Foto

Pasola Legenda Panen Padi di Sumba Barat

Pasola dinamakan “perang” berupa baku lempar tongkat kayu (hola/sola) di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Tradisi Pasola sepatutnya untuk dijaga kelestarian dan dihormati keberadaannya. Tradisi Pasola inilah salah satu tradisi yang memperkaya keanekaragaman budaya di Indonesia.

KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Pasola, perang tanding antara kaum pria dari dua suku. Mereka saling melempar lembing (tongkat) saat sedang menunggang kuda yang berlari kencang. Tradisi pasola ini juga melatih dan mengasah keberanian, kejantanan dan perjuangan kaum pria Sumba untuk mendapatkan sesuatu, termasuk berjuang mendapatkan istri.

Kabupaten Sumba Barat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Nusa Tenggaran Timur. memiliki nilai-nilai kehidupan yang lebih dalam pada keanekaragaman budaya dan keindahan alamnya.

Salah satunya keanekaragaman budaya di Sumba Barat ialah tradisi Pasola. Pasola adalah upacara ritual Merapau yang diselenggarakan oleh masyarakat Sumba bagian barat untuk merayakan musim tanam padi. Pasola dinamakan “perang” berupa baku lempar tongkat kayu (hola/sola) di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.

Tradisi Pasola dilaksanakan setiap tahun, biasanya pada akhir Februari atau awal Maret, pada waktu bulan masih purnama dan nyale keluar di tepi pantai. Tradisi Pasola pada umumnya dilakukan oleh masyarakat penganut kepercayaan Marapau.

Marapu adalah penghubung manusia dengan pencipta, yang tergambar lewat bentuk khas rumah asli Sumba yang memiliki bubungan panjang ke atas seperti menara. Jenis rumah khusus yang hanya digunakan untuk kebaktian dan orang yang boleh masuk hanya ratu dan kepala adat.

Pasola yang diawali dengan upacara menangkap nyale  selalu berlangsung tepat sepekan setelah purnama. Kemudian diadakan pertemuan para Rato (pemuka suku) untuk berdiskusi yang akan memprediksi kapan nyale keluar di pagi hari.

Setelah nyale pertama di dapatkan oleh Rato, kemudia nyale tersebut di bawa ke majelis para Rato untuk diteliti bentuk dan warnanya. Bila nyalenya gemuk, sehat, dan berwarna-warni, pertanda tahun ini akan didapatkan kebaikan dan panen yang berhasil.

Sebaliknya, bila nyalenya kurus dan rapuh, akan didapatkan petaka. Setelah itu penangkapan nyale baru boleh dilakukan oleh masyarakat. Nyale hanya keluar sekitar 3 hari dalam setahun.

Tradisi Pasola merupakan permainan yang saling mengadu ketangkasan antara dua kelompok pasukan penunggang kuda. Mereka sekuat tenaga untuk saling menyerang dengan menombak dengan lembing tumpul dan berlari kencang dari atas punggung kuda.

Padahal puluhan tahun sebelumnya, ketika pasola ini murni dilaksanakan, para peserta siap menghadapi risiko terburuk. Para peserta siap terkena lemparan tongkat, sampai bagian tubuhnya mengeluarkan darah. Bagi penganut Marapu, darah merupakan simbul kesuburan. Kian banyak darah dari para korban, itu berarti panen padi mereka akan berhasil.

Menurut Jack Weru, budayawan Sumba Barat, dalam dua dasawarsa terakhir senjata para “kavaleri” dibuat tumpul pada ujungnya untuk menjaga keselamatan peserta. Padahal sebelumnya, senjata kayu sepanjang dua meteran itu sengaja dibuat runcing di ujungnya, sehingga tak jarang terjadi korban tewas. (Pasola Didesak Zaman, KOMPAS, 22 Agustus 1994, hal 12)

Tradisi Pasola sepatutnya untuk dijaga kelestarian dan dihormati keberadaannya. Tradisi Pasola inilah salah satu tradisi yang memperkaya keanekaragaman budaya di Indonesia.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Rato

KOMPAS/MULYAWAN KARIM

Rato dari berbagai desa yang sejak fajar sudah berkumpul di tepi Pantai Wanokaka untuk ikut serta dalam upacara nyale.

KOMPAS/RUDY BADIL

Para pimpinan upacara adat berkumpul, akan memulai upacara pemberkatan menjelang pasola dimulai. Orang tua ini menjalani kebiasaan adat dengan konsep kepercayaan terhadap Marapu, sesuatu yang dihormati mereka dan menjadi bagian dari pengatur beberapa perilaku kehidupan masyarakat Wanukaka.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Jaring Nyale

KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Masyarakat turun ke laut, Sabtu (15/2/2020), untuk mencari nyale atau cacing laut.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Persiapan Tampil Tradisi Pasola di Lapangan Bondokawango, Desa Perobatang, Kodi, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Jumat (21/2/2014).

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Berangkat Menuju Arena Tradisi Pasola di Lapangan Bondokawango, Desa Perobatang, Kodi, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Jumat (21/2/2014).

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Peserta bersiap melempar lembing ke arah lawan pada permainan tradisi Pasola yang diadakan di lapangan Desa Wainyapu, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Rabu (10/3/2010). Tradisi yang menggabungkan keahlian menunggang kuda dan melempar lembing tersebut diadakan untuk menyambut tahun baru dalam kepercayaan Marapu dan panen

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Terkena Lembing

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Ekspresi Keberhasilan Tradisi Pasola di Lapangan Bondokawango, Desa Perobatang, Kodi, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Jumat (21/2/2014).

.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Antusiasme Penonton Tradisi Pasola di Lapangan Bondokawango, Desa Perobatang, Kodi, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Jumat (21/2/2014).

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Kerumunan Penonton di Arena