KOMPAS/PRIYOMBODO
Tim Thomas dan Uber Indonesia 2016 berkumpul di depan deretan foto ketua umum Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dari masa ke masa. Mereka bersiap untuk sesi pemotretan pada acara pelepasan tim di pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, Senin (9/5/2016).
Fakta Singkat
Prestasi Indonesia dalam Kejuaraan Bulu Tangkis
Piala Thomas: 14 (1958, 1961, 1964, 1970, 1973, 1976, 1979, 1984, 1994, 1996, 1998, 2000, 2002, 2021)
Piala Uber: 3 (1975, 1994, 1996)
Piala Sudirman: 1 (1989)
Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis
- Tunggal Putra: 6 (1980, 1983, 1993, 1995, 2001, 2005)
- Tunggal Putri: 2 (1980, 1993)
- Ganda Putra: 9 (1977, 1980, 1993, 1995, 1997, 2001, 2007, 2013, 2015)
- Ganda Putri: –
- Ganda Campuran: 5 (1980, 2005, 2007, 2013, 2017)
Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior Beregu (Piala Suhandinata): 1 (2019)
Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior Perorangan:
- Tunggal Putra: –
- Tunggal Putri: 2 (1992, 2017)
- Ganda Putra: 2 (1992, 2019)
- Ganda Putri: –
- Ganda Campuran: 4 (2011, 2012, 2017, 2018)
Sumber: Laman BWF dan buku Sejarah Bulu Tangkis Indonesia
Sejarah penciptaan olahraga bulu tangkis tidak diketahui secara pasti. Bahkan nama “badminton” yang merupakan bahasa Inggris dari olahraga bulu tangkis merujuk pada suatu bangunan atau istana di Inggris. Badminton House terletak di kawasan Gloucestershire sekitar 200 kilometer sebalah barat Kota London, Inggris. Bangunan tersebut menjadi saksi sejarah bagaimana olahraga itu dibentuk dan berkembang.
Bangunan Badminton House dimiliki oleh Duke of Beaufort dan keluarganya pada abad ke-17. Namun, nama Duke of Beaufort bukanlah penemu dari olahraga bulu tangkis. Hanya saja permainan tersebut yang belum memiliki nama sering dimainkan dan mulai dikenal oleh kalangan atas di tempat tersebut. Hal ini kemudian membuat nama olahraga tersebut diberinama Badminton seperti nama tempat di mana permainan itu mulai diperkenalkan.
Pada tahun 1840-an dan 1850-an keluarga Duke of Beaufort paling sering memainkan permainan ini. Menurut Bernard Adams dalam tulisannya berjudul The Badminton Story yang dikutip dalam buku Sejarah Bulu tangkis Indonesia, disebutkan anak-anak Duke sering memainkan permainan ini di ruang depan rumahnya di Badminton House. Akibat bosa dengan permainan yang ada kemudian anak-anak tersebut memodifikasi permainan ini dengan membentangkan tali di antara kedua pemain. Para pemain kemudian saling menyeberangkan kok dengan melewati tali. Inilah yang kemudian menjadi asal-usul dari net.
Namun, ada cerita yang lain lagi berkaitan dengan sejarah penemuan olahraga bulu tangkis selain Duke of Beaufort. Dia adalah Sir George Thomas yang juga dikenal sebagai penemu olahraga tersebut. Thomas menuliskan pada tahun 1863-1868 sebagai perkiraan awal olahraga bulu tangkis dimainkan.
Ketika itu Thomas mengadakan suatu pesta dikediamannya. Tidak berselang lama turunlah hujan yang membuat para peserta pesta tidak dapat pulang. Demi mengusir kebosanan mereka melakukan permainan yakni saling menyeberangkan kok dengan menggunakan papan, antara kedua pemain dibentangkan sebuah tali. Permainan ini meningkatkan selera pesta dan kemudian menjadi hiburan yang biasa diselenggarakan di rumah Thomas. Atas jasa besar Thomas menjadikan namanya diabadikan dalam kejuaraan bulu tangkis beregu putra yang dikenal dengan nama Thomas Cup.
Tidak berhenti di situ mengenai asal-usul olahraga bulu tangkis ini. Menurut Ensiklopedia Americana permainan bulu tangkis pertama kali dimainkan di India. Orang-orang India menamakan permainan ini poona. Para tentara Inggris yang bertugas di India kemudian ikut memainkan permainan ini. Mereka mencabut tutup gabus botol sampanye. Kemudian, beberapa bulu angsa ditancapkan pada pinggiran tutup botol. Setelah itu mulailah mereka saling pukul dan saling tangkis tutup gabus itu.
Poona kemudian dibawa ke Inggris oleh para tentara Inggris yang telah menyelesaikan masa dinasnya di India. Kemudian permainan tersebut mulai dikembangkan oleh orang-orang Inggris. Mereka menyusun beberapa peraturan untuk menyempurnakan permainan. Bahkan pada akhir abad ke-19 mulai muncul klub-klub bulu tangkis di Inggris.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Ekspresi pasangan ganda putra nomor satu dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, saat bertanding melawan pasangan Denmark, Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding, dalam babak perempat final turnamen bulu tangkis Blibli Indonesia Terbuka 2018 di Istora Senayan, Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (6/7/2018).
Masuk ke Indonesia
Olahraga bulu tangkis sendiri masuk ke Indonesia pada abad ke-20. Yang Eng Hoo seorang pemain bulu tangkis dari Malaya unjuk kebolehan kepada publik di Batavia. Hal ini tidak mengherankan karena pemain dari Malaya juga terpengaruh dari orang-orang Inggris yang menduduki Malaya. Sejak saat itu olahraga bulu tangkis menyebar mulai dari wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Malaya yakni di daerah Sumatera hingga Jawa.
Kemudian bulu tangkis mulai banyak dimainkan oleh masyarakat di Hindia Belanda. Namun, kebanyakan yang memainkan bulu tangkis adalah orang-orang Tionghoa. Kebanyakan masyarakat bumiputera lebih menyukai olahraga sepakbola yang juga tengah berkembang pada tahun 1930-an.
Menurut Max Karundeng dalam bukunya yang berjudul Pasang Surut Supremasi Bulu tangkis Indonesia, pada tahun 1933 munculah perkumpulan bulu tangkis di Batavia dengan nama Bataviase Badminton Bond. Perkumpulan ini merupakan yang pertama di Hindia Belanda saat itu. Tidak berselang lama lahir perkumpulan lain dengan nama Bataviase Badminton League. Kedua kelompok kemudian bergabung dengan nama Bataviasche Badminton Unie.
Mulai paruh kedua tahun 1930-an beberapa surat kabar di Jawa mulai memberitakan pertandingan-pertandingan bulu tangkis. Dalam salah satu berita disebutkan di Cirebon terdapat perkumpulan pemain bulu tangkis yang bernama Cheribon Chinese Badminton yang terdiri dari Tan Liang Keng, Yap Leng Tjin, Liem Tjeng Kong, dan Tan Tjai Sing. Selain itu juga ada perkumpulan pemain bulu tangkis dari bumiputera bernama Kadaster Badminton Club yang berisikan Suparno, Tjitro, Suryodimedjo, dan Benoe.
Beberapa klub atau perkumpulan pemain bulu tangkis di daerah-daerah juga kian sering mengikuti pertandingan. Ragam pertandingan yang diikuti ada pertandingan persahabatan dan kompetisi bulu tangkis.
Pada masa pendudukan Jepang di awal tahun 1942 suasana anti barat mulai terasa di Indonesia. Hal ini juga selaras dengan himbauan pemerintah pendudukan Jepang yang melarang penggunaan bahasa Belanda maupun istilah-istilah yang berbau barat. Tidak ketinggalan juga dengan istilah “badminton” yang diubah menjadi “bulu tangkis” pada 8 Desember 1942 oleh Mr. Widodo Sastradiningrat. Usulan ini kemudian diperkuat oleh RMS Tri Tjondrokusumo untuk semakin menekankan penggunaan nama bulu tangkis daripada badminton.
Artikel Terkait
Pembentukan PBSI
Setelah kemerdekaan Indonesia, kegiatan para atlit mulai bergeliat setelah mati suri di era Jepang. Pada 18-20 Januari 1947 diadakanlah kongres olahraga Indonesia yang menelorkan suatu badan olahraga nasional bernama Persatuan olahraga Republik Indonesia (PORI). Selain itu juga dibentuk Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) yang bertugas untuk mengurus kegiatan olahraga yang berhubungan dengan luar negeri dan olimpiade. PORI kemudian dibagi-bagi dalam berbagai cabang olahraga termasuk bulu tangkis. Ketua bagian bulu tangkis PORI adalah RMS Tri Tjondrokusumo.
Sebelum berdirinya PORI bagian bulu tangkis telah ada organisasi bulu tangkis yang berdiri tahun 1946 yakni Persatoean Badminton Djakarta (Perbad). Nama Perbad sendiri merupakan perubahan nama dari perkumpulan Bataviasche Badminton Unie yang pernah aktif pada masa kolonial Belanda.
Sehingga, Kota Jakarta memiliki dua organisasi bulu tangkis diparuh kedua tahun 1940-an. PORI Jakarta Bagian Bulu tangkis dipimpin oleh Sudirman dan Perbad yang dipimpin oleh Tjoa Seng Tiang. Dalam perkembangannya, muncul gagasan dari tokoh-tokoh bulu tangkis Indonesia untuk menggabungkan dua organisasi tersebut demi mendirikan organisasi yang bersifat nasional secara mandiri.
Ide penggabungan dua organisasi bulu tangkis ini dimulai dengan menggabungkan PORI Jakarta Bagian Bulu tangkis dengan Perbad pada 15 Juli 1950. Dalam rapat yang diadakan di Gedung Sing Ming Tui disepakati nama organisasi yang baru adalah Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia Jakarta Raya atau disingkat PBSI Jakarta Raya. Sudirman terpilih sebagai ketua dan Tjoa Seng Tiang menjadi wakil ketua.
Setelah berhasil menyatukan dua organisasi bulu tangkis di Jakarta menjadi PBSI Jakarta Raya, Sudirman sebagai ketua kemudian mencanangkan untuk membentuk organisasi yang bersifat nasional. Maka sejak saat itu kepengurusan Sudirman mulai mengadakan rapat-rapat dengan pengurus organisasi bulu tangkis di daerah-daerah.
Pada 4-5 Mei 1951 di Bandung dikumpulkanlah seluruh organisasi bulu tangkis di Indonesia dalam sebuah Kongres Pertama PBSI dan Kejuaran Antarkota. Para utusan yang hadir di Bandung tidak hanya para pengurus daerah namun juga para pemain yang bertanding dalam kejuaraan antarkota. Mereka berasal dari wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Dalam kongres tersebut para pengurus daerah bersepakat untuk bergabung dalam satu organisasi nasional yang otonom. Pada akhirnya dalam kongres itu diputuskan organisasi bulu tangkis nasional bernama Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Pusat. Rochdi Partaatmaja terpilih sebagai ketua dan Sudirman sebagai wakil ketua.
Pembentukan PBSI dengan menyatukan seluruh atlit Indonesia dari berbagai wilayah berdampak besar dalam meraih prestasi di tingkat internasional. Tidak mengherankan hingga kini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara superpower dalam berbagai ajang kejuaraan bulu tangkis dunia. Sederet prestasi internasional telah dicetak para atlit bulu tangkis Indonesia mulai dari keikutsertaannya pada tahun 1950-an hingga kini.
Sumber: Kanal Youtube Harian Kompas, Rudy Hartono, Juara Delapan Kali All England, 19 Maret 2021
Artikel Terkait
Kejuaraan BWF
Badminton World Federation (BWF) yang sebelumnya bernama International Badminton Federation (IBF) merupakan federasi bulu tangkis tertinggi di dunia. Perubahan nama ini berlaku sejak tahun 2006 pada Rapat Luar Biasa di Madrid, Spanyol. Federasi BWF inilah yang berhak menyelenggarakan kejuaraan beserta peraturan-peraturan pertandingannya sesuai dengan statuta BWF.
Kejuaraan BWF sendiri terbagi dalam 13 turnamen yakni turnamen kelas 1, turnamen kelas 2, turnamen kelas 3, turnamen sirkuit kontinental konfederasi, turnamen kontinental, turnamen internasional multi cabang, turnamen junior internasional di bawah 19 tahun, turnamen internasional invitasi, liga tim internasional, liga negara-negara/regional, turnamen internasional untuk senior, turnamen nasional, dan turnamen-turnamen lainnya.
Setiap turnamen yang diselengarakan oleh BWF memiliki poin yang dapat diperoleh ketika seorang pemain ikut dalam pertandingan tersebut. Poin-poin inilah yang digunakan BWF untuk membuat peringkat setiap pemain di masing-masing sektor pertandingan baik di tungal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. Ranking pemain digunakan untuk menentukan pemain mengikuti kualifikasi atau langsung ke babak utama dalam sebuah turnamen.
Turnamen kelas 1 kejuaraan BWF memiliki poin yang cukup tinggi dibandingkan dengan turnamen-turnamen lainnya. Turnamen kelas 1 BWF ini terdiri dari Piala Thomas, Piala Uber, Piala Sudirman, Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis, dan Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior. Pada turnamen ini biasanya banyak diikuti oleh atlit-atlit Indonesia. Bahkan pada turnamen kelas 1 ini prestasi Indonesia cukup membanggakan dan dianggap sebagai negara kuat dalam cabang olahraga bulu tangkis.
Foto pertama: Tim Indonesia juara Piala Thomas di Istora Senayan, Jakarta setelah mengalahkan Denmark (2/6/1979) (KOMPAS/KARTONO RYADI). Foto kedua: Rexy Mainaky melampiaskan kegembiraan dengan rekannya Ricky Subagja melihat saja, ketika mereka menjadi penentu kemenangan Indonesia atas Korsel di semifinal Piala Thomas di Istora Senayan, Jakarta (18/5/1994) (KOMPAS/JULIAN SIHOMBING). Foto ketiga: Arak-arakan Tim Piala Thomas Indonesia mendapat sambutan yang meriah dari masyarakat Ibu Kota ketika melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta (22/5/2002). Tim beregu bulu tangkis putra tersebut mengukir sejarah baru dengan mempertahankan Piala Thomas untuk kelima kalinya secara berturut-turut (KOMPAS/YUNIADHI AGUNG).
Piala Thomas
Kejuaraan bulu tangkis untuk putra ini dipersembahkan untuk Sir George Thomas Bart, warga berkebangsaan Inggris yang menjadi legenda dalam olahraga bulu tangkis dunia. Thomas yang dilahirkan pada tahun 1881 dan meninggal di tahun 1972 merupakan pemain bulu tangkis yang paling sukses selama 30 tahun. Sebagai pemain ia telah keluar sebagai juara dalam 90 pertandingan nasional Eropa dan 50 kali juara internasional. Pada tahun-tahun itu Thomas mampu menjadi juara All England. Selain menjadi juara di nomor tunggal putra, ia juga menjuarai di sektor ganda putra dan ganda campuran.
Thomas selain jago dalam permainan bulu tangkis, ia juga ahli dalam berorganisasi. Tercatat pada tahun 1934-1955, George Thomas memegang jabatan sebagai Presiden IBF. Selama menjadi orang nomor satu di IBF, Thomas mengusulkan untuk mengadakan perebutan kejuaraan bulu tangkis beregu putra yang bersifat internasional. Untuk itu Thomas mempersembahkan sebuah piala pada tahun 1939 yang diperebutkan dalam kejuaraan tahun 1941-1942.
Piala ini dibuat di London dari bahan perak berlapis emas dengan ukuran tinggi 71 centimeter dan lebar 40 centimeter senilai USD 40.000. Terdapat tiga bagian dalam piala ini yakni dasar, badan piala, dan tutup. Bagian tutup piala berdiri patung seorang pemain pria. Pada bagian depan tertulis kalimat “The International Badminton Championship Challenge Cup. Presented to the International Badminton Federation by Sir George Thomas Bart, 1939”.
Namun, kejuaraan ini sempat tertunda akibat Perang Dunia II yang memuncak di tahun 1940-an. Baru pada tahun 1948 kejuaraan ini diselenggarakan secara perdana di Preston, Inggris. Pada kejuaraan tersebut Malaya berhasil membawa pulang Piala Thomas untuk pertama kalinya. Sejak pertama kali diselenggarakan hingga kini baru lima negara yang berhasil menjuarai Piala Thomas yakni, Indonesia, China, Malaysia, Denmark, dan Jepang.
Kejuaraan dalam Piala Thomas memiliki peraturan tersendiri. Beberapa tim harus bertanding dalam kualifikasi yang diadakan oleh Konfederasi Kontinental. Setelah melewati kualifikasi Konfederasi Kontinental, 16 tim berhak mengikuti babak utama kejuaraan Piala Thomas. 16 tim tersebut terdiri dari 4 tim Asia, 4 tim Eropa, 1 tim Afrika, 1 tim Oseania, 1 tim Amerika, 3 tim peringkat teratas dunia, 1 tim tuan rumah, dan 1 tim juara bertahan.
Dari 16 tim yang lolos babak utama Piala Thomas akan terbagi dalam empat grup dengan masing-masing empat tim. Setiap tim akan bertanding dalam lima nomor pertandingan yakni tiga tunggal putra dan dua ganda putra. Peringkat satu dan dua di tiap grup berhak lolos ke babak gugur selanjutnya hingga mencapai ke final.
Indonesia mengikuti kejuaraan Piala Thomas pada tahun 1958 di Singapura untuk pertama kali. Keikutsertaan Indonesia berbuah manis dengan mengalahkan Malaya di final. Sejak saat itu, Indonesia berulang kali memenangkan gelar Piala Thomas dan meraih Piala Thomas terbanyak yakni 14 gelar. Prestasi gemilang Indonesia dalam gelaran Piala Thomas terjadi pada tahun 1994-2002 dengan juara berturut-turut. Namun, setelah itu prestasi Indonesia di Piala Thomas cenderung melorot hingga di tahun 2021 Indonesia akhirnya kembali merengkuh piala bergengsi tersebut.
Baca juga: Kembalinya Kejayaan Indonesia di Piala Thomas
Tahun | Tuan Rumah | Juara | Tahun | Tuan Rumah | Juara |
1949 | Preston, Inggris | Malaysia | 1992 | Kuala Lumpur, Malaysia | Malaysia |
1952 | Singapura | Malaysia | 1994 | Jakarta, Indonesia | Indonesia |
1955 | Singapura | Malaysia | 1996 | Hongkong | Indonesia |
1958 | Singapura | Indonesia | 1998 | Hongkong | Indonesia |
1961 | Jakarta. Indonesia | Indonesia | 2000 | Kuala Lumpur, Malaysia | Indonesia |
1964 | Tokyo, Jepang | Indonesia | 2002 | Guangzhou, China | Indonesia |
1967 | Jakarta, Indonesia | Malaysia | 2004 | Jakarta, Indonesia | Indonesia |
1970 | Kuala Lumpur, Malaysia | Indonesia | 2006 | Tokyo, Jepang | China |
1973 | Jakarta, Indonesia | Indonesia | 2008 | Jakarta, Indonesia | China |
1976 | Bangkok, Thailand | Indonesia | 2010 | Kuala Lumpur, Malaysia | China |
1979 | Jakarta, Indonesia | Indonesia | 2012 | Wuhan, China | China |
1982 | London, Inggris | China | 2014 | New Delhi, India | Jepang |
1984 | Kuala Lumpur, Malaysia | Indonesia | 2016 | Kunshan, China | Denmark |
1986 | Jakarta, Indonesia | China | 2018 | Bangkok, Thailand | China |
1988 | Kuala Lumpur, Malaysia | China | 2021 | Aarhus, Denmark | Indonesia |
1990 | Tokyo, Jepang | China |
Sumber: Laman BWF dan buku Sejarah Bulu Tangkis Indonesia
Foto pertama: Setelah berjuang 16 tahun dalam perebutan Piala Uber, tim Indonesia mampu merebut piala lambang supremasi dunia bulutangkis beregu putri tersebut (6/6/1975( (KOMPAS/KARTONO RYADI). Foto kedua: Piala Thomas dan Uber yang berhasil direbut oleh tim bulu tangkis Indonesia (29/5/1994) di arak keliling Jakarta (KOMPAS/EDDY HASBY). Foto ketiga: Tim Uber (dari kiri ke kanan), Adriyanti Firdasari, Joe Novita, Gresysia Polii, Pia Zebadiah, Fransisca Ratnasari, Rani Mundiasti, dan Lilyana Natsir, merayakan kemenangan tim Uber yang berhasil menembus final pada perhelatan Piala Uber 2008 di Istora Senayan, Jakarta (15/5/2008) (KOMPAS/DANU KUSWORO).
Artikel Terkait
Piala Uber
Kejuaraan Piala Uber merupakan lambang supremasi bulu tangkis beregu putri yang biasanya diselenggarakan bebarengan dengan Piala Thomas. Piala Uber memiliki sejarah yang sama dengan Piala Thomas di mana kejuaraan ini diselenggarakan untuk memperebutkan sebuah piala yang dipersembahkan oleh H.S. Betty Uber.
Uber merupakan seorang pemain bulu tangkis asal Inggris yang selama kurang lebih 25 tahun malang melintang di arena bulu tangkis internasional. Uber memulai karirnya pada tahun 1926 dan mencapai puncaknya pada tahun 1935-1938 ketika menjuarai All England dalam pertandingan tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran. Selama karirnya Uber setidaknya menjuarai tidak kurang dari 40 turnamen.
Pada tahun 1950, IBF mengusulkan untuk menggelar kejuaraan beregu putri untuk tingkat internasional. Namun ide tersebut sempat tertunda karena masalah biaya yang kurang. Tetapi pada tahun 1953 kejuaraan ini dibicarakan kembali. Kali ini IBF menyelenggarakan kejuaraan yang pertama pada musim kompetisi 1957.
Kejuaraan ini memperebutkan sebuah piala berbentuk seperti globe dengan bagian atasnya terdapat patung seorang pemain bulu tangkis putri. Pada bagian bawah patung terdapat tulisan “The Ladies International Badminton Championship Challenge Trophy, Presented to the International Badminton Federation, by Mrs. H.S. Betty Uber, 1956”. Piala ini terbuat dari perak setinggi kurang lebih 40 cm di buat oleh Messrs Mappin & Webb of London.
Peraturan kejuaraan Piala Uber memiliki kesamaan juga dengan kejuaraan Piala Thomas. Hal ini selaras dengan peraturan baru di mana penyelenggaraan Piala Uber dilaksanakan bersama dengan Piala Thomas mulai 19 Mei 1982. Selain itu pelaksanaan Piala Thomas dan Piala Uber yang biasanya digelar tiga tahun sekali menjadi dua tahun sekali.
Sejak diselenggarakan di tahun 1957, kejuaraan Piala Uber lebih sering dimenangkan oleh negara-negara Asia. Hanya Amerika Serikat, negara di luar Asia yang berhasil merebut Piala Uber di tiga edisi awal yakni tahun 1957, 1960, dan 1963. Setelah itu negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, China, dan Indonesia mendominasi juara Piala Uber. China menjadi negara dengan dominasi paling banyak yakni 15 gelar. Sedangkan Indonesia baru tiga kali memenangi Piala Uber.
Indonesia smengikuti Piala Uber pada tahun 1957 untuk pertama kalinya. Keikutsertaan Indonesia di Piala Uber lebih awal setahun dibandingkan keikutsertaan Indonesia dalam Piala Thomas. Namun, keikutsertaan Indonesia yang perdana dalam Piala Uber belum membuahkan hasil terbaik. Baru pada tahun 1975 Indonesia berhasil memenangi Piala Uber untuk pertama kali dengan mengalahkan Jepang di Istora Senayan, Jakarta.
Prestasi Indonesia di Piala Uber sejak keikutsertaannya di tahun 1957 hingga kini tidaklah begitu buruk. Tercatat Indonesia pernah sepuluh kali menjejakkan kakinya hingga ke babak final Piala Uber. Namun, hanya tiga final yang berhasil mendapatkan Piala Uber yakni di tahun 1975, 1994, dan 1996. Bahkan pada tahun 1994 dan 1996 Indonesia berhasil mengkawinkan gelar Piala Thomas dan Piala Uber.
Baca juga: Menguji Kekuatan Tim Srikandi Indonesia di Piala Uber
Tahun | Tuan Rumah | Juara | Tahun | Tuan Rumah | Juara |
1957 | Lancashire, Inggris | AS | 1994 | Jakarta, Indonesia | Indonesia |
1960 | Philadephia, AS | AS | 1996 | Hongkong | Indonesia |
1963 | Wilmington, AS | AS | 1998 | Hongkong | China |
1966 | Wellington, Selandia Baru | Jepang | 2000 | Kuala Lumpur, Malaysia | China |
1969 | Tokyo, Jepang | Jepang | 2002 | Guangzhou, China | China |
1972 | Tokyo, Jepang | Jepang | 2004 | Jakarta, Indonesia | China |
1975 | Jakarta, Indonesia | Indonesia | 2006 | Tokyo, Jepang | China |
1978 | Auckland, Selandia Baru | Jepang | 2008 | Jakarta, Indonesia | China |
1981 | Tokyo, Jepang | Jepang | 2010 | Kuala Lumpur, Malaysia | Korea Selatan |
1984 | Kuala Lumpur, Malaysia | China | 2012 | Wuhan, China | China |
1986 | Jakarta, Indonesia | China | 2014 | New Delhi, India | China |
1988 | Kuala Lumpur, Malaysia | China | 2016 | Kunshan, China | China |
1990 | Nagoya, Jepang | China | 2018 | Bangkok, Thailand | Jepang |
1992 | Kuala Lumpur, Malaysia | China | 2021 | Aarhus, Denmark | China |
Sumber: Laman BWF dan buku Sejarah Bulu Tangkis Indonesia
Foto pertama: Piala Sudirman, begitu pukulan back hand Park Joo-bong melebar ke kiri Eddy Hartono/Verawaty Fajrin, Indonesia merebut kemenangan 3-2 atas Korsel di final Kejuaraan Dunia Beregu Campuran Piala Sudirman di Istora Senayan, (27/5/1989) (KOMPAS/JULIAN SIHOMBING). Foto kedua: Ketua Umum PB PBSI Try Sutrisno menyempatkan diri memberi salam kepada bintang bulu tangkis putri Susi Susanti, usai menyerahkan Piala Sudirman, lambang keperkasaan bulu tangkis beregu campuran dunia (27/5/1989) (KOMPAS/JULIAN SIHOMBING). Foto ketiga: Pasangan Eddy Hartono/Verawaty Fajrin menjadi penentu kemenangan Indonesia atas Korea Selatan pada final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Piala Sudirman di Istora Senayan Jakarta, (27/5/1989) (KOMPAS/JULIAN SIHOMBING).
Artikel Terkait
Piala Sudirman
Nama kejuaraan Piala Sudirman familiar dengan nama Indonesia. Kejuaraan ini merupakan bentuk penghargaan organisasi bulu tangkis internasional atas kiprah H. Sudirman (1922-1986) dalam menyatukan IBF dan WBF yang sempat terpecah pada tahun 1977. Sudirman juga dikenal sebagai “Bapak Bulu tangkis Indonesia” karena telah berjasa mencetak atlit bulu tangkis yang meraih banyak prestasi di internasional.
Sudirman merupakan tokoh dibalik pendirian PBSI pada tahun 1951 dan memimpin organisasi tersebut selama 22 tahun (1952-1963 dan 1986-1981). Sudirman yang juga biasa dipanggil “Dick” ini sepanjang hidupnya tercurahkan semua untuk bulu tangkis. Ia juga dikenal sebagai pemain bulu tangkis selain sebagai pengurus PBSI. Pada tahun 1973 ia masuk ke dalam IBF sebagai Anggota Dewan IBF. Bahkan di tahun 1975 ia terpilih juga sebagai Wakil Presiden IBF.
Selama menjabat sebagai Wakil Presiden IBF, Sudirman memiliki jasa yang besar menyatukan dua kubu organisasi bulu tangkis internasional yang sempat terpecah di tahun 1977. Dialah pemrakarsa dari pertemuan antara IBF dan WBF di Bandung tahun 1979. Perjuangan Sudirman tidak mengecewakan karena di tahun 1981 terjadi unifikasi antara IBF dan WBF.
Dick Sudirman menghembuskan nafas terakhirnya di Jakarta pada 10 Juni 1986 karena sakit yang diderita selama beberapa bulan terakhir hidunya. Bekas Ketua PBSI ini meninggal di usia 64 tahun dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Meskipun Sudirman telah pergi, Suharso Suhadinata mantan rekan Sudirman mengusulkan agar nama Sudirman dapat diabadikan dalam sebuah kejuaraan bulu tangkis tingkat internasional.
Usulan untuk menyelenggarakan kejuaraan untuk mengenang Sudirman diterima baik oleh IBF dan negara-negara anggotanya. Pada tahun 1987 dalam Sidang IBF di Beijing, China tercetus gagasan mengenai format kejuaraan yang akan memperebutkan Piala Sudirman. Apabila nama Sir George Thomas diabadikan untuk kejuaraan beregu putra dan nama H.S. Betty Uber untuk kejuaraan beregu putri, maka Piala Sudirman diabadikan untuk kejaraan beregu campuran baik putra dan putri.
Mantan Ketua IBF, Craig Reedie mengemukakan bahwa Piala Sudirman memiliki format pertandingan yang cukup unik yakni hanya satu kali bertanding pada setiap nomor pertandingan. Artinya setiap negara peserta akan berlomba-lomba menurunkan atlitnya yang terbaik dalam pertandingan. Bahkan negara yang berhasil juara dapat menunjukkan hasil suatu pembinaan yang sukses.
Hal ini kemudian membuat kejuaraan Piala Sudirman menggunakan format lima nomor pertandingan yakni satu tunggal putra, satu tunggal putri, satu ganda putra, satu ganda putri, dan satu ganda campuran. Sama seperti format pertandingan Piala Thomas dan Piala Uber di mana ada beberapa tim yang mengikuti kualifikasi terlebih dahulu sebelum ke babak utama. Pada babak utama 16 tim akan dibagi dalam empat grup. Dua tim teratas dapat melanjutkan ke babak selanjutnya.
Piala Sudirman secara perdana diselenggarakan di Jakarta, Indonesia pada tanggal 24-28 Mei 1989. Selain itu piala yang akan diperebutkan dalam kejuaraan ini cukup unik. Piala Sudirman dirancang oleh Rusnadi dengan menggabungkan elemen Candi Borobudur, shuttle cock, bola dunia, dan benang sari di bagian sayapnya.
Rusnadi menjelaskan bahwa pengambilan tema Borobudur dimaksudkan untuk menggambarkan besarnya sumbangsih almarhum Sudirman sebagai orang Indonesia dalam dunia bulu tangkis internasional. Sedangkan, shuttle cock dan benang sari melambangkan dunia bulu tangkis yang terus maju seturut dengan perkembangan teknologi.
Keikutsertaan Indonesia untuk pertama kali dalam Piala Sudirman pada tahun 1989 dituntut untuk meraih juara. Tidak hanya pertaruhan gengsi sebagai tuan rumah, namun juga sebagai bentuk penghormatan para atlit terhadap Sudirman, bapak bulu tangkis Indonesia. Hasilnya, Indonesia berhasil meraih Piala Sudirman secara perdana dengan mengalahkan Korea Selatan 3-2. Namun, prestasi Indonesia dalam Piala Sudirman tahun 1989 belum terulang hingga kini.
Piala Sudirman yang diadakan setiap dua tahun sekali telah menggelar 17 kali kejuaraan, tetapi Indonesia baru meraih satu gelar. Gelar terbanyak didominasi oleh tim dari China. Sedangkan Indonesia sejak keikutsertaannya di tahun 1989 lebih banyak meraih juara dua di tahun 1991, 1993, 1995, 2001, 2005, dan 2007.
Baca juga: Saatnya Membawa Pulang Piala Sudirman
Tahun | Tuan Rumah | Juara | Tahun | Tuan Rumah | Juara |
1989 | Jakarta, Indonesia | Indonesia | 2007 | Glasgow, Skotlandia | China |
1991 | Kopenhagen, Denmark | Korea Selatan | 2009 | Guangzhou, China | China |
1993 | Birmingham, Inggris | Korea Selatan | 2011 | Qingdao, China | China |
1995 | Lausanne, Swiss | China | 2013 | Kuala Lumpur, Malaysia | China |
1997 | Glasgow, Skotlandia | China | 2015 | Dongguan, China | China |
1999 | Kopenhagen, Denmark | China | 2017 | Gold Coast, Australia | Korea Selatan |
2001 | Sevilla, Spanyol | China | 2019 | Nanning, China | China |
2003 | Eindhoven, Belanda | Korea Selatan | 2021 | Vantaa, Finlandia | China |
2005 | Beijing, China | China |
Sumber: Laman BWF dan buku Sejarah Bulu Tangkis Indonesia
Foto pertama: Christia Hadinata dan Imelda Wiguna juara ganda campuran lewat Kejuaraan Dunia Bulutangkis II di Istora Senayan (31/5/1980) (KOMPAS/KARTONO RYADI). Foto kedua: Pengalungan medali untuk Susi Susanti dan juara lainnya dalam tunggal putri Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis perseorangan di stadion National Indoor Arena, Birmingham (6/6/1993) KOMPAS/JULIAN SIHOMBING. Foto ketiga: Ganda putra pelatnas Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan merayakan kemenangan mereka usai mengalahkan pasangan Tiongkok Liu Xialong/Qiu Zihan dalam pertandingan putaran final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2015 di Istora, Senayan, Jakarta (16/8/2015) (KOMPAS/WAWAN H PRABOWO).
Artikel Terkait
Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis
Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis pertama kali diadakan oleh IBF pada tahun 1977. Pada awalnya kejuaraan ini bernama World Cup Badminton (WCB) yang pendiriannya didukung oleh perusahaan-perusahaan asal Swedia. B. Bendeus, General Manager WCB Management Group yang mengajukan usulan tersebut dalam Sidang Tahunan IBF tahun 1976. Namun, karena adanya persoalan di internal IBF maka usulan tersebut masih sebatas ditampung.
Sistem kejuaraan WCB ketika itu adalah berbentuk sirkuit bulu tangkis yang terdiri atas lima kali turnamen dalam setahun dan sebuah pertandingan final. Setiap pemain diharuskan untuk mengumpulkan poin di dalam setiap turnamen dan akan disusun dalam bentuk rangking. Para pemain yang berada di rangking atas akan dipertandingkan kembali dalam final WCB untuk memperoleh juaranya. Rencananya kejuaran WCB pertama kali diadakan pada Januari 1977 di Denmark.
Namun, pada bulan Oktober 1976 secara tiba-tiba kejuaraan WCB terancam gagal. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti biaya dan hadiah yang akan diberikan kepada para pemenang. Selain itu beberapa negara Eropa juga menaruh curiga terhadap penyelenggaraan WCB yang dianggap sebagai bentuk komersialisasi.
Kejuaraan WCB pada Januari 1977 pada akhirnya batal karena dugaan turnamen tersebut diadakan untuk komersialisasi akhirnya terbukti. Hal ini diakui oleh B. Bendeus, General Manager WCB Management Group yang dianggap mengingkari janjinya kepada IBF. Padahal sebelumnya IBF mempercayakan terselenggaranya turnamen WCB sebagai bagian untuk mempromosikan olahraga bulu tangkis kepada dunia. Hal ini kemudian membuat WCB diambil alih oleh empat negara yakni Indonesia, Kanada, Swedia, dan Malaysia.
WCB ini kemudian digantikan dengan Kejuaraan Bulu tangkis Dunia yang terealiasi pada bulan Mei 1977 di Swedia. Peraturan dalam kejuaraan ini pun diubah. Kejuaraan ini tidak lagi menggunakan model sirkuit seperti pada awal rencana. Setiap pemain akan dipertandingkan dalam babak kualifikasi berdasarkan rangking pemain di IBF. Para pemain yang lolos dapat bermain dalam babak utama dengan sistem gugur sampai di final.
Indonesia langsung ikut berpartisipasi dalam kompeyisi tersebut pada tahun 1977. Namun, keikutsertaan Indonesia yang perdana ini belum memberikan hasil terbaik seperti di Piala Thomas dan Uber. Pada tahun 1975 Indonesia berhasil meraih Piala Uber dan tahun 1976 Indonesia meraih Piala Thomas. Namun, pada Kejuaran Bulu tangkis Dunia 1977 Indonesia hanya menang dalam pertandingan ganda putra.
Setelah Kejuaraan Bulu tangkis Dunia, organisasi IBF mengalami permasalahan di antara anggotanya. Ketika itu China bermaksud untuk masuk ke dalam IBF, namun China memiliki syarat supaya Taiwan dikeluarkan terlebih dahulu dari IBF. Prasyarat ini dilatarbelakangi masalah politik dalam Perang Dingin antara China dan Taiwan. Namun, para anggota IBF tidak menyetujui syarat dari China tersebut.
Setelah gelaran Kejuaran Bulu tangkis Dunia bulan Mei 1977, IBF mengadakan Sidang Umum Tahunan untuk membahas masalah China. Maka diadakanlah voting di mana 49 suara menyetujui Taiwan dikeluarkan berbanding 32 suara yang menolak. Taiwan yang tidak terima kemudian mengajukan masalah ini ke Pengadilan Tinggi Inggris tempat kedudukan IBF. Pengadilan Tinggi Inggris kemudian meminta IBF untuk membatalkan keputusan tersebut karena tidak sesuai dengan konstitusi organisasi.
Pada tanggal 29 September 1977, IBF kemudian mengadakan sidang darurat di London untuk membicarakan kembali masalah Taiwan. Voting pun dilakukan kembali dengan hasil 36 suara menolak dikeluarkannya Taiwan, 19 suara setuju Taiwan dikeluarkan, dan 17 suara abstain termasuk Indonesia.
Sehari setelah penolakan dari IBF, dideklarasikan berdirinya World Badminton Federation (WBF). Beberapa negara Asia yang menjadi anggota awal WBF adalah China, Thailand, India, Malaysia, Iran, Nepal, Filipina, Jepang, Singapura, dan Hongkong. Indonesia merasa dilema karena apabila masuk dalam WBF maka ia harus keluar dari IBF terlebih dahulu, padahal ketika itu Indonesia merupakan pemenang dari Piala Uber dan Thomas yang merupakan turnamen resmi IBF. Maka Indonesia memutuskan untuk berdiri di dua kaki di antara IBF dan WBF.
WBF pun tidak tinggal diam untuk menyaingi IBF dalam hal penyelenggaraan turnamen. Setelah WBF dididirikan mereka bersepakat untuk menyelenggarakan Kejuaraan Bulu tangkis Dunia versi WBF. Kejuaraan ini kemudian terlaksana pada Februari 1978 di Hongkong, namun Indonesia menolak untuk ikut. WBF semakin melebarkan sayapnya dengan menerima beberapa anggota dari negara-negara Asia maupun Afrika.
Dualisme dalam organisasi bulu tangkis dunia ini tidak bertahan lama seiring dengan penyatuan kedua organisasi kembali pada Mei 1981. Hal ini juga berdampak pada penyelenggaraan Kejuaraan Bulu tangkis Dunia hanya satu turnamen saja dimulai tahun 1983. Kompetisi disepakati untuk digelar setiap tiga tahun sekali. Namun, seiring berjalannya waktu pelaksanaan Kejuaraan Bulu tangkis Dunia berganti kembali. Pada tahun 2005 hingga kini kejuaraan ini diadakan setiap tahun. Namun pada tahun diselenggarakannya Olimpiade, Kejuaran Bulu tangkis Dunia tidak diadakan.
Foto pertama: Pembukaan Kejuaraan Bulu Tangkis Dunia Junior Bimantara I di Istora Senayan, Jakarta (9/11/1992) (KOMPAS/HASANUDDIN ASSEGAFF). Foto keduab: Kristin Yunita, Juara Kejuaraan Bulu Tangkis Dunia Junior Bimantara I di Istora Senayan, Jakarta (14/11/1992) KOMPAS/KARTONO RYADI. Foto ketiga: Pemain bulu tangkis dari beberapa negara mengikuti pertandingan hari pertama Kejuaraan Dunia Yunior BWF di GOR Among Rogo, Yogyakarta (9/10/2017). Kejuaraan tersebut mempertemukan 45 negara yang terbagi dalam delapan grup dan lima subgrup (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO).
Artikel Terkait
Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior
Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior memiliki dua format turnamen yakni perorangan dan beregu. Perbedaan dari kedua turnamen tersebut adalah apabila turnamen perorangan maka setiap pemain dari masing-masing negara bermain sendiri tidak dalam tim pada nomor pertandingan tungal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. Sedangkan untuk turnamen beregu maka setiap negara peserta akan membentuk tim yang terdiri dari tungal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.
Format turnamen baik perorangan dan beregu dalam Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior memiliki kesamaan dengan kejuaraan-kejuaraan bulu tangkis di tingkat senior. Untuk turnamen perorangan junior sistemnya sama dengan Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis senior. Sedangkan untuk turnamen beregu sistemnya sama dengan kejuaraan Piala Sudirman.
Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior Perorangan telah dirintis sejak tahun 1983 ketika PBSI mengadakan turnamen Jakarta Terbuka yang berskala nasional dan mengundang beberapa negara-negara tetangga. Pada tahun 1986 turnamen Jakarta Terbuka ditingkatkan statusnya menjadi Invitasi Bulu Tangkis Junior Bimantara atas usulan wakil-wakil Indonesia di IBF.
Kejuaraan Invitasi Bulu Tangkis Junior Bimantara kemudian diselengarakan setiap tahun mulai dari tahun 1987-1991 bertempat di Jakarta, Indonesia. Bagi Indonesia turnamen ini justru melahirkan calon-calon legenda bulu tangkis Indonesia seperti Ardy B. Wiranata, Susi Susanti, Ricky A. Subagja, Lilik Sudarwati, dan lain sebagainya.
Kesuksesan Kejuaraan Invitasi Bulu Tangkis Junior Bimantara kemudian ditingkatkan lagi oleh IBF menjadi Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior Perorangan. Turnamen ini kemudian untuk pertama kali digelar di Jakarta Indonesia pada tahun 1992. Bahkan turnamen ini terus berkembang dan setiap dua tahun sekali diadakan hingga kini di negara-negara anggota IBF.
Sedangkan, Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Beregu Junior dimulai sejak tahun 2000 dengan format pertandingan yang sama dengan kejuaaraan Piala Sudirman. Namun, pada tahun 2009 Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Beregu Junior baru memiliki piala untuk para juara. Piala ini bernama Piala Suhandinata sebagai lambang supremasi bulu tangkis untuk atlit junior.
Nama Piala Suhandinata merupakan apresiasi BWF (dahulu bernama IBF) terhadap Soeharso Suhandinata yang merupakan tokoh PBSI. Suhandinata yang juga dikenal dengan julukan “Mr Diplomat” merupakan tokoh yang dihormati dalam dunia bulu tangkis internasional. Jasanya bersama dengan Sudirman mampu menyatukan dua organisasi IBF dan WBF yang terpecah tahun 1977.
Suhandinata muncul pertama kali dalam dunia bulu tangkis pada tahun 1968-1970 ketika menjabat sebagai Bendahara PB PBSI. Pada tahun 1977-1981 ia dipercaya menjadi Ketua Bidang Luar Negeri PB PBSI. Kemudian di tahun 1975-1983 bersama dengan Sudirman, ia menjadi Anggota Dewan IBF. Pada periode inilah Suhandinata begitu lihai dalam diplomasinya di sidang-sidang IBF.
Selain itu Suhandinata juga merupakan tokoh dibalik usul menjadikan nama Sudirman digunakan sebagai nama kejuaraan bulu tangkis tingkat internasional. Bahkan ide Piala Sudirman oleh Suhandinata ini menjadikan kejuaraan tersebut masuk dalam agenda BWF.
Jasa besar Suhandinata yang meninggal pada 8 Januari 2009 dikenang dalam bentuk piala yang diperebutkan di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Beregu Junior. BWF merasa bahwa Suhandinata memiliki peran yang besar dalam dunia bulutungkis sehingga namanya pantas disandingkan bersama dengan Sudirman, Sir George Thomas, dan H.S. Betty Uber. Maka pada tahun 2009 Yose Sulawu merancang Piala Suhandinata yang bentuknya hampir mirip dengan Piala Sudirman.
Indonesia mengikuti kejuaraan ini sejak pertama kali diadakan pada tahun 2000. Namun, prestasi terbaik Indonesia dalam Piala Suhandinata didapatkan pada tahun 2019. Selama dua dekade kejuaraan ini lebih banyak dimenangkan oleh tim dari China dengan 13 gelar.
Referensi
- Djatmiko, Eko dan Asmadi, TD (ed.). 2004. Sejarah Bulu Tangkis Indonesia. Jakarta: Pengurus Besar PBSI.
- Karundeng, Max. 1980. Pasang Surut Supremasi Bulu Tangkis Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan.
- Sabaruddin SA, dkk, (ed.). 1994. Apa & Siapa: Sejumlah Orang Bulu Tangkis Indonesia. Jakarta: Jurnalisndo Aksara Grafika.
- “Seperempat abad PBSI”. KOMPAS, 5 Mei 1976, hal. 5.
- “Circuit Bulu tangkis Dunia Dalam Penjajagan”. KOMPAS, 16 Juni 1976, hal. 10.
- “Indonesia sepakat ikut World Cup Badminton”. KOMPAS, 31 Agustus 1976, hal. 10.
- “World Cup Badminton di Persimpangan Jalan”. KOMPAS, 27 Oktober 1976, hal. 10.
- “Sirkuit bulu tangkis dunia diambil alih oleh Indonesia, Kanada, Swedia, dan Malaysia”. KOMPAS, 14 Januari 1977, hal. 10.
- “Circuit bulu tangkis dunia tetap tandatanya hingga Mei mendatang”. KOMPAS, 22 Januari 1977, hal. 10.
- “Menjelang kejuaraan bulu tangkis dunia pertama”. KOMPAS, 2 Mei 1977, hal. 10.
- “Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis I: Tjuntjun/Johan Wahjudi Juara Dunia Mutlak * Denmark Kuasai Nomor-nomor Tunggal”. KOMPAS, 9 Mei 1977, hal. 1.
- “Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis I WBF di Bangkok”. KOMPAS, 7 Oktober 1977, hal. 10.
- “Indonesia tidak ikuti Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Versi WBF”. KOMPAS, 13 Januari 1978, hal. 10.
- “Akhirnya, WBF terbentuk”. KOMPAS, 27 Februari 1978, hal. 14.
- “PBSI 34 tahun yang lalu”. KOMPAS, 6 Mei 1985, hal. 11.
- “PBSI Jakarta 35 Tahun * Siapa yang Berperan Mendirikannya dan Siapa Pula Penemu Nama “Bulu Tangkis”?”. KOMPAS, 28 Juli 1985, hal. 11.
- “Piala yang diperebutkan”. KOMPAS, 22 April 1986, hal. 10.
- “Sudirman tiada”. KOMPAS, 11 Juni 1986, hal. 10.
- “Usul tentang Sudirman”. KOMPAS, 24 Juli 1986, hal. 12.
- “Sudirman bapak bulu tangkis Indonesia”. KOMPAS, 5 Desember 1986, hal. 10.
- “Nostalgia Bulu Tangkis Masa Lalu * Kepengurusan PBSI Pertama yang Impoten”. KOMPAS, 31 Mei 1987, hal. 15.
- “Piala Sudirman”. KOMPAS, 5 September 1988, hal. 10.
- “Desain Piala Sudirman Terpilih”. KOMPAS, 11 November 1988, hal. 10.
- “Bulu Tangkis Piala Sudirman: Indonesia Menjadi Juara Diiringi Deraian Air Mata”. KOMPAS, 29 Mei 1989, hal. 1.
- “Kejuaraan Bulu Tangkis Junior Dunia Dibuka”. KOMPAS, 19 November 1991, hal. 15.
- “Sebuah Penghargaan Bagi Dick Sudirman”. KOMPAS, 18 Mei 1995, hal. 12.
- “Warisan Dick Sudirman”. KOMPAS, 17 Maret 2003, hal. 24.
- “Kilas Balik Mengenal Sejarah Piala Thomas”. KOMPAS, 26 April 2006, hal. 29.
- “”In Memoriam”: Suharso Suhandinata Wariskan Teladan”. KOMPAS, 13 November 2010, hal. 28.
- “Varia Olahraga: Piala Suhandinata Terpilih”. KOMPAS, 12 Juni 2009, hal. 28.
- “Bulu Tangkis Yunior: Piala Suhandinata Pulang ke Indonesia”. KOMPAS, 6 Oktober 2019, hal. 4.
General Competition Regulations, bwfbadminton.com, diakses tanggal 8 November 2021.