Paparan Topik | Bulu Tangkis

Piala Thomas-Uber dan Kebangkitan Bulu Tangkis Indonesia

Sejarah panjang prestasi Indonesia di turnamen bulu tangkis Piala Thomas dan Uber menunjukkan kekuatan, ketangguhan, dan resiliensi tim bulu tangkis Indonesia.

KOMPAS/EDDY HASBY

Piala Thomas dan Uber yang berhasil direbut oleh tim bulu tangkis Indonesia, hari Minggu (29/5/1994) pagi di arak keliling Jakarta. Iring-iringan panjangnya dua kilo meter itu dimulai dari Gedung Koni Pusat, singgah di Balaikota, berakhir di Pusat Bulu Tangkis Indonesia, Cipayung, Jakarta Timur, berlangsung meriah dan mendapat sambutan meriah dari masyarakat.

Fakta Singkat

Piala Thomas-Uber

  • Badminton atau bulu Tangkis diketahui sudah berada di Inggris sejak abad ke-17.
  • Penamaan Thomas Cup dan Uber Cup diambil dari nama perintis kejuaraan dunia badminton yaitu Sir George Thomas dan Betty Uber.
  • Thomas Cup pertama kali diselenggarakan di Preston, Inggris tahun 1948 dan Uber Cup baru pertama kali diselenggarakan tahun 1956.
  • Indonesia mendapat Piala Thomas pertama kali tahun 1958 di Singapura dan Piala Uber tahun 1975 di Jakarta.
  • Sejak pertama kali terjun dalam turnamen Piala Thomas tahun 1958 hingga terbaru tahun 2024 Indonesia telah 14 kali memenangkan kejuaraan tersebut.
  • Untuk tim Piala Uber sejak terlibat tahun 1975 Indonesia telah memenangkan kejuaraan itu sebanyak tiga kali, tahun 1975, 1994 dan tahun 1996.
  • China adalah negara yang memiliki tim Thomas dan Uber sangat tangguh, karena telah 11 kali memenangkan Piala Thomas, dan tim putri China telah 16 kali memenangkan Piala Uber.

Istilah bulu tangkis dalam dunia internasional dikenal sebagai ‘badminton’. Pada awalnya, kata badminton merujuk pada bangunan Badminton House yang terletak di kawasan Gloucestershire sekitar 200 kilometer sebelah barat kota London.

Pada abad ke-17 Keluarga Duke of Beaufort sering memainkan permainan di ruang depan rumahnya di Badminton House. Anak-anak keluarga Beaufort memodifikasi mainan dengan membentangkan tali diantara dua pemain dan mereka saling menyeberangkan shuttlecock atau dalam bahasa Indonesia disebut “kok” dengan melewati tali.

Dalam versi lain disebutkan, penemu badminton adalah Sir George Thomas Bart. Ketika pesta di kediamannya untuk mengusir kebosanan, Thomas membuat satu permainan yang menggunakan tali diantara dua pemain. Pemain kemudian menyeberangkan kok diantara tali tersebut, hiburan ini biasa dilakukan di rumah Thomas.

Ada pula versi lain dalam Ensiklopedia Americana menyebutkan bahwa bulu tangkis pertama kali ditemukan di India yang disebut poona. Kemudian tentara Inggris ikut memainkan dengan menggunakan tutup gabus yang telah ditancapkan bulu angsa. Dalam perkembangannya permainan poona dibawa oleh tentara Inggris ke negaranya dengan menyempurnakan permainan. Hingga pada abad ke-19 mulai muncul klub-klub badminton di Inggris.

Oleh raga “tepok bulu” tersebut kemudian mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-20, diperkenalkan oleh Yang Eng Hoo seorang Malaya (Malaysia). Setelah itu badminton mulai menyebar ke berbagai wilayah di Sumatera dan Jawa  khususnya orang-orang Tionghoa. Saat itu masyarakat pribumi lebih menyukai olahraga sepak bola yang berkembang di tahun 1930-an.

KOMPAS/JB SURATNO

Presiden Soeharto hari Rabu (8/5/1996) menerima tim Piala Thomas dan Uber di Istana Merdeka. Kedua tim tersebut berhasil mengawinkan gelar turnamen bergengsi bulutangkis tersebut yang terselenggara di Hong Kong. Nampak Presiden Soeharto bersalaman dengan pebulutangkis tunggal putri Susi Susanti.

Piala Thomas

Sir George Thomas Bart menjadi legenda dalam olahraga  bulu tangkis di dunia, pria kelahiran tahun 1881 dan meninggal 1972 ini sukses menjadi atlet selama 30 tahun. Ia memenangkan 90 pertandingan nasional dan Eropa serta 50 kali juara internasional, baik dalam nomor tunggal maupun sebagai ganda putra atau ganda campuran.

Thomas  mendirikan Federasi Bulu Tangkis Internasional (Badmintan World Federation) dan menjadi Presiden pertama BWF. Setelah lima tahun BWF berdiri, Thomas mengusulkan agar tahun 1939 dilakukan kejuaraan bergengsi bulu tangkis dunia. Thomas menginginkan kejuaraan bulu tangkis beregu putra yang bersifat internasional. Kejuaraan internasional tersebut kemudian disebut dengan Thomas Cup, untuk menghormati perintisnya.

Rencana turnamen internasional tersebut tertunda karena  pecah Perang Dunia II sehingga  baru dapat dilaksanakan pertama kali tahun 1948 di Preston, Inggris.  Malaya menjadi negara pertama yang berhasil membawa Piala Thomas. Sejak awal diselenggarakan negara yang berhasil menjuarai Piala Thomas adalah Indonesia, China, Malaysia, Denmark dan Jepang. Awalnya kejuaraan dunia tersebut dilakukan tiga tahun sekali dengan format best of nine, yaitu lima partai tunggal dan empat partai ganda.

Untuk terlibat dalam kejuaraan Piala Thomas, tim harus bertanding dalam kualifikasi yang diadakan Konfederasi Kontinental. Jika mampu melewari kualifikasi Konfederasi Kontinental maka 16 tim berhak mengikuti babak utama kejuaraan Piala Thomas. Adapun 16 tim tersebut terdiri dari 4 tim Eropa, 4 tim Asia, 1 tim Afrika, 1 tim Oseania, 1 tim Amerika, 3 tim peringkat teratas dunia, 1 tim tuan rumah dan 1 tim juara bertahan.

Dari 16 tim yang lolos tersebut dibagi dalam empat group dan setiap tim akan bertanding dalam lima nomor pertandingan yaitu tiga tunggal putra dan dua ganda putra. Selanjutnya  peringkat satu dan dua di tiap group berhak lolos ke babak gugur selanjutnya hingga mencapai final.

Negara pertama yang menggondol piala Thomas Cup adalah Malaysia yang berhasil mengalahkan Denmark 8-1. Saat itu Sir George Thomas yang memberikan trofi secara langsung pada Kapten Tim Malaysia, Lim Chuan Geok.  Tak disangka Malaysia bermain sangat kuat bahkan meraih hattrick gelar tahun 1949, 1952 dan 1955.

Setelah Malaysia menguasai beberapa tahun, Indonesia merebut panggung Piala Thomas selama dua dekade, kecuali di tahun 1966-1967 saat itu Malaysia lebih unggul. Selanjutnya setelah Indonesia, negara China menjadi kekuatan baru menandingi pemain Indonesia.

Secara keseluruhan tim Thomas  Indonesia telah memenangkan 14 kali, disusul China 10 kali yang dimenangkan. Sedangkan Denmark  berhasil menciptakan sejarah baru yaitu menjadi negara non-Asia yang pertama berhasil meraih Piala Thomas pada tahun 2016, dengan mengalahkan Indonesia di Kunshan, China.

Pada tahun 2018 Cina memborong predikat kemenangan dengan mengalahkan Jepang 3-1 di Bangkok. Tak dinyana dalam situasi pandemi tahun 2020, ternyata tim Thomas Indonesia kembali menyala dengan mengalahkan China 3-0 di final.

Dalam sejarah perjalanan turnamen Thomas Cup, Indonesia terbilang gemilang bahkan hingga menyingkirkan dominasi Malaysia. Indonesia pertama kali mengikuti Thomas Cup tahun 1958 di Singapura mampu mengalahkan Malaysia dan berhasil menjadi juara pertama.

Di tahun 1958, tim Indonesia yang menjuarai Piala Thomas tersebut antara lain Ferry Sonneville, Tan Joe Hok, Tan Kin Gwan, Njoo Kim Bie, dan Eddy Jusuf.

Hingga tahun 2024, Indonesia  telah 30 kali menembus babak final dengan 14 kali meraih gelar juara Piala Thomas, yaitu tahun 1958, 1961, 1964, 1970, 1973, 1976, 1979, 1984, 1994, 1996, 1998, 2000, 2002, 2020.

Setelah Piala Thomas melayang meninggalkan Indonesia dalam kurun waktu cukup lama sejak 2002, Piala Thomas kembali ke pangkuan Indonesia setelah Tim Indonesia bertarung keras melawan China di Aarhus, Denmark pada 2020.

KOMPAS/JULIAN SIHOMBING

Alan Budikusuma menjadi bintang tim Indonesia dalam partai perdana putaran final kejuaraan bulu tangkis Piala Thomas melawan Cina hari Jumat (17/5/1996) di Gelanggang Queen Elizabeth, Hongkong. Alan, perebut medali emas Olimpiade Barcelona, menjadi penentu kemenangan Indonesia untuk menundukkan Cina 3-2.

Piala Uber

Setelah sekian tahun hanya ada kejuaraan bulu tangkis putra, muncul keinginan untuk membuat pertandingan kejuaraan putri dunia. Permintaan itu sudah diajukan tahun 1950 oleh Betty Uber dan baru terjadi tahun 1956-1957, dengan desain piala dan donasi dari Uber. Sehingga kejuaraan wanita internasional itu diberi nama Piala Uber. Format pertandingan di awal hadirnya Piala Uber adalah tiga tunggal dan empat dobel, tetap sejak tahun 1984 pertandingan menjadi tiga tunggal dan dua dobel.  Pertama kali Uber Cup dilaksanakan di Lancashire, Inggris yang diikuti oleh 11 negara.

China mendominasi Piala Uber sejak 1990 hingga 2022 dan telah memenangkan kejuaraan itu sebanyak 12 kali,  meskipun Jepang selalu membayangi ketat China bahkan pernah beberapa kali merebut gelar juara. Tahun 1990 dan 1992 China berhasil mengalahkan Korea Selatan dan memposisikan Korsel sebagai Runner-up dengan skor yang sama yaitu 3-2. Jika dilihat sejak tahun 1990 hingga 2022, Cina berhasil menguasai Piala Uber, dan hanya lepas di tahun 1994 dan 1996, lalu 2010, 2018 dan 2022.

Setelah 16 tahun berjuang dalam mendapatkan Piala Uber, Indonesia pertama kali berhasil  tahun 1975, melalui permainan Minarni Sudaryanto penentu kemenangan Indonesia. Minarni  sebagai kapten regu berjuang bersama timnya mengalahkan  juara bertahan Jepang dengan skor 5-2. Inilah kali pertama masyarakat Indonesia bersorak gembira merayakan kemenangan tim putri Indonesia. Namun, Indonesia harus menunggu lama hingga tahun 1994 dan 1996 kembali membawa Piala Uber setelah selama dua kali turnamen mengalahkan China dengan skor 3-2 dan 4-1.

Sebaliknya tahun 1998, Indonesia hanya ada di posisi runner-up kalah dengan China 4-1. Hal yang sama terjadi di tahun 2008 Indonesia kembali menjadi runner-up dari China dengan kekalahan yang dahsyat yaitu 3-0. Di tahun 2010 Indonesia bahkan tidak mampu bermain di final yang saat itu dikuasai oleh China dan Korea Selatan.

Perjuangan mempertahankan stamina dalam kejuaraan Thomas dan Uber tidaklah mudah. Tahun 2014 tim Thomas dan Uber Indonesia gagal mencapai target yaitu bermain dalam laga final di India. Tim Thomas Indonesia terhenti di semifinal setelah kalah 0-3 dari Malaysia, dan tim Uber tersingkir di perempat final.

Kekuatan tim Uber China harus diakui sangat gemilang karena berhasil mempertahankan Piala Uber selama 6 kali berturut-turut sejak tahun 1998 hingga tahun 2008. Selama 6 kali Piala Uber China berhadapan dengan beberapa negara seperti Indonesia, Korea Selatan, Belanda, Thailand dan Denmark.

China dapat dengan mudah mengalahkan seluruh lawannya dalam laga final, dan menempatkan semua lawannya sebagai runner-up. Korea Selatan berhasil meraih gelar Piala Uber pada tahun 2010 dan 2022 dengan mengalahkan China sebagai juara bertahan.

KOMPAS/JULIAN SIHOMBING

Pebulutangkis tunggal putri Indonesia Susi Susanti melawan Hisako Mizui (Jepang) di pertandingan Piala Uber 1996 supremasi dunia bulutangkis putri, di Queen Elizabeth Stadium Hongkong (16/5/1996)

Kebanggaan Indonesia

Indonesia adalah negara yang baru merdeka ketika Piala Thomas pertama digelar 1949  dan baru terlibat pertama kali tahun 1958. Itulah momen Indonesia memberikan kebanggaan pada dunia karena langsung menjuarai Piala Thomas dan mengalahkan Malaysia yang sudah tiga kali berturut menjadi juara sejak pertama turnamen dunia itu digelar.

Kebanggaan itu terus melejit dengan tiga kali berturut memenangkan Piala Thomas pada tahun 1958, 1961 dan 1964. Walaupun Malaysia sempat merebut Piala Thomas di tahun 1967, tetapi dibalas oleh Indonesia tanpa ampun. Berikutnya empat  kali berturut tahun 1970, 1973, 1976, dan 1979 Indonesia memboyong kembali Piala Uber ke tanah air.

Namun, di tahun 1982 China merebut Piala Uber dan kembali lagi ke Indonesia tahun 1984. Prestasi bulu tangkis Indonesia boleh dibanggakan dengan keberhasilan tim putra yang membawa Piala Thomas lima kali berturut-turut sejak tahun 1994 hingga tahun 2002. Setelah itu digantikan oleh Tiongkok yang menjadi juara sejak tahun 2002 hingga tahun 2012. Kemudian prestasi bulu tangkis digantikan oleh Jepang dengan membawa Piala Thomas tahun 2014 setelah mengalahkan Malaysia dengan skor tipis 3-2.

Indonesia seolah mati suri karena selama hampir dua dekade kehilangan Piala Thomas. Namun, keteguhan bulu tangkis Indonesia membuahkan hasil ketika tahun 2020 Piala Thomas berhasil diboyong kembali. Melalui pertarungan sengit menghadapi juara bertahan China Indonesia menang dengan skor 3-0.

Prestasi Indonesia meraih Piala Thomas

Tahun

Lawan

Kemenangan Tim Thomas Indonesia

Skor

Lokasi

1958

Malaysia

  • Ferry Sonneville Vs Eddy Chong (15-12, 15-4)
  • Ferry Sonneville Vs Teh Kew San (13-15, 15-13, 18-16)
  • Tan Joe Hok Vs Teh Kew San (18-14, 15-4)
  • Tan Joe Hok Vs Eddy Chong  (15-11, 15-6)
  • Eddy Jusuf Vs Abdullah Piruz (6-15, 15-10, 15-8)
  • Kim Bie/King Gwan Vs Johny Heah/Lim Say Hup (7-15, 15-5, 18-15)

 

6-3

Singapura

1961

Thailand

  • Tan Joe Hok Vs Channarong Ratanaseangsuang (15-19, 15-5)
  • Tan Joe Hok Vs Somsook Boonyasukanond (15-3, 15-11)
  • Ferry Sonneville Vs Channarong Ratanaseangsuang (15-9, 15-4)
  • Eddy Jusuf Vs Narong Bhornchima ( (18-4, 15-7)
  • Tan Joe Hok/Lie Po Djian Vs Chavalert Chumkum/Chuchart Vatanatham (15-5, 13-15, 18-17)

6-3

Jakarta, Indonesia

1964

Denmark

  • Tan Joe Hok Vs E Kops (5-15, 15-1, 15-9)
  • Ferry Sonnevile – Knud Nielsen (12-15, 15-6, 15-6)
  • Ferry Sonnevile – E Kops (13-18, 17-14, 17-14)
  • Ang Tjin Siang (Mulyadi) Vs Henning Borch (15-10, 15-5)
  • King Gwan/Unang Abdul Patah vs E Kops/Henning Borch (12-15, 15-12, 15-6)

5-4

Tokyo, Jepang

1970

Malaysia

  • Muljadi vs Punch Gunalan (15-9, 15-5)
  • Rudy Hartono vs Abdulrachman (15-12, 15-2)
  • Rudy Hartono/Indra Gunawan vs Tan Aik Huang/Ng tat Wai (15-9, 15-11)
  • Rudi Hartono vs punch Gunalan (16-17, 15-12, 15-3)
  • Muljadi vs Abdulrachman (15-5, 15-5)
  • Indratno/Mintarja vs Tan Aik Huang/Ng tat Wai (10-15, 18-16, 15-10)
  • Rudy Hartono/Indra Gunawan vs Ng Boon Bee/Punch Gunalan (10-15, 17-16, 15-6)

7-2

Kuala Lumpur, Malaysia

1973

Denmark

  • Rudy Hartono vs Sven Pri (11-15, 15-5, 15-17)
  • Muljadi vs Ello Hansen (15-6, 10-15, 15-10)
  • Ade Chandra/Christian vs Tom Bacher/Paul Petersen (15-3, 15-6)
  • Mulyadi vs Svend Pri (15-11, 15-1)
  • Rudy Hartono/Tjuntjun vs Henning Borch/Sven Pri (15-7, 15-6)
  • Amril Nurman vs Flemming Delfs (11-15, 15-4, 15-4)
  • Rudy Hartono vs Elo Hansen (Menang WO)
  • Ade Chandra/Christian vs Sven Pri/Henning Borch  (15-2, 15-8)

8-1

Jakarta, Indonesia

1976

Malaysia

  • Liem Swie King vs Pua Ah Hua (15-12, 15-1)
  • Rudy Hartono vs Saw Swee Leong (15-7, 15-5)
  • Christian/Ade Chandra vs James Selvaraj/Moo Foot Lian (15-4, 15-1)
  • Tjuntjun /Johan Wahyudi vs Dominic Soong/Cheah Hong Chong (13-15, 15-6, 15-6)
  • Tjuntjun vs James Selvaraj (15-1, 15-7)
  • Liem Swie King vs Saw Swee Leong (18-13, 15-3)
  • Rudi Hartono vs Phua Ah Hua (15-5, 15-1)
  • Tjuntjun/Johan Wahyudi vs James Selvaraj (Moo Foot Lian (15-6, 15-2)
  • Christian/Ade Chandra vs Phua Ah Hua/Ceah Hong Chong (15-6, 15-11)

9-0

Thailand Bangkok

1979

Denmark

  • Lie Sumirat vs Sven Pri (11-15, 15-7, 15-11)
  • Liem Swie King vs Morten Frost Hansen (15-3, 15-6)
  • Tjuntjun/Johan Wahyudi vs Flemming Delfs/Steen Skovgaard (15-2, 15-3)
  • Christian/Liem Swie Kingvs Morten Frost Hansen/Steen Fladberg (15-8, 15-2)
  • Rudi Hartono vs Flemming Delfs (15-10, 15-2)
  • Lim Swie King vs Svend Pri (15-8, 15-1)
  • Ie Sumirat vsMorten Frost Hansen (12-15, 15-9, 15-8)
  • Christian/Liem Swie King vs Steen Skovgaard/Flemming Delfs (17-16, 15-4)
  • Tjuntjun/Ie Sumirat vs Morten Frost Hansen/Steen Fladberg (15-3, 15-5)

 

9-0

Jakarta Indonesia

1984

China

  • Liem Swie King vs Luan Jin (15-7, 11-15, 10-15)
  • Hastomo Arbi vs Han Jian (14-17, 15-6, 15-8)
  • Kartono/Liem Swie King vs Sun Zhian/Tian Bingyi (18-14, 15-12)

3-2

Kuala Lumpur, Malaysia

1994

Malaysia

  • Ardy B Wiranata vs Ong Ewe Hock (15-11, 15-5)
  • Haryanto Arbi vs Rashid Sidek (15-6, 15-11)
  • Bambang Supriyanto/Gunawan vs Cheah Soon Keat/Soo Beng Kiang (15-10, 6-15, 15-8)

3-2

Jakarta, Indonesia

1996

Denmark

  • Joko Suprianto vs Poul Erik Hoyer Larsen (18-14, 15-8)
  • Ricky A. Subagja/Rexy Mainaky vs Jon Holst Christensen/Jim Laugesen (15-5, 15-7)
  • Haryanto Arbi vs Thomas Stuer Lauridsen (15-8, 15-8)
  • Bambang Suprianto/Gunawan vs Henrik Svarrer/Michael Soogard (15-7, 14-18, 15-9)
  • Alan Budi Kusuma vs Peter Rasmussen (15-9, 15-6)

5-0

Hongkong

1998

Malaysia

  • Ricky A. Subagja/Rexy Mainaky vs Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock (15-3, 18-15)
  • Hendrawan vs Yong Kock Kin (18-14, 10-15, 15-5)
  • Candra Wijaya/Budiarto Sigit vs Lee Wan Wah/Choong Tan Fook (15-11, 15-12)

3-2

Hong Kong

2000

China

  • Hendrawan vs Xia Xuanze (11-15, 15-7, 15-9)
  • Rexy Mainaky/Tony Gunawan vs Yu Jinhao/Chen Qiqiu (15-9, 15-2)
  • Taufik Hidayat vs Ji Xinpeng (15-9, 17-14)

3-0

Kuala Lumpur

2002

Malaysia

  • Sigit Budiarto/Candra Wijaya vs Chew Choon Eng/Chan Chong Ming (7-3, 7-4, 7-2)
  • Tri Kusharjanto/Halim Haryanto vs Lee Wan Wah/Choong Tan Fook (8-7, 7-8, 7-1, 7-3)
  • Hendrawan vs Muhammad Roslin Hashim (8-7, 7-2, 7-1)

3-2

Guangzhou, China

2020

China

  • Anthony Sinisuka Ginting vs Lu Guang Zu
  • Fajar Alfian/M Rian Ardianto vs He Ji Ting/Zhou Hao Dong
  • Jonatan Christie vs Li Shi Feng
  • Daniel Marthin/Kevin Sanjaya vs Lie Cheng/Wang Yi Lu
  • Shesar Hiren Rhusavito/Weng Hong Yang

3-0

Denmark

Sumber : BWF Thomas and Uber Cup

KOMPAS/KARTONO RYADI

Dengan bangga Minarni Sudaryanto menerima Piala Uber 1975 dari tangan Presiden IBF Stuart Wyatt (7/6/1975). Setelah berjuang 16 tahun dalam perebutan Uber Cup, Minarni Sudaryanto akhirnya berhasil meraih ambisinya yang tertinggi merebut piala lambang supremasi dunia bulutangkis beregu putri tersebut. Dalam final Uber Cup 1975 Jum’at malam di Istora Senayan, Minarni sebagai kapten regu menentukan kemenangan Indonesia atas juara bertahan Jepang.

Prestasi Indonesia meraih Piala Uber

Tahun

Lawan

Kemenangan Tim Uber

Skor

Lokasi

1975

Jepang

  • Taty Sumirah vs Atasuko Tokuda (11-5, 11-2)
  • Minarni/Regina vs Takenaka/Aizawa (15-6, 6-15, 15-9)
  • Widiastuty/Imelda vs Yuki/Ikeda, skor (15-4, 15-11)
  • Minarni/Regina vs Yuki/Ikeda (15-8, 15-11)
  • Widiastuty/Imelda vs Takenaka/Aizawa (17-14, 15-0)

5-2

Jakarta, Indonesia

1994

China

  • Susi Susanti vs Ye Zhaoying (11-4, 12-10)
  • Lili Tampi/Finarsih vs Chen Ying/Wu Yuhong (15-13, 17-16)
  • Mia Audina vs Zhang Ning (11-7, 10-12, 11-4)

3-2

Jakarta, Indonesia

1996

China

  • Mia Audina vs Wang Chen (11-4, 11-6)
  • Meiluawati vs Zhang Ning (11-6, 11-2)
  • Zelin Resiana/Elysa vs Ge Fei/Gu Jun (15-7, 8-15, 12-15)
  • Lily Tampi/Finarsih vs Qin Yiyuan/Tang Yongshu (15-9, 15-10)

4-1

Hongkong,

Sumber : BWF Thomas and Uber Cup

Perjuangan Indonesia

Masyarakat Indonesia kembali bergairah setelah lesu sekian lama, supremasi beregu putra mengangkat kembali perjuangan Indonesia dalam bulu tangkis. Perjuangan “The Magnificent Seven” patut dipertahankan.

Ketika ikut turnamen pertama tahun 1958 saat itu dilakukan pengumpulan dana khusus dari kantong pribadi para pengurusnya selain dana organisasi. Hal itu dilakukan untuk memanggil pulang Ferry Sonneville yang saat itu sedang kuliah di Belanda. Hal itu meningkatkan kekuatan mental tim Thomas Indonesia hinggamerih kemenangan berikutnya.

Sejak  Indonesia berpartisipasi tahun 1958, hingga tahun 2024 sudah berhasil membawa Piala Thomas sebanyak 14 kali. Disusul kemudian China 11 kali memenangkan Piala Thomas setelah mengalahkan Indonesia di final 2024. Namun, prestasi Indonesia  belum tersaingi dari negara peserta Piala Thomas lainnya. Hal itu menegaskan bahwa dalam kejuaraan internasional tim putra Indonesia menjadi kebanggaan tidak hanya Indonesia juga Asia.

Akan halnya piala beregu dalam bulu tangkis dalam sejarahnya hanya berputar pada empat negara yaitu Tiongkok, Malaysia, Jepang dan Indonesia. Indonesia  juga  berhasil menjadi runner-up sebanyak lima kali, yaitu 1967, 1982, 1986, 1992, dan 2010.

Negara lain pengumpul terbanyak kemenangan bulu tangkis adalah tim putri China. Setelah Indonesia, Tiongkok berhasil membawa Piala Uber sebanyak 9 kali dan dua kali menjadi runner up. Sedangkan  tim putri sejak terlibat dalam Piala Uber hingga tahun 2024 berhasil masuk dalam babak final sebanyak 27 kali, tetapi harus puas hanya tiga kali juara Uber Cup.

Dalam dinamika turnamen bulutangkis, Indonesia memiliki lawan yang selalu berkejaran yaitu Korea Selatan. Dari 13 kali pertemuan sejak turnamen tahun 1984 tim putra Indonesia mendominasi pertandingan dengan Korea Selatan. Satu-satunya kekalahan dari 13 kali bertemu terjadi pada semifinal 2008 di Jakarta ketika Taufik Hidayat dan kawan-kawan kalah 3-0 dari Korea Selatan.

Indonesia harus menghadapi kekalahan pahit di tahun 2014 ketika target berlaga sampai di babak final tidak tercapai. Tim putra Indonesia harus tersingkir di semifinal setelah kalah 0-3 dari Malaysia, sementara tim putri kalah di perempat final. Hal itu membuat Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia segera berbenah merombak pemain dan pelatih.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Arak-arakan Tim Piala Thomas Indonesia mendapat sambutan yang meriah dari masyarakat Ibu Kota ketika melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (22/5/2002). Tim beregu bulu tangkis putra tersebut mengukir sejarah baru dengan mempertahankan Piala Thomas untuk kelima kalinya secara berturut-turut. Konvoi kendaraan tersebut melewati jalan-jalan protokol di Ibu Kota.

Kegembiraan kembali mewarnai bulu tangkis setelah Indonesia memboyong Piala Thomas 2020 di Aarhus, Denmark. Kejuaraan yang diselenggarakan pada tahun 2021 tersebut dimenangkan tim Indonesia setelah mengalahkan China 3-0 pada final. Kembalinya Piala Thomas memberikan semangat tidak hanya pada dunia bulu tangkis juga masyarakat Indonesia, sejak terakhir tahun 2002 di China.

Piala Thomas membuktikan bahwa bulu tangkis membuat Indonesia sejajar dengan dunia dalam kemampuan atletnya karena memiliki pemain juara dunia. Sejak awal keterlibatan dalam Piala Thomas hingga dekade 2000-an Indonesia mampu mempertahankan rivalitas pemain dunia.

Dalam Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), Indonesia memiliki nama pemain besar seperti  Anthony Sinisuka Ginting yang masuk dalam peringkat kelima, Jonatan Christie (peringkat ketujuh), Shesar Hiren Rhustavito (peringkat ke-19), dan Chico Aura Dwi Wardoyo (peringkat ke-64) pada nomor tunggal putra.

Pada nomor ganda putra diperkuat Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (peringkat ketujuh), dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin (peringkat ke-37).  Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (peringkat pertama), Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (peringkat kedua).

Dalam Piala Thomas 2002, tim putra diperkuat oleh jagoan Swiss Terbuka 2002, Marleve Mainaky dan Taufik Hidayat yang disebut ”Golden Boy”. Kemudian  Hendrawan peraih medali perak Olimpiade Sydney 2000 dan juara dunia 2001 yang ditempatkan pada nomor tunggal putra, serta Rony Agustinus peraih emas SEA Games 1999.

Untuk ganda putra tahun 2002, Indonesia diperkuat Tri Kusharjanto/Bambang Suprianto juara Kejuaraan Asia 2001,  Halim Haryanto yang bersama Tony Gunawan yang menjadi juara dunia, serta Candra Wijaya/Sigit Budiarto yang menempati peringkat tertinggi dunia,

Indonesia juga memiliki  nama  yang menjadi juara dunia seperti Mohammad Ahsan, Hendra Setiawan, Markis Kido, Nova Widianto, Flandy Limpele, dan Eng Hian di nomor ganda putra. Serta tunggal putra  seperti Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, Dionisius Hayom Rumbaka, dan Tommy Sugiarto pada nomor tunggal putra.

Piala Thomas dan Uber 2024

Di tahun 2024 Thomas Cup menjadi edisi ke-33, sementara Uber Cup menjadi edisi ke-30. Turnamen 2024 dilaksanakan di Chengdu Hi Tech Zone Sports Centre Gymnasium, Chengdu, China. Pelaksanaan turnamen Piala Uber dan  Piala Thomas 2024 dilaksanakan pada tanggal -hingga tanggal 27 April-5 Mei. Hingga tanggal 2 Mei 2024 tim Piala Thomas Indonesia berhasil memuncaki Group C setelah mengalahkan India.

Dalam  memperjuangkan Piala Thomas, Indonesia berhasil mengalahkan Taiwan 3-0 di semifinal, kemenangan Jonatan Christie atas Wang Tzu Wei membawa Indonesia maju ke Final. Dua poin lainnya diberikan Anthony Sinisuka Ginting dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.

Sementara itu Tim Uber Indonesia kalah dari Jepang dalam penentuan juara Group C, walaupun Indonesia telah memberikan perlawanan yang cukup sengit. Perjuangan tim putri Indonesia sangat luar biasa karena berhasil maju ke semifinal, karena terakhir Indonesia masuk ke semifinal tahun 2010.

Selama ini tim putri Indonesia selalu berada di bawah Thailand dalam persaingan Uber, karena Thailand menjadi tim kuat sejak kejuaraan 2012. Hasil perolehan skor Uber Thailand selalu lebih baik dari tim Indonesia pada tiga kejuaraan terakhir dengan menembus final pada 2018, semifinal pada 2020 dan 2022. Thailand juga menjadi lawan yang sangat tangguh bagi Indonesia dalam tiga pertemuan terakhir sebelum Chengdu, yaitu pada penyisihan group 2016, dan perempat final 2018 dan 2020.

Negara Pemenang Piala Thomas (1949-2024)

Negara

Jumlah

Indonesia

14

China

11

Malaysia

5

Denmark

1

Jepang

1

 

Negara Pemenang Piala Uber (1958-2024)

Negara

Jumlah

China

16

Jepang

6

Indonesia

3

Amerika

3

Korea Selatan

2

Sumber : BWF Thomas and Uber Cup

Setelah penantian 14 tahun, Tim Uber Indonesia berhasil tampil kembali dalam final 2024. Indonesia berhasil maju ke final setelah mengalahkan Korea Selatan dengan skor 3-2. Pertandingan dramatis Komang Ayu Cahya mengalahkan Kim Min-su pada laga kelima menjadi penentu keberhasilan Indonesia ke babak final. Tahun 2024 pertarungan lama antara Indonesia melawan China bangkit kembali.

Tim Uber yang maju dalam laga final melawan China di partai tunggal ada tiga yaitu Gregoria Mariska Tunjung vs Chen Yu Fei; Ester Nurumi Tri vs He Bing Jiao; dan Komang Ayu Cahya vs Han Yue. Sedangkan dua partai pemain ganda adalah Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto vs Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dan Lanny Tria Mayasari/Rachel Allessya Rose vs Liu Sheng Shu/Zhang Shu Xian.

Dalam laga final Gregoria tidak mampu memberikan perlawanan sengit pada Chen Yufei hingga harus menyerah pada skor 7-21, 16-21. Kemudian pasangan Siti Fadia/Ribka Sugiarto tidak mampu membendung kekuatan  Qing Chen/Jia Yifan hingga menyerah dengan skor telak 11-21, 8-21 setelah bertanding selama 39 menit. Bahkan, perlawanan Ester Nurumi tidak mampu membendung kekuatan He Bing Jiao dengan skor 10-21, 21-15, 21-17.

Setelah perjuangan yang sengit tim Uber Indonesia harus mengakui kekalahan dari China 0-3.  Pasangan Lanny Tria Mayasari/Rachel Allessya Rose vs Liu Sheng Shu/Zhang Shu Xian dan Komang Ayu Cahya vs Han Yue tidak dimainkan.

Indonesia tidak perlu berkecil hati menduduki posisi runner-up. Kemampuan tim Uber di laga 2024 ini menunjukkan kemajuan besar jika dibandingkan dengan turnamen 2014. Sepuluh tahun yang lalu tim Uber Indonesia kalah di seperempat final, kini perjuangan hingga menembus bermain di final bersama China harus diapresiasi.

Pertandingan final 2024 ini hampir mirip seperti final Piala Uber tahun 2008. Saat itu tim putri Indonesia diperkuat oleh Lilyana Natsir, Vita Marissa dan Greysia Polii kalah 0-3 dari China.

Harus diakui bahwa tim putri China adalah lawan yang sangat tangguh dan layak diapresiasi. Dalam sejarah  Uber Cup sejak 1958  hingga 2024 sudah 30 kali turnamen itu dilaksanakan dan pemenang terbesar nya adalah tim putri China sebanyak 16 kali. Setelah itu Jepang yang telah 6 kali memboyong Piala Uber, kemudian Indonesia 3, Amerika 3 dan Korea 2.

Dalam pertandingan merebut Piala Thomas, Jonatan Christie melawan Li Shi Feng tanpa kenal ampun. Jonatan menang rubber game dengan skor 21-16, 15-21, 21-17. Jonatan menunjukkan bahwa Indonesia masih mampu memberikan perlawanan pada China.  Permainan Anthony Sinisuka Ginting melawan Shi Yu Qi menghasilkan skor 17-21, 6-21, Ginting seperti kesulitan untuk menjatuhkan lawannya.

Pada partai ke tiga ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto melawan pasangan Liang Wei Keng/Wang Chang  hanya memberikan skor 18-21, 21-17, 17-21. Perjuangan cukup keras diberikan oleh tim Thomas Indonesia, tetapi tidak cukup untuk membendung lawan. Sedangkan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana menelan kekalahan 11-21, 15-21 dari He Ji Ting/Ren Xiang Yu pada partai keempat. 

Hasil itu memastikan China sebagai juara Piala Thomas  2024 dengan skor 1-3, Indonesia harus puas dengan posisi runner-up. China mendapat dua poin berkat Shi Yu Qi dan ganda Liang  Wei Keng/Wang Chang. Sedangkan Indonesia mendapat satu poin dari Jonatan Christie. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Arsip Kompas

Artikel terkait