Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo atau sering disebut RSCM adalah rumah sakit tua. Orang-orang Jakarta sebelum tahun 80-an masih banyak yang menyebutnya “Cebeset”. Maksudnya adalah CBZ (Centrale Burgelijke Ziekenhuis) yang dalam bahasa Indonesia artinya Rumah Sakit Umum Pusat.
Rumah sakit yang berlokasi di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat ini berdiri sejak 9 November 1919 dan disatukan dengan STOVIA yang merupakan cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas. Nama Cipto Mangunkusumo sendiri baru diberikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1964 atas usulan Menteri Kesehatan pada waktu itu, dr. Satrio. Presiden Soekarno menginginkan Rumah Sakit Cipto menjadi rumah sakit rakyat yang melayani secara penuh dan total, tanpa biaya atau paling tidak, dengan sedikit biaya untuk berobat.
Selain melayani masyarakat dari berbagai kalangan, Rumah sakit tipe A milik Kementerian Kesehatan ini juga berfungsi menjadi rumah sakit pendidikan, penelitian kesehatan, dan rumah sakit rujukan dari seluruh Indonesia.
Beberapa foto Arsip Kompas di bawah ini mengajak pembaca melihat suasana dan beberapa peristiwa di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sekitar tahun 1970 hingga 1980-an.
KOMPAS/DUDY SUDIBYO
Susana lalu lintas di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat di depan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 1976
KOMPAS/DUDY SUDIBYO
Suasana ruang tunggu Poliklinik Anak RSCM pada tahun 1977, yang penuh sesak dengan pasien dan orang tuanya yang menunggu giliran dipanggil untuk bertemu dokter.
KOMPAS/DUDY SUDIBYO
Ruang tunggu Poliklinik Anak RSCM pada tahun 1977, yang penuh sesak dengan pasien dan orangtua yang mengantar.
KOMPAS/DUDY SUDIBYO
Para orangtua membawa anaknya berjejal masuk ke ruang dokter Poliklinik Anak RSCM. Mereka penasaran dan tak sabar menunggu giliran karena antreannya begitu panjang.
Geser untuk melihat foto lain.
Klik foto untuk melihat sumber.
KOMPAS/IRWAN JULIANTO
KOMPAS, 14 April 1983
Keluarga pasien yang dirawat di ruang Kebidanan dan Kandungan RSCM nampak sabar menunggu sampai mereka diizinkan menengok pada pukul 17.00. Sebagian dari mereka, ada yang menyerobot masuk ingin menengok pada pagi hari, sebagian lagi memang punya surat izin khusus untuk menunggu.
KOMPAS/DUDY SUDIBYO
Ruang Rawat Inap Anak, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 1977. Para orang tua pasien tidur dengan cara sebisanya asal bisa mendampingi sang buah hati.
KOMPAS/JULIAN SIHOMBING
KOMPAS, 7 Desember 1987
Curahan air hujan yang turun dari langit-langit lobi RSCM yang bocor hari Sabtu (5/12) cukup menggangu pengunjung dan pembeli obat yang menunggu di depan apotek. Namun, air bocoran itu bisa juga dimanfaatkan oleh seorang wanita untuk membersihkan sepatunya.
Geser untuk melihat foto lain.
Klik foto untuk melihat sumber.
KOMPAS/IRWAN JULIANTO
Ambulans Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 1983
KOMPAS/ANWAR HUDIJONO
KOMPAS, 10 November 1984
Sebagai Penjaga Kamar Mayat di RSCM, tugas Mahmoed, antara lain, menyembahyangi jenazah yang tidak diurus keluarganya atau yang sama sekali tidak dikenal.
Geser untuk melihat foto lain.
Klik foto untuk melihat sumber.
KOMPAS/IRWAN JULIANTO
Menteri Kesehatan dr. Suwardjono Surjaningrat meresmikan Gedung Unit Perawatan Thalassemia di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (21/12/1987)
KOMPAS/IRWAN JULIANTO
KOMPAS, 17 Oktober 1984
Gedung Unit gawat darurat bertingkat delapan RSCM akan dibangun awal Desember 1984. Bangunan tua peninggalan zaman Belanda mulai dibongkar. Di latar belakang, Gedung Irma yang berlantai tujuh untuk unit perawatan RSCM diresmikan Agustus tahun 1983.
KOMPAS/IRWAN JULIANTO
KOMPAS, 12 April 1986
Menteri Kesehatan dr. Soewardjono Surjaningrat bersama Dubes Jepang Toshiaki Muto (tidak nampak) sedang membuka selubung nama gedung Instalasi Gawat Darurat RSCM Jakarta Jumat (11/4).
Geser untuk melihat foto lain.
Klik foto untuk melihat sumber.
KOMPAS/KARTONO RYADI
KOMPAS, 14 November 1981
Dokter-dokter Indonesia maju selangkah lagi memantapkan keahliannya menangani bedah jantung pintas koroner. Didampingi ahli dari Belanda Prof. Huysmans, mereka menangani pembedahan tersebut di RS Cipto Mangunkusumo. Pada gambar, tampak Prof. Huysmans (kiri) dan dr. Soerarso sedang mengganti fungsi pembuluh darah besar aorta atau nadi yang rusak dengan pembuluh darah balik dari kaki kanan pasien.
KOMPAS/IRWAN JULIANTO
Pengobatan pasien kanker di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat tahun 1982.
KOMPAS/HASANUDDIN ASSEGAFF
KOMPAS, 5 April 1986
Seorang calon TKI ke Arab Saudi diambil darahnya di Laboratorium Hematologi RSCM untuk selanjutnya diperiksa apakah ia bebas AIDS.
KOMPAS/DUDY SUDIBYO
KOMPAS, 5 Mei 1987
Persiapan pemisahan bayi kembar siam di RSCM—Prof. Sudarmo tengah memberi penjelasan dari gambar CT Scan yang memperlihatkan dengan jelas kedua bayi kembar Siam Yuliani-Yuliana tidak punya tulang tengkorak pelindung kepala. CT Scan tersebut juga memperlihatkan kedua bayi punya otak tersendiri.
Geser untuk melihat foto lain.
Klik foto untuk melihat sumber.
Penulis dan Riset Foto
Eristo Subyandono
Editor
Dwi Rustiono