KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Pemain Indonesia merayakan kemenangan setelah mengalahkan Vietnam dalam adu penalti pada final Kejuaraan Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF) U-19 di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (22/9/2013). Indonesia menang adu penalti 7-6.
Pasang surut prestasi timnas tidak bisa lepas dari peran pelatih tim sepak bola dan Ketua Umum PSSI. Peran pelatih dan Ketua Umum PSSI kian penting dalam memimpin tim nasional sepakbola serta membenahi dan meningkatkan kinerja organisasi yang mengelola sepak bola nasional. Hingga kini, prestasi timnas sepak bola negeri ini ibarat roller coaster, naik turun silih berganti pada masing-masing era kepemimpinan Ketua Umumnya.
Di tingkat Asia dan ASEAN, timnas pernah disegani pada masa Orde Lama dan periode 1970 sampai dengan 1990-an. Namun, memasuki awal tahun 2000, prestasi timnas Garuda terpuruk.
Pada 2016 prestasi timnas terpuruk di posisi ke-180 dunia atau bahkan terbawah dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN.
Sejak pertengahan tahun 2016, ketika FIFA mencabut sanksi pembekuan, PSSI mendapatkan momentum untuk menata kembali tata kelola dan prestasi sepak bola.
Berbagai upaya telah dilakukan, tetapi prestasi di level tim nasional senior belum juga terangkat. Hal tersebut tidak bisa dilepaskan oleh kinerja para Ketua Umum PSSI dalam memimpin organisasi PSSI yang berdampak pada naik atau turunnya prestasi timnas sepak bola Indonesia.
Prestasi ketua umum PSSI yang paling menonjol pada era kepemimpinan Kardono. Pada masa kepemimpinan Kardono, timnas sepak bola Indonesia mampu membawa pulang medali emas di ajang internasional SEA Games dua kali berturut-turut, yakni pada waktu SEA Games 1987 di Jakarta dan SEA Games 1991 di Manila, Filipina.
Prestasi PSSI lainnya juga ditorehkan pada masa kepemimpinan R Maladi. Pada saat itu, timnas Indonesia mampu membawa pulang medali perunggu di ajang Asian Games 1958.
Kemudian pada masa kepemimpinan Abdul Wahab Djojohadikoesoemo, timnas sepak bola mampu meraih gelar juara di ajang Merdeka Games dua kali berturut-turut, yakni Merdeka Games 1961 dan Merdeka Games 1962.
Pada masa kempemimpinan Maulwi Saelan, timnas Indonesia mampu mendapatkan gelar juara di ajang Piala Emas Agha Khan di Bangladesh. Lain lagi pada era Kosasih Porwanegara, timnas mampu meraih juara di Merdeka Games 1969, Piala Raja 1968, dan Piala Pesta Sukan 1972. Pada masa Ali Sadikin, timnas bisa ikut dalam penyisihan grup Piala Dunia U-20 tahun 1979.
Meskipun prestasi timnas Indonesia masih bergantung pada kinerja Ketua Umum PSSI, namun diharapkan organisasi PSSI terus melakukan upaya untuk meningkatkan prestasi timnas Indonesia di ajang internasional dan mengembangkan sepak bola di Indonesia.
Berikut kisah dan rekam jejak prestasi Ketua Umum PSSI Indonesia dalam membawa timnas Indonesia mendapatkan prestasi di berbagai kompetisi dari masa ke masa.
REPRO BUKU SEPAK BOLA INDONESIA
Ir Soeratin Sosrosoegondo
Soeratin Sosrosoegondo (1930–1940)
Ir Soeratin Sosrosoegondo lahir di Yogyakarta pada 17 September 1898. Ia merupakan anak dari seorang guru. Soeratin menyelesaikan gelar insinyurnya di Sekolah Teknik Tinggi Heclenburg, Hamburg, Jerman pada tahun 1927. Ia merupakan pelopor lahirnya organisasi PSSI pada tanggal 19 April 1930, di mana saat berdirinya PSSI masih dalam keadaan Indonesia dijajah oleh kolonial Belanda. Terbentuknya organisasi PSSI ini diawali dari perkumpulan wakil-wakil perserikatan Indonesia asli asal Jakarta, Bandung, Magelang, Surabaya, Surakarta, dan Yogyakarta sendiri di Gedung Batik, dekat Alun-alun Utara, Yogyakarta pada 19 April 1930. Mereka bersepakat mendirikan organisasi bernama PSSI, yang kala itu kependekan dari Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (pada tahun 1952 singkatannya berubah menjadi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia). Ir Soeratin Sosrosoegondo terpilih menjadi ketua umum PSSI pertama kali. Ir Soeratin Sosrosoegondo memperoleh penghargaan dari pemerintah, Satya Lencana Kebudayaan, atas jasa-jasanya di dunia sepak bola Indonesia. Ia meninggal dunia pada tanggal 1 Desember 1959, kemudian dimakamkan di Bandung, Jawa Barat. Setiap memperingati hari ulang tahun PSSI, maka seluruh pengurus PSSI melakukan ziarah ke makam Ir Soeratin Sosrosoegondo di Bandung, Jawa Barat. Selain itu, nama beliau dijadikan trofi untuk kompetisi U-18, yakni Piala Soeratin yang telah diselenggarakan sejak tahun 1965.
Maladi – (1950–1959)
Raden Maladi atau biasa dikenal Maladi kelahiran 31 Agustus 1912 di Karanganyar, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Maladi mulai menekuni olahraga sepak bola dimulai sejak bergabung dengan PSIM Yogyakarta pada tahun 1930. Maladi adalah pemain timnas Indonesia sebagai penjaga gawang. Maladi dipilih menjadi ketua umum PSSI untuk periode 1950–1959. Pada masa kepemimpinannya, timnas sepak bola Indonesia mampu meraih medali perunggu di ajang Asian Games 1958. Selain itu, timnas juga ikut andil di ajang Olimpiade 1956 di Melbourne, Australia. Indonesia secara resmi bergabung dalam organisasi FIFA tahun 1952 dan organisasi AFC tahun 1954. Maladi mengubah kepanjangan PSSI menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia dari sebelumnya Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (“Catatan Olahraga: Trilogi Sukses Sepak Bola”, Kompas, 23-12-2014, hal 30). R Maladi meninggal dunia pada tanggal 30 April 2001 karena sakit di Jakarta. Maladi dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
REPRO BUKU SEPAK BOLA INDONESIA
Tim Nasional Indonesia bersantai sebelum melakukan pertandingan di Olimpiade Melbourne.
REPRO BUKU SEPAK BOLA INDONESIA
Abdul Wahab Djojohadikusumo
Abdul Wahab Djojohadikusumo – (1960–1964)
Abdul Wahab Djojohadikusumo menjadi Ketua Umum PSSI periode 1960–1964 menggantikan R Maladi. Pada masa kepemimpinannya, timnas sepak bola Indonesia berhasil meraih juara di ajang Merdeka Games 1961 dan Merdeka Games 1962.
Dok PSSI
Foto kenangan manis yang jarang dihasilkan PSSI muncul sebagai juara dalam turnamen Merdeka Games 1961. Kapten kesebelasan Tan Liong Houw tampak diangkat rekan-rekannya dengan piala ditangan sementara pelatih Tony Poganik tersenyum bangga. Para pemain lainnya (dari Kiri) Ishak Udin, Hengky Timisela, Harry Tjong, Phoa Sian Liong, Fattah Hidayat, Ilyas Hadadde.
Maulwi Saelan – (1964–1967)
Maulwi Saelan lahir pada 8 Agustus 1928 di Makassar, Sulawesi Selatan. Ayahnya seorang tokoh pendiri Taman Siswa di Makassar dan pejuang nasionalisme, yaitu Amin Saelan. Tahun 1966, Maulwi Saelan diangkat menjadi ajudan presiden pertama Indonesia, yaitu Presiden Soekarno. Pada 17 November 1956, Maulwi Saelan menjadi penjaga gawang tim nasional Indonesia di Olympiade XVI di Melbourne, Australia. Maulwi Saelan menjadi ketua umum PSSI periode 1964–1967. Pada masa kepemimpinannya, timnas sepak bola Indonesia berhasil menjadi juara dan membawa pulang trofi Piala Emas Agha Khan di Bangladesh tahun 1966. Pada Senin 10 Oktober 2016, sekitar pukul 18.30 WIB, Maulwi Saelan mengembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan.
Kosasih Porwanegara – (1967–1974)
Mohammad Kosasi Porwanegara atau biasa dikenal Kosasi Porwanegara lahir pada 13 Maret 1913 di Garut, Jawa Barat. Pada tahun 1949–1950 Kosasih menjabat sebagai Menteri Sosial Kabinet Republik Indonesia Serikat. Kosasih Porwanegara terpilih menjadi ketua umum PSSI periode 1967–1974. Pada masa kepemimpinanya, timnas sepak bola Indonesia berhasil menjadi juara di Merdeka Games tahun 1969. Timnas juga menjadi juara di ajang Piala raja 1968 berhasil mengalahkan timas Burma, dan timnas Indonesia A berhasil mengalahkan timnas Indonesia B di ajang piala pesta sukan 1972 di Singapura.
KOMPAS/SUMOHADI MARSIS
Kesebelasan nasional PSSI saat tiba Bandara Kemayoran, Jakarta dari Pesta Sukan (Olahraga) Singapura, Minggu (13/Agustus/1972). Indonesia mengirim dua tim, PSSI A dan PSSI B. Selain tampil sebagai juara, tim PSSI A juga memperoleh penghargaan sebagai “kesebelasan dengan pertahanan terbaik”, “gol terbanyak” serta top scorer melalui Risdiyanto.
Ali Sadikin (1977–1981)
Ali Sadikin atau yang biasa dipanggil Bang Ali kelahiran tanggal 7 Juli 1927 di Sumedang, Jawa Barat. Ali Sadikin adalah seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut). Ali Sadikin ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur pemprov DKI Jakarta pada tahun 1966. Pada masa kepemimpinannya, timnas sepak bola Indonesia ikut serta dalam penyisihan grup Piala Dunia U-20 tahun 1979. Selain itu, Ali Sadikin membuat gebrakan, yakni membuat kompetisi semi profesional sepak bola, yakni Liga Sepak Bola Utama (Galatama). Salah satu kebijakan Ali Sadikin yang menuai kontroversi, yakni melarang adanya pemain asing untuk bermain. Ali Sadikin, meninggal dunia dalam usia 82 tahun, Selasa 20 Mei 2008 pukul 17.30 WIB di RS Gleneagles, Singapura. Ali Sadikin dimakamkan di tempat pemakaman umum Tanah Kusir.
KOMPAS/SUMOHADI MARSIS
Kesebelasan dengan pemain pilihan dari sejumlah klub Galatama lebih populer dengan sebutan Galatama Selection hari Jumat besok akan berhadapan dengan juara Galatama Niac Mitra dalam pertandingan kehormatan di Stadion Gelora 10 November Surabaya, Selasa malam lalu di Stadion Menteng mereka mengalahkan Indonesian All Stars 1-0 setelah dua hari sebelumnya menundukkan PSSI Yunior 2-0. Berdiri dari kiri: Danurwindo (pelatih), Ismet Tahir (manager), Nabon Noer (Ketua Liga), Dede Sulaeman, Eddy Harto, Fahrizal, Suharno, Tony Ho, Badiaraja Manurung, Ricky Yacob, Henry Sobiran (asisten manager), Elly Idris. Jongkok dari kiri: Arief Hidayat, Ninit Nurcahyo, Karman Kamaluddin, Nus Lengkoan, Adityo Darmadi, Suapri, Herry Kiswanto, Made Kawiarda, Maman Durachman, Catur Sudarmanto.
Sjarnoebi Said – (1982–1983)
Sjarnoebi Said kelahiran tanggal 18 Januari 1927 di Tanjungenim, Sumatera Selatan. Sjarnoebi Said menjadi tentara sejak remaja pada tahun 1945. Pada tahun 1960-an mulai mengelola bisnis PT Pertamina, kemudian tahun 1970-an Sjarnoebi mulai berbisnis otomotif dengan mendirikan PT Krama Yudha Berlian Motors sebagai distributor resmi dan agen tunggal pemenang merek Mitsubishi di Indonesia. Sjarnoebi Said memiliki hobi olahraga terutama sepak bola. Sjarnoebi Said membuat klub sepak bola, yakni klub Krama Yudha Tiga Berlian. Sjarnoebi Said terpilih menjadi ketua umum PSSI dalam Kongres PSSI di Jakarta pada tanggal 19–21 Desember 1981 untuk periode 1982–1983. Pada masa kepemimpinannya, pertama kali di Indonesia memperbolehkan pemain asing ikut bermain di Liga Indonesia. Ia mengundurkan diri dari Ketua Umum PSSI sebelum masa jabatannya selesai, karena kegagalan tim PSSI SEA Games XII 1983 di Singapura. Sjarnoebi Said meninggal dunia pada 13 April 2001. Untuk mengenang kiprah Sjarnoebi Said, pada 2005 diselenggarakan Piala Sjarnoebi Said di Palembang, Sumatera Selatan.
TIM KOMPAS
Gelandangan kesebelasan Indonsesia, Joko Malis (14) sia-sia mencoba menabrak pertahanan Brunei yang dikawal kiper Ali Ismail secara fanatik. Indonesia ditahan 1-1 oleh Brunei dan tersisih. Pertandingan berlangsung di Stadion Nasional Singapura, Kamis malam, 2 Juni 1983 dalam penyisihan grup B SEA Games XII/Singapura.
Kardono – (1983–1991)
Kardono kelahiran tanggal 21 Mei 1927 di Yogyakarta. Kardono merupakan lulusan SMA anggota B Padma Naba Yogyakarta pada tahun 1948. Kardono terpilih menjadi ketua umum PSSI untuk periode 1983–1991. Pada masa kepemimpinannya, timnas sepak bola Indonesia berhasil meraih medali emas di ajang SEA Games 1987 di Jakarta di bawah asuhan pelatih Bertje Matulapelwa dan meraih medali emas kembali di SEA Games 1991 di Manila, Filipina di bawah asuhan pelatih Anatoly F Polosin. Timnas berhasil menduduki peringkat ke tiga Piala Antar-klub Asia 1986. Timnas berhasil partisipasi di ajang play off kualifikasi Piala Dunia 1986. Kardono juga diangkat menjadi ketua AFF untuk periode 1984–1989.
KOMPAS/ARBAIN RAMBEY
Ketua Umum KONI Pusat Soerono dan Ketua Umum PSSI Kardono bersama para supporters dan pemain kesebelasan Indonesia bergambar bersama. Kesebelasan Indonesia meraih medali emas SEA Games XVI dengan mengalahkan Thailand di final hari Rabu (4/12). Indonesia menang adu penalti 4-3 usai pertandingan yang berakhir 0-0 di Stadion Rizal Memorial Manila. Indonesia merebut medali emas terakhir di SEA Games 1987 Jakarta.
Azwar Anas – (1991–1999)
Azwar Anas kelahiran pada tanggal 2 Agustus 1933 di Padang, Sumatera Barat. Ia adalah anak ketiga dari pasangan ayah Anas Malik Sutan Masabumi dan ibu Rakena Anas. Pada 1991, Azwar Anas dipercaya menjadi Ketua Umum PSSI untuk periode 1991–1999. Pada masa kepemimpinanya, timnas sepak bola Indonesia pertama kali ikut ajang Piala Asia 1996. Azwar Anas membuat kompetisi baru Liga Indonesia, yang merupakan penggabungan dari kompetisi Perserikatan dan Galatama.
Agum Gumelar – (1999–2003)
Agum Gumelar kelahiran tanggal 17 Desember 1945 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Agum Gumelar lebih terkenal sebagai purnawirawan perwira TNI AD. Agum Gumelar menjabat sebagai Ketua Umum PSSI periode 1998–2003. Pada masa kepemimpinannya, timnas sepak bola Indonesia menjadi runner-up di ajang Piala AFF 2000 dan diulang kembali menjadi runner-up di Piala AFF 2002.
Nurdin Halid – (2008–2011)
Nurdin Halid lahir tanggal 17 September 1958 di Watampone, Sulawesi Selatan. Nurdin Halid adalah seorang pengusaha dan tokoh politik Indonesia, yakni menjadi anggota DPR dari Partai Golkar periode 1999–2004. Nurdin Halid terpilih menjadi ketua umum PSSI periode 2008–2011. Pada masa kepemimpinannya, Indonesia menjadi tuan rumah untuk ajang Piala Asia 2007. Nurdin Halid membuat kompetisi sepak bola baru, yakni Indonesia Super League (ISL).
Djohar Arifin Husin – (2011–2015)
Djohar Arifin Husin kelahiran tanggal 13 September 1950 di Tanjung Pura, Kalimantan Barat. Djohar Arifin Husin adalah Ketua Umum PSSI yang terpilih sejak 9 Juli 2011 untuk periode 2011–2015. Pada masa kepemimpinannya, timnas sepak bola Indonesia mampu menjadi juara di ajang Piala AFF U-19 di Sidoarjo, Jawa Timur.
La Nyalla Mattalitti – (2015–2016)
La Nyalla Mahmud Mattalitti atau sering dikenal La Nyalla Mattalitti lahir tanggal 10 Mei 1959 di Jakarta. La Nyalla terjun dalam bidang olah raga pada tahun 2010, ia dipercaya sebagai Wakil Ketua KONI Jawa Timur. Baru pada tahun 2011, La Nyalla menjabat sebagai Wakil Ketua PSSI Jawa Timur. La Nyalla terpilih menjadi Ketua Umum PSSI periode 2015–2016, melalui pemungutan suara pada Kongres Luar Biasa PSSI menggantikan Johar Arifin Hussein. Pada masa kepemimpinannya, timnas sepak bola Indonesia tidak menorehkan prestasi, justru saat itu PSSI diancam akan dibekukan oleh FIFA.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Jendri Pitoy bergabung bersama Suporter Persebaya atau dikenal dengan Bonek menutup Jalan Darmo untuk kemudian bermain bola, Surabaya, Minggu (26/4/2015). Sejumlah pemain Persebaya Surabaya juga turut bergabung dalam aksi ratusan Bonek memprotes pemerintah yang membekukan PSSI dan berbuntut dihentikannya kompetisi Liga Super Indonesia 2015. Persebaya sejatinya menjamu Persiba Balikpapan pada hari ini, Minggu 26 April 2015, namun batal karena tak mendapat izin dari kepolisian setempat karena ada pembekuan.
Edy Rahmayadi – (2016–2019)
Edy Rahmayadi lahir tanggal 10 Maret 1961 di Sabang, Aceh. Edy Rahmayadi adalah seorang tokoh politik dan purnawirawan perwira tinggi TNI AD. Edy Rahmayadi juga merupakan Gubernur Sumatera Barat untuk periode 2018–2023. Pada pemilihan Ketua Umum PSSI yang dilaksanakan di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, pada 10 November 2016, Edy Rahmayadi terpilih sebagai Ketua Umum PSSI untuk periode 2016–2019. Pada masa kepemimpinannya, ia membuat beberapa kompetisi sepak bola dengan kategori umur, yakni Liga 1 U-16 dan Liga 1 U-19 yang dibentuk pada tahun 2018. Dari kedua kategori umur tersebut, Indonesia berhasil menjadi juara di ajang internasional, yaitu Juara Piala AFF U-16 tahun 2018 dan timnas U-19 berhasil berprestasi di ajang Piala Asia.
Mochamad Iriawan – (2019–2022)
Mochamad Iriawan atau kerap disapa Iwan Bule lahir pada 31 Maret 1962 di Jakarta. Pada 23 September 2016, ia dikukuhkan sebagai Kapolda Metro Jaya. Hal ini tertuang dalam Telegram Mabes Polri nomor ST/2253/IX/2016 yang dirilis tanggal 16 September 2016. Pada tanggal 2 November 2019, Iriawan menang pada kongres Luar Biasa PSSI dengan memperoleh suara 82 di Hotel Shangri-La Jakarta, sehingga terpilih sebagai Ketua Umum PSSI periode 2019–2023. Pada masa kepemimpinannya, timnas Indonesia berhasil meraih trofi di kelompok usia U-16, sedangkan timnas Indonesia senior dan U-19 berhasil lolos ke Piala Asia.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Pemain Indonesia U-19 dan official berfoto bersama dengan latar belakang suporter saat merayakan keberhasilan Indonesia lolos ke Piala Asia U-20 setelah mengalahkan Vietnam di Stadion Gelora Bung Tomo, Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu (18/9/2022). Indonesia menang 3-2 dan memastikan maju ke putaran final Piala Asia U-20 di Uzbekistan pada 2023.
Erick Thohir – (2023–2027)
Terpilihnya Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia periode 2023–2027 menjawab keinginan publik terkait perbaikan sepak bola nasional. Ia dinilai punya modal awal untuk mewujudkan cita-cita reformasi di tubuh PSSI.
Mantan presiden klub sepak bola Italia, Inter Milan, itu unggul atas para pesaingnya dalam Kongres Luar Biasa PSSI, Kamis (16/2/2023), di Jakarta. Erick unggul atas tiga pesaingnya, yaitu La Nyalla Mattalitti, Doni Setiabudi, dan Arif Putra Wicaksono. Erick mengoleksi 64 suara, sedangkan La Nyalla 22 suara. Adapun Doni dan Arif tidak mendulang satu pun dukungan dari 86 pemilik suara.
Guna membenahi sepak bola nasional, Erick akan didukung sosok-sosok yang selama ini mendukung visinya untuk memimpin PSSI. Ia akan dibantu dua wakilnya, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dan Ratu Tisha Destria, mantan Sekretaris Jenderal PSSI.
Erick juga didukung mayoritas wajah baru yang akan mengisi posisi anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI. Mereka adalah Muhammad, Eko Setyawan, Rudi Julianto, Arya Mahendra Sinulingga, Khairul Anwar, dan Sumardji.
Referensi
- “Pembekuan PSSI: Menpora Mendapat Dukungan Penuh”, Kompas, 27-04-2015, hal 30
- “Kisruh Sepak Bola: PSSI Nilai Kemenpora Menghina Pengadilan”, Kompas, 06-07-2015, hal 31
- “Kongres: PSSI “Rumah Besar” Sepak Bola Indonesia”, Kompas, 11-11-2016, hal 1
- “Kembalikan Kepercayaan Publik”, Kompas, 03-11-2019, hal 1
- “PSSI: Klub Menanti Perbaikan Kompetisi”, Kompas, 04-11-2019, hal 1
- “Ir Soeratin: Membangkitkan Nasionalisme Melalui Sepak Bola * Edisi Khusus”, Kompas, 01-01-2000, hal 52
- “Antara Kesepuhan PSSI dan Kesurutan Prestasi”, Kompas, 19-04- 2003, hal 23
- “75 Tahun PSSI, Tua Tak Berarti Matang * Sport”, Kompas, 20-04-2005, hal 35
- “Tonggak Besar Reformasi Sepak Bola”, Kompas, 17-02-2023, hal 1
- Saputra, Asep. 2010. Sepak Bola Indonesia Alat Perjuangan Bangsa dari Soeratin Hingga Nurdin Halid (1930-2010). Jakarta: Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.