KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Seorang pekerja sedang membersihkan kotoran yang melekat di Patung Arjuna Wijaya yang juga dikenal dengan nama Patung Asta Brata di dekat bundaran air mancur Bank Indonesia, Jakarta, Sabtu, 11 Juni 2005. Patung karya seniman Nyoman Nuarta yang dibangun tahun 1987 dan direnovasi dengan biaya Rp 4 miliar pada tahun 2003 itu kini menjadi salah satu landmark Kota Jakarta dan dibersihkan sekali dalam setahun.
I Nyoman Nuarta adalah seorang seniman dan pematung lulusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB), yang juga menjadi salah satu pelopor Gerakan Seni Rupa Baru pada tahun 1976. Gerakan itu yang memiliki keinginan untuk berekspresi di dunia seni rupa dengan lebih bebas tanpa ikatan pakem tertentu. Pematung ini mulai dikenal setelah menjadi salah satu pemenang sayembara patung Proklamator RI pada tahun 1979.
Beberapa karyanya yang terkenal selain Patung Proklamator, antara lain, patung Karapan Sapi di Madura, patung Ikan di Pangandaran, patung Arjuna Wijaya di Jakarta, Monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya, patung Borobudur dan Tiga Mojang di Bekasi, patung Gerbang Garuda di Jalan Raya Bandara Soekarno-Hatta, dan yang terbaru adalah patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana di Bali. Karya-karyanya tidak selalu mendapat apresiasi dari masyarakat, ada pula yang diprotes dan dijarah. Patung Tiga Mojang di Bekasi dirobohkan ormas karena dianggap simbol trinitas, sedangkan patung Borobudur di Kota Legenda Bekasi dijarah hingga hanya menyisakan stupanya saja.
Patung-patung raksasanya dibuat dengan teknologi komputer dengan perbandingan tertentu. Kemudian patung-patung dibuat berupa irisan-irisan yang kemudian disusun lalu ditempel menggunakan cor dan las. Teknologi pembuatan patung raksasa yang ditemukan Wayan Nuarta ini sudah dipatenkan. Dengan teknologi ini pula kemudahan, kecepatan, dan waktu pembuatan patung menjadi lebih efisien.
Bahan baku pembuatan patungnya biasanya dari tembaga, kuningan, perunggu dan campuran logam lainnya. Beberapa patung yang ada pula yang dibuat dari tembaga bekas kabel sumbangan PLN dan Telkom seperti patung perwira di Monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya dan kepala patung Garuda Wisnu Kencana di Bali.
Nyoman Nuarta mampu mengubah seni patung dari karya individual menjadi karya kolosal. Di taman patung dan studionya di Bandung, Nyoman Nuarta memperkerjakan 300 pegawai dengan berbagai keahlian. Mulai dari petugas tata lampu, sarjana teknik industri, teknik lingkungan, tata kota, arsitektur, hingga akuntansi dan tukang las. Sedangkan di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, sekitar 600 orang terlibat di dalam pengelolaannya.
Beberapa penghargaan juga diterima Nyoman Nuarta, antara lain, Anugerah Budaya Kota Bandung 2007, penghargaan Jasa Adiutama dari ITB, Padma Award 2018 dari presiden India, penghargaan Chevalier dans l’Ordre des Arts et Lettres dari Pemerintah Perancis penghargaan Habibie Prize 2021 Bidang Filsafat, Agama, dan Kebudayaan, dan gelar Doctor Honoris Causa (HC) sebagai cultureupreneur dalam Bidang Ilmu Seni Rupa (patung) dari ITB.
Berikut adalah foto patung karya I Nyoman Nuarta yang terekam dalam arsip Kompas.
KOMPAS/ARBAIN RAMBEY
“Monumen Proklamator Soekarno-Hatta” di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, 17 Agustus 1998. Monumen ini berdiri di lokasi bekas rumah yang ditinggali Bung Karno, dan tempat di mana proklamasi kemerdekaan RI dicanangkan 17 Agustus 1945. Patung Proklamator dan prasasti Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibuat antara tahun 1979–1980 oleh beberapa pematung, antara lain, Nyoman Nuarta, B Soerasno, G. Sidharta Sugiyo, Muksan Ahmad, Cholil, dan J. Sumartono. Monumen ini diresmikan oleh Presiden Soeharto, Minggu, 17 Agustus 1980.
KOMPAS/ARUM TRESNANINGTYAS
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Pengunjung berjalan di samping patung karya seniman Nyoman Nuarta yang dipasang di halaman Museum Nasional di Jakarta, Jumat, 31 Mei 2013. Patung yang diresmikan sehari sebelumnya tersebut menjadi lambang baru sekaligus menyambut HUT Ke-235 Museum Nasional.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Patung “Gerbang Garuda” menghiasi pintu masuk utama Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Jumat, 12 Agustus 2016. Patung berbahan tembaga dan kuningan dengan berat sekitar 20 ton tersebut merupakan karya seniman Nyoman Nuarta. Patung “Gerbang Garuda” merupakan ikon baru Bandara Soekarno-Hatta yang termasuk dalam bagian revitalisasi kawasan bandara.
KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ
Patung “Rush Hour” di bagian depan ruang pamer di Nuart Sculture Park, Bandung, Jawa Barat, Minggu, 17 April 2016.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Seni patung konstruksi berjudul “Borobudur” karya Nyoman Nuarta dipamerkan di ruang keberangkatan internasional Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu, 13 Mei 2017.
KOMPAS/KORANO NICOLASH LMS
“Monumen Jalesveva Jayamahe” di Dermaga Ujung Surabaya, Jawa Timur, Sabtu, 10 Juni 2017. Monumen yang berbentuk perwira angkatan laut ini memiliki tinggi 30,6 meter dan dibangun di atas gedung penopang setinggi 30 meter. Monumen ini dibangun oleh pematung Nyoman Nuarta dan memiliki fungsi lain, yakni sebagai menara suar untuk memandu kapal yang melintas.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Patung karya Nyoman Nuarta yang berjudul “Mimpi Buruk”, yang terinspirasi kerusuhan Mei 1998. Pengunjung menikmati keindahan patung-patung di Museum Nu Art Sculpture Park, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa, 5 Juni 2018. Museum ini menjadi galeri bagi sekitar 120 patung karya maestro pematung Nyoman Nuarta sejak mulai berkarya tahun 1970-an.
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
Pekerja membersihkan patung “Speed Jokowi” karya senimam Nyoman Nuarta setelah dipasang di pintu gerbang hijau Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Minggu, 13 Maret 2022. Patung seberat 3 ton dengan lapisan luar tembaga dan kuningan yang dioksidasi ini, melambangkan kecepatan dan akselerasi yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Pengunjung menyaksikan karya seni “Poco Loco” karya seniman Nyoman Nuarta yang dikoleksi Linda Gallery turut dipajang dalam Art Jakarta 2022 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Jumat, 26 Agustus 2022.
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Referensi
- “Selesai Sebelum 17 Agustus 1980: Patung Kedua Proklamator RI sebagai Kenangan Tonggak Sejarah”, Kompas, 14 September 1979, hlm 1.
- “Monumen Jalesveva Jayamahe: Karya Baru Seni Patung Indonesia”, Kompas, 18 Januari 1993, hlm 12.
- “Nyoman Nuarta dan Sawah Pariwisata”, Kompas, 11 Oktober 1993, hlm 20.
- “Lebih Jauh Dengan: Nyoman Nuarta”, Kompas, 13 Oktober 1996, hlm 2.
- “NuArt Sculpture Park, Keluarga Para Patung”, Kompas, 18 Agustus 2002, hlm 15.
- “Penggiat Kesenian: 10 Orang Terima Anugerah Budaya”, Kompas Jabar, 6 September 2007, hlm 9.
- “Dies Emas: ITB Berikan Penghargaan Khusus”, Kompas, 2 Maret 2009, hlm 12.
- “Persona: Sepotong Patung di Atas Bukit”, Kompas, 4 Juli 2010, hlm 23.
- “Nama & Peristiwa: Nyoman Nuarta Melepas Garuda Wisnu”, Kompas, 24 Juli 2013, hlm 32.
- “Persona: Nyoman Nuarta Terbang Kembali…”, Kompas, 18 Agustus 2013, hlm 23.
- “Situs Keberagaman”, Kompas, 2 Juli 2017, hlm 18.
- “Ikon Baru Bali”, Kompas, 29 Juli 2018, hlm 28.
- “Mewujudkan Jejak Perdaban”, Kompas, 25 September 2018, hlm 21.
- “Kepak Sayap Nuarta”, Kompas, 2 Mei 2021, hlm 11.
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Nyoman Nuarta:
Pematung Internasional yang Pantang Menyerah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
- www.nuarta.com
- www.gwkbali.com