KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Seekor ikan badut atau ikan anemon (Amphiprion sp) bermain di “rumah”-nya yang berupa anemon di titik selam Hoga Channel di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/4/2017). Taman Laut Wakatobi termasuk dalam kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN), dan ditetapkan sebagai destinasi unggulan karena memiliki berbagai nilai lebih dan daya tarik yang sangat potensial dikembangkan. Namun pengembangan ekowisata ini agar dilakukan hati-hati karena bisa terjebak dalam wisata massal yang mengganggu ekosistem dan masa depan masyarakat setempat yang menggantungkan hidup dari alam.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki kurang lebih 17.000 pulau, dengan hampir 2/3 wilayahnya berupa perairan. Keindahan bawah laut Indonesia juga tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sekitar 55 lokasi destinasi wisata bawah laut tersebar di seluruh wilayah laut, dengan lebih dari 1.500 dive spot yang mempesona bagi para penyelam domestik maupun mancanegara, sehingga Indonesia disebut sebagai surga diving dunia.
Kekayaan alam berupa keanekaragaman hayati, beragam biota laut dan ikan membuat taman laut Indonesia diakui sebagai destinasi wisata bawah laut terbaik oleh majalah selam Inggris, Dive Magazine. Lima tahun berturut-turut dari 2016 hingga 2021, Indonesia mendapat penghargaan DIVE Travel Awards, Best Scuba Diving Destinations.
Destinasi wisata bawah laut yang terkenal dan mendunia, antara lain, Raja Ampat (Papua), Pulau Komodo (Nusa Tenggara Timur), Derawan (Kalimantan Timur), Togean (Sulawesi Tengah), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Gili Air (Nusa Tenggara Barat) dan Bunaken (Sulawesi Utara).
Indonesia menjadi bagian dari segitiga terumbu karang dunia (the coral triangle), istilah geografis untuk perairan di Indonesia, Malaysia, Papua Niugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste yang begitu kaya akan terumbu karang.
Indonesia memiliki 25% spesies dunia, 3.429 jenis ikan hidup di air laut dan 39% jenis ikan karang. Sebagian dari jenis ikan tersebut 120 jenis tercatat sebagai ikan endemik. Luas terumbu karang di perairan laut Indonesia lebih dari 50.000 kilometer persegi, yaitu hampir 14 persen dari luas total terumbu karang dunia. Dengan jumlah lebih dari 596 jenis terumbu karang, atau hampir 75 persen keanekaragaman jenis terumbu karang di dunia. Terumbu karang ini menjadi rumah bagi ribuan spesies ikan dan biota laut khas Indonesia. Beraneka ragam flora dan fauna dengan berbagai habitat di daratan dan lautan, membuat masyarakat dunia menempatkan Indonesia sebagai negara megabiodiversity.
Fotografi bawah laut atau underwater photography menjadi populer seiring dengan banyaknya pengunjung di berbagai destinasi wisata bawah laut Indonesia. Selain untuk mendokumentasikan pemandangan bawah laut, pemotretan dalam air ini juga menjadi bahan penelitian biota laut dan habitat hidupnya.
Berikut foto-foto bawah laut yang terekam oleh para jurnalis dalam arsip Kompas.
KOMPAS/LASTI KURNIA
Berbagai jenis karang lunak (soft coral) tampak sedang menjadi obyek bidikan fotografer bawah laut, di perairan Pulau Mioskon, Raja Ampat, Irian Jaya Barat, Senin (5/5/2008).
KOMPAS/LASTI KURNIA
Kelompok (schooling) ikan kakap bergaris biru (Bluestripe Snapper) atau Lutjanus Sp. menjadi obyek bidikan fotografer bawah laut di perairan Pulau Mioskon, Raja Ampat, Irian Jaya Barat, Senin (5/5/2008). Selama tiga hari, sekitar 42 penyelam dari seluruh Indonesia mengikuti kegiatan Lomba Fotografi Bawah Laut ke-3 yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat untuk mempromosikan wisata bahari Raja Ampat kepada wisatawan lokal.
KOMPAS/LASTI KURNIA
Seekor siput atau kerap juga disebut kelinci laut, chromodoris annae, bergerak perlahan pada karang di kawasan perairan Pulau Menjangan, Buleleng, Bali, Sabtu (3/1/2009). Nudibranch termasuk hewan paling berwarna-warni di dalam laut dan menjadi obyek favorit para penyelam dan fotografer bawah laut.
KOMPAS/LASTI KURNIA
Gelembung udara yang merupakan salah satu ciri khas dari karakter gunung api bawah laut keluar di antara celah-celah batuan di kawah Banua Wuhu, di Pulau Mahengetang, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Kamis (28/5/2009). Gunung api bawah laut, selain memiliki potensi mineral logam dan hidrotermal, pada kedalaman yang memungkinkan untuk diselami juga menjadi potensi obyek wisata bawah laut yang unik dan langka.
KOMPAS/LASTI KURNIA
Penyelam menikmati alam bawah laut perairan Pulau Sanghiang, Serang, Banten, Sabtu (10/4/2010). Pesona terumbu karang yang masih cukup baik di perairan tersebut menarik wisatawan bahari dari wilayah Jabodetabek untuk menyelam pada akhir pekan.
KOMPAS/INGKI RINALDI
Teripang, Sabtu (5/5/2012), di perairan Pulau Pasumpahan, Kota Padang, Sumatera Barat. Sebagian kawasan perairan yang relatif kaya keragaman biota laut tersebut saat ini dipenuhi sampah domestik yang diduga karena perubahan pola arus laut.
KOMPAS/ARBAIN RAMBEY
Ubur-ubur yang tak menyengat di Pulau Kakaban yang terletak di Taman Pesisir Kepulauan Derawan, Sabtu (27/12/2013). Obyek wisata di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, itu menjadi salah satu tujuan wisatawan menikmati ekowisata.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Binatang laut dan terumbu karang di Sombu, Wang o-Wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Selasa (21/6/2016).
KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA
Pengunjung menikmati pemandangan terumbu karang dan ikan-ikan di laut Bangsring, Sabtu (12/11/2016). Terumbu karang di Desa Bangsring, Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, kini mulai tumbuh kembali dan ikan pun semakin beragam dan berkembang setelah kawasan yang sebelum 2012 rusak karena nelayan melakukan pengeboman untuk mencari ikan. Kini secara sukarela dan kesadaran serta dukungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, terumbu karang kini menjadi kawasan wisata yang diminati. Semua kegiatan usaha di kawasan ini dikelola oleh penduduk termasuk menjadi pemandu bagi yang ingin menyelam menikmati keindahan bawah laut Bangsring.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Peneliti P2O LIPI, Muhammad Abrar, mengamati jenis dan tutupan karang di sekitar Pulau Babua, Jailolo, Halmahera Barat, Kamis (27/7/2017).
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Ikan golden sweeper (Parapriacanthus ransonneti) hidup berkelompok pada perairan dalam yang jernih pada lagun maupun karang tembok atau di dalam goa bawah laut. Ikan yang berukuran hingga 10 cm ini saat malam hari berburu zooplankton. Foto diambil di titik selam Shotgun atau Selat Gili Lawa di Perairan Komodo, Manggarai Barat, NTT, Selasa, (29/8/2017).
KOMPAS/INGKI RINALDI
Seekor ikan pari jenis Bluespotted Ribbontail Stingray (Taeniura iymma), Selasa (29/8/2017) terlihat di titik penyelaman Castle Rock dalam kawasan Taman Nasional Komodo, Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Keberadaan sejumlah biota laut lain beserta arus laut yang relatif menantang menjadi keunikan tersendiri penyelaman di perairan Komodo.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Ikan star puffer di titik penyelaman Castle Rock di kawasan Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, NTT, Selasa (29/8/2017).
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Udang mantis atau Odontodactylus scyllarus ini difoto di titik selam Pantai Parigi, Perairan Selat Lembeh, Bitung, Sulawesi Utara, 13 September 2017.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Kondisi bawah laut di titik selam zona pariwisata Pantai Yoro yang berbatasan dengan perairan Kaombo di Desa Wali, Binongko, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Rabu (27/9/2017). Perlindungan terumbu karang setempat diberlakukan untuk menjamin ketersediaan sumber protein bagi masyarakat.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Instalasi logam sebagai media pelestarian terumbu karang dengan metode biorock di pantai Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali, Sabtu (28/10/2017). Tempat tersebut juga menjadi salah satu daya tarik wisata bahari.
Referensi
- Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Biota Perairan Terancam Punah di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP); Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
- Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
- “Pariwisata: Destinasi Wisata Bahari Dipromosikan di Thailand”, Kompas, 13 Mei 2016, hlm 19.
- “Keindahan Bawah Laut Indonesia Dipromosikan di DEMA Show * Advertorial “, Kompas Web, 18 November 2016.
- “Megabiodiversitas Butuh Sentuhan Sains dan Pengembangan”, Kompas, 10 Maret 2022, hlm D.
- https://www.kemenparekraf.go.id