Daerah

Kabupaten Pekalongan: Kota Santri, Pusat Batik hingga Potensi Industri

Pekalongan telah lama dikenal sebagai Kota Batik dan menjadi salah satu pusat produksi batik. Daerah ini kerap pula mendapat predikat sebagai Kota Santri karena lebih dari 100 pondok pesantren tersebar di daerah ini. Selain itu, wilayah yang membentang jauh dari utara ke selatan ini berpotensi pula di sektor industri, pertanian, dan perdagangan.

KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN

Tari bedayan ditampilkan di pagelaran perdana Tutur Batik di Pendopo Kabupaten Pekalongan, Kamis (26/1/2017).

Fakta Singkat

Hari Jadi 
25 Agustus 1622

Dasar Hukum
Undang-Undang No. 13/1950

Luas Wilayah
836,15 km2

Jumlah Penduduk
976.504 jiwa (2021)

Kepala Daerah
Bupati Lalia Fadia Elfouz Rafiq
Wakil Bupati Riswadi

Instansi terkait
Pemerintah Kabupaten Pekalongan

Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini terletak di daerah Pantura bagian barat sepanjang pantai utara Laut Jawa memanjang ke selatan. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan UU 13/1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah.

Pusat pemerintahnya berada di Kota Kajen. Dulunya, Kajen merupakan kota kecamatan yang telah dikembangkan menjadi ibu kota kabupaten yang baru, menggantikan pusat Pemerintahan Kabupaten Pekalongan yang berlokasi di Jl. Nusantara Nomor 1 Kota Pekalongan.

Kepindahan ibu kota Kabupaten Pekalongan ke Kota Kajen berdasarkan PP 48/1986 dan dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2001, kendati SK Mendagri sudah diterbitkan pada tahun 1996. Hal ini terkait dengan pembangunan sarana dan prasarana fasilitas pemerintah di Kota Kajen yang dilaksanakan secara bertahap.

Hari jadi Kabupaten Pekalongan ditetapkan pada tanggal 25 Agustus 1622 dengan Perda Kabupaten Pekalongan Nomor 10 Tahun 2001. Penetapan hari jadi tersebut itu didasarkan pada catatan sejarah penunjukan Kyai Manduraredja sebagai bupati/adipati Pekalongan I yang diangkat oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo atau Raja Mataram Islam. Penentuan hari dan tanggalnya diambil dari sebagaimana tradisi pengangkatan Bupati dan para pejabat baru di lingkungan Kerajaan Mataram.

Kabupaten Pekalongan memiliki luas sekitar 836,13 kilometer persegi atau 2,59 persen dari luas Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten yang terdiri atas 19 Kecamatan dan 285 desa/kelurahan ini dipimpin oleh Bupati Lalia Fadia Elfouz Rafiq dan  Wakil Bupati Riswadi  untuk periode 2021–2014.

Pekalongan telah lama dikenal sebagai Kota Batik dan menjadi salah satu pusat produksi batik, terutama di Kecamatan Buaran dan Wiradesa. Beberapa nama produsen batik yang cukup dikenal di antaranya Batik Humas. Sedangkan pabrik sarung (kain palekat) terkenal di Pekalongan, antara lain, Gajah Duduk dan WadiMoor.

Di samping dikenal sebagai Kota Batik, Kabupaten Pekalongan juga kerap mendapat predikat sebagai Kota Santri. Selain mencerminkan daerah dengan penduduk yang berbasis agama Islam, istilah Santri juga merupakan akronim dari kata Sehat, Aman, Nyaman, Tertib, Rapi, dan Indah. Moto Kota Santri bukan sekedar slogan tetapi didukung nilai kesantrian yang kental, misalnya jumlah pondok pesantren ada 105.

Visi Kabupaten Pekalongan untuk periode 2021–2024 adalah “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Pekalongan yang Sejahtera, Adil, Merata (Setara) dan Berbudaya Gotong Royong”.

Adapun misinya adalah membangun masyarakat Kabupaten Pekalongan yang nasionalis religius, menciptakan pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan inovatif, menyediakan infrastruktur publik yang merata, meningkatkan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas dan terjangkau, menyediakan pendidikan dan meningkatkan mutu layanan serta mutu pendidikan yang memiliki daya saing.

Kemudian, menumbuhkembangkan UMKM sebagai basis perekonomian rakyat, menciptakan dunia usaha dan investasi yang adil untuk mengatasi pengangguran, mengembangkan potensi wisata secara serius menuju peningkatan ekonomi rakyat.

Selanjutnya, menyediakan kebutuhan petani dan nelayan yang memadai serta menyediakan peluang pasar yang luas, memperkokoh kerukunan hidup beragama, bergotong royong dan berbudi pekerti, dan mengembangkan potensi kepemudaan, seni budaya dan olahraga.

Sejarah pembentukan

Kabupaten Pekalongan mulai dikenal setelah seorang tokoh pejuang, bernama Bahurekso, membuka hutan Gambiran atau Gambaran bersama anak buahnya. Saat ini, tempat itu lebih dikenal sebagai Muara Gambaran. Konon, Bahurekso adalah panglima perang di zaman Kerajaan Mataram Islam.

Pembukaan hutan Gambiran dilakukan setelah Bahurekso gagal menyerang Batavia. Ia kembali ke pantai Utara Jawa Tengah bersama anak buahnya dan melakukan tapa (semedi) ngalong di wilayah pantai Utara Jawa Tengah sehingga kemudian muncul istilah Pekalongan. Istilah tapa ngalong hanya  merupakan arti sanepa (gambaran), yakni bersembunyi pada siang hari dan pada malam harinya keluar untuk mencari nafkah.

Selain itu, ada pula kepercayaan yang mengatakan, nama Pekalongan berasal dari istilah setempat, halong atau along. Halong berarti hasil, sehingga Pekalongan kemudian disebut juga sebagai pengangsalan atau pembawa keberuntungan.

Seperti dilansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Pekalongan, disebutkan di bawah kekuasaan Sultan Agung abad ke-17, keberadaan Kabupaten Pekalongan menjadi bagian dari wilayah kesatuan Kerajaan Mataram Islam.

Kerajaan Mataram di bawah tampuk pemerintahan Sultan Agung mencapai puncak kejayaannya. Wilayahnya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Adapun Jakarta pada masa itu belum berhasil ditaklukkan karena dikuasai oleh Belanda di bawah Gubernur Jenderal Jan Pieter Zoon Coen mulai tahun 1619.

Keberhasilan tersebut ditunjang Doktrin Keagungbinataraan, yaitu kekuasaan Raja Mataram harus merupakan ketunggalan, utuh, dan bulat. Artinya kekuasaan tersebut tidak tersaingi, tidak terkotak-kotak atau terbagi bagi dan merupakan keseluruhan.

Pada perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW, selalu diadakan Gerebeg Maulud, yaitu peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang biasa jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal, sekaligus diadakan acara “Paseban”, yakni berkumpulnya para Bupati dan Tumenggung serta para pejabat lainnya untuk melaporkan situasi/keadaan di daerah masing-masing dan penyerahan upeti. Pada acara tersebut, juga dimanfaatkan oleh Sultan Agung untuk pengangkatan bupati-bupati baru dan pejabat baru lainnya.

Perlawanan Mataram terhadap penjajah Belanda mencapai puncaknya saat penyerangan ke Batavia pada tahun 1628. Ketika itu, Pangeran Manduraredja dan Bahureksa ditunjuk sebagai panglima perang.

Karena terletak di jalur pantura dan perdagangan laut yang strategis, pada saat penyerangan ke Batavia, Kabupaten Pekalongan dijadikan sebagai kantong atau lumbung perbekalan. Strategi ini sekaligus digunakan  oleh Sultan Agung untuk mengumpulkan kekuatan-kekuatan di daerah.

Kabupaten Pekalongan termasuk daerah yang dipersiapkan untuk menyerang Batavia. Terlebih lagi dengan diangkatnya Pangeran Manduraredja sebagai Bupati Pekalongan yang mempunyai kekuasaan tertinggi di Kabupaten Pekalongan dan bertanggung jawab sebagai penyelenggara pemerintahan, serta secara hirarki wajib melaporkan segala sesuatunya kepada raja termasuk penyerahan upetinya.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Masjid Agung Al Jami Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (3/1/2019). Masjid berarsitektur Jawa-Arab ini dibangun Raden Arjo Wirijo Tumenggung Adinegoro, bupati ketiga Pekalongan, pada 1852 M.

Pada masa Kerajaan Demak abad ke-16, wilayah Pekalongan telah menjadi daerah yang dilewati oleh hubungan komunikasi  dari dua kerajaan Islam Demak dan Cirebon. Pada waktu kemudian menjadi wilayah pengaruh kerajaan Mataram Islam pada abad ke-17.

Selanjutnya pada abad ke-18, wilayah Pekalongan berada di bawah pengaruh VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie), Persekutuan dagang di India Timur-Belanda, terutama sejak tahun 1743, yaitu setelah VOC menerima imbalan jasa bantuan yang diberikan VOC kepada Mataram.

Sejak 1800-an sampai 1942, wilayah Pekalongan menjadi wilayah administratif dari Pemerintahan Hindia Belanda, atau disebut wilayah Gubernemen. Setelah lahirnya wilayah Republik Indonesia pada 1945, wilayah Pekalongan tidak beda dengan wilayah lainnya, menjadi wilayah administrasi Pemerintahan Republik Indonesia. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan UU 13/1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah.

Awalnya pusat pemerintahan Kabupaten Pekalongan berada di Kota Pekalongan, kemudian berdasarkan PP 48/1986, pusat pemerintahannya dipindahkan ke Kota Kajen. Kepindahan ibu kota Kabupaten Pekalongan ke Kajen baru dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2001, meskipun SK Mendagri sudah diterbitkan pada tahun 1996. Hal ini terkait dengan pembangunan sarana dan prasarana fasilitas pemerintah di Kota Kajen yang dilaksanakan secara bertahap.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Batik dalam Kegiatan Budaya – Batik menjadi busana yang selalu mewarnai acara budaya, seperti kirab budaya di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Jumat (1/4/2016).

Geografis

Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai Utara Pulau Jawa yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Batang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan. Letaknya di antara 6° — 7° 23’ Lintang Selatan dan antara 109° — 109° 78’ Bujur Timur.

Bagian utara Kabupaten Pekalongan merupakan dataran rendah, sedang di bagian selatan berupa pegunungan, bagian dari rangkaian Dataran Tinggi Dieng. Sungai-sungai besar yang mengalir di antaranya adalah Kali Sragi dan Kali Sengkarang beserta anak-anak sungainya, yang kesemuanya bermuara ke Laut Jawa.

Luas wilayah Kabupaten Pekalongan adalah 836,15 Km2. Dari 285 desa/kelurahan yang ada, 11 desa merupakan desa pantai dan 274 desa bukan desa pantai. Menurut topografi desa, terdapat 66 desa/kelurahan berada di dataran tinggi dan selebihnya 219 desa/kelurahan berada di dataran rendah.

Pada tahun 2021, Kabupaten Pekalongan mengalami rata-rata curah hujan 3,736 mm, lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar 737 mm. Untuk rata-rata hari hujan tahun 2021 adalah 174 hari, lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar 149 hari. Curah hujan yang tertinggi terjadi di Kecamatan Doro sebesar 4.877,5 mm, sedangkan rata-rata hari hujan terbanyak juga terjadi di Kecamatan Doro, yaitu sebesar 211,5 hari.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Kawasan hutan hujan tropis di Dusun Sokokembang, Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (19/9/2018). Hutan lindung seluas 5.000 hektar tersebut menjadi habitat bagi sejumah satwa endemik seperti owa jawa, lutung, surili, dan kukang. Aktivitas perburuan di kawasan tersebut menjadi salah satu ancaman kelestarian satwa langka.

Pemerintahan

Sejak tahun 1741, terdapat 24 kepala daerah yang pernah memimpin Kabupaten Pekalongan. Nama-nama Regent/Bupati Pekalongan itu adalah Tan Kwee Djan (1741-1823), Raden Toemenggoeng Wirio Adi Negoro (1823-1825), Raden Adipati Wirijo Adi Negoro (1825-1848), Raden Toemenggoeng Arjo Wirjo Di Negoro (1848-1856), Raden Toemenggoeng Ario Werio Dhi Di Negoro (1856-1872), Raden Toemenggoeng Ario Atmodjo Negoro (1872-1878), Raden Toemenggoeng Ario Koesoemo Di Negoro (1878-1879), Raden Adipati Noto Dirdjo (1879-1920), Soemadi (1920-1924), dan Raden Toemenggoeng Ario Soerjo (1924-1944).

Kemudian diteruskan M. Rawoeh (1944–1946), M. Soerodjo (1946-1957), M. Kisworo (1957-1962), R. Moch. Oesman (1962-1967), R. Soetedjo Mangoenhardjo (1967-1972), R. M. Hardjo Probo Dirdjo (1972-1975), Karsono (1975-1981), Letkol Soepardi (1981-1986), Kolonel Soepardi (1986-1991), Kolonel H. Khairul Aini. HS (1991-1996), Kolonel Harsono (1996-2001), Amat Antono (2001-2006), Siti Qomariyah (2006-2011), Amat Antono (2011-2016), Asip Kholbihi (2016-2021), dan Laila Fadia Elfouz Rafiq (2021-2026)

Secara administratif, Kabupaten Pekalongan terbagi menjadi 19 kecamatan, 272 desa, dan 13 kelurahan pada tahun 2021. Dari jumlah itu, dibagi menjadi 1.058 dusun, 1.592 RW/lingkungan dan 4.454 Rukun Tetangga (RT).

Untuk mendukung jalannya roda pemerintahan, pada akhir tahun 2020, jumlah PNS tercatat sebanyak 8.113 orang dengan komposisi sebanyak 4.004 berjenis kelamin laki-laki dan 4.109 berjenis kelamin perempuan.

Menurut jenjang pendidikan, sebanyak 61,03 persen PNS dan CPNS berpendidikan D4/S1, 4,60 persen berpendidikan S2/S3, 14,95 persen berpendidikan DI/DII/DIII, 16,91 persen berpendidikan SMA, dan hanya 2,51 persen yang berpendidikan SD/SLTP. Sementara dari segi kepangkatan, PNS golongan III memiliki proporsi terbanyak, yaitu sebesar 54,34 persen dan selanjutnya golongan IV sebesar 24,94 persen.

DOKUMENTASI PEMPROV JATENG

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo resmi melantik Bupati dan Wakil Bupati Pekalogan, Minggu (27/6/2021).

Politik

Peta politik di Kabupaten Pekalongan dalam tiga kali pemilihan umum legislatif menunjukkan dominannya PKB dan PDI Perjuangan dalam meraih simpati masyarakat. Hal itu tampak dari perolehan kursi partai politik (parpol) di DPRD Kabupaten Pekalongan.

Pada Pemilu Legislatif 2009, terdapat delapan partai yang meraih kursi di DPRD Kabupaten Pekalongan. PKB dan PDI Perjuangan tercatat memperoleh kursi terbanyak. Masing-masing partai tersebut mendapatkan 11 kursi, disusul oleh PAN dan Golkar yang sama-sama meraih enam kursi. Kemudian PPP, Demokrat, dan Hanura sama-sama meraih tiga kursi, sedangkan PPNU mendapatkan dua kursi.

Pada Pemilu Legislatif 2014, PKB berhasil memperoleh kursi terbanyak dengan 12 kursi. Kemudian, disusul oleh PDI Perjuangan yang meraih 11 kursi, Gerindra dan PPP sama-sama mendapatkan lima kursi, Golkar dan PAN memperoleh empat kursi, serta PKS satu kursi.

Pada Pemilu Legislatif 2019, PKB kembali meraih kursi terbanyak, yakni 15 kursi di DPRD Kabupaten Pekalongan. Adapun untuk posisi kedua ditempati PDI Perjuangan dengan jumlah kursi sebanyak 11 kursi. Kemudian berturut-turut PPP dan Gerindra sama-sama meraih lima kursi, PAN dan Golkar masing-masing memperoleh empat kursi serta PKS meraih satu kursi.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Deretan bendera partai politik peserta pemilu serentak 2019 menghiasi jalan layang di kawasan Senayan, Jakarta, Minggu (7/4/2019).

Kependudukan

Kabupaten Pekalongan dihuni oleh 976.504 orang pada tahun 2021. Rinciannya, 495,409 penduduk laki-laki dan 481,095 penduduk perempuan. Dengan proporsi jenis kelamin tersebut, rasio jenis kelamin sebesar 102,99, yang berarti dalam 100 penduduk perempuan ada 102 penduduk laki-laki.

Kepadatan penduduk Kabupaten Pekalongan mencapai 1,167.9 jiwa/km2. Sebaran penduduknya belum merata. Ada empat kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduknya sudah mencapai di atas 4.000 jiwa, yaitu Kecamatan Wiradesa, Kedungwuni, Tirto, dan Buaran. Namun demikian, masih ada dua kecamatan yang tingkat kepadatan penduduknya masih dibawah 200 jiwa, yaitu kecamatan Lebakbarang dan Petungkriono

Mata pencaharian masyarakat Kabupaten Pekalongan adalah petani, pedagang dan pelaku industri, nelayan, serta usaha di bidang jasa.

Mayoritas penduduk Kabupaten Pekalongan memeluk agama Islam, bahkan kabupaten ini dijuluki dengan Kota Santri. Pasalnya, di Kabupaten Pekalongan tersebar 105 pesantren.

KOMPAS/GREGORIUS MAGNUS FINESSO

Kirab hasil bumi dari 9 desa di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah diarak dalam Festival Regojembangan, Sabtu (29/9/2018) yang dipusatkan di Lapangan Sigeger, Kecamatan Petungkriyono. Festival tersebut berlangsung mulai Jumat hingga Minggu (28-30/9/2018) tersebut menampilkan berbagai seni tradisional dan pameran potensi daerah seperti gula aren dan kopi. Festival tersebut diharapkan mengangkat potensi daerah terpencil yang berada di kawasan Dieng utara tersebut.

Indeks Pembangunan Manusia
70,11 (2021)

Angka Harapan Hidup 
73,74 tahun (2021)

Harapan Lama Sekolah 
12,42 tahun (2021)

Rata-rata Lama Sekolah 
7,17 tahun (2021)

Pengeluaran per Kapita 
Rp10,40 juta (2021)

Tingkat Pengangguran Terbuka
6,97 persen (2021)

Tingkat Kemiskinan
10,57 persen (2021)

Kesejahteraan

Penduduk Kabupaten Pekalongan terus meningkat kesejahteraanya dari dari tahun ke tahun. Hal itu tecermin dari Indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Pekalongan pada tahun 2021 tercatat sebesar 70,46. Tahun sebelumnya, IPM tercatat sebesar 71,23. Pencapaian IPM ini masuk kategori tinggi.

Ditilik dari komponen pembentuknya, umur harapan hidup tercatat selama 70,11 tahun. Kemudian dari segi pendidikan, harapan lama sekolah selama 12,42 tahun dan rata-rata lama sekolah selama 7,17 tahun. Sementara pengeluaran per kapita sebesar Rp10,40 juta.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2021 mencapai 6,97 persen atau sebanyak 12.485 orang. TPT Kabupaten Pekalongan  itu turun tipis jika dibandingkan TPT tahun 2020 sebesar 7,02 persen.

Adapun tingkat kemiskinan di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2021 tercatat sebesar 10,59 persen atau sebanyak 95,26 ribu orang. Tingkat kemiskinan itu naik jika dibandingkan tahun 2020, yakni sebesar 10,19 persen atau sebanyak 91,9 ribu orang. Tingkat kemiskinan tersebut masih berada di bawah rata-rata tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Tengah, yakni 11,25 persen (September 2021).

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Para tenaga pembatik di pembuatan Batik Tulis “Pesisiran” di Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, menyelesaikan proses pemopokan lilin pada batik, Selasa (15/7/2014). Batik Pekalongan merupakan simbol pluralisme dengan kekayaan motif yang syarat muatan akulturasi budaya di pesisiran, baik kultur Jawa, Arab, Cina, hingga Jepang.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
Rp341,79 miliar (2020)

Dana Perimbangan 
Rp1,21 triliun (2020)

Pendapatan Lain-lain 
Rp512,98 miliar  (2020)

Pertumbuhan Ekonomi
3,54 persen (2021)

PDRB Harga Berlaku
Rp24,03 triliun (2021)

PDRB per kapita
Rp24,59 juta/tahun (2021)

Ekonomi

Kabupaten Pekalongan menyimpan beragam potensi ekonomi yang besar. Sebagai daerah yang berada di jalur pantura, jalur padat di Pulau Jawa, kegiatan perekonomian di daerah ini berkembang mulai dari sektor industri, perikanan, pertanian, perkebunan, hingga wisata.

Dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pekalongan senilai Rp24,03 triliun pada tahun 2021, struktur ekonominya didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan 30,96 persen; pertanian, kehutanan, dan perikanan 16,85 persen; serta sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 13,63 persen.

Sektor lainnya yang cukup berkontribusi terhadap perekonomian kabupaten ini adalah konstruksi sebesar 7,14 persen, jasa pendidikan sebesar 6,43 persen, serta penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 5,34 persen.

Di sektor industri, Kabupaten Pekalongan memiliki 13.416 usaha pada tahun 2020. Tenaga kerja yang mampu diserap sebanyak 62.681 orang dengan proporsi industri skala menengah sebanyak 8.047 orang, skala besar sebanyak 14.075 orang, dan skala kecil sebanyak 40.559 orang.

Untuk perusahaan industri besar/menengah pada tahun 2020, industri yang menonjol adalah industri pakaian jadi sebanyak 153 perusahaan, kemudian perusahaan tekstil 88 perusahaan dan perusahaan/usaha makanan sebanyak 8 perusahaan.

Beberapa komoditas unggulan, seperti kain printing, sarung tenun, garmen, sumpit, dan benang merupakan komoditi yang diekspor ke luar negeri. Pasar komoditas ini, antara lain, Nigeria, Saudi Arabia, Abijan, Guinea, Malaysia, Singapura, Dubai, Amerika Serikat, Australia, Italia, Taiwan, dan Jepang.

Di sektor pertanian, kabupaten ini memiliki beragam potensi. Salah satunya adalah komoditas buah-buahan, yakni durian dan mangga. Produksi durian tercatat sebanyak 105.033 kw dan mangga sebesar 121.212 kw pada tahun tahun 2020.

Kecamatan Doro, Talun, Karanganyar merupakan tiga wilayah di Kabupaten Pekalongan yang memiliki penghasil durian yang melimpah, sehingga menjadikan salah satu kabupaten penghasil durian di Jawa Tengah.

Di sektor perikanan, bandeng dan lele merupakan produksi perikanan darat yang produksinya lebih banyak dibanding produksi ikan lainnya. Masing-masing naik sebesar 915,59 ton dan 59,69 ton. Selanjutnya produksi ikan dari perairan umum pada tahun ini produksinya meningkat sebesar 1,40 persen atau naik menjadi 8.399,39 ton pada tahun 2020 ini dari 8.516,74 ton pada tahun sebelumnya.

Di sektor perdagangan, Kabupaten Pekalongan memiliki 12 pasar, 67 swalayan, dan 89 toko/warung yang tersebar di sejumlah kecamatan di daerah ini.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Suasana lapak pedagang batik yang berharap momentum libur panjang Lebaran di Pasar Batik Sentono, Kabupaten Pekalongan, Selasa (26/4/2022). Selama hampir dua tahun ini mereka hanya mengandalkan penjualan secara daring dan pemesanan dari luar kota.

Di bidang keuangan daerah, pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Pekalongan pada tahun 2020 tercatat sebesar Rp341,79 miliar. Sedangkan dana perimbangan masih yang terbesar, yakni Rp1,21 triliun, serta lain-lain pendapatan yang sah sekitar Rp512,98 miliar.

Di sektor pariwisata, Kabupaten Pekalongan memiliki beragam tempat wisata, mulai dari wisata alam, wisata buatan, wisata budaya, dan wisata belanja. Wisata alam itu, antara lain, Pantai Depok desa Depok Kecamatan Siwalan, Kawasan hutan wisata Linggoasri desa Linggoasri kecamatan Kajen, Kawasan Kabalong (Karanggondang, Limbangan dan Lolong) di Kecamatan Karanganyar, Pantai Wonokerto, dan wisata air kali Pencongan.

Kemudian wisata budaya, antara lain, wisata Pesta Giling tebu Sragi, Tradisi Syawalan di Linggoasri, Sedekah Laut di Wonokerto, Sedekah laut di Jambean, upacara adat tumpeng megeng Bojong, dan Padusan Jumat Kliwon Wonoyoso Buaran.

Kawasan wisata belanja, antara lain, Kampung Batik Desa Kemplong; Kepatihan, Gumawang, dan Desa Kauman Kecamatan Wiradesa; Pasar Grosir Pantura dan Pasar Grosir Bondansari di Kecamatan Wiradesa; International Batik Centre di Kecamatan Wiradesa; sentra alat tenun bukan mesin (ATBM) Pakumbulan Kecamatan Buaran; juga sentra bordir Kecamatan Kedungwuni.

Pekalongan juga menyediakan wisata kuliner berupa taoto, nasi megono, pindang tetel, dan iwak panggang. Adapun akomodasi yang ada di kabupaten ini adalah 1 hotel bintang dan  4 hotel nonbintang.

KOMPAS/INGKI RINALDI

Aktivitas pada salah satu warung nasi di pinggir Jalan Haji Agus Salim, Pekalongan, Jawa Tengah, Minggu (13/4/2014) malam. Kedai tersebut menjajakan menu Nasi Megono yang merupakan salah satu kuliner khas Pekalongan.

Referensi

Arsip Berita Kompas
  • “Kabupaten Pekalongan *Otonomi”, Kompas, 10 Februari 2003, hlm. 30
  • “Kegundahan Di Era Desentralisasi”, Kompas, 10 Februari 2003, hlm. 30
  • “Membaca Sejarah Dari Masa Ke Masa…”, Kompas Jawa Tengah, 25 Agustus 2005, hlm. 01
  • “Wisata Keluarga di Linggoasri* Jalan-Jalan”, Kompas Jawa Tengah, 27 Mei 2006, hlm. 08
  • “HUT Kabupaten Pekalongan Dibelit Masalah Kemiskinan Sampai Konflik Pascapilkada”, Kompas Jawa Tengah, 25 Agustus 2006, hlm. 01
  • “HUT Kabupaten Pekalongan Batik, Napas Kehidupan Warga Pekalongan…”, Kompas Jawa Tengah, 25 Agustus 2006, hlm. 06
  • “HUT ke-385 Kabupaten Pekalongan Mengangkat Tenun Palekat Menjadi Ikon Daerah”, Kompas Jawa Tengah, 27 Agustus 2007, hlm. 09
  • “Batik, Potensi Ekonomi Yang Kian Melegenda”, Kompas Jawa Tengah, 28 Agustus 2007, hlm. 13
  • “Potensi Daerah: Festival Rogojembangan Angkat Dieng Utara”, Kompas, 01 Oktober 2018, hlm. 20
Buku dan Jurnal
Aturan Pendukung
  • UU 13/1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah.
  • UU 18/1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah
  • UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah
  • UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
  • PP 48/1986 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dari Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan ke Kota Kajen di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan
  • Perda Kabupaten Pekalongan Nomor 5 Tahun 2021 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pekalongan

Editor
Topan Yuniarto