KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Legenda bulu tangkis tunggal putra, Tan Joe Hok (kiri), didampingi penggagas kejuaraan bulu tangkis nomor tunggal Flypower Terbuka, Hariyanto Arbi, meraih penghargaan lifetime achievement di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Jumat (10/4/2015). Tan Joe Hok adalah pebulu tangkis pelopor Indonesia yang telah mengukir sejarah emas. Ia menjadi orang Indonesia pertama yang berhasil meraih gelar juara turnamen bergengsi, All England pada 1959 di London.
Artikel Terkait
All England merupakan kejuaraan bulu tangkis pertama yang digelar di Guildford, sebuah kota yang terletak di wilayah tenggara Inggris, pada 4 April 1899. Kota tersebut berjarak sekitar 43 km barat daya London. Pada tiga tahun pertama penyelenggaraannya, kejuaraan tersebut dikenal dengan nama The Open English Championships. Sejak 1902, nama kejuaraan berubah menjadi The All England Championships atau yang sekarang disebut All England. Di tengah besarnya daya tarik All England sebagai kejuaraan bulu tangkis bergengsi, penyelenggaraan All England pernah mengalami kendala yang mengharuskan kejuaraan ini terhenti sementara. Hal ini dikarenakan adanya Perang Dunia I (1915–1919) dan Perang Dunia II (1940–1946).
Bagi Indonesia, All England merupakan ajang kejuaraaan bergengsi yang memberi makna tersendiri bagi perkembangan dan pembinaan olahraga bulu tangkis tanah air. Pada penyelenggaraan All England 1959, Tan Joe Hok adalah pemain pertama asal Indonesia yang berhasil meraih gelar juara untuk kategori tunggal putra. Hal ini memberikan motivasi besar bagi pemain bulu tangkis Indonesia lainnya untuk berprestasi dan meraih gelar juara. Persiapan dan pemusatan latihan setiap kali akan diselenggarakan All England membuahkan prestasi yang membanggakan dari tahun ke tahun, seperti Rudi Hartono dengan 8 gelar juara, Tjun Tjun/Johan Wahjudi dengan 6 gelar juara, Susy Susanti dengan 4 gelar juara, Liem Swie King dengan 3 gelar juara, dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dengan 3 gelar juara.
Hingga 2022 Indonesia telah mengoleksi 49 gelar dalam ajang All England, mengungguli Korea Selatan dengan 35 gelar juara, Malaysia 26 gelar juara, dan Jepang 21 gelar juara. Dengan pencapaian gelar tersebut, Indonesia tidak boleh berpuas diri, prestasi tersebut justru menjadi penyemangat bagi Indonesia untuk terus memberikan yang terbaik dan mempertahankan sejumlah prestasi yang telah dicapai.
Artikel Terkait
Artikel Terkait
KOMPAS/KARTONO RYADI
Wakil Presiden Hamengkubuwono tengah menyalami anggota2 team All England. Ujung kiri adalah Rudy Hartono. Wakil Presiden Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan Jumat siang (5/4/1974) di wisma Merdeka Selatan sewaktu menyambut kedatangan kembali rombongan Rudy Hartono dkk dari ‘All England’, bahwa “prestasi Rudy Hartono gemilang sekali dan belum pernah dapat dicapai oleh orang lain”.
Artikel Terkait
KOMPAS/KARTONO RYADI
Kemenangan Rudy Hartono di arena All England sebagai juara untuk kedelapan kalinya, serta sukses Iie Sumirat di gelanggang Invitasi ABC menunjukkan bahwa keduanya kini “merangkul dunia”. Rudy (kanan di atas jip) dan Iie bersama seluruh rombongan tim All England dan tim Bangkok tiba di Tanah Air, Kamis (1/4/1976) sore dan diarak dalam suatu pawai kemenangan dari lapangan terbang Halim Perdanakusuma sampai Balai Kota DKI Jakarta.
KOMPAS/JB SURATNO
Para pemain dan official regu bulutangkis Indonesia yang baru saja mencatat sukses besar di turnamen All England, bergambar bersama Presiden Soeharto di Bina Graha. Berdiri dari kiri: Ruth Damayanti, Ny. Minarni Sudaryono (pelatih), Imelda Wiguna, Tjan So Gwan, R. Gamel (team manager), Tjuntjun, Presiden, Liem Swie King, Jogan Wahyudi, Theresia Widiastuty, Kartono, Christian, Verawaty. Jongkok: Ade Chandra, Atik Jauhari (pelatih), Haryanto Saputra, Dhany Sartika.
KOMPAS/TD ASMADI
Pebulutangkis Indonesia sesaat sebelum berangkat ke London, Kamis, 18 Maret 1983, untuk mengikuti kejuaraan bulutangkis persorangan terbesar, All England 1983. Mereka berangkat tanpa Liem Swie King yang masih sakit. Dari kiri ke kanan: Rudy Hartono, Serian Wiyatno, Bobby Ertanto, Hadibowo, Icuk Sugiarto, Dhani Sartika, Kartono, dan Heriyanto.
KOMPAS/KARTONO RYADI
Liem Swie King, Christian Hadinata dan Eddy Choong, masing-masing juara All England 2 kali, juara ganda All England 73 dan pemain Piala Thomas sejak 73 yang paling banyak menang, serta juara All England 4 kali, semalam mendapat penghargaan dari IBF karena pengabdiannya pada olahraga bulu tangkis.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan ganda campuran Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad (dari kiri) menunjukkan medali juara turnamen All England setiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (11/3/2014). Inilah gelar pertama bagi Hendra/Ahsan dan ketiga beruntun bagi Liliyana/Tontowi di ajang All England.
KOMPAS/YULIA SAPTHIANI
Hendra Setiawan (tengah) dan Mohammad Ahsan (ketiga dari kiri) menerima penghargaan sebagai juara ganda putra All England 2019. Penghargaan dari klub masing-masing, PB Jaya Raya dan PB Djarum, serta dari Tiket.com ini diberikan di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Sumber: Arsip Kompas
Foto lainnya dapat diakses melalui http://www.kompasdata.id/
Klik foto untuk melihat sumber.
Kontributor dan Riset Foto
Aldy Nofansya
Editor
Dwi Rustiono