KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Sebanyak 936 panel surya proyek percontohan dipasang di pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Bendungan Jatibarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/3/2019). Selain PLTS, bendungan ini memiliki fasilitas pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH).
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 37 Tahun 2010 dijelaskan bahwa bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula untuk menahan dan menampung limbah tambang atau menampung lumpur, sehingga terbentuk waduk. Sementara waduk adalah wadah buatan yang terisi air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan.
Tujuan dibangunnya bendungan dan waduk antara lain untuk menyediakan air untuk kegiatan irigasi, penyediaan air baku, menghasilkan tenaga hidroelektrik (listrik), menciptakan tempat rekreasi atau habitat untuk ikan dan hewan lainnya, pencegahan banjir dan menahan pembuangan dari tempat industri seperti pertambangan atau pabrik.
Sesuai dengan Peraturan Menteri No 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan, pembangunan bendungan juga merupakan salah satu bentuk pelestarian atau konservasi terhadap sumber daya air.
Pembangunan bendungan di Indonesia sudah dimulai sejak masa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, hingga saat ini, pemerintah masih membangun banyak bendungan di berbagai daerah di Indonesia.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, hingga akhir tahun 2021, bendungan besar yang telah terbangun tercatat 231 buah yang tersebar di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Ada sekitar 207 bendungan dibangun pada zaman penjajahan Belanda hingga masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Wakil Presiden Boediono (2009-2014), dan 24 bendungan selesai dibangun dalam kurun waktu 2015-2021. Ke-24 bendungan itu merupakan bagian dari target Nawacita Jokowi-JK yang masuk dalam Program Strategis Nasional hingga tahun 2023, yakni membangun 65 bendungan dalam kurun waktu 2014-2023.
Jumlah 231 bendungan/waduk yang ada ini hanya bisa menjangkau sekitar 11 persen wilayah pertanian. Sangat sedikit bila dibandingkan dengan Jepang yang memiliki 3.000 bendungan, Korea dengan 5.000 bendungan, Amerika Serikat dengan 6.100 bendungan, bahkan China memiliki 110.000 bendungan.
Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo melalui Kementerian PUPR melakukan percepatan pembangunan bendungan, untuk mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Karena kunci ketahanan pangan adalah ketersediaan air bagi pertanian di Indonesia.
Berikut foto-foto bendungan dan waduk di Indonesia yang sudah selesai dibangun, maupun yang masih dalam proses pembangunan, yang tersimpan dalam arsip Kompas.
KOMPAS/ANWAR HUDIJONO
Bendungan Wlingi Raya di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, akhir Januari 1985. Bendungan ini menampung air Sungai Brantas untuk pusat listrik tenaga air (PLTA) Wlingi Raya, sekaligus untuk proyek air bersih di Jawa Timur.
KOMPAS/JA NOERTJAHYO
Persediaan air di Waduk Sutami, Karangkates, tanggal 21 September 1987 nampak telah merosot drastis. Sebagian “tong pelampung” di dekat saluran pelimpah itu sudah tergolek di atas batu/tanah yang semula terendam air. Bendungan Karangkates atau sering di sebut bendungan Sutami terletak di desa Karangkates, kecamatan Sumberpucung Jawa Timur.
KOMPAS/WIDI KRASTAWAN
Bendungan Walahar di sungai Citarum, Purwakarta (15/7/1988), dibangun oleh Belanda di tahun 1925, untuk mengairi persawahan di daerah Purwakarta.
KOMPAS/DIRMAN THOHA
Bendungan Mamak di Kabupaten Sumbawa yang terbesar di NTB (9/4/1992), sejak Desember 1991 mulai menampung air. Sampai akhir Februari 1992, ketinggian air mencapai elevasi + 92 meter dan awal Maret mencapai puncak elevasi + 93,2 meter yang menjamin irigasi bagi 5.000 ha lebih sawah di DI Mamak dan DI Kakiang.
KOMPAS//BUYUNG WIJAYA KUSUMA
Debit air di Waduk Cirata, Purwakarta, Kamis (28/8/2003), sudah hampir mencapai titik 208,8 meter, sehingga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata yang memanfaatkan air dari waduk tersebut hanya dapat memproduksi listrik 350 MW atau berkurang 50 persen dari kapasitas normal. Jika air mencapai posisi 205 meter, PLTA Cirata harus berhenti beroperasi.
KOMPAS/B JOSIE SUSILO HARDIANTO
Bendungan Batutegi terletak di desa Way Harong, Kecamatan Pulau Panggung, Tanggamus, Lampung. Bendungan tersebut diprioritaskan untuk mengairi lebih dari 66.000 hektar sawah dikawasan Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Tanggamus dan Metro. Selain itu bendungan tersebut juga digunakan untuk menyuplai air guna memutar dua turbin pembangkit listrik berkekuatan masing-masing 14 megawatt.
KOMPAS/SUBHAN SD
Bendungan Bilibili di Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, terlihat kering kerontang saat musim kemarau di tahun 2004, padahal saat itu tengah dibangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di bendungan itu dengan daya listrik 40 megawatt. Air yang menghilang di musim kemarau itu bisa menjadi masalah apabila PLTA tersebut beroperasi.
KOMPAS/KHAERUDIN
Bendungan Tangga yang menahan aliran air Sungai Asahan ini dialirkan ke terowongan bawah tanah untuk menggerakkan turbin PLTA berkapasitas 292,8 megawatt, pertengahan Juni 2009. PLTA Tangga hanya satu dari potensi tujuh PLTA yang bisa dibangun dengan menggunakan sumber energi dari aliran Sungai Asahan. Pembangkit ini dioperasikan oleh PT Inalum untuk menghidupkan pabrik peleburan alumunium.
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Kondisi elevasi air di Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Jumat (2/4/2010), menunjukkan tinggi air di titik 136,04 meter di atas permukaan laut (mdpl) atau berangsur normal setelah beberapa hari sebelumnya di atas normal, yaitu 136,40 mdpl, dengan status siaga akibat tingginya curah hujan. Dua dari empat pintu waduk dibuka untuk mengalirkan air sekitar 50 meter kubik per detik.
KOMPAS/GREGORIUS MAGNUS FINESSO
Memasuki puncak musim kemarau, elevasi air Waduk Jenderal Soedirman atau Mrica di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, menurun dari kapasitas maksimal 230,9 meter menjadi 228 meter. Akibatnya, tiga turbin pembangkit listrik di PLTA Mrica, hingga Jumat (14/8/2015) tidak beroperasi secara maksimal. PLTA ini biasanya menghasilkan daya listrik sebesar 180 Mega Watt.
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA
Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, yang mulai digenangi pada Oktober 2015, mengalami peningkatan permukaan air, Rabu (30/12/2015). Waduk ini dirintis pada masa Orde Baru, tahun 1967, tetapi pembangunannya terkatung-katung selama 48 tahun dan baru diselesaikan pada 2015. Waduk seluas 4.983 hektar ini memberi harapan baru untuk sektor pertanian seluas 90.000 hektar, penyediaan air bersih, pengendalian banjir, dan listrik sebesar 110 megawatt. Sebagian warga menambut baik keberadaan waduk, selain menjadi tempat mencari ikan, kawasan Jatigede mulai berkembang menjadi objek wisata di Sumedang.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Air mengalir deras dari pintu spillway nomor 3 Bendungan Saguling menuju Sungai Citarum, Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu (12/11/2016). Masyarakat yang tinggal didekat aliran Sungai Citarum diminta untuk mewaspadai potensi peningkatan volume air di Waduk Saguling.
KOMPAS/SAMUEL OKTORA
Ketersediaan air di Bendungan Ir H Djuanda, Jatiluhur, yang merupakan waduk terbesar di Indonesia, yang terletak di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Pada bagian menara pelimpah utama menunjukkan elevasi air 101,4 meter, Senin (28/8/2017) pukul 13.00. Perum Jasa Tirta II menyatakan, ketersediaan itu mencukupi kebutuhan irigasi di kawasan pantai utara Jabar hingga Desember 2017.
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA
Arena parkir kendaraan cukup luas tersedia di Bendungan Raknamo. Terdapat pula jembatan penyeberangan melintasi sungai/pintu bendungan menuju tulisan Bendungan Raknamo untuk berekreasi dan berfoto.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Air Waduk Sermo di Desa Hargowilis, Kokap, Kulon Progo, surut akibat kemarau, Rabu (24/10/2018). Selama beberapa bulan terakhir pintu irigasi untuk pengairan sawah di waduk tersebut ditutup agar kebutuhan air untuk bahan baku pengolahan air minum tercukupi.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Petugas mengamati Bendungan Logung di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rabu (9/1/2019). Pengisian awal waduk dilakukan pada 18 Desember 2018 dan diharapkan elevasi muka air sampai ke tempat pengambilan air sungai (intake) pada akhir Januari 2019. Kapasitas tampungan Bendungan Logung adalah 20,15 juta meter kubik.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Bendungan Batujai, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, saat penuh dengan stok cadangan air baku, Sabtu (27/4/2019). Selain difungsikan sebagai penampung cadangan air, bendungan tersebut juga akan dikembangkan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah sebagai tempat wisata dengan konsep danau untuk menarik wisatawan.
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA
Bendungan Rotiklot di Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, yang hari Senin (20/5/2019) diresmikan Presiden Joko Widodo terisi air hujan sejak Desember 2018. Bendungan ini jadi tumpuan harapan warga perbatasan RI-Timor Leste.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Waduk Botok di Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, mengering akibat kemarau, Selasa (25/6/2019). Waduk seluas lebih kurang 15 hektar yang dibangun pada 1940 ini berfungsi menampung air hujan serta air dari sejumlah sungai, dan digunakan untuk mengaliri sekitar 2.488 hektar lahan pertanian. Keringnya waduk ini membuat petani di sekitar kawasan tersebut terancam kesulitan air.
Referensi
- Kasiro, Ibnu dkk. 1995. Bendungan Besar di Indonesia. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
- Bastari dkk. 2018. 25 Tahun Organisasi Keamanan Bendungan Indonesia. Jakarta: PT Gading Media Utama.
- “Infrastruktur: Bendungan untuk Pangan”, Kompas, 24 Juni 2017, hlm 17.
- “Sumber Daya Air: Inovasi Optimalkan Peran Bendungan”, Kompas, 14 Desember 2017, hlm 23.
- “Infrastruktur: Tahun Ini Bertambah Delapan Bendungan”, Kompas, 4 Juli 2018, hlm 17.
- “Pangan: Bukan Hanya Infrastruktur”, Kompas, 10 Juli 2018, hlm 13.
- “Infrastruktur Beradaptasi dengan Perubahan Iklim”, Kompas, 16 April 2021, hlm B.