Paparan Topik | Bahan Pokok

Terigu: Sejarah, Manfaat, Produksi, Impor, dan Industri Terigu di Indonesia

Perang Rusia dan Ukraina mengganggu pasokan pangan dunia terutama komoditas gandum atau terigu. Dua negara itu merupakan penghasil gandum terbesar ke-3 dan ke-6 dunia, serta menguasai 30 persen pasar gandum dunia. Indonesia sebagai salah satu pengimpor gandum terbesar dunia terkena dampak perang tersebut, terutama dari kenaikan harga dan makanan olahan berbahan tepung terigu.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Sunarti, buruh lepas harian, memanen gandum di Desa Ngadiwono, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Selasa (6/11/2007). Gandum hasil panen dipasarkan ke industri tepung terigu dengan kisaran harga Rp 3.000 hingga Rp 3.500 per kilogram.

Fakta Singkat

  • Gandum (Triticum spp.) adalah salah satu tanaman pangan yang diperkirakan berasal dari daerah sekitar Laut Merah dan Laut Mediterania, yaitu daerah sekitar Turki, Siria, Irak, dan Iran.
  • Tanaman gandum dapat ditanam dan tumbuh baik di daerah iklm subtropis hingga Lingkaran Arktik.
  • China merupakan negara produsen gandum terbesar di dunia. Produsen terbesar kedua adalah India. Rusia berada di urutan ketiga sebagai negara yang memproduksi gandum terbesar di dunia dan posisi pertama dalam eksportir gandum di dunia
  • Perang Rusia-Ukraina berdampak pada pasokan gandum dunia dan kenaikan harga gandum di tingkat internasional.
  • Dampak terhadap industri yang mengandalkan bahan utama tepung terigu seperti mie, roti, biskuit, dan makanan olahan lainnya.
  • Masuknya tepung terigu di Indonesia tak bisa lepas dari sejarah bantuan pangan dari Amerika awal Orde Baru atau akhir dekade 1960-an sebagai bagian dari kebijakan pangan AS untuk perdamaian tahun 1954.

Tanaman  gandum atau terigu (Triticum spp.) yang menghasilkan tepung terigu telah menjadi makan pokok dunia sejak ratusan tahun lalu. Bahkan, konsumsi gandum di seluruh dunia telah meningkat pesat sejak awal 1960-an, terutama di negara-negara berkembang bermasuk di Indonesia.

Peningkatan konsumsi terigu sebagai makanan di negara-negara yang sebelumnya sedikit mengkonsumsi gandum itu tak lepas dari pergeseran selera dan preferensi masyarakat terhadap makanan seiring dengan peningkatan pendapatan.

Peningkatan itu terutama terjadi di negara-negara Asia termasuk Indonesia yang mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Sebagian besar penduduknya makin meningkatkan konsumsi terigu sebagai makan sehari-hari dalam bentuk mie, roti, kue, jajanan lainnya, bahkan Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor gandum terbesar di dunia.

Di Indonesia sendiri peningkatan konsumsi gandum terlihat dari konsumsi per kapita per tahun rata-rata penduduk Indonesia saat ini mencapai 24 kilogram atau meningkat sekitar 0,5 kg/kapita per tahun dalam kurun 10 tahun terakhir. Tahun 2008, konsumsi per kapita masih tercatat 18,7 kg/kapita.

Perang Rusia-Ukraina yang saat ini terjadi berdampak pada pasokan gandum dunia dan kenaikan harga gandum di tingkat internasional. Hal itu berdampak pula terhadap industri dalam negeri terutama di bidang makanan yang mengandalkan bahan utama tepung terigu seperti mie, roti, biskuit, dan makanan olahan lainnya berbahan tepung terigu.

KOMPAS/AMANDA PUTRI

Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana, Jumat (17/10/2014) di kebun praktik yang terletak di Desa wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, memanen gandum di lahan seluas dua hektar. Produksi gandum varietas Dewata ini setiap tahun digunakan sebagai benih baik untuk kepentingan penelitian maupun produksi gandum di berbagai wilayah. Kini Fakultas Pertanian UKSW tengah mengembangkan varietas gandum dataran rendah di Demak dan Kudus.

Sejarah

Gandum (Triticum spp.) adalah salah satu tanaman pangan yang diperkirakan berasal dari daerah sekitar Laut Merah dan Laut Mediterania, yaitu daerah sekitar Turki, Siria, Irak, dan Iran. Gandum merupakan tanaman kuno, mungkin yang tertua di antara golongan tanaman serealia yang diusahakan oleh manusia. Sejak 7000 tahun Sebelum Masehi (SM), atau 9000 tahun yang lalu, gandum sudah menjadi bahan pangan pokok bangsa-bangsa di Eropa, Asia Barat dan Afrika Utara seperti Mesir, Yunani, Persia, dan China.

Temuan jejak gandum salah satunya pada tahun 1948, seorang arkeolog dari Universitas Chicago, menemukan desa kuno di Irak yang dibangun pada 6.700 tahun lampau. Arkeolog itu menemukan sisa-sisa gandum yang mirip tanaman gandum saat ini dari puing-puing desa tersebut.

Jejak gandum masa lampau juga ditemukan dalam tulisan kuno di China yang menjelaskan tamanan gandum pada 2.700 tahun sebelum masehi. Di sejumlah wilayah di China, gandum masih dianggap sebagai tanaman sakral.

Seiring waktu dengan laju pertumbuhan dan penyebaran populasi manusia dunia, gandum menyebar dengan cepat ke seluruh dunia sebagai makanan pokok. Tanaman ini dapat ditanam dan tumbuh baik di daerah iklm subtropis hingga Lingkaran Arktik. Gandum tumbuh baik dari permukaan laut hingga lebih dari 3.000 mdpl, dan dilaporkan juga bisa tumbuh pada ketinggian 4.570 mdpl di Tibet.

Alhasil, produksi gandum dunia menduduki peringkat terbesar dibandingkan semua tanaman pangan, termasuk beras, jagung dan kentang. Gandum ditanam di lebih dari 250 juta hektare, lebih besar daripada tanaman serealia lainnya. Gandum ditanam di lebih dari 40 negara, dengan total produksi lebih dari 770 juta ton per tahun, dan menjadi pangan pokok bagi lebih dari 35 persen penduduk dunia.

Tepung gandum atau terigu adalah tepung yang dibuat dari hasil dari biji gandum yang dihaluskan melalui proses penggilingan. Tepung terigu itu biasanya digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat kue, roti, mie, dan pasta. Kata “terigu” dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Portugis, yaitu ‘trigo’ yang berarti gandum.

Meski Indonesia bukan penghasil gandum, makanan yang berbahan baku gandum atau tepung terigu itu telah menjadi sumber makanan pokok, selain beras. Konsumsi per kapita gandum pun terus meningkat. Tahun 1980an misalnya, konsumsi gandum masih 8 kg per kapita per tahun, namun 2019 melonjak hampir tiga kali lipat menjadi 24 kg per kapita per tahun.

Indonesia yang memiliki iklim tropis tidak bisa menghasilkan gandum yang tumbuh baik di iklim subtropis. Meski budidaya gandum sudah dikembangkan di negeri ini melalui berbagai penelitian, namun hasilnya belum memuaskan. Alhasil, Indonesia harus mengimpor gandum dan tepung terigu dari negara-negara penghasil. Seperti India, Amerika, kanada, Australia, China, Perancis, Ukraina, dan Rusia.

Jika ditelisik lebih jauh, masuknya tepung terigu di Indonesia tak bisa lepas dari sejarah bantuan pangan dari Amerika awal Orde Baru atau akhir dekade 1960-an sebagai bagian dari kebijakan pangan AS untuk perdamaian tahun 1954.

Melalui kebijakan pangan untuk perdamaian itu, Pemerintah AS ”membuang” kelebihan gandum produksi petani AS ke negara-negara berkembang. Lambat laun negara berkembang yang tidak memproduksi gandum mulai memiliki ketergantungan. Di Indonesia, bantuan itu didukung oleh kebijakan pangan awal Orde Baru yang kemudian membuka industri pengilingan tepung terigu dan pabrik mie instan.

Meski bantuan pangan kemudian berhenti, namun masyarakat Indonesia sudah terlanjur mengkonsumsi bahan pangan impor tersebut seperti mie instan, roti, kue, dan pasta yang memiliki keunggulan cita rasa dan gizi dibandingkan pangan lainnya. Alhasil, untuk memenuhi konsumsi tersebut impor gandum terus dilakukan seiring membaiknya perekonomian Indonesia.

Sebenarnya budidaya gandum sudah dikembangkan di Indonesia sejak masa Pemerintahan Hindia Belanda. Pada awal abad ke-19 di wilayah Surakarta gandum sudah dibudidayakan dengan tingkat produksi 70.000 ton setahun. Pada masa, itu budi daya gandum juga dilakukan di Boyolali dan Temanggung (Jawa Tengah), Pangalengan (Jawa Barat), dan Malang (Jawa Timur).

Pada masa Orde Baru, tahun 1970 hingga 1980-an, juga telah dihasilkan varietas gandum bernama Timor dan Nias. Namun, kemudian kurang dikembangkan lebih lanjut karena kebijakan pemerintah yang lebih menekankan pada swasembada beras.

KOMPAS/C WAHYU HARYO PS

Seorang perempuan tua Suku Dayak Bidayuh tengah menjemur biji gandum, Sabtu (15/3/2008), di Dusun Suruh Tembawang, Desa Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. untuk serial foto

Jenis gandum

Gandum dapat diklasifikasikan berdasarkan tekstur biji gandum (kernel), warna kulit biji (bran), dan musim tanam. Berdasarkan tekstur kernel, gandum diklasifikasikan menjadi hard, soft, dan durum. Sementara itu berdasarkan warna bran, gandum diklasifikasikan menjadi red (merah) dan white (putih). Untuk musim tanam, gandum dibagi menjadi winter (musim dingin) dan spring (musim semi). Meski demikian, secara umum gandum diklasifikasikan menjadi hard wheat, soft wheat dan durum wheat.

Spesies gandum dengan nama latin Triticum aestivum merupakan gandum golongan hard wheat. Gandum ini adalah spesies gandum yang paling banyak ditanam di dunia dan banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan roti karena mempunyai kadar protein yang tinggi. Gandum ini mempunyai ciri-ciri kulit luar berwarna coklat, bijinya keras, dan berdaya serap air tinggi. Setiap bulir terdiri dari dua sampai lima butir gabah.

Sementara Triticum compactum merupakan gandum jenis soft wheat dan lebih sedikit ditanam dibandingkan spesies T. aestivum. Setiap bulirnya terdiri dari tiga sampai lima buah, berwarna putih sampai merah, bijinya lunak, berdaya serap air rendah dan berkadar protein rendah. Jenis gandum ini biasanya digunakan untuk membuat biskuit dan kadang-kadang membuat roti.

Adapun Triticum durum (durum wheat) merupakan jenis gandum yang khusus. Ciri dari gandum ini ialah bagian dalam (endosperma) yang berwarna kuning, bukan putih, seperti jenis gandum pada umumnya dan memiliki biji yang lebih keras, serta memiliki kulit yang berwarna coklat. Gandum jenis ini digunakan untuk membuat produk-produk pasta, seperti makaroni, spageti, dan produk pasta lainnya.

Selain itu, spesifikasi tepung terigu berdasarkan kandungan proteinnya dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu tepung terigu berprotein tinggi (bread flour) yang mengandung kadar protein dari 12 persen, digunakan sebagai bahan pembuat roti, mie, pasta, dan donat. Kemudian, tepung terigu berprotein sedang/serbaguna yang mengandung kadar protein sedang, sekitar 10-11 persen, digunakan sebagai bahan pembuat mie basah, kue, dan cake.

Dan terakhir tepung terigu berprotein rendah (pastry flour) yang mengandung protein sekitar 8-9 persen, umumnya digunakan untuk membuat, kue kering, kue yang renyah, seperti biskuit atau kulit gorengan ataupun keripik.

Kebutuhan terigu Indonesia dipenuhi oleh terigu produksi domestik dan terigu impor. Terigu domestik diproduksi oleh 4 produsen utama yaitu: Bogasari, Berdikari, Sriboga dan Panganmas. Sementara terigu impor berasal dari Turki, India ,dan Srilanka.

Produsen terigu umumnya menjual terigu dalam kemasan 25 kg, 2 kg dan 1 kg. Terigu kemasan 25 kg biasanya dikonsumsi oleh industri pengolahan berbahan baku terigu, sementara kemasan 1 kg dan 2 kg dikonsumsi oleh rumah tangga. Selain itu beberapa produsen juga menyediakan terigu khusus dan terigu dengan spesifikasi sesuai pesanan.

Setiap produsen terigu dapat memiliki lebih dari 1 merek terigu. Perbedaan merek berkaitan dengan kualitas terigu tersebut, khususnya kandungan protein. Semakin tinggi kandungan protein, semakin mahal harga terigu.

KOMPAS/KRIS RAZIANTO MADA

Sisa tank masih teronggok pada Selasa (5/7/2022) di landang gandum milik warga Desa Malaya Rogan, Kharkiv. Tank itu bagian dari kendaraan perang Rusia dalam serangan ke Ukraina sejak 24 Februari 2022. Sampai sekarang, Kharkiv masih terus menjadi sasaran serangan Rusia.

Manfaat gandum

Tepung terigu banyak mengandung zat pati, yaitu karbohidrat kompleks dan tidak akan larut dalam air dan protein yang disebut gluten. Gluten merupakan protein alami yang terkandung dalam semua jenis serealia atau biji-bijian yang tidak akan larut dalam air dan mempunyai sifat lentur (elastis) sehingga dapat membentuk adonan yang kokoh dan membuat makanan menjadi kenyal saat dimakan.

Bahan pangan dari gandum yang dikenal dengan tepung terigu telah menjadi sumber bahan pangan terutama dalam diversifikasi pangan seperti makanan ringan roti, mie, pasta, biskuit, puding, es krim dan kue.

Dalam 100 gram gandum utuh terdapat sekitar 340 kalori dan juga beberapa nutrisi penting berikut: 72 gram karbohidrat. 13 gram protein. 10,7 gram serat. 2,5 gram lemak. 0,4 gram gula. Selain itu, gandum utuh merupakan sumber vitamin dan mineral, seperti vitamin B, selenium, mangan, fosfor, dan tembaga. Gandum utuh juga mengandung antioksidan dan senyawa aktif, seperti asam fitat, polifenol, stanol, dan sterol.

Berkat kandungan tersebut, mengonsumsi gandum utuh secara rutin dapat memberikan beberapa manfaat yang baik untuk kesehatan. Beberapa di antaranya dapat membantu menjaga kesehatan jantung, menurunkan tekanan darah hingga menurunkan risiko obesitas.

Gandum juga merupakan sumber pakan ternak yang populer, terutama pada tahun-tahun di mana panen dipengaruhi oleh hujan dan sejumlah besar biji-bijian dibuat tidak cocok untuk penggunaan makanan. Biji-bijian bermutu rendah seperti itu sering digunakan oleh industri untuk membuat perekat, aditif kertas, beberapa produk lain dan bahkan dalam produksi alkohol.

Meski manfaat gandum ada banyak, mengonsumsi gandum dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan pada orang-orang tertentu,  misalnya penderita penyakit celiac, jika mengkonsumsi makanan tinggi gluten sistem kekebalan tubuh mereka akan merespons dengan merusak usus kecil.

Tak hanya itu, gluten juga diketahui dapat meningkatkan risiko penderita penyakit celiac terkena gangguan otak, seperti skizofrenia dan epilepsi. Selain itu, kandungan asam fitat dapat mengikat dan mengganggu penyerapan mineral, seperti kalsium, zinc, zat besi, dan magnesium. Hal ini berbahaya bagi orang yang kondisi tubuhnya sedang kekurangan mineral tersebut.

KOMPAS/HARRY SUSILO

Lubov Ivanivna (62) menunjukkan gandum yang membusuk di lumbung gandumnya di Desa Mala Rohan, Provinsi Kharkiv, Ukraina, Selasa (5/7/2022). Akibat serangan artileri Rusia ke desa tersebut pada Februari- Maret 2022 silam, beberapa bagian lumbung gandum milik Ivanivna rusak dan menyebabkan 50 ton hasil panennya membusuk.

Produsen gandum

Gandum atau Triticum aestivum L adalah makanan pokok bagi sebagian masyarakat dunia. Tanaman ini termasuk suku serealia yang kaya akan karbohidrat dan protein. Komoditas ini dimanfaatkan menjadi sejumlah olahan makanan, seperti roti, mie, kue, dan pasta.

Berdasarkan laporan USDA Foreign Agricultural Service, produksi gandum di dunia mencapai 775 juta ton pada 2020 atau meningkat 1,62 persen dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 762 juta ton.  Ada beberapa negara yang tercatat sebagai penghasil gandum terbesar di dunia. China merupakan negara produsen gandum terbesar di dunia. Pada 2020, Negara Tirai Bambu ini berhasil menghasilkan sekitar 134 juta ton gandum atau sekitar 29 persen dari total produksi gandum di dunia.

Produsen terbesar kedua yakni India, Selain menghasilkan beras, India berhasil memproduksi sebanyak 107 juta ton gandum pada 2020 dan membuat India berada di urutan kedua sebagai negara penghasil gandum terbesar di dunia.

Rusia berada di urutan ketiga sebagai negara yang memproduksi gandum terbesar di dunia dan posisi pertama dalam eksportir gandum di dunia dengan 88 juta ton gandum yang dihasilkan. Rusia sendiri mendapat USD6,4 miliar dari ekspor gandumnya pada tahun 2019 dengan menyumbang sekitar 17 persen ekspor gandum dunia.

Amerika Serikat menempati posisi keempat sebagai negara penghasil gandum terbesar di dunia. Diketahui, di negara ini yang merupakan pemasok utamanya ialah Kansas dan North Dakota. AS menghasilkan sekitar 50 juta ton gandum pada 2020.

Selanjutnya Kanada yang memproduksi sebanyak 35.juta ton gandum pada tahun 2020. Ekspor gandum negara ini diketahui lebih banyak menghasilkan uang dibandingkan produk pertanian lainnya, yang nilainya mencapai 5,5 miliar dollar AS. Tercatat, ekspor gandum Kanada sudah menyumbang lebih 14 persen dari total ekspor dunia.

Prancis berhasil memimpin di kawasan Uni Eropa soaln urusan gandum dengan produksinya yang mencapai hampir 30 juta ton tahun 2020, dan meningkat 10 juta ton menjadi 40 juta ton pada tahun 2021. Produksi gandum negara ini memasok 4 persen dari pasokan global dan menempati posisi kelima dalam daftar penghasil gandum terbesar.

Di Eropa, Ukraina adalah salah satu penghasil gandum terbesar. Dengan produksi dalam negeri sekitar 25 juta ton per tahun, sebagian besar gandum Ukraina adalah untuk komoditi ekspor. Konsumsi dalam negerinya sendiri tidak terlalu besar, sekitar 11,8 juta ton per tahun. Negara bekas pecahan Uni Soviet ini memiliki jenis tanah paling subur di dunia.

10 Negara Penghasil Gandum Terbesar Dunia 2020 (Ton)

Negara

Produksi 2020

(juta ton)

Produksi 2021

(juta ton)

Tiongkok 134,25 136,95
Uni Eropa 125,99 138,42
India 107,86 109,59
Rusia 85,35 75,16
Amerika Serikat 49,75 44,79
Kanada 35,18 21,65
Australia 33,00 36,30
Ukraina 25,42 33,01
Pakistan 24,94 27,46
Argentina 17,64 22,15

Sumber: USDA/Foreign Agricultural Service

 ASSOCIATED PRESS/ BAS CZERWINSKI

Rombongan pembalap Tour de France melintasi ladang gandum yang terbentang di jalur etape kelima antara Cholet dan Chateauroux, Perancis, Rabu (9/7/2008).

Impor gandum

Meski beras menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia, ketergantungan pada gandum sudah demikian besar. Tahun 1980-an, impor gandum mencapai 3–3,5 juta ton per tahun  dan berkontribusi 74 persen dari total impor hasil pertanian. Pada tahun 2000, Indonesia mengimpor gandum sebanyak 6,037 juta ton dengan nilai mencapai 1 miliar dollar AS. Lima tahun kemudian, tahun 2005, impor gandum naik hampir 10 persen menjadi 6,589 juta ton.

Dari tahun ke tahun, impor produk pangan dari negeri subtropis itu cenderung terus meningkat, sejalan dengan kian banyaknya orang Indonesia menggemari makanan berbahan baku komoditas ini, seperti mie, roti, dan kue. Tahun 2025, diproyeksikan impor gandum akan meningkat menjadi 18,679 juta ton atau tiga kali lipat dibandingkan pada awal millennium ke-2 atau tahun 2000-an.

Alhasil, Indonesia menjadi pengimpor gandum terbesar kedua di dunia setelah Mesir dan volumenya cenderung terus meningkat setiap tahun. Tahun 2010, misalnya, impor gandum Indonesia mencapai 4,8 juta ton, senilai 1,4 miliar dollar AS. Satu dekade berselang, impor melonjak lebih dari dua kali lipat, yakni mencapai 10,7 juta ton atau senilai 2,6 miliar dollar AS.

Kemudian volume dan nilai impor gandum Indonesia pada 2021 mencapai 11,17 juta ton atau senilai 3,45 miliar dollar AS. Nilai impor komoditas tersebut mengalami lonjakan kenaikan 31,68 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya. Tahun 2021, Indonesia paling banyak mengimpor gandum dari Australia senilai 4,63 miliar dollar AS. Berikutnya dari  Ukraina sebesar 2,83 miliar dollar AS dan Kanada senilai 1,92 miliar dollar AS.

Data terbaru, sepanjang Januari-Mei 2022, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor gandum Indonesia mencapai 4,36 juta ton dengan nilai 1,65 miliar dollar AS. Impor gandum Indonesia terbesar berasal dari Australia, yakni mencapai 1,57 juta ton dengan nilai 585,6 juta dollar AS dalam periode tersebut. Volume impor gandum Indonesia dari Negeri Kanguru tersebut mencapai 36 persen dari total impor gandum.

Negara asal impor gandum Indonesia terbesar berikutnya adalah Argentina, yakni seberat 1,41 juta ton senilai 497 juta dollar AS. Selanjutnya  Kanada dengan volume mencapai 572,6 ribu ton senilai 276,14 juta dollar AS. Ada Brasil  dan India masing-masing 594,26 ribu ton senilai 211,24 juta dollar AS, dan 115,86 juta ton senilai 40,47 juta dollar AS. Adapun impor gandum dari negara lainnya sebanyak 98,15 ribu ton dengan nilai 36,9 juta dollar AS.

Jika dicermati lebih jauh, Australia merupakan negara pemasok gandum terbesar bagi Indonesia. Dalam dua dekade terakhir, Negeri Kanguru ini memasok sekitar 40 persen kebutuhan gandum nasional. Australia tiap tahun memasok lebih dari 3 juta ton biji gandum per tahun, sementara Kanada yang memasok 20 persen kebutuhan gandum nasional di posisi kedua. Kanada mengekspor gandumnya ke Indonesia lebih dari 1,7 juta ton per tahun.

Tingginya impor gandum Australia itu tak bisa lepas dari faktor geografis yang letaknya lebih dekat dibandingkan negara produsen lainnya sehingga biaya transportasi lebih rendah. Selain itu, gandum Australia juga dikenal berkualitas baik.

Impor Gandum pada Masa Orde Baru 1990–1998

Tahun

Volume

(ton)

Nilai

(juta dollar AS)

1990 1.704.374 277,28
1991 2.211.533 366,36
1992 2.456.438 403,85
1993 2.525.520 442,00
1994 3.297.139 579,05
1995 4.054.202 803,40
1996 4.116.242 1.050,34
1997 3.611.931 776,52
1998 3.443.782 620,42

Sumber: BPS

Perkembangan Impor Biji Gandum Indonesia

Tahun Volume (ton)

Nilai

(ribu dollar AS)

2010 4.810.539 1.424.275
2011 5.604.860 2.193.987
2012 6.250.490 2.253.850
2013 6.737.512 2.439.987
2014 7.432.598 2.387.262
2015 7.412.019 2.082.768
2016 10.534.672 2.408.210
2017 11.434.134 2.647.825
2018 10.096.299 2.570.952
2019 10.692.978 2.799.261
2020 10.299.699 2.616.037

Sumber: BPS

Impor Biji Gandum Indonesia 10 tahun terakhir (ton)

Negara Total Persentase
Australia 36.281.418 39,73
Kanada 17.216.239 18,85
Ukraina 14.180.384 15,53
Amerika Serikat 9.510.606 10,41
Fed. Rusia 3.897.624 4,26
Rep. Moldova 529.186 0,58
Argentina 6.707.463 7,34
Bulgaria 456.727 0,50
Brazil 386.225 0,42
India 850.762 0,93
Singapura 43.543 0,04
Uruguay 58.196 0,06
Lainnya 1.187.424 1,30
Jumlah 91.305.800 100,000

Sumber: Litbang Kompas/ERI, diolah dari BPS

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Dalam rangka mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap beras, SD Negeri Kutowinangun 03 bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah, Sabtu (29/3/2008), menyosialisasikan kegunaan gandum kepada siswa sekolah itu.

Industri terigu

Industri tepung terigu nasional bermula dari 8 perusahaan yang mengimpor biji gandum atau terigu dari negara produsen. Mereka menggiling biji gandum menjadi tepung terigu dan hasil produksinya disalurkan secara langsung maupun tidak langsung (melalui distributor, depot, grosir dan ritel) ke industri berbahan baku terigu dan keperluan rumah tangga.

Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan dan Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), sebanyak 34 persen konsumsi tepung terigu terserap di 200 perusahaan industri besar dan modern. Perusahaan dimaksud meliputi industri mi instan, mi kering, makanan kecil dan biskuit, roti, serta kue.

Sementara itu, 66 persen konsumsi tepung terigu digunakan oleh 55.000 pelaku usaha kecil menengah. Mereka antara lain bergerak di usaha mi kering, mi basah, kue kering, makanan kecil, biskuit, jajanan pasar, martabak, cakwe, kerupuk, dan gorengan.

Hingga tahun 2015, menurut Aptindo tercatat ada 31 industri tepung terigu di Indonesia yang sebagian besar berlokasi di Pulau Jawa. Sebelum deregulasi atau pada era Bulog periode 1970–1998, hanya ada lima industri tepung terigu di Indonesia. Kelima industri terigu nasional di era Bulog adalah Bogasari di Jakarta, Sriboga di Semarang, Panganmas di Cilacap, Bogasari di Surabaya, dan Eastern Pearl di Makassar.

Setelah deregulasi, yakni pada periode 1999–2009, ada tambahan tujuh industri terigu nasional, yakni tiga di Sidoarjo, dan masing-masing satu di Gresik, Tangerang, Medan, dan Cilegon. Kemudian pada periode 2010–2014 bertambah 16 industri terigu, yakni masing-masing 3 industri di Cilegon, Bekasi, dan Gresik; 2 industri muncul di Tangerang dan Medan; serta masing-masing 1 industri di Sidoarjo, Mojokerto, dan Semarang. Sementara itu, pada periode 2015–2016 ada tambahan tiga industri terigu, yakni di Jakarta, Cilegon, dan Medan.

Jika melihat kapasitas produksi, sebaran sentra produksi tepung terigu mayoritas terdapat di Pulau Jawa, yaitu di DKI Jakarta (1,68 juta ton), Jawa Barat (238,7 ribu ton), Jawa Tengah (267 ribu ton), Jawa Timur (1,08 juta ton), dan Banten (130,1 ribu ton). Sedangkan, yang di luar Pulau Jawa, antara lain, Sumatera Utara (121,4 ribu ton) dan Sulawesi Selatan (387,1 ribu ton). (LITBANG KOMPAS)

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Karyawan Bogasari memeriksa biji gandum yang tengah diolah dengan mesin roll mill di pabrik tepung terigu PT Bogasari Flour Mill, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (7/11/2007). Bogasari memproduksi hingga 5.900 ton tepung terigu per hari untuk kebutuhan pasar dalam negeri dan ekspor.

Referensi

Buku

Profil Komoditas Tepung Terigu, Kementerian Perdagangan, 2012
Kondisi Industri Tepung Terigu Nasional di Tengah Serbuan Produk Impor, Media Data Riset, Jakarta, 2010

Arsip Kompas
  • Keuntungan Menipis, UKM di Ujung Tanduk, KOMPAS, 14 Januari 2008, Halaman: 21
  • Pertanian: Gandum Potensial Dikembangkan di Jateng, KOMPAS, 13 Maret 2008, Halaman: 2
  • Swasembada Pangan dan Impor Gandum, KOMPAS, 9 Februari 2015, Halaman: 07
  • Perindustrian: Industri Tepung Terigu Bertumbuh, KOMPAS, 07 Oktober 2015, Halaman: 18
  • Indonesia-Serbia: Merenda Relasi via Gandum dan Sawit, KOMPAS, 25 May 2022 Halaman: 4
  • Bahan Pangan: Ketika Perang Rusia-Ukraina Berpotensi Menggoyahkan Selera Makan, KOMPAS, 11 Aug 2022, Halaman: 11