Foto | Bulu Tangkis

Prestasi Indonesia di Piala Thomas

Piala Thomas merupakan kejuaraan bulu tangkis beregu terbesar dan bergengsi di dunia. Indonesia memiliki sejumlah prestasi pada ajang kejuaraan beregu bulu tangkis tersebut.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Arak-arakan Tim Piala Thomas Indonesia mendapat sambutan yang meriah dari masyarakat Ibu Kota ketika melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (22/5/2002). Tim beregu bulu tangkis putra tersebut mengukir sejarah baru dengan mempertahankan Piala Thomas untuk kelima kalinya secara berturut-turut. Konvoi kendaraan tersebut melewati jalan-jalan protokol di Ibu Kota.

Piala Thomas (Thomas Cup) merupakan kejuaraan bulu tangkis beregu putra. Kata “Thomas” diambil dari nama Sir George Thomas, pendiri sekaligus Presiden pertama Federasi Bulu Tangkis Internasional (BWF). Sir George menginginkan bulu tangkis memiliki kejuaraan level dunia yang bergengsi, kemudian mengusulkan kejuaraan itu pada 1939 (5 tahun setelah BWF didirikan). Namun, karena pecahnya Perang Dunia II, kejuaraan tersebut baru diselenggarakan pada 1949. Pada penyelenggaraan pertama, kontingen negara dibagi berdasarkan empat zona, yaitu Pan Amerika, Asia (Barat dan Timur), Australasia, dan Eropa.

Pada awal penyelenggaraan, kejuaraan ini diselenggarakan tiga tahun sekali dengan format best of nine yang terdiri dari lima partai tunggal dan empat partai ganda. Namun, mulai 1982 Piala Thomas diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Pada awal tahun penyelenggaraan, Malaya menjadi negara pertama yang berhasil menjuarai Piala Thomas setelah berhasil menundukkan Denmark 8-1. Kapten tim Malaya, Lim Chuan Geok, menerima trofi langsung dari Sir George. Pada tahun-tahun berikutnya, Malaya semakin kuat mendominasi kejuaraan Piala Thomas setelah meraih hattrick gelar tahun 1949, 1952, dan 1955.

Indonesia pertama kali mengikuti kejuaraan Piala Thomas pada tahun 1958 dan berhasil meraih juara untuk pertama kalinya sekaligus menghentikan dominasi Malaya. Tim pertama yang menjuarai piala Thomas tersebut adalah Ferry Sonneville, Tan Joe Hok, Tan Kin Gwan, Njoo Kim Bie, dan Eddy Jusuf. Hingga saat ini Indonesia berhasil mempertahankan perolehan juara terbanyak (14 gelar) Piala Thomas pada 1958, 1961, 1964, 1970, 1973, 1976, 1979, 1984, 1994, 1996, 1998, 2000, 2002, dan 2020.

IPPHOS

Anggota Regu Thomas Cup yang telah memenangkan Thomas Cup tiba di Jakarta di sambut oleh rakyat dengan meriah dan diterima oleh Presiden Sukarno tgl 21 Juni 1958.

KOMPAS/KARTONO RYADI

Pada malam pertama, Sabtu 2 Juni 1973, babak final Thomas Cup Indonesia memimpin 3-1 atas regu Denmark. Tampak Ade Chandra menyontek bola sementara Christian berjaga-jaga ketika pasangan utama Indonesia ini menghadapi juara All England 1970 Tom Bacher/Poul Peterson. Christian terlalu cepat bagi kedua pemain Denmark ini, pukulan-pukulannya terlalu tajam hingga membuat berantakan posisi Bacher/Peterson. Sementara itu Ade Chandra taktis mengkombinasi dropshot dan smes geledek yang menerobos pertahanan pasangan Denmark Tanpa banyak kesulitan Christian/Ade menang 15-3, 15-6.

KOMPAS/KARTONO RYADI

Pada malam pertama, Sabtu 2 Juni 1973, babak final Thomas Cup Indonesia memimpin 3-1 atas regu Denmark. Tampak permainan Mulyadi (menghadap lensa) yang halus dan cermat membuat Elo Hansen tercecer. Pemain Denmark yang terkenal memiliki strokes yang indah dan kuat ini berhasil dijinakkan oleh Mulyadi (30 th). Hansen gagal mengembalikan suatu netting yangmanis dari Mulyadi. Suksesnya Mulyadi membuatnya menjadi kesayangan publik. Ia menang atas Hansen 15-6, 10-15, 15-10.

KOMPAS/DUDY SUDIBYO

Regu Thomas Cup Indonesia Disambut Sangat Meriah Tampak Rudy Hartono dan Tjuntjun bersama Piala Thomas saat tiba di di Lanuma Halim Perdanakusuma, Rabu (9/6/1976).

KOMPAS/KARTONO RYADI

Regu Thomas Cup Indonesia memasuki lapangan upacara dengan melambaikan bendera merah-putih.

KOMPAS/JB SURATNO

Presiden Soeharto Rabu pagi (2/5/1984) di Bina Graha menerima tim Piala Thomas dan Piala Uber yang memohon diri untuk mengikuti putaran final pekan depan di Kuala Lumpur. Ketua Umum PBSI, Ferry Sonneville diapit pemain Piala Uber tengah melapor kepada Presiden. Di latar belakang, pemain Piala Thomas.

KOMPAS/JULIAN SIHOMBING

Pasangan ganda putra nasional, Gunawan dan Bambang Suprianto, saat melawan pasangan Cina, Chen Kang/Chen Hongyong, dalam babak penyisihan Piala Thomas, Sabtu malam (14/5/1994) di Istora Senayan, Jakarta. Gunawan dan Bambang Suprianto menang 17-14, 15-12.

KOMPAS/JB SURATNO

Presiden Soeharto hari Rabu (8/5/1996) menerima tim Piala Thomas dan Uber di Istana Merdeka. Kedua tim tersebut berhasil mengawinkan gelar turnamen bergengsi bulutangkis tersebut yang terselenggara di Hong Kong. Nampak Presiden Soeharto bersalaman dengan pebulutangkis ganda putra Ricky Subagja.

KOMPAS/JB SURATNO

Presiden BJ Habibie menerima Tim Piala Thomas dan Uber Indonesia yang meraih Piala Thomas dan menjadi runner-up Piala Uber di Bina Graha, Jakarta, hari Selasa (26/5/1998). Tampak Presiden dan Ibu Ainun Habibie foto bersama dengan tim Piala Thomas.

KOMPAS/JB SURATNO

Presiden Abdurrahman Wahid, Senin (22/5/2000), menerima para pemain bulu tangkis Indonesia yang sukses mempertahankan Piala Thomas. Dari kiri, Sigit Budiarto, Marlev Mainaky, Ricky Subagja, Rexy Mainaky, Hariyanto Arbi, Hendrawan, Taufik Hidayat, Tony Gunawan, Antonius Budi Ariantho, dan Candra Wijaya.

KOMPAS/JOHNNY TG

Pemberian bonus pada tim Piala Thomas oleh PT Djarum, Rabu (29/5/2002). PT Djarum memberikan hadiah Rp250 juta plus 20 TV 29 inchi kepada pemain Thomas Cup Indonesia yang baru saja berhasil mempertahankan Piala Thomas di Beijing China 2002.

Foto lainnya dapat diakses melalui http://www.kompasdata.id/
Klik foto untuk melihat sumber.

Kontributor
Aldy Nofansya

Riset Foto

Aldy; AAN

Editor
Dwi Rustiono