Paparan Topik
Hari Raya Idul Fitri, atau yang dalam bahasa Mandarin dikenal dengan sebutan Kaizhaijie, dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia sebagai penanda berakhirnya bulan suci Ramadan. Tak terkecuali di Tiongkok, negara dengan populasi Muslim yang tersebar di berbagai wilayah, termasuk di ibu kotanya, Beijing.
Lebaran di Indonesia lebih dari sekadar sebuah perayaan religius, tetapi juga ekspresi sosial budaya.
Setelah satu bulan penuh menjalankan ibadah puasa pada bulan suci Ramadhan, kini saatnya umat Islam merayakan kemenangan. Beragam makanan khas daerah yang disajikan saat Idul Fitri merupakan simbol rasa syukur umat manusia di hari Lebaran.
Ramadhan dan Idul Fitri memiliki makna khusus dalam ajaran Islam bukan hanya membangun sisi spiritualitas umatnya, namun juga sosial dan budaya masyarakat Indonesia. Persinggungan antara budaya tradisi lokal dengan nilai-nilai ke-Islaman justru memperkaya khazanah budaya lokal.
Foto
Tradisi mudik untuk merayakan lebaran di kampung halaman memang sudah lekat dengan para perantau di Indonesia. Berbicara mengenai mudik, kita diingatkan dengan antrean panjang di stasiun kereta api untuk pembelian tiket, antrean masuk peron untuk naik kereta api, juga kemacetan lalu lintas baik jalan tol, jalan utama, dan jalan alternatif. Tak lupa, juga tentang sepeda motor yang memuat tiga orang dan barang bawaannya.
Upacara Cembengan dikenal sebagai ritual selamatan mulai giling tebu dengan menggunakan sesajen dan doa-doa. Ritual ini dilakukan sebagai bentuk doa, agar diberikan keselamatan, kelancaran, dan peningkatan produksi gula. Tradisi semacam ini tetap dilestarikan karena memiliki nilai dan makna bagi masyarakat.
Kronologi
Di tanah air, setiap daerah memiliki tradisi unik dalam mengisi kegiatan selama Bulan Ramadhan.
Bali memiliki beragam kekayaan adat dan budaya yang begitu menarik untuk kita pejalari karena menarik dan penuh makna. Sebagian besar masyarakat Bali menganut agama Hindu, maka kebanyakan upacara adat dan tradisi Bali juga kental dengan nilai-nilai dari agama Hindu.
Pasola dinamakan “perang” berupa baku lempar tongkat kayu (hola/sola) di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Tradisi Pasola sepatutnya untuk dijaga kelestarian dan dihormati keberadaannya. Tradisi Pasola inilah salah satu tradisi yang memperkaya keanekaragaman budaya di Indonesia.
Tujuan menyelenggarakan tradisi sadranan adalah mendidik generasi muda agar lebih mengenal sejarah dan menghormati kepada yang lebih tua, menjalin interaksi sosial antarwarga, melestarikan tradisi, dan ungkapan rasa syukur atas berkah Tuhan melalui sedekah kepada masyarakat sekitar.
