Daerah

Kabupaten Mojokerto: Daerah Industri dalam Jejak Kemegahan Majapahit

Dalam sejarahnya, Kabupaten Mojokerto dikenal sebagai pusat peradaban Kerajaan Majapahit. Di wilayah ini terdapat berbagai peninggalan kerajaan, mulai dari candi, prasasti, hingga petirtaan. Kini, Mojokerto berkembang pula menjadi daerah industri seiring dengan semakin banyaknya kawasan industri terpadu dan pabrik-pabrik yang dibangun.

KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA

Gerbang utama Sabha Mandala Tama Pemerintah Kabupaten Mojokerto yang berada di Jalan Jenderal A. Yani.

Fakta Singkat

Hari Jadi 
9 Mei 1293

Dasar Hukum
Undang-Undang No. 12/1950

Luas Wilayah
692,15 km2

Jumlah Penduduk
1,122.165 jiwa (2021)

Kepala Daerah
Bupati Ikfina Fahmawati
Wakil Bupati Muhammad Albarraa

Instansi terkait
Pemerintah Kabupaten Mojokerto

Mojokerto merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Daerah ini berada di bagian tengah wilayah Jawa Timur dan merupakan pintu gerbang menuju Surabaya. Wilayah tertua ke-10 di Provinsi Jawa Timur ini sangat erat kaitannya dengan kerajaan Majapahit yang pernah berjaya di Asia.

Kabupaten Mojokerto dibentuk berdasarkan UU 12/1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Jawa Timur. Kabupaten ini resmi didirikan pada tanggal 9 Mei 1293. Penetapan dilakukan melalui SK Bupati Mojokerto nomor 230 tahun 1993 pada tanggal 8 Mei 1993.

Penetapan dilakukan setelah melalui deretan sidang-sidang DPRD Kabupaten Mojokerto. Sidang itu berdasar delapan peristiwa sejarah mulai dari kerajaan Majapahit, khasanah prasasti Kidung, Perjanjian Giyanti hingga kependudukan sekutu atau pemerintahan Inggris di Jawa.

Tanggal 9 Mei 1293 dipilih berkaitan dengan kejadian yang melibatkan tentara Kerajaan Majapahit, pimpinan Raden Wijaya. Tentara Majapahit berhasil memukul mundur sekaligus mengusir Pasukan Tar Tar dari Bumi Majapahit kembali ke Tiongkok.

Daerah yang berpenduduk 1,12 juta jiwa ini secara administratif terdiri dari 18 kecamatan, 229 desa, dan 5 kelurahan. Untuk periode 2021–2024, kabupaten ini dipimpin oleh Bupati Ikfina Fahmawati dan Wakil Bupati Muhammad Albarraa.

Dalam sejarahnya, Mojokerto dulunya merupakan wilayah pusat kekuasaan Kerajaan Majapahit. Kawasan ini mewarisi ragam budaya yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Tidak mengherankan jika budaya Majapahit turut menghiasi dan mewarnai kehidupan masyarakat Mojokerto hingga sekarang.

Pada Mei 2022 lalu, Pemerintah Kabupaten Mojokerto meluncurkan identitas baru Kabupaten Mojokerto, yaitu Full of Majapahit Greatness yang berarti penuh dengan kemegahan Majapahit. Identitas baru ini untuk mempopulerkan semua potensi di Bumi Majapahit sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat.

Kabupaten Mojokerto juga merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam kawasan metropolitan Surabaya, yaitu Gerbangkertosusila (Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan).

Visi Kabupaten Mojokerto adalah “Terwujudnya Kabupaten Mojokerto Yang Maju, Adil dan Makmur Melalui Penguatan Infrastruktur dan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia”.

Adapun misinya adalah mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, terampil, dan produktif yang dilandasi nilai-nilai keimanan dan ketakwaan; membangun kemandirian ekonomi yang berdimensi kerakyatan; mewujudkan tata kelola pemerintahan yang berintegritas, akuntabel, bersih, transparan, serta pemerataan, dan perluasan pembangunan infrastruktur di semua sektor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan pelestarian lingkungan.

Sejarah pembentukan

Dalam tulisan “Sejarah Kabupaten Mojokerto” di laman Kemendikbud dan dilansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Mojokerto, disebutkan bahwa Mojokerto yang dahulu disebut sebagai Japan, merupakan pintu masuk delta Brantas sebelah barat yang sangat subur dan berada pada posisi strategis. Sungai Brantas sebagai salah satu urat nadi lalu lintas antar perekonomian menjadikannya sebagai lahan perebutan pihak dengan perbedaan kepentingan.

Salah satu upaya menjembatani perbedaan kepentingan adalah melalui pembagian daerah dalam perjanjian Giyanti tahun 1755 yang menyebutkan wilayah Mataram dibagi menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Atas dasar pembagian tersebut, wilayah Japan (Mojokerto) dan Wirosobo yang masuk dalam wilayah Mataram juga terbagi peruntukannya. Wilayah Japan (Mojokerto) untuk Kasultanan Yogyakarta dan Wirosobo (Mojoagung) untuk Kasunanan Surakarta.

Perjanjian lainnya antara Hamengku Buwana III dan Gubernemen Inggris (Raffles) menyatakan bahwa Sultan menyerahkan Japan dan beberapa lainnya ke Inggris. Pada masa pemerintahan Raffles, Sunan Surakarta dan Sultan Yogyakarta bersekutu untuk melawan Inggris namun mengalami kegagalan. Sebagai hukumannya Sunan Surakarta dipaksa untuk menyerahkan daerah Wirosobo, Kedu, Pacitan, dan Blora kepada Inggris.

Setelah pemerintah Inggris meninggalkan Indonesia tahun 1816, masa pemerintahan beralih ke Belanda. Pada masa ini, wilayah Wirosobo dan Japan disatukan kembali dengan Kabupaten Japan beralih menjadi Mojokerto dengan Wirosobo di dalamnya.

Terdapat beberapa pendapat tentang perubahan nama Japan menjadi Mojokerto. Pendapat tersebut di antaranya dikemukakan oleh R.A.A Kromodjojo Adi Negoro dan J.F Niermeyer. Disebutkan bahwa nama “Mojo” berasal dari nama Desa Mojojejer dan didasarkan pada keserasian nama sesuai dalam Besluit No. 14/ 1838, tanggal 12 September 1838.

Lain halnya J.F Niermeyer menyebutkan kata “Japan” kurang tepat untuk semangat kerja karena berarti “malas” dan akhirnya mengalami perubahan menjadi Mojokerto. Hal ini dimaksudkan sebagai penyemangat etos kerja di bidang pertanian/perkebunan dan efisiensi administrasi pemerintahan.

Mojokerto dikenal sebagai nama sebuah kabupaten sejak beberapa tahun lalu tepatnya berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tanggal 12 September 1838 No. 14 tentang perubahan Kabupaten Japan menjadi Mojokerto.

Adanya pergeseran nama Japan menjadi Mojokerto tentunya terjadi pergeseran pusat pemerintahan. Japan merupakan sebuah desa yang berada sekitar 3 km sebelah selatan Mojokerto (kini) dan termasuk dalam wilayah kecamatan Sooko.

Namun, berdasarkan data sejarah nama Japan sudah disebutkan dalam buku yang ditulis Raffles tahun 1817, History of Java. Selain Raffles, beberapa pakar sejarah seperti Schrieke, de Graaf, dan Soekanto mengidentikkan Japan sebagai toponim Mojokerto.

Salah satu sumber sejarah, yaitu Kitab Negarakrtagama pupuh XVII/ 10 baris 1 menyebutkan bahwa Japan merupakan tempat pertama yang disinggahi raja Majapahit Hayam Wuruk dalam perjalanannya ke Lamajang. Ia menyinggahi beberapa tempat di Jawa Timur dan tercatat ditemukannya banyak asrama dan candi.

Ini berarti Japan pernah dijadikan sebagai tempat para pendeta dan menunjukkan kedudukannya sebagai kota lama dan pernah menjadi pusat administrasi kabupaten Japan. Dihubungkan dengan berdirinya kerajaan Majapahit oleh Raden Wijaya melalui pembukaan kawasan hutan “Tarik/ Trik”, kemungkinan sudah adanya Japan sebagai wilayah pedukuhan kecil yang akhirnya berkembang menjadi perkotaan dan sebuah kerajaan besar Majapahit.

Bahkan, pada masa sebelum Majapahit diperkirakan telah ada pemukiman seperti yang tertuliskan pada beberapa prasasti yang menyebutkan adanya pemukiman di sebuah desa tidak jauh di sebelah barat Desa Tarik. Disebutkan pula Calon Arang mengerjakan kegiatannya di kubur Lemah Abang yang terletak dekat Trowulan.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Wisatwan berkunjung ke Candi Tikus di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jumat (26/5/2017). Candi berupa pentirtaan yang dibangun pada masa kerajaan Majapahit tersebut masih terawat dan dilihat keindahannya hingga kini.

Pada masa berikutnya, yaitu pada masa perjuangan kemerdekaan, Mojokerto dan Mojoagung masih berperan penting sebagai basis pertahanan terhadap agresi militer Belanda. Terlepas dari perubahan nama Japan atau Mojokerto, terbukti bahwa Kota Mojokerto sekarang merupakan bagian dari Japan pada masa silam yang berkembang sebagai pusat administrasi pemerintahan. Demikian peran penting Japan (Mojokerto) sepanjang sejarahnya pada masa lampau.

Berdasar data sejarah, diketahui bahwa daerah ini telah mewarnai panggung sejarah Jawa Timur sejak masa prasejarah hingga masa-masa sesudahnya. Penemuan manusia purba di daerah Perning, mempunyai nilai penting bagi wilayah Mojokerto sebagai hunian masa lalu (prasejarah).

Pada masa klasik, Mojokerto memegang peranan penting dengan adanya Kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan terbesar di Indonesia, yang tinggalannya tersebar di daerah Trowulan dan sekitarnya.

Pada masa kolonial, Mojokerto—yang merupakan perubahan dari nama Kabupaten Japan yang wilayahnya meliputi Japan dan Wirosobo—memegang peranan yang cukup penting sehingga daerah tersebut disahkan sebagai keresidenan pada tanggal 19 Mei 1928.

Sebagai daerah otonomi yang mandiri, tentunya di Mojokerto banyak dibangun bangunan infrastruktur sebagai penunjang kegiatan pemerintahan maupun perekonomian, yang hingga sekarang masih bisa dilihat seperti bangunan perkantoran, stasiun, dan lain-lain.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Proses Ekskavasi Tahap Kedua Situs Kumitir oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur dilihat dari udara di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Sabtu (22/8/2020). Ekskavasi dilakukan mulai 4 Agustus hingga 9 September 2020 dan bertujuan menemukan struktur utuh dari talud atau bangunan penahan kawasan permukiman yang dipercaya berasal dari jaman Kerajaan Singasari.

Geografis

Wilayah Kabupaten Mojokerto terletak antara 111°20’13” sampai dengan 111°40’47” Bujur Timur dan antara 7°18’35” sampai dengan 7°47’30” Lintang Selatan. Wilayah dengan luas 692,15 kilometer persegi ini berbatasan dengan Kota Batu di sebelah Selatan, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan di sebelah Timur, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik di sebelah Utara, serta berbatasan langsung dengan Kabupaten Jombang di sebelah Barat.

Struktur tanah di Kabupaten Mojokerto cekung di tengah. Daerah dataran tinggi terletak di sisi selatan, berupa pegunungan subur di Kecamatan Pacet, Trawas, Gondang, dan Jatirejo. Di sisi utara terdiri dari perbukitan kapur yang kurang subur.

Secara geologis, Kabupaten Mojokerto terbagi atas empat macam batuan, yaitu aluvium, pliosen fassies sedimen, pliosen fasies batu gamping, dan miosen fasies sedimen. Jenis batuan aluvium dan miosen fasies sedimen banyak dimanfaatkan masyarakat untuk tegalan dan sawah, serta sebagian kecil batuan pliosen fasies sedimen untuk tegalan.

Kabupaten Mojokerto dilalui 61 sungai yang tersebar di beberapa kecamatan. Sungai terpanjang adalah Sungai Jurangcetot yang melewati Kecamatan Jatirejo, yaitu sepanjang 33,63 km. Kemudian, Sungai Gembolo sepanjang 31,63 km yang melintasi kecamatan Trawas, Pacet, Pungging, dan Kutorejo.

Adapun Kali Porong memiliki panjang 28 km dan Sungai Sadar yang melintas di Kecamatan Mojoanyar memiliki panjang sekitar 23 km. Sementara Sungai Brantas adalah yang terbesar di Kabupaten Mojokerto.

Gunung berapi tertinggi di Kabupaten Mojokerto adalah Gunung Welirang dengan ketinggian 3.156 meter. Gunung tersebut berada di Kecamatan Pacet.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Asap belerang keluar dari puncak Gunung Welirang di Jawa Timur, Selasa (30/6/2015). Gunung Welirang adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di perbatasan Kota Batu dan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Gunung ini berada pada satu punggungan yang sama dengan Gunung Arjuno. Seperti di Kawah Ijen, masyarakat setempat juga menambang belerang di Gunung Welirang.

Pemerintahan

Tongkat kepemimpinan di Kabupaten Mojokerto dimulai dari tahun 1811 pada era Raden Adipati Prawirodirdjo. Sosok ini memimpin Kabupaten Mojokerto selama 16 tahun, sebelum kemudian digantikan Raden Adipati Tjondronegoro sejak 1827 hingga 1850.

Kemudian tongkat kepemimpian berturut-turut diteruskan oleh R. Tumenggung Pandji Tjondro Negoro (1850–1863), R. Tumenggung Kertokusumo (1863–1866), R. Adipati Ariokromodjojo Adinegoro (1866–1894), Putera R.A.A Kromodjojo Adinegoro (1894–1916), R. Adipati Kromo Adinegoro (1916–1933), M.NG. Rekso Amitprodjo (1933–1935), dan R. T.A.A. Rekso Amitprodjo (1935–1945),

Setelah kemerdekaan, kepemimpinan di Kabupaten Mojokerto dilanjutkan oleh Dokter Soekandar (1945–1947), M. Pamudji (1947–1948), R.T.A.A. Rekso Amit Prodjo (1948–1949), R. Amin Noto Widjojo (1949–1950), R. Soeharto (1950–1958), R. Ardi Sriwidjojo (1958–1965), R. Achmad Basoeni, (1965–1974), K. Supeno Soerjoatmodjo (1974–1975), H.D. Fatchoerrochman (1975–1985), Koento Soetedjo (1985–1990), Machmoed Zain (1990–2000), H. Achmady (2000-2008), Suwandi (2008–2010), Mustofa Kamal Pasa (2011–2021), dan Ikfina Fahmawati (2021–2024).

Secara administratif, wilayah Kabupaten Mojokerto terdiri dari 18 kecamatan, 5 kelurahan, dan 209 desa, 2.074 RW, dan 7.039 RT. Kedelapan belas kecamatan itu adalah Jatirejo, Gondang, Pacet, Trawas, Ngoro, Pungging, Kutorejo, Mojosari, Bangsal, Mojoanyar, Dlanggu, Puri, Trowulan, Sooko, Gedeg, Jetis, Kemlagi, dan Dawarblandong.

Untuk mendukung roda pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Mojokerto tahun 2021 didukung oleh 7.168 pegawai negeri sipil (PNS), yang terdiri dari 3.237 laki-laki dan 3.931 perempuan. Dari jumlah itu, komposisi PNS menurut golongan kepangkatan terdiri atas 54 persen golongan III, 27 persen golongan VI, 18 persen golongan II, dan 1 persen yang berada di golongan I.

Sementara berdasarkan tingkat pendidikan, sekitar 61 persen PNS berijasah D-IV/S1/S2/S3. Kemudian PNS berpendidikan SLTA sebesar 20 persen, berpendidikan D-I/II/III 14 persen serta berpendidikan SLTP ke bawah 5 persen.

KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ

Calon Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati saat kampanye tatap muka di Desa Gayam, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Minggu (18/10/2020).

Politik

Peta politik di Kabupaten Mojokerto dalam tiga kali pemilihan umum legislatif memperlihatkan dinamisnya dukungan masyarakat terhadap partai politik. Hal itu tampak dari perolehan kursi masing-masing partai politik (parpol).

Pada Pemilu Legislatif 2009, PDI Perjuangan berhasil meraih kursi terbanyak di DPRD Kabupaten Mojokerto dengan tujuh kursi. Disusul dengan Demokrat, PKB, dan Golkar masing-masing meraih lima kursi serta PKS meraih empat kursi. Partai-partai lainnya yang tergabung dalam Fraksi Pembaharuan memiliki 11 kursi serta Fraksi Bintang Karya Pembangunan (BKP) sebanyak delapan kursi.

Pada Pemilu Legislatif 2014, PDI Perjuangan masih memperoleh kursi terbanyak, yakni tujuh kursi. Disusul Golkar dan Demokrat sama-sama mendapat enam kursi, serta PKB, PPP, dan Gerindra masing-masing lima kursi. Partai lain yang memperoleh kursi adalah PKS, Nasdem, dan PAN sama-sama meraih empat kursi serta Hanura dan PBB masing-masing mendapatkan dua kursi dewan.

Terakhir pada Pemilu Legislatif 2019, giliran PKB meraih suara terbanyak sekaligus menempatkan 10 anggota kadernya di DPRD Kabupaten Mojokerto. Disusul kemudian PDI Perjuangan memperoleh sembilan kursi, Golkar enam kursi serta PPP dan Partai Demokrat sama-sama memperoleh lima kursi.

Partai lain yang memperoleh kursi dewan adalah PKS empat kursi, Gerindra dan Nasdem masing-masing tiga kursi, PAN dan Hanura masing-masing dua kursi serta PBB hanya mendapatkan satu kursi.

SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN MOJOKERTO

Kependudukan

Kabupaten Mojokerto tahun 2021 berdasarkan hasil registrasi, berpenduduk 1.122.165 jiwa, yang terdiri atas 565.151 jiwa penduduk laki-laki dan 557.014 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2020, penduduk Kabupaten Mojokerto mengalami pertumbuhan sebesar 0,42 persen.

Rasio jenis kelamin tahun 2021 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 101. Hal ini berarti terdapat 101 laki-laki pada setiap 100 perempuan.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Mojokerto tahun 2021 mencapai 1.626 jiwa/km2. Kecamatan Sooko tercatat sebagai kecamatan terpadat dengan angka kepadatan penduduk 3.209jiwa/km2.

Komposisi penduduk Kabupaten Mojokerto didominasi oleh penduduk usia produktif (15–64 tahun), sekitar 70 persen, dalam periode 2018–2021.

Mayoritas penduduk Kabupaten Mojokerto menganut agama Islam, yakni 98,85 persen. Disusul kemudian penganut agama Kristen Protestan 0,77 persen, penganut agama Katolik 0,21 persen, dan sisanya sebesar 0,17 persen beragama Hindu, Budha, Khonghucu, dan penganut kepercayaan.

Di bidang tenaga kerja, hasil Sakernas Agustus menunjukkan bahwa persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor manufaktur/industri pengolahan sebesar 37,10 pada tahun 2021. Sektor jasa tercatat menyumbang jumlah tenaga kerja terbesar yaitu 46,15 persen. Sektor jasa ini mencakup kategori lapangan usaha mulai dari perdagangan, konstruksi, transportasi, penyedia makan minum, informasi, jasa keuangan, jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan administrasi pemerintahan.

Jika ditilik dari status pekerjaan utama, sebagian besar penduduknya bekerja dengan status buruh/karyawan, yakni sebesar 46,25 persen atau sejumlah 276.453 (2021). Sementara itu, penduduk yang berusaha sendiri menempati posisi kedua, yaitu 20,76 persen atau sekitar 124.127 orang pada tahun 2021.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Warga mengambil air dalam rangkaian ritual desa Ruwat Sumber di Pentirtaan Candi Jolotundo, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (13/11/2013). Ritual bersih air yang rutin dilakukan warga desa pada bulan Suro penanggalan Jawa tersebut bertujuan kepada khalayak untuk menjaga kelestarian air khususnya yang mengalir dari Gunung Penanggungan.

Indeks Pembangunan Manusia
74,15 (2021)

Angka Harapan Hidup 
72,53 tahun (2021)

Harapan Lama Sekolah 
12,95 tahun (2021)

Rata-rata Lama Sekolah 
8,64 tahun (2021)

Pengeluaran per Kapita 
Rp12,84 juta (2021)

Tingkat Pengangguran Terbuka
5,54 persen (2021)

Tingkat Kemiskinan
10,62 persen (2021)

Kesejahteraan

Kesejahteraan penduduk di Kabupaten Mojokerto meningkat dari tahun ke tahun seperti tercermin dari indeks pembangunan manusia (IPM). Pada 2021, IPM Kabupaten Mojokerto tercatat sebesar 74,15, naik 0,32 poin dibanding pada 2020 sebesar 73,83. Dengan capaian IPM itu, Kabupaten Mojokerto masuk kategori tinggi.

Ditilik dari dimensinya, umur harapan hidup (UHH) pada tahun 2021 selama 72,53 tahun. Kemudian untuk dimensi pengetahuan, harapan lama sekolah penduduk usia 7 tahun selama 12,95 tahun dan rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas selama 8,64 tahun. Sedangkan, dimensi standar hidup layak yang diukur dengan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan sebesar Rp 12,95 juta.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kabupaten Mojokerto pada 2021 tercatat sebesar 5,54 persen. Angka pengangguran itu turun 0,21 persen bila dibandingkan pada 2020, di mana pengangguran terbukanya sebesar 5,75 persen.

Dilihat dari tingkat pendidikan, sebanyak 10.154 pengangguran di Kabupaten Mojokerto adalah penduduk berpendidikan SMP dengan TPT sebesar 7,74 persen, sedangkan TPT penduduk yang berpendidikan SD hanya 3,14 persen. TPT tertinggi justru berada pada kelompok penduduk yang berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 8,4 persen.

Tingkat kemiskinan di Kabupaten Mojokerto pada Maret 2021 sebesar 10,62 persen dengan jumlah penduduk miskin sebesar 120,54 ribu orang. Tahun sebelumnya, persentase penduduk miskin sebesar 10,57 persen atau sebanyak 118,8 ribu orang.

Adapun Garis Kemiskinan di Kabupaten Mojokerto pada Maret 2021 sebesar Rp417.784 per kapita per bulan, bertambah sebesar Rp11.741 per kapita per bulan atau meningkat sebesar 2,89 persen, bila dibandingkan kondisi Maret 2020 yang sebesar Rp406.043.

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Perajin menyelesaikan pembuatan patung kuningan di sentra industri kecil cor logam di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (18/4/2013). Beragam patung logam dengan motif arca zaman Majapahit banyak diproduksi untuk memenuhi pasar di Bali dan ekspor ke Eropa.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
Rp625,42 miliar (2021)

Dana Perimbangan 
Rp1,89 triliun (2021)

Pendapatan Lain-lain 
Rp89,19 miliar  (2021)

Pertumbuhan Ekonomi
4,12 persen (2021)

PDRB Harga Berlaku
Rp87,26 triliun (2021)

PDRB per kapita
Rp77,53 juta/tahun (2021)

Ekonomi

BPS Kabupaten Mojokerto mencatat produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Mojokerto pada 2021 sebesar Rp87,26 triliun. Dari total PDRB tersebut, separuh lebih atau 55,77 persen ditopang oleh lapangan usaha industri pengolahan, baik industri mikro, kecil, menengah, dan besar.

Lapangan usaha lain yang menopang perekonomian Kabupaten Mojokerto adalah perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 10,28 persen. Selain itu, juga lapangan usaha konstruksi sebesar 8,33 persen, dan pertanian sebesar 7,66 persen.

Sebagai salah satu wilayah penyangga Kota Surabaya, Mojokerto memiliki kawasan Industri Mojoanyar seluas 600 hektare, kawasan industri Jetis seluas 3.000 hektare, dan kawasan industri Ngoro atau NIP (Ngoro Industrial Park) seluas 602 hektare yang akan diperluas menjadi 1.000 hektare.

Menurut data BPS Kabupaten Mojokerto, industri besar sedang paling banyak terdapat di Kecamatan Ngoro, yaitu sebanyak 143 perusahaan. Terbanyak kedua dan ketiga adalah Kecamatan Pungging dan Kecamatan Jetis, yaitu masing-masing sebanyak 55 dan 39 perusahaan. Adapun tenaga kerja yang terserap dalam industri besar dan sedang selama 2020 sekitar 90.484 orang.

Sementara untuk industri kecil, umumnya bergerak di industri sepatu, tas, dompet, kaus olahraga, topi bordir, kerajinan emas, sampai patung batu bercorak budaya Majapahit.

Di sektor pertanian, komoditi pertanian yang paling dominan di daerah ini adalah komoditi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan hanya sedikit disumbang oleh kehutanan dan perikanan.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Stan dari Kabupaten Mojokerto di Jatim Fair Hybrid 2021 dalam rangka HUT ke-71 Provinsi Jawa Timur di Convention Hall Grand City, Surabaya, Senin (11/10/2021). Konsep Hybrid yang dilakukan memungkinkan pengunjung menyusuri area pameran secara virtual melalui platform. Dengan tema “Jatim Bangkit Menuju Pasar Global”, pameran tersebut dijadikan momentum kebangkitan UMKM dan Ekonomi Jawa Timur di tengah pandemi. Kegiatan diikuti oleh 172 stan.

Di bidang keuangan daerah, total pendapatan Kabupaten Mojokerto pada 2021 sebesar Rp2,6 triliun. Dana perimbangan masih menjadi penopang terbesar pembangunan Kabupaten Mojokerto dengan kontribusi senilai Rp1,89 triliun.

Selanjutnya pendapatan asli daerah (PAD) memberikan kontribusi senilai Rp625,42 miliar. Sementara itu, lain-lain pendapatan daerah yang sah memberikan kontribusi paling rendah, yaitu senilai Rp89,19 miliar.

Di sektor pariwisata, Kabupaten Mojokerto memiliki potensi wisata yang sangat beragam, sehingga menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Timur. Destinasi wisata bervariasi seperti wisata alam, sejarah/situs purbakala, hingga wisata religi.

Menurut data BPS, tempat wisata di Kabupaten Mojokerto pada 2021 tercatat sebanyak 79 tempat. Rinciannya,  wisata alam 7 tempat, wisata kreasi 48 tempat, wisata edukasi dan minat khusus 12 tempat, wisata sejarah dan religi 12 tempat.

Wisata alam yang cukup terkenal di kabupaten ini terutama berada di kawasan pegunungan di Kecamatan Pacet dan Trawas. Beberapa di antaranya adalah air terjun Coban Canggu, air terjun Grenjengan, air terjun Watu Ulo hingga pemandian air panas.

Selain wisata alam, sejumlah peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit masih terawat dan menjadi obyek wisata. Sejumlah tempat itu banyak terdapat di Kecamatan Trowulan yang pernah jadi pusat Kerajaan Majapahit. Bangunan yang terkenal terdiri atas Candi Brahu, Candi Tikus, Candi Bajang Ratu, Candi Wringin Lawang, Candi Gentong, dan puluhan lainnya.

Sepanjang tahun 2021, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Mojokerto tercatat sebanyak 477.291 wisatawan domestik, turun drastis dibandingkan tahun 2020 sebanyak 832.330 wisatawan asing maupun domestik.

Adapun untuk akomodasi, di kabupaten ini terdapat 20 hotel baik hotel bintang maupun nonbintang. Sedangkan jumlah rumah makan/restoran tercatat sebanyak 62 rumah makan/restoran.

KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Ananda Sukarlan, pianis Indonesia, memainkan SR1928 The Awakening Concert Grand Piano berkolaborasi dengan penyanyi Rangga Suryanata dari Surabaya dalam pembuatan video klip Rapsodia Nusantara dan Kejayaan Nusantara di kompleks Candi Bajang Ratu, Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu (3/10/2020). Piano hasil kolaborasi musisi Aksan Sjuman, arsitek Raul Renanda, dan perusahaan furnitur eksklusif PT Saniharto Enggalhardjo ini dimainkan di sejumlah lokasi tinggalan kejayaan era Mataram Kuno (Prambanan), Sriwijaya (Muaro Jambi), dan Majapahit (Trowulan) untuk menduniakan kembali keagungan kebudayaan Nusantara.

Referensi

Arsip Berita Kompas
  • “Kabupaten Mojokerto * Otonomi”, Kompas, 25 Maret 2003, hlm. 32
  • “Ingin Jadi Kabupaten Wisata * Otonomi”, Kompas, 25 Maret 2003, hlm. 32
  • “Situs Trowulan: Menelusuri Kebesaran Majapahit”, Kompas, 12 Agustus 2008, hlm. 14
  • “Trowulan: ”Menyatukan” Kota Majapahit”, Kompas, 09 November 2013, hlm. 14
  • “Tanah Air: Arjuna, Pusat Situs Purbakala Baru di Jatim”, Kompas, 13 Februari 2016, hlm. 22
  • “Situs Trowulan: Selamatkan Sisa Batu Bata Kuno”, Kompas, 11 April 2017, hlm. 12
Buku dan Jurnal
Aturan Pendukung

Editor
Topan Yuniarto