KOMPAS/ANGGER PUTRANTO
Sejumlah kapal bersandar di dermaga ponton Banyuwangi International Yatch Club di Kawasan Pantai Marina Boom Banyuwangi, Jumat (25/9/2020). Banyuwangi International Yatch Club ini menjadi fasilitas dan destinasi wisata baru yang diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan terutama wisatawan asing kelas menengah atas.
Fakta Singkat
Hari Jadi
18 Desember 1771
Dasar Hukum
Undang-Undang No.12/1950
Luas Wilayah
5.782,40 km2
Jumlah Penduduk
1.708.114 jiwa (2020)
Kepala Daerah
Bupati Ipuk Fiestiandani Azwar Anas
Wakil Bupati Sugirah
Instansi terkait
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan UU 12/1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur.
Hari Jadi Kabupaten Banyuwangi diperingati setiap tanggal 18 Desember. Sejarah mencatat tepatnya pada tanggal 18 Desember 1771 terjadi puncak dari perang Puputan Bayu. Dikutip dari beberapa sumber yang ada, pada pertengahan abad ke-17, Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Pangeran Tawang Alun.
Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 25 Kecamatan dan 217 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk 1,7 juta jiwa pada tahun 2020. Saat ini, Bupati dan Wakil Bupati Banyuwangi periode 2021–2024 adalah Ipuk Fiestiandani Azwar Anas dan Sugirah.
Daerah terluas di Jawa Timur ini terkenal dengan banyak julukan. Kabupaten ini kerap disebut Bumi Blambangan karena Blambangan merupakan cikal bakal dari Banyuwangi. Julukan lainnya adalah Kota Osing, karena di Banyuwangi dihuni suku Osing, penduduk asli Banyuwangi. Orang-orang Osing adalah masyarakat Blambangan yang tersisa. Banyuwangi juga berjuluk The Sunrise of Java, yang menggambarkan Banyuwangi sebagai tempat terbitnya mentari pagi pertama di Pulau Jawa.
Daerah yang berbatasan langsung dengan Selat Bali ini masuk sebagai salah satu kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) yang merupakan aset penting bagi pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif.
Daerah ini terkenal sebagai destinasi wisata yang menarik. Suguhan objeknya sendiri sangat beragam, mulai dari wisata alam, wisata sosial-budaya, hingga wisata yang “kekinian”. Potensi pariwisata di Banyuwangi sudah banyak yang terkenal seperti Kawah Ijen, Djawatan, Pulau Merah, dan masih banyak lagi.
Selain unggul akan panorama alamnya, Kabupaten Banyuwangi juga unggul dalam bidang pelayanan publik. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, daerah tersebut mendapatkan penghargaan Kabupaten Terinovatif dalam kompetisi Innovative Goverment Award (IGA) 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri.
Selain penghargaan bergengsi tersebut, Kabupaten Banyuwangi juga menyabet delapan penghargaan bidang layanan publik dari berbagai kementerian dan lembaga tingkat nasional lainnya pada tahun yang sama.
Visi kabupaten Banyuwangi adalah “Terwujudnya Banyuwangi Yang Semakin Maju, Sejahtera Dan Berkah”. Adapun misinya ada lima, yakni pertama, meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan ekonomi lokal berbasis pertanian, perikanan, umkm, dan pariwisata fokus pada keberdayaan keluarga untuk membuka lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan.
Kedua, membangun SDM unggul, sehat jasmani-rohani, produktif dan berkarakter melalui peningkatan akses serta kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya.
Ketiga, mewujudkan masyarakat berkarakter yang memegang teguh nila-inilai keagamaan, menjaga keluhuran adat istiadat, serta menguatkan gotong royong dan kerukunan dalam harmoni kebhinekaan.
Keempat, mempercepat pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial yang semakin merata dengan memperhatikan daya dukung lingkungan.
Kelima, memantapkan tata kelola pemerintahan yang tangkas dan dinamis melalui transformasi digital untuk mewujudkan birokrasi produktif dan kemudahan berusaha.
Sejarah pembentukan
Dalam buku Sekilas Perang Puputan Bayu sebagai Tonggak Sejarah Hari Jadi Banyuwangi Tanggal 18 Desember 1771 dan buku Profil Pembangunan 2018 Kabupaten Banyuwangi, yang keduanya diterbitkan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, disebutkan kilas balik berdirinya Kabupaten Banyuwangi.
Berdasarkan data sejarah yang ada, sepanjang sejarah Blambangan kiranya tanggal 18 Desember 1771 merupakan peristiwa sejarah yang paling tua dan patut diangkat sebagai hari jadi Kabupaten Banyuwangi.
Sebelum peristiwa puncak perang Puputan Bayu tersebut, sebenarnya ada peristiwa lain yang mendahuluinya, yaitu peristiwa penyerangan para pejuang Blambangan di bawah komando Pangeran Puger (Putra Wong Agung Wilis) ke benteng Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC di Banyualit pada tahun 1768.
Berdasarkan data sejarah, nama Banyuwangi tidak dapat terlepas dengan kejayaan Blambangan. Sejak zaman Pangeran Tawang Alun (1655–1691) dan Pangeran Danuningrat (1736–1763), bahkan sampai ketika Blambangan berada di bawah perlindungan Bali (1763–1767), VOC belum pernah tertarik untuk memasuki dan mengelola Blambangan.
Pada tahun 1743, Jawa bagian timur (Blambangan) diserahkan oleh Pakubuwono II kepada VOC, merasa Blambangan memang sudah menjadi miliknya. Untuk sementara, Blambangan masih dibiarkan yang akan dikelola sewaktu-waktu jika diperlukan. Bahkan, ketika Danuningrat meminta bantuan untuk melepaskan diri dari Bali, VOC masih belum tertarik melihat ke Blambangan.
Namun, setelah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan dan mendirikan dagangnya (Kompleks Inggrisan sekarang), VOC bergerak untuk segera merebut Banyuwangi dan mengamankan seluruh Blambangan. VOC berusaha merebut seluruh Blambangan karena pada waktu itu Blambangan mulai berkembang menjadi tempat perdagangan yang dikuasai Inggris.
Sejarah juga mencatat pada masa itu, kerajaan Blambangan berusaha melepaskan diri dari VOC yang ingin menguasai kerajaan Blambangan. Sebagai kerajaan bercorak Hindu terakhir abad ke-18, kerajaan Blambangan tidak menyerah begitu saja pada VOC. Terjadilah perlawanan rakyat selama kurang lima tahun, 1767 hingga 1772.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Situs Umpak Songo di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Situs Umpak Songo diyakini sebagai sisa bangunan dari peninggalan Kerajaan Blambangan di wilayah paling timur Pulau Jawa itu. Dari situs ini, legenda Menak Jingga terawat sampai sekarang.
Salah satu perang yang paling diingat rakyat Banyuwangi adalah perang Puputan Bayu pada 1771, tepatnya pada puncak perang 18 Desember 1771. Kala itu, rakyat Blambangan yang dipimpin Pangeran Jagapati melawan ratusan orang serdadu, perwira militer, dan pejabat penting yang dikerahkan VOC untuk melakukan berperang.
Hasilnya, Blambangan harus menerima kenyataan pahit dengan puluhan ribu rakyat Banyuwangi tewas, luka-luka, dan hilang. Tapi, VOC juga mengalami hal yang sama harus kehilangan ratusan orang yang berperang ditambah kerugian materil akibat perang.
Pada saat yang sama, ternyata pemimpin Puputan Bayu Pangeran Jagapati terluka parah seusai berduel dengan pemimpin Laskar Sumenep Tumenggung Alap-alap. Pada 19 Desember 1771, Pangeran Jagapati pun ditemukan meninggal di benteng pertahanan.
Gugurnya Pangeran Jagapati tidak membuat rakyat berhenti melawan VOC, sampai pada 1773 VOC akhirnya kerajaan Blambangan runtuh. Mereka pun membangun kota baru di Banyuwangi yang sebelumnya dijadikan pusat pemerintahan Kerajaan Blambangan dan mengubah kebijakan politik terhadap Regentschap Blambangan Timur yang sebelumnya bersifat represif menjadi kooperatif.
KOMPAS/SIWI YUNITA CAHYANINGRUM
Galeri Sukowidi menjadi salah satu tempat wisata sejarah di Banyuwangi, Jawa Timur. Lewat koleksi foto-foto lawasnya, galeri ini menampilkan Banyuwangi tempo dulu.
Atas usul Penguasa Blambangan 1771–1773, Patih Juru Kunci atau Patih Tumenggung Jaksanegara kepada Residen Schopoff, dilanjutkan kepada Pemangku Kebijakan Ujung Timur (Gezaghebber van den Oosthoek) P. Luzak, dilanjutkan lagi kepada Gubernur Van der Burg di Semarang, lalu kepada Gubernur Jenderal Van der Parra di Batavia—R. Wiroguno I alias Mas Alit dilantik menjadi Bupati Banyuwangi pertama pada 1 Februari 1774 dan menempati kediamannya di Pendopo Sabha Swagata Blambangan.
Meski rakyat Banyuwangi memiliki bupati pertama pada 1774, rakyat Banyuwangi rupanya tak melupakan jasa dari Pangeran Jagapati, pemimpin perang Bayu Puputan yang tak gentar melawan VOC. Oleh karena itu, Banyuwangi yang semula bernama Blambangan mengenang hari gugurnya Pangeran Jagapati pada 18 Desember 1771, sebagai hari jadinya.
Penamaan Banyuwangi sebenarnya juga berkaitan dengan cerita rakyat yang ada pada masyarakat Banyuwangi, yakni cerita tentang Sidopekso dan Putri Sritanjung. Cerita rakyat ini sangat dipercaya di Banyuwangi dan sampai sekarang masih dipercaya adanya bukti peninggalan dari peristiwa tersebut.
Artikel Terkait
Geografis
Secara astronomi, Kabupaten Banyuwangi terletak diantara 113º53’ — 114º38’ Bujur Timur dan 7º43’ — 8º46’ Lintang Selatan serta secara geografis, Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di sebelah Utara, Samudera Hindia disebelah Selatan, Selat Bali di sebelah Timur dan Kabupaten Jember di sebelah Barat.
Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur. Bahkan, Banyuwangi juga merupakan kabupaten terluas di Pulau Jawa. Luas Banyuwangi ini sekitar 5.782,40 km² atau 12,10 persen dari total luas wilayah Jatim.
Banyuwangi bahkan lebih luas dibandingkan dengan luas negara Brunei Darussalam, yang merupakan salah satu negara di Asia Tenggara. Brunei Darussalam hanya memiliki luas wilayah sekitar 5.765 kilometer persegi, sedangkan Banyuwangi mempunyai luas 5.782,4 kilometer persegi.
Wilayahnya cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Bondowoso, terdapat rangkaian Dataran Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.282 m) dan Gunung Merapi (2.800 m) terdapat Kawah Ijen.
Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak zaman Hindia Belanda. Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, terdapat kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam, yakni Taman Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan kawasan pengembangan penyu. Di Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam, yaitu Taman Nasional Alas Purwo.
Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan yang merupakan daerah penghasil produk perkebunan dan dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil pertanian serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.
Rata-rata curah hujan di Kabupaten Banyuwangi selama tahun 2020 adalah antara 40.7–257 mm/bulan. Sedangkan rata-rata suhu udara terpanas terjadi pada bulan April, yaitu setinggi 28,7 C.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Pemandangan kawah Gunung Raung, Jawa Timur, yang terpotret dari udara dari ketinggian 6.700 meter dari kaca jendela pesawat, Kamis (16/5/2019). Gunung Raung termasuk gunung berapi aktif yang berada di perbatasan Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso. Kawah gunung ini berbentuk kaldera kering dengan gunung anakan aktif di dalamnya.
Artikel Terkait
Pemerintahan
Sebagai kabupaten yang usianya kini 250 tahun, kabupaten ini sudah dipimpin oleh 28 bupati. Dari 28 bupati, 13 di antaranya bupati yang memimpin pada zaman penjajahan dan 15 bupati seusai Indonesia merdeka.
Ke-13 bupati pada masa penjajahan itu adalah Adipati Wiroguno I (1773–1782), Adipati Wiroguno II (1782–1818), Adipati Surenggono (1818–1832), Adipati Wiryo Hadi Danuningrat (1832–1867), Adipati Pringgokusumo (1867–1881), Adipati Aryo Sugondo (1881–1888), Adipati Astro Kusumo (1888–1889), Adipati Joyo Surenggono (1889–1908), Adipati Kusumonagoro (1905–1910), Adipati Notodiningrat (1910–1920), Adipati Noto Hadisuryo (1920–1930), Adipati Murtajab (1930-1-935), dan Adipati Ahmad Prastika (1935–1942)
Setelah Indonesia merdeka, Kabupaten Banyuwangi telah dipimpin oleh 15 bupati, yaitu Adipati Usman Sumodinoto (1942–1947), R Ahmad Kusumonagoro (1947–1949), Moh Abiwinoto (1949–1949), Sukarbi (1949–1950), Usman Sumodinoto (1950–1955), Noto Sugito (1955–1965), Suwarno Kanapi (1965–1966), Joko Supaat Slamet (1966–1978), Susilo Suharto (1978–1983), Joko Wasito (1983–1988), Harwin Wasisto (1988–1991), Purnowo Sidik (1991–2000), Samsul Hadi (2000–2005), Ratna Ani Lestari (2005–2010), Abdullah Azwar Anas (2010–2020), dan Ipuk Fiestiandani Azwar Anas (2021–2024) .
Secara administratif, Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadi 25 kecamatan, dan 189 desa, serta 28 kelurahan.
Untuk mendukung jalannya roda pemerintahan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2020 tercatat sebanyak 9.400 PNS. Dari jumlah itu, PNS di Banyuwangi didominasi oleh lulusan tingkat Sarjana/Doktor/Ph.D sebesar 67,20 persen, diikuti lulusan SMA/Sederajat sebesar 18,36 persen, dan lulusan Diploma sebesar 12,7 persen. Namun demikian, masih terdapat lulusan SMP ke bawah sekitar 1,74 persen.
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO
Ketua Dekranasda Banyuwangi Ipuk Festiandani (sekarang bupati Banyuwangi) menyampaikan gagasannya tentang peluang kaum muda menjadi pengusaha dihadapan ratusan kaum millenial diskusi ‘Know Your Self’ yang digagas Pemerintah Kabupaten Banyuwangi di Pendopo Sabha Swagata Banyuwangi Jumat (21/2/2020). Pemerintah Daerah Banyuwangi mendorong kaum mudanya untuk menjadi wirausaha sebagai salah satu cara mengurangi pengangguran.
Artikel Terkait
Politik
Peta perpolitikan di Kabupaten Banyuwangi dalam tiga pemilihan umum (pemilu) legislatif menunjukkan besarnya pengaruh PDI Perjuangan (PDI-P) dalam meraih simpati masyarakat.
Di Pemilu Legislatif 2009, PDI-P mendominasi perolehan kursi di DPRD Kabupaten Banyuwangi. Partai berlambang banteng moncong putih ini berhasil menempatkan 12 kadernya di parlemen. Di urutan berikutnya, Partai Demokrat memperoleh 10 kursi, disusul Golkar mendapatkan tujuh kursi.
Kemudian berturut-turut PKB mendapat enam kursi, PKNU lima kursi, Gerindra empat kursi, Hanura dan PPP sama-sama meraih dua kursi serta PAN dan Partai Republikan Nusantara masing-masing satu kursi.
Lima tahun kemudian, pada Pemilu Legislatif 2014, PDI-P dan PKB berhasil meraih kursi terbanyak di Bumi Blambangan. Masing-masing partai politik tersebut berhasil meraih 10 kursi di DPRD Banyuwangi. Disusul Golkar tujuh kursi, serta Demokrat dan Gerindra sama-sama meraih lima kursi. Kemudian Hanura dan PPP sama-sama meraih empat kursi, PKNU dan Partai Republikan Nusantara dua kursi serta PAN satu kursi.
Di Pemilu Legislatif 2019, PDI-P kembali meraih kursi terbanyak dengan 12 kursi. Disusul PKB sembilan kursi, Demokrat dan Gerinda sama-sama meraih enam kursi, Golkar dan Nasdem meraih lima kursi, dan PPP empat kursi. Sementara Hanura dan PKS masing-masing mendapat dua kursi.
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO
Warga menyalurkan hak pilihnya di TPS 04 yang dihias menyerupai panggung pertunjukan kesenian Barong di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Rabu (9/12/2020). Warga Banyuwangi menyalurkan hak pilihnya untuk memilih bupati baru pengganti Abdullah Azwar Anas yang sudah menjabat selama 2 periode sejak 2010 hingga 2020.
Artikel Terkait
Kependudukan
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi hasil Sensus Penduduk 2020 sebanyak 1.708.114 jiwa. Dari jumlah itu, penduduk laki-laki lebih sedikit 1 persen dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin yang nilainya sebesar dari 99 pada tahun 2020.
Mayoritas penduduk Kabupaten Banyuwangi didominasi oleh generasi X, Z, dan Milenial. Proporsi generasi Z sebesar 24,85 persen atau sebanyak 421.882 Jiwa, generasi X sebesar 24,72 persen atau sebanyak 419.643 jiwa dan generasi milenial sebesar 22,67 persen atau sebanyak 384.880 jiwa.
Kabupaten Banyuwangi dihuni oleh berbagai suku karena pada masa kolonial Belanda, mereka mendatangkan orang asing serta suku lain untuk bekerja di perkebunan Banyuwangi. Beberapa suku itu adalah suku Madura, suku Bali, suku Tionghoa, suku Arab, dan suku Mandar.
Adapun suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi. Suku Osing atau Using sudah ada sebelum Belanda mendatangkan pekerja dari luar Banyuwangi. Suku Osing Banyuwangi layaknya suku-suku lainnya, memiliki warisan budaya dan keunikannya sendiri.
Mereka menggunakan bahasa Osing sebagai bahasa kesehariannya. Bahasa osing adalah salah satu ragam tertua bahasa Jawa. Suku Osing banyak ditemukan di kecamatan Rogojampi, Songgon, Kabat, Giri, Glagah, dan Kalipuro, serta masih tersebar di desa-desa lainnya.
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO
Samsul (34) berjalan di tengah pematang sawah sambil membawa hantaran berupa nasi berkat dan wewangian dupa saat menggelar tradisi Slametan Sawah Suku Osing (suku asli Banyuwangi) di Desa Kemiren Banyuwangi, Senin (17/8/2020). Dalam tradisi slametan sawah tersebut, pemilik sawah akan meletakkan hantaran di titik masuknya air di lahan sawah (uwangan).
Indeks Pembangunan Manusia
71,38 (2021)
Angka Harapan Hidup
70,72 tahun (2021)
Harapan Lama Sekolah
13,10 tahun (2021)
Rata-rata Lama Sekolah
7,42 tahun (2021)
Pengeluaran per Kapita
Rp12,21 juta (2021)
Tingkat Pengangguran Terbuka
5,42 persen (2021)
Tingkat Kemiskinan
8,07 persen (2021)
Kesejahteraan
Pembangunan manusia Kabupaten Banyuwangi meningkat dari waktu ke waktu. Hal itu tecermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2021 sebesar 71,38, meningkat 0,76 persen dibanding capaian pada tahun 2020, yakni 70,62 persen. Pencapaian IPM itu masuk kategori “tinggi”. Selama 2010-2021 IPM Banyuwangi rata-rata meningkat sebesar 0,92 persen.
Dari komponen pembentuknya, angka harapan hidup tercatat 70,72 tahun, harapan lama sekolah 13,10 tahun, rata-rata lama sekolah 7,42 tahun, dan pengeluaran per kapita Rp12,21 juta.
Adapun angka kemiskinan dan pengangguran di Kabupaten Banyuwangi mengalami kenaikan sepanjang tahun 2021. Berdasarkan data BPS, angka kemiskinan Kabupaten Banyuwangi tahun 2021 sebesar 8,07 persen, meningkat sebesar 0,01 persen dibandingkan tahun 2020 sebesar 8,06 persen. Sedangkan angka pengangguran Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2021 tercatat sebesar 5,42 persen, naik dibandingkan tahun 2020 yang sebesar 5,34 persen.
Tingkat kemiskinan dan pengangguran terbuka Banyuwangi masih berada di bawah rata-rata Provinsi Jawa Timur.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Rp520,16 miliar (2021)
Dana Perimbangan
Rp1,98 triliun (2021)
Pendapatan Lain-lain
Rp678,69 miliar (2021)
Pertumbuhan Ekonomi
4,08 persen (2021)
PDRB Harga Berlaku
Rp85,91 triliun (2021)
PDRB per kapita
Rp47,57 juta/tahun (2021)
Ekonomi
Produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2021 senilai Rp85,91 triliun. Perekonomiannya ditopang oleh sektor pertanian. Sektor ini menyumbang sebesar 29,13 persen dari total PDRB Kabupaten Banyuwangi pada 2021.
Selain pertanian, perekonomian kabupaten ini juga banyak disumbang oleh perdagangan, hotel, dan restoran (16,63) serta usaha konstruksi (13,84 persen). Dua sektor lain yang turut menopang PDRB Kabupaten Banyuwangi adalah industri pengolahan serta pertambangan dan penggalian yang masing-masing berkontribusi sebesar 12,32 persen dan 7,25 persen.
Di sektor pertanian, Banyuwangi memang dianugerahi potensi pertanian yang luar biasa. Sektor ini boleh dikatakan menjadi penyangga perekonomian Banyuwangi. Sektor ini juga menjadi tumpuan hidup bagi 266 ribu tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian (BPS, 2020).
Potensi lahan pertanian di Kabupaten Banyuwangi ini berada di peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang dan Jember sehingga Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu lumbung padi Jawa Timur. Di kabupaten ini, terdapat lahan persawahan sekitar 66.152 hektare atau 11,44 persen.
Selain padi, Banyuwangi juga dikenal dengan produksi buah naga dan cabai. Sejak 2014, setiap tahun Banyuwangi memproduksi lebih dari 15.000 ton buah naga, 18.000 ton cabai rawit, dan 10.000 ton cabai besar.
Banyuwangi selama ini dikenal pula sebagai penyuplai kebutuhan cabai rawit untuk sejumlah daerah, khususnya di wilayah Jabodetabek.
Di sektor industri pengolahan, menurut data BPS jumlah perusahaan yang terdaftar di Dinas PMPTSP, pada tahun 2020 tercatat sebanyak 9.857 perusahaan.
Total pendapatan Kabupaten Banyuwangi mencapai hingga Rp3,18 triliun pada 2021. Meskipun merupakan kabupaten terluas di Provinsi Jawa Timur, kontribusi terbesar pendapatan daerahnya masih berasal dari dana perimbangan pemerintah pusat. Pada 2021, dana perimbangan untuk kabupaten ini mencapai Rp1,98 triliun atau 62,3 persen dari total pendapatan daerahnya.
Sementara itu, penerimaan dari lain-lain pendapatan daerah yang sah menyumbang Rp678,69 miliar atau 21,4 persen dari total pendapatan. Kontribusi terkecil berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) yang menyumbang sebesar 16,3 persen dari total pendapatan atau senilai Rp520,16 miliar.
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO
Pengunjung Pasar Kampoeng Osing menyaksikan pertunjukan kesenian musik gedogan di Pasar Kampoeng Osing, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (17/4/2021). Desa Kemiren merupakan salah satu dari 16 Desa Wisata Berkelanjutan yang dipilih oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Di sektor pariwisata, Banyuwangi memiliki banyak destinasi wisata dari keindahan alam hingga kekayaan budaya masyarakat setempat. Sebut saja Pantai Pulau Merah, Pantai Watu Dodol, Kawah Ijen, Air Terjun Kalibendo, dan Taman Nasional Baluran yang menyuguhkan panorama pantai dan alam yang sungguh mempesona.
Sedangkan kekayaan sosial masyarakat yang masih terjaga secara turun temurun dan menjadi daya tarik wisata di antaranya Desa Kemiren untuk wisata budaya. Ada pula situs peninggalan purbakala untuk wisata religi seperti makam Datuk Malik Ibrahim, Taman Perdamaian Dunia Watu Gedhek, Candi Alas Purwo, Klenteng Hoo Tong Bio, serta Pura Luhur Giri Saloka.
Sejak 2010, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah menggenjot pariwisata sebagai bagian dari upaya meningkatkan ekonomi daerah. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi mencatat laju pertumbuhan kunjungan wisatawan Nusantara dari 654.602 orang tahun 2010 menjadi 5,4 juta orang pada tahun 2019. Demikian pula wisatawan mancanegara yang meningkat dari 16.977 orang pada 2010 menjadi 109.000 orang pada 2019.
Namun pada masa pandemi, kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke Banyuwangi turun drastis. Tahun 2021 wisatawan domestik tercatat hanya 430.906 orang sedangkan wisatawan mancanegara pada tahun lalu hanya 1.722 orang.
Untuk menunjang sektor pariwisata tersebut, di Banyuwangi terdapat 23 hotel berbintang dan 67 hotel non-bintang. Sementara rumah makan/restoran yang terdaftar di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2021 sebanyak 533.
Artikel Terkait
Referensi
- “Polemik 18 Tahun Mencari Hari Jadi”, Kompas, 16 Januari 1995, hlm. 09
- “Heroisme Puputan Bayu di Blambangan”, Kompas, 16 Januari 1995, hlm. 09
- “Kabupaten Banyuwangi * Otonomi”, Kompas, 10 Maret 2003, hlm. 43
- “Memadukan Industri, Agraris, dan Maritim * Otonomi”, Kompas, 10 Maret 2003, hlm. 43
- “Wajah Baru Banyuwangi *Kota & Jejak Peradaban Ekspedisi Sabang-Merauke”, Kompas, 04 Oktober 2013, hlm. 24
- “Banyuwangi: Geliat dari Ujung Timur Jawa * Edisi Khusus Energi Kota Kreatif”, Kompas, 27 Juni 2014, hlm. 57
- “Daya Baru dari Timur Jawa * Edisi Khusus Energi Kota Kreatif”, Kompas, 27 Juni 2014, hlm. 90
- “Kesejahteraan Daerah: Teknologi Digital Ubah Wajah Banyuwangi”, Kompas, 23 Februari 2015, hlm. 24
- “Tanah Air: Batik, Kebangkitan Ekonomi Banyuwangi”, Kompas, 20 Juni 2015, hlm. 24
- “Fotografi Ponsel: Memotret Gairah Tanah Blambangan”, Kompas, 24 Januari 2017, hlm. 26
- Indiarti, Wiwin. “Masa Lalu Masa Kini Banyuwangi Identitas Kota dalam Geliat Hibriditas dan Komodifikasi Budaya di Perbatasan Timur Jawa”. UNS International Conference
- Buku Profil Pembangunan 2019-2020. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
- Peta Jalan Pemajuan Kebudayaan Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2025. Bappeda Kabupaten Banyuwangi
- Zulfahri, M. H., dkk. 2015. “Kilas Balik Sejarah Budaya Semenanjung Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur“. KALPATARU, 24(2), 159–170. https://doi.org/10.24832/kpt.v24i2.42
- Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2022, BPS Kabupaten Banyuwangi
- Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi Menurut Lapangan Usaha 2017-2021, BPS Kabupaten Banyuwangi
- Statistik Daerah Kabupaten Banyuwangi 2021, BPS Kabupaten Banyuwangi
- Sejarah dan Legenda Banyuwangi, laman Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
- Adu Kuat Calon Penerus Anas di Banyuwangi, laman Kompas.id
- Adu Strategi Keluar dari Zona Nyaman Pariwisata Banyuwangi, laman Kompas.id
- Pariwisata Banyuwangi (1): Festival sebagai Roh, laman Kompas.id
- Pariwisata Banyuwangi (2): Fokus pada Satu Fondasi, laman Kompas.id
- Asal-usul Nama dan Sejarah Banyuwangi, laman Kompas.com
- Sejarah Banyuwangi dari Kerajaan Blambangan sampai Zaman Belanda, laman Kompas.com
- UU 12/1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Jawa Timur
- UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah
- UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
- Perda Kabupaten Banyuwangi Nomor 2 Tahun 2021 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021-2026
Editor
Topan Yuniarto