.

 

Produksi daging sapi tertinggi dicapai pada 2016, yakni 518.484 ton, namun setahun kemudian produksi menurun menjadi 486.320 ton, dan kembali meningkat dua tahun berturut-turut, yakni tahun 2017 produksi daging nasional 486.320 ton dan 2018 mencapai 497.972 ton.

Pada tahun 2019, produksi daging sapi kembali meningkat 1,37 persen mencapai titik tertinggi dengan 504.802,29 ton. Setelah itu, produksi daging mengalami penururan dua tahun berturut-turut, yakni 2020 dan 2021.

 

Jika dicermati, hampir separuh produksi sapi nasional disumbang dari Pulau Jawa. Provinsi dengan produksi daging sapi tertinggi adalah Jawa Timur dengan produksi sebanyak 93.303,43 ton pada 2021 atau setara 21,31 persen dari total produksi daging sapi Indonesia. Kemudian, Provinsi Jawa Barat menjadi daerah penyumbang produksi daging sapi terbanyak kedua sebesar 64.425,18 ton atau 14,71 persen. Adapun Jawa Tengah dengan 55.835,19 ton atau 12,75 persen sebagai penyumbang produksi terbesar ketiga.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Pengunjung memilih daging sapi segar yang dijual di supermarket ritel modern di Kota Tangerang, Banten, Rabu (20/7/2022).Daging merupakan sumber protein hewani yang sangat bagus untuk menunjang pertumbuhan anak.

Populasi Sapi Indonesia

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah populasi sapi di Indonesia pada 2021 sebanyak 18,05 juta ekor. Populasi ini meningkat 3,52 persen dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 17,44 juta ekor.

Sentra populasi sapi potong di Indonesia dalam satu dekade terdapat di 10 provinsi yang memberikan kontribusi hingga 78,27 persen dari total populasi sapi potong di Indonesia. Sementara empat provinsi di antaranya secara kumulatif berkontribusi lebih dari 50 persen yaitu Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.

Provinsi Jawa Timur merupakan kontributor terbesar dari populasi sapi potong nasional yakni sebesar 27,72 persen atau rata-rata sebanyak 4,61 juta ekor per tahun. Tahun 2021 populasi sapi potong di Jawa Timur mencapai 4,94 juta ekor. Populasi sapi potong di Jawa Timur tercatat menjadi yang terbesar di Indonesia sekaligus menjadi bagian penting dalam perkembangan sapi potong di Indonesia.

Daerah dengan populasi sapi potong terbesar selanjutnya adalah Jawa Tengah dengan kontribusi 10,49 persen atau populasi rata-rata 1,74 juta ekor per tahun. Data terbaru tahun 2021, provinsi Jateng memiliki 1,86 juta ekor sapi potong. Sedangkan Sulawesi Selatan memiliki populasi sapi potong dengan kontribusi 8,29 persen atau rata-rata sekitar 1,38 juta ekor dan tahun 2021 tercatat 1,46 juta ekor.

Berikutnya adalah Nusa Tenggara Barat dengan kontribusi 7,14 persen atau rata-rata populasinya sekitar 1,19 juta ekor. Sentra populasi lainnya adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Lampung, Aceh, Bali, dan Sumatera Barat dengan kisaran kontribusi 2,43 persen sampai dengan 6,36 persen.

Jawa Timur sebagai sentra terbesar populasi sapi potongnya, terdistribusi di lima kabupaten yakni Sumenep, Tuban, Probolinggo, Bangkalan, dan Jember. Tahun 2021 populasi sapi potong di Sumenep tercatat 383.059 ekor atau berkontribusi 7,8 persen terhadap populasi di Jatim. Sementara Tuban terdapat 354.650 ekor (7,1 persen), Probolinggo 319.388 ekor (6,5 persen), Bangkalan 276.476 ekor (5,5 persen), dan Jember 274.162 ekor (5,4 persen).

Sementara di Jawa Tengah sebagai provinsi dengan populasi sapi terbesar kedua, populasi sapi potong terbanyak di Kabupaten Blora, Grobogan, dan Wonogiri. Tahun 2021 Kabupaten Blora memiliki sapi potong sebanyak  278.397 ekor, Grobogan  201.082 ekor, dan Wonogiri  170.365 ekor dan berkontribusi masing-masing sebanyak 15 persen, 11 persen, dan 9 persen.

 

KOMPAS/EDDY HASBY

Bisnis ternak sapi di Pasar Hewan, Ambarawa, Jawa Tengah, hari Jumat (8/11/2002), pada bulan Puasa ini terlihat lesu. Transaksi tampak turun akibat permintaan daging sapi di Kabupaten Semarang, merosot. Diperkirakan menjelang Lebaran perdagangan hewan ini akan terlihat kembali semarak.

Impor

Menurut Laporan Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor daging sapi di tanah air cenderung meningkat selama satu dekade terakhir. Volume impor daging sapi terbanyak pada 2021, yakni 273.533 sedangkan terendah pada 2012 yakni sebanyak 40.340 ton.

Laporan Badan Pusat Statistik mencatat, volume impor daging sapi Indonesia pada tahun 2020 sebesar 223.430 ton atau menurun sebesar 14,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 262.250 ton. Sementara nilai impor daging sapi 2020 turun 15,87 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yakni dari 829,85 juta dollar AS menjadi 698,18 juta dollar AS atau sekitar Rp10 triliun pada tahun 2021.

 

Australia merupakan negara pengekspor daging sapi terbanyak ke Indonesia pada 2020 sebanyak 105.160 ton dengan nilai impornya tercatat sebesar 296.07 juta dollar AS. Berikutnya India sebagai pengekspor daging sapi kedua terbanyak ke Indonesia yakni sebanyak 76.360 ton dan nilainya mencapai 263.55 juta dollar AS atau sekitar Rp 3,78 triliun.

Tahun 2021 impor daging sapi mencapai 273.530 ton atau meningkat 22.43 persen dari tahun sebelumnya. Pada 2020 volume impor daging sapi ke Indonesia hanya sebesar 223.400 ton. Impor daging dari Australia menyumbang terbesar yakni 45 persen terhadap total impor daging sapi Indonesia pada tahun 2021, selanjutnya India (31 persen), Amerika Serikat (9 persen), Selandia Baru (7 persen),  dan Spanyol (2 persen) sebagai negara pemasok utama daging sapi ke Indonesia.

Impor Daging Sapi ke Indonesia menurut Negara Asal periode 2017-2021 (ton)

Negara Asal

2017

2018

2019

2020

2021

Australia

85.192,1

100.623,7

122.684,4

105.160,1

122.863,5

India

45.192,0

79.634,0

93.970,0

76.365,4

84.954,8

Amerika Serikat

14.430,5

12.306,3

22.950,2

19.527,2

25.961,0

Selandia Baru

13.621,6

13.316,6

14.964,6

14.428,5

17.985,7

Spanyol

1.116,9

1.228,8

4.049,7

3.919,1

5.654,5

Jepang

7,4

11,7

13,5

15,4

194,3

Lainnya

637,0

306,2

3.618,9

4.008,0

15.918,8

Jumlah

160.197.5

207.427.3

262.251.3

223.423.7

273.532.6

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tahun 2022, pemerintah memperkirakan total kebutuhan daging sapi mencapai 706.388 ton atau meningkat dari 669.731 ton pada 2021. Hal itu berdasarkan penghitungan kebutuhan konsumsi daging sapi per kapita per orang yang meningkat dari 2,46 per kilogram (kg) per tahun menjadi 2.57 per kg per tahun.

Sementara produksi daging sapi nasional pada 2022 diperkirakan hanya 436.704 ton dan stok awal tahun sebanyak 62.485 ton, sehingga Indonesia diperkirakan masih defisit 207.199 ton. Pemerintah juga menetapkan stok cadangan 58.886 ton sehingga kebutuhan impor pada tahun ini mencapai 266.065 ton untuk menutup defisit tersebut.

KOMPAS/STEFANUS OSA TRIYATNA

Mendekati hari raya Idul Fitri, sejumlah pedagang daging sapi di Pasar Pisang Palmerah, Jakarta Barat, Jumat (12/11/2004), tidak dapat lagi membendung kenaikan harga daging sapi lokal yang dibutuhkan masyarakat.Biasanya, daging sapi yang digunakan untuk membuat semur atau rendang hanya diperdagangkan sekitar Rp 30.000 per kilogram. Sudah tiga hari ini daging sapi diperdagangkan dengan harga Rp 50.000 per kilogram.

Perkembangan Harga

Berdasarkan pantauan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional,  harga daging sapi pada rata-rata nasional menyentuh angka Rp133 ribu per kg. Pada Oktober 2022, harga itu mengalami kenaikan 6 persen dibandingkan awal tahun 2022 yang tercatat Rp125 ribu per kg. Namun, jika dibandingkan sebelum pandemi atau awal 2020 harga itu mengalami lonjakan 12 persen.

Pada Oktober 2022, harga daging sapi di Kalimantan Selatan tercatat termahal se-Indonesia dengan harga jual mencapai Rp154 ribu per kg. Dibandingkan sebulan lalu, harga daging sapi di provinsi ini relatif tidak mengalami perubahan. Sementara di pasar tradisional di Kalimantan Tengah harga daging sapi dijual seharga Rp153 ribu per kg dan menjadikan termahal kedua di dalam negeri.

Di urutan ketiga, harga daging sapi di pasar tradisional di Kalimantan Barat seharga Rp147 ribu per kg. Kemudian di Kalimantan Timur, Aceh, dan DKI Jakarta sebesar Rp143 ribu per kg. Sementara itu, tiga provinsi dengan harga jual daging sapi di pasar tradisional terendah adalah Nusa Tenggara Timur, Bali, dan Jawa Timur, yakni Rp116 ribu per kg.

Jika dicermati lebih jauh, dalam kurun lima tahun terakhir harga daging sapi di pasar tradisional rata- rata di atas Rp110 ribu. Namun, harga rata-rata pada tahun 2022 mencatatkan rekor tersendiri dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yakni mencapai Rp132.000 per kg atau termahal dalam periode lima tahun terakhir.

Sejatinya, harga daging sapi itu fluktuatif setiap minggunya yang dipengaruhi oleh faktor permintaan dan penawaran. Setidaknya, terdapat tiga faktor yang sering memicu kenaikan harga daging sapi di Indonesia.

Faktor pertama, yakni impor daging. Pasokan daging sapi di Indonesia selama ini sebagian berasal dari sapi impor hidup dan impor daging beku karena produksi dalam negeri tak mampu memenuhi kebutuhan daging nasional. Jika pasokan dari impor berkurang, bisa dipastikan harga daging meningkat.

Faktor kedua, yakni peningkatan konsumsi daging dalam negeri dari 2,3 kg per kapita menjadi 2,5 kg per kapita. Dalam kondisi persedian yang berkurang dan permintaan yang meningkat, otomatis akan berpengaruh kepada harga daging sapi.

Faktor ketiga, yakni rantai distribusi yang panjang terkait penjualan daging sapi domestik. Rantai distribusi daging sapi mulai peternak menjual sapi hidup kepada pedagang grosir berskala besar (pengepul). Kemudian, pengepul menyerahkan kepada rumah potong hewan (RPH). Lantas dari RPH, daging sapi didistribusikan kepada pedagang grosir, lalu ke pedagang di pasar tradisional, hingga terakhir sampai konsumen.

Jika dilihat perkembangan harga daging melalui pemberitaan Harian Kompas, terlihat jelas bahwa harga daging itu meningkat disebabkan oleh ketiga faktor tersebut. Biasanya harga melonjak saat kebutuhan meningkat terutama pada hari raya dan menjelang pergantian tahun. Seperti yang terangkum dalam pemberitaan Kompas, sepanjang 25 tahun terakhir, harga daging sapi cenderung meningkat setiap tahun rata-rata Rp4.000, dari Rp30.000 pada tahun 1998 meningkat menjadi Rp133.000 pada bulan Oktober 2022.

Pada pertengahan Desember 1998 atau menjelang Lebaran dan Natal 1998, misalnya, harga daging sapi naik cukup mencolok dari Rp28.000 per kg menjadi Rp30.000 per kg. Kenaikan itu disebabkan  pedagang sulit mendapatkan daging sapi karena permintaan meningkat dan sapi impor belum tiba di Indonesia.

Pada periode 1999–2003, harga daging sapi di pasar tradisional merambat naik sekitar 7 persen per tahun. Tahun 2000 harga daging sapi di pasar tradisional Rp27.500 hingga Rp34.000 per kg kemudian menjadi Rp36.000 — Rp38.000 di tahun 2001. Harga itu cenderung stabil di angka Rp35.000 – Rp36.000 per kg di tahun 2002 dan kembali meningkat menjadi  menjadi Rp35.000 hingga Rp40.000 per kilogram pada saat menjelang Lebaran 2003 atau November 2003.

Berselang satu tahun kemudian harga daging sapi kembali mengalami kenaikan cukup signifikan sejak datangnya bulan puasa 2004 atau pertengahan Oktober 2004. Kenaikan harga dipicu oleh tingginya kebutuhan konsumen selama Ramadhan dan berhentinya pasokan daging sapi impor. Harga daging sapi di sejumlah pasar tradisional naik dari Rp34.000 menjadi Rp36.000. Setahun kemudian, mendekati Lebaran 2005, harga daging sapi terus naik menjadi Rp50.000 per kg.

Pada periode 2005–2008, harga daging sapi rata-rata sekitar Rp50.000 per kg. Harga daging itu pernah mengalami lonjakan pada bulan Maret 2008, dari Rp52.000 menjadi Rp55.000 per kilogram. Kemudian, kenaikan harga daging sapi terjadi sepekan menjelang bulan puasa harga produk ini naik dari Rp62.000 — Rp65.000 per kg menjadi Rp68.000 — Rp70.000 per kg. Kenaikan harga kembali terjadi menjelang lebaran menembus angka Rp80.000 per kg.

Kemudian, harga daging relatif stabil tahun 2010–2011, meski beberapa negara produsen menghentikan pasokan sapi impor ke Indonesia. Berdasarkan pantauan Kementerian Perdagangan, harga daging sapi rata-rata bulan Juni 2011 tercatat Rp68.310 per kilogram. Sementara pada Mei, tercatat Rp68.381 per kilogram dan bulan April sebesar Rp68.531 per kilogram.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Seorang penjual daging sapi di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (27/5/2004), sampai tertidur sambil menunggu pembeli. Para pedagang daging sapi lokal memang mengeluhkan penurunan jumlah pembeli karena kian maraknya penjualan daging sapi selundupan yang dijual dengan harga jauh lebih murah.

Harga jual daging sapi kembali meroket menjelang lebaran 2012 ke level Rp90.000 per kilogram. Langkah peternak yang menahan penjualan sapi-sapi jantannya dituding menjadi salah satu penyebab kelangkaan daging sapi yang berujung kenaikan harga ini.

Pada Maret 2013, harga daging sapi dalam dua bulan naik dari Rp70.000 per kilogram menjadi Rp87.000 per kilogram. Pemicunya transportasi dari daerah sentra mengalami kendala sehingga alokasi daging yang diperoleh dari rumah potong hewan dikurangi.

Pasokan daging sapi nasional hingga Oktober 2014 surplus 140.660 ton di atas kebutuhan daging nasional. Meski pasokan daging surplus, harga daging sapi masih tetap tinggi. Harga rata-rata daging sapi pada 2014 sebesar Rp99.178 per kg. Bahkan pada Oktober 2014, harga daging sapi menembus Rp100.166 per kg.

Menjelang Lebaran 2015. harga daging sapi  meningkat hingga Rp130.000 per kg. Padahal harga di awal Ramadhan tak lebih dari Rp95.000 per kg. Peningkatan itu dipicu oleh permintaan yang meningkat hampir dua kali lipat selama bulan puasa dan lebaran. Sementara harga daging sapi di Jatim sekitar Rp100.000 per kg. Sebelumnya, harganya tak lebih dari Rp96.000 per kg.

Pada Juni 2016, harga jual daging sapi tidak kunjung turun. Harga jual daging tetap bertahan di kisaran Rp110.000 – Rp120.000 per kilogram. Padahal, sudah hampir dua pekan pemerintah menggelar operasi pasar murah daging beku impor untuk menurunkan harga jual. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Buku
  • Buletin Konsumsi Pangan, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian, 2021
  • Komoditas Daging Sapi, Kementerian Perdagangan, 2012
  • Peternakan dalam Angka 2021, Badan Pusat Statistik
  • Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2021, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI
  • Pemuliabiakan Ternak Sapi, Pane, Ismed , Penerbit Gramedia, Jakarta, 1986
Arsip Kompas
  • Peternakan Sapi Lokal Terancam Bangkrut, Pemerintah Perlu Memberikan Insentif kepada Peternak, KOMPAS, 29 April 2017, halaman: 18
  • Swasembada Daging Kehilangan Arah, KOMPAS, 13 Februari 2018,  Halaman: 07
  • Gejolak Harga Pangan: Habis Kedelai, Terbitlah Daging Sapi, KOMPAS, 23 Januari 2021, Halaman: 09
  • Daging Sapi: Sapi Lokal Jadi Solusi Sementara, KOMPAS, 25 Januari 2021, Halaman: 10
  • Perlindungan Peternak Sapi, KOMPAS, 25 Juni 2021, Halaman: 07
  • Mobilisasi Sapi Lokal Mendesak untuk Dipercepat, KOMPAS, 04 Maret 2022, Halaman: 10
  • Kebutuhan Pokok: Stok Daging Dijamin Aman, Harga Capai Titik Tertinggi, KOMPAS, 07 Maret 2022, Halaman: 01
  • Daging Sapi: Awas Kekurangan Stok di Akhir Tahun, KOMPAS, 06 September 2022, Halaman: 10
  • Pelan-pelan Berdikari Susu, Ayam, dan Sapi, KOMPAS, 10 September 2022, Halaman: 10
  • Ketahanan Pangan: Beras dan Daging Jadi Prioritas Stabilisasi Stok dan Harga, KOMPAS, 07 Oktober 2022, Halaman: 09