Foto | Kuliner

Kaya Manfaat Jamu Tradisional Indonesia

Jamu merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang telah digunakan secara turun temurun dan dikembangkan dari generasi ke generasi, sehingga menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi dan menyehatkan.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Sarwini melayani peminat jamu gendong yang diolah dari bahan alami dengan pengolahan tradisional di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Jumat (15/6/2007).

Jamu, sebuah kata yang berasal dari jampi yang berarti “ramuan ajaib” dalam krama Jawa Kuno. Sumber lain menyebutkan bahwa kata “jamu” berasal dari dua kata, jaitu jampi dan oesodho. Jampi berarti usaha untuk mencari kesembuhan dengan mantra (doa) dan tumbuhan obat. Oesodho berarti kesehatan atau sehat yang dapat diperoleh melalui pengobatan atau tindakan lainnya.

Jamu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kesehatan tradisional Indonesia. Meskipun sempat dipandang sebelah mata, pandemi Covid-19 telah membangun kesadaran akan pentingnya memprioritaskan kesehatan. Hal tersebut memicu minat yang meningkat terhadap jamu dan obat herbal. Warga berbondong-bondong membeli obat herbal dan multivitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada masa pandemi.

Sejarah panjang jamu dapat ditelusuri dalam naskah kuno seperti Serat Centhini, Buku Jampi, dan Kitab Tibb, yang menggambarkan penggunaan tumbuhan sebagai obat secara turun-temurun. Namun, untuk memastikan keamanan dan khasiatnya, jamu harus melalui uji praklinis, uji klinis, dan mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Untuk menjamin keamanan dan mutu khasiat obat bahan alami (OBA) Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menggolongkan OBA menjadi tiga, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

Dalam lima tahun terakhir, BPOM telah mengizinkan lebih dari 27.974 obat tradisional, menunjukkan peran penting jamu dalam sistem kesehatan Indonesia. Dengan kekayaan hayati lebih dari 30.000 spesies tumbuhan, dengan 9.500 diantaranya memiliki khasiat obat, maka Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri jamu.

Pengakuan dari UNESCO yang menyatakan jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda juga menegaskan nilai dan pentingnya jamu dalam budaya dan kesehatan masyarakat Indonesia. Melestarikan budaya minum jamu bukan hanya untuk kesehatan individu, tetapi juga untuk memajukan industri jamu dan menjaga kearifan lokal yang berharga.

Dengan demikian, jamu tidak hanya menjadi obat tradisional, tetapi juga merupakan bagian dari identitas dan kebanggaan bangsa Indonesia. Dengan meningkatkan kesadaran dan dukungan masyarakat, kita dapat menjaga warisan kesehatan ini agar tetap berharga dan bermanfaat bagi generasi mendatang.

Berikut adalah foto-foto tentang jamu di Indonesia, yang terekam dalam arsip Kompas.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Pengunjung berfoto di dekat pohon jamu herbarium kering di Museum Jamu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (2/7/2013). Semua hal terkait jamu terungkap di museum itu.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Petani membersihkan kunyit hasil panen mereka dengan memanfaatkan lahan tegalan di Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (4/8/2020). Pada masa awal pandemi, permintaan akan empon-empon meningkat. Komoditas itu kini menjadi buruan produsen jamu.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Pekerja membersihkan dan mengeringkan berbagai jenis tanaman untuk bahan baku jamu, seperti jahe, kunyit, kencur, lengkuas, dan temulawak, di Desa Ngentak, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/8/2016). Tren pemanfaatan potensi keanekaragaman hayati tanaman untuk pengobatan herbal memberikan dampak ekonomi bagi petani untuk memasok kebutuhan industri jamu, obat dan kecantikan.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Pekerja menjemur aneka tanaman obat di Rumah Riset Jamu Hortus Medicus, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (2/7/2013).

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Pekerja menjemur aneka tanaman obat di Rumah Riset Jamu Hortus Medicus, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (2/7/2013).

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Pekerja menyortir jahe kering di pabrik jamu modern PT Deltomed Laboratories di Desa Nambangan, Selogiri, Wonogiri, Jawa Tengah, Rabu (3/7/2013). Jahe tersebut nantinya akan diolah dengan memanfaatkan teknologi dari Jerman untuk dijadikan obat herbal.

KOMPAS/INDIRA PERMANASARI

Bahan-bahan pembuatan ramuan jamu yang berasal dari alam. Satu jenis jamu ada yang membutuhkan hingga 36 macam bahan alam.

KOMPAS//PRIYOMBODO

Aneka rempah halus di kios jamu Bu Hadi yang berjualan sejak 1950 di Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, (8/6/2014).

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Penjual jamu racikan menunggu pembeli di Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, Jumat (24/7/2015). Jamu yang berasal dari ramuan herbal dan tradisional terbukti secara empiris berkhasiat bagi kesehatan tubuh manusia.

KOMPAS/REGINA RUKMORINI

Kemasan-kemasan wedang rempah tradisional buatan Fitnasih (39) bersama karyawannya di Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (11/5/2020). Di tengah pandemi dan sepinya kunjungan wisata, usaha rakyat mengolah bahan rempah mampu menghidupi warga sekitar.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Ekstraksi tanaman asli Indonesia, seperti jahe, mahkota dewa, daun legundi, dan daun saga, yang diteliti dan diproduksi sebagai bahan baku obat herbal di laboratorium riset Dexa Laboratories of Biomolecular Science milik PT Dexa Medica di kawasan industri Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (27/1/2016). Pengembangan obat herbal dengan bahan baku asli Indonesia diharapkan tumbuh untuk mengurangi ketegantungan bahan baku obat kimia yang sebagian besar diimpor.

KOMPAS/LASTI KURNIA

Pekerja mengemas produk Jamu Tolak Angin kemasan cair di Pabrik Sidomucul, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (21/5/2009). Produksi jamu ini mengisi 30 persen dari total penjualan PT Sido Muncul. Selain dipasarkan di dalam negeri, jamu ini juga diekspor ke negara-negara ASEAN, yakni Hongkong, Suriname, dan Arab Saudi.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Para pekerja mengemas obat batuk herbal di perusahaan jamu modern PT Deltomed Labolatories, Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Rabu (3/7/2013). Seiring dengan meningkatnya gaya hidup masyarakat yang selaras dengan alam, produksi obat herbal di perusahaan tersebut terus naik tiap tahunnya.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Pekerja mengemas sirup Tilung di industri jamu tradisional CV Ibu Sri, Dusun Sapiyan, Desa Metuk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (5/1/2018). Obat penyakit tifus dan mag yang dibuat dari ekstrak cacing Lumbricus rubellus itu dipasarkan ke sejumlah daerah di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, serta Papua.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Ngatinem menyiapkan jamu bagi pelanggan di Restoran Satoo Hotel Shangri-la, Jakarta, Rabu (19/4/2012). Shangri-la merupakan hotel pertama yang memasukkan jamu sebagai salah satu menunya.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Barista kafe Jamu Acaraki di kawasan Kota Tua, Jakarta, meracik jamu, Kamis (19/5/2022).

KOMPAS/DEFRI WERDIONO

Jamu tradisional dan kue kering, produk yang dihasilkan Ninik Abdilah, salah satu pelaku usaha mikro kecil dan menengah di Kampung Wisata Kayutangan, Kota Malang, Jawa Timur, Senin (10/4/2023).

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Warga membeli ramuan di toko jamu Ibu Sri Lestari di Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur, Selasa (12/12/2023). Sudah 12 tahun toko jamu Ibu Sri Lestari melayani pelanggannya. Budaya Sehat Jamu resmi menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ke-13 dari Indonesia yang diinskripsi ke dalam daftar WBTB UNESCO. Sesi sidang ke-18 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kasane, Republik Botswana, pada 6 Desember 2023 pukul 16.30 WIB, memasukkan Budaya Sehat Jamu (Jamu Wellness Culture) ke dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity UNESCO.

Referensi

Arsip Kompas
  • “Asa Baru Kembali ke Jamu”. Kompas, 26 Maret 2020, hlm C.
  • “Kepedulian Sosial: Solidaritas Akademisi Lewat Meramu Jamu bagi Paramedis”, Kompas, 2 April 2020, hlm C.
  • “Kuliner: Dongkrak Stamina dengan Jamu”, Kompas, 19 April 2020, hlm 13.
  • “Grafik: Digendong Ke Mana-Mana”, Kompas, 31 Mei 2020, hlm 13.
  • “Pandemi Covid-19: Izin Edar “Eucalyptus” sebagai Jamu”, Kompas, 7 Juni 2020, hlm 1.
  • “Grafik: Sehat dengan Obat Bahan Alam”, Kompas, 12 Oktober 2021, hlm F.
  • “Langkan: Empat Warisan Budaya Tak Benda Diajukan”, Kompas, 12 April 2022, hlm 5.
  • “Tak Jemu Minum Jamu”, Kompas, 22 Mei 2022, hlm 6.
  • “Penghargaan Ilmiah: BRIN Sarwono Award untuk “Dosen Jamu” IPB University”, Kompas, 24 Agustus 2022, hlm 5.
  • “Langkan: Jamu Menjadi Warisan Budaya Dunia”, Kompas, 8 Desember 2023, hlm 5.
  • “Minuman Tradisional: Racikan Kekinian demi Eksistensi Jamu”, Kompas, 23 Desember 2023, hlm 11.
Buku
  • Tilaar, Martha dan Bernard T. Widjaja. 2014. The Power of Jamu. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
  • Murdijati-Gardjito, Eni Harmayani dan Kamilia Indraputri Suharjono. 2018. Jamu: Pusaka Penjaga Kesehatan Bangsa, Asli Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  • Redaksi Trubus. 2019. Sejarah Jamu di Indonesia. Jakarta: PT Trubus Swadaya.