Daerah

Kota Langsa: Kawasan Segitiga Aceh, Medan, dan Penang

Kota Langsa terus bergerak menjadi kota utama perdagangan dan jasa di wilayah timur Aceh. Dalam sejarahnya, eksistensi Langsa telah dimulai sejak era kolonial Belanda, sekitar satu abad lalu.

KOMPAS/NIKSON SINAGA

Warga beraktivitas di Lapangan Merdeka Kota Langsa, Aceh, Jumat (6/8/2021). Lapangan Merdeka menjadi ruang interaksi sosial warga kota seperti tempat bermain anak, berolahraga, menikmati jajanan rakyat, atau sekedar bersantai. Langsa juga mendapat penghargaan Kota Layak Anak Pratama 2021.

Fakta Singkat

Hari Jadi 
17 Oktober 2001

Dasar Hukum
Undang-Undang No.3/2001

Luas Wilayah
262,41 km2

Jumlah Penduduk
192.630 jiwa (2022)

Kepala Daerah
Penjabat Wali Kota Syaridin

Instansi terkait
Pemerintah Kota Langsa

 

Kota Langsa merupakan salah satu kota yang ada di Provinsi Aceh. Kota ini berada di pesisir timur Pulau Sumatera dan hanya berjarak 168 kilometer atau sekitar 4 jam perjalanan darat dari ibu kota provinsi tetangga, Medan, Sumatera Utara. Selain itu, kota ini menghadap langsung Selat Malaka dan telah memiliki jalur transportasi laut ke kawasan Penang, Malaysia.

Kota Langsa merupakan kota pemekaran Kabupaten Aceh Timur dan salah satu kota otonom termuda di Aceh setelah Kota Sabang dan Kota Subulussalam. Langsa awalnya berstatus kota administratif sesuai dengan PP 64/1991 tentang Pembentukan Kota Administratif Langsa. Kota Langsa kemudian ditetapkan statusnya menjadi kota dengan UU 3/2001 tanggal 21 Juni 2001. Adapun hari jadi Kota Langsa ditetapkan pada 17 Oktober 2001.

Secara administratif, Kota Langsa memiliki 5 kecamatan dengan 66 gampong. Saat ini, Kota Langsa dinahkodai oleh Syaridin sebagai Penjabat Wali Kota Langsa selama satu tahun 2023–2024. Syaridin menggantikan Said Mahdum Majid, yang juga Sekda Kota Langsa, yang menjabat Penjabat Walikota Langsa selama satu tahun 2022-02023.

Kota Langsa terkenal sebagai kota pendidikan. Di kota ini terdapat dua perguruan tinggi negeri, masing-masing Universitas Samudra (Unsam) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa. Mahasiswanya berasal dari berbagai daerah, termasuk dari Papua, sehingga terwujud Langsa menjadi Kota Berperadaban dan Islami.

Langsa dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan dan jasa di Provinsi Aceh karena letaknya yang strategis, berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan berada langsung pada jalur jalan raya nasional.

Selain dikenal dengan wisata Pesisir Timur Aceh dan Hutan Mangrove, Kota Langsa dikenal pula dengan kuliner khasnya yang kini sudah menjadi ikon dan “bungong jaroe” bagi pelancong ketika datang ke Langsa, yaitu terasi (belacan) yang sudah dikenal sampai ke seluruh wilayah Aceh.

Sebagai bagian dari Provinsi Aceh dengan Islam sebagai landasan pemerintahannya, Kota Langsa memiliki komitmen untuk mewujudkan nilai-nilai Islami dalam seluruh tatanan pemerintahan dan aspek kehidupan masyarakat Kota Langsa.

Sejarah pembentukan

Dalam buku Menelusuri Jejak Sejarah Langsa yang diterbitkan Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Langsa 2014 dan “Sejarah Kota Langsa” di laman Pemerintah Kota Langsa, disebutkan bahwa Langsa yang dikenal sekarang berasal dari turunan kata “langsar” yang bernotasi bahwa pasukan angsa jauh lebih besar (angsar) dari pasukan elang.

Mengenang peristiwa itu, maka penggunaan kata elang dikisahkan lebih dulu dinobatkan sebagai kata “lang” dan angsa sebagai pemilik toleransi tetapi memiliki pasukan yang besar dinobatkan sebagai kata sar”. Perpaduan dari dua kata telah dijadikan simbol bagi perdamaian dan penobatan pusat pemerintahan yaitu “Langsar” yang sekarang dikenal dengan istilah “Langsa”.

Langsa dahulu pernah menjadi daerah singgahan perantauan bagi orang-orang Minangkabau. Pendiri pertama kenegerian Langsa, yaitu Chik Keujruen Banang, Datoe Dadjang, Datuk Alam Malelo atau nama Teuku Chik Keujruen Meulila yang dianggap berasal dari Kerajaan Pagaruyung Minangkabau, Sumatera Barat.

Kota Langsa merupakan salah satu daerah yang menjadi saksi bisu atas kolonialisme Belanda di tanah Serambi Mekkah. Letak geografis Kota Langsa yang sangat strategis, serta berbatasan langsung dengan Selat Malaka membuat Belanda menjadikan kota ini sebagai basis pemerintahan khususnya di Aceh.

Dalam sejarahnya, pejuang-pejuang Langsa di bawah pimpinan Teuku Banta Amat dan lain-lain pernah menyerang pasukan Kolonial Belanda yang melibatkan tentara Belanda dari Ambon dan Maluku. Penyerangan ini kemudian dikenal sebagai penyerangan di Birem Rayeuk dan peristiwa-peristiwa lainnya seperti di Alue Beurawe.

Kemudian pasca-kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Langsa menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Timur. Langsa lalu ditetapkan menjadi Kota Administratif berdasarkan PP 64/1991 tentang Pembentukan Kota Administratif Langsa. Kemudian pada tanggal 21 Juni 2001, Langsa resmi menjadi wilayah otonom, Kota Langsa berdasarkan UU 3/2001 tentang Pembentukan Kota Langsa.

KOMPAS/FREDDY ROEROE

Pusat kota Langsa, ibukota kabupaten Aceh Timur tampak tenang dan bersih. Para warganya juga ramah. Kota ini berupaya tampak hijau lewat upaya penanaman hijauan pada sudut-sudut kota seperti tampak pada gambar di atas.

Geografis

Secara astronomis Kota Langsa terletak antara 04024’35,68’’ — 04033’47,03” Lintang Utara dan 97053’14,59” — 98004’42,16” Bujur Timur. Wilayah Kota Langsa berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur di sebelah barat, utara, dan selatan, Kabupaten Aceh Tamiang di sebelah timur dan selatan, dan Selat Malaka di sebelah utara.

Kota ini memiliki luas wilayah 239,83 km persegi. Luas wilayah antar-kecamatan bervariasi, Kecamatan Langsa Timur dengan luas wilayah 78,26 km persegi merupakan wilayah kecamatan dengan luas wilayah terbesar dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Dari lima kecamatan yang ada di Kota Langsa, tiga kecamatan terletak di wilayah pesisir, yaitu Kecamatan Langsa Barat, Kecamatan Langsa Timur dan Kecamatan Langsa Baro.

Topografi Kota Langsa merupakan dataran rendah dan bergelombang serta terdapat pula sungai dengan rata-rata curah hujan per hari pada tahun 2020 sebesar 6,17 mm/hari. Suhu udara berkisar antara 28°C — 33°C . Sedangkan di bagian timur merupakan endapan rawa-rawa dengan penyebaran cukup luas.

Kota Langsa memiliki 16 km garis pantai yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka. Kota ini juga memiliki alur-alur sungai besar membentang pada sebagian Kota Langsa sehingga dapat dilalui oleh kapal-kapal besar baik kapal nelayan penangkap ikan maupun kapal-kapal niaga yang melakukan bongkar muat barang di pelabuhan Kota Langsa.

Kota ini memiliki sungai yang membentang dan membelah kota, yaitu Sungai Krueng Langsa. Sungai ini terbentang dari Gampong Pondok Keumuning di Kecamatan Langsa Lama hingga Gampong Sungai Lueng di Kecamatan Langsa Timur.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Keberadaan pohon bakau yang tinggi dengan batang yang kokoh di Kuala Langsa, Kota Langsa, dimanfaatkan pedagang sebagai tempat makan, Minggu (24/5/2015). Selain itu, kawasan ini juga dijadikan tempat rekreasi yang diminati.

Pemerintahan

Sejak ditetapkan sebagai kota otonom pada 2001, Kota Langsa telah dinakhodai oleh sejumlah wali kota dan penjabat wali kota serta dua wakil wali kota. Tercatat penjabat wali kota pertama yang dilantik adalah H. Azhari Aziz.

Azhari Aziz dilantik oleh Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno saat meresmikan 12 kota baru dari delapan provinsi, di Plaza Depdagri, Jalan Merdeka Utara, Rabu (17/10/2001). Aziz menjadi penjabat wali kota hingga Maret 2005, sebelum kemudian digantikan oleh Muhammad Yusuf Yahya yang menjabat periode Maret sampai Desember 2005.

Estafet kepemimpinan di Kota Langsa berturut-turut diteruskan kepada Muchtar Ahmady dari Desember 2005 Sampai dengan Maret 2007, Wali Kota Zulkifli Zainon dan Wakil Wali Kota Saifuddin Razali periode Maret 2007 hingga Maret 2012, H. Bustami Usman sebagai Penjabat Wali Kota periode Maret hingga Agustus 2012, Wali Kota Usman Abdullah dan Wakil Wali Kota H. Marzuki Hamid periode Agustus 2012 hingga Agustus 2017.

Selanjutnya, diteruskan oleh  Kamaruddin Andalah sebagai Pelaksana Tugas Wali Kota periode Oktober 2016 hingga Februari 2017 serta Wali Kota Usman Abdullah dan Wakil Wali Kota H. Marzuki Hamid periode Agustus 2017 hingga 2021.

Sejak 29 Agustus 2023, Kota Langsa dinahkodai oleh Syaridin sebagai Penjabat Wali Kota Langsa selama satu tahun 2023–2024. Syaridin menggantikan Said Mahdum Majid, yang juga Sekda Kota Langsa, yang menjabat Penjabat Wali Kota Langsa selama satu tahun 2022–2023.

Secara administratif, Kota Langsa terdiri dari 5 kecamatan dan 66 gampong. Kelima kecamatan itu yaitu Kecamatan Langsa Barat, Kecamatan Langsa Kota, Kecamatan Langsa Lama, Kecamatan Langsa Baro, dan Kecamatan Langsa Timur.

Untuk mendukung roda pemerintahan, Pemerintah Kota Langsa didukung oleh 3.379 pegawai negeri sipil atau PNS pada tahun 2022. Dilihat dari golongan, mayoritas PNS merupakan golongan III dengan jumlah sebanyak 1.940 orang, sedangkan golongan yang paling sedikit jumlahnya adalah golongan I dengan jumlah sebanyak 26 orang.

Menurut jenis kelamin, PNS perempuan tercatat lebih banyak dibandingkan PNS laki-laki, yaitu 2.259 orang dan 1.187 orang. Berdasarkan jabatan, terdapat 1.627 orang PNS merupakan fungsional tertentu dan 1.301 orang PNS merupakan fungsional umum/pelaksana.

Berdasarkan jenjang pendidikan, mayoritas PNS merupakan lulusan Diploma IV/S-1/S-2/S-3 dengan jumlah sebanyak 2.369 orang, hampir sekitar 70 persen dari total PNS, kemudian SMA/Sederajat sebanyak 554 orang, dan lulusan Diploma III sebanyak 447 orang.

KOMPAS/NINA SUSILO

Warga Aceh memberikan suara untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernurnya lima tahun ke depan, Senin (9/4/2012). Selain Pilkada Provinsi Aceh, diselenggarakan serentak pilkada 17 kabupaten/kota di Aceh seperti di Kota Langsa.

Politik

Peta politik di Kota Langsa berlangsung dinamis. Setidaknya hal itu terlihat dari tiga kali tiga kali pemilihan umum. Dari 25 kursi yang tersedia, Partai Aceh tercatat mendominasi perolehan kursi di tingkat parlemen.

Pada Pemilu Legislatif 2009, partai lokal Partai Aceh mampu meraih kursi terbanyak dengan enam kursi. Disusul Demokrat meraih empat kursi, Golkar tiga kursi, lalu PAN dan Hanura sama-sama meraih dua kursi. Sementara PKS, PPP, Partai Sira, PBB, PKNU, Gerindra, dan PDI Perjuangan masing-masing meraih satu kursi.

Pada Pemilu Legislatif 2014, Partai Aceh kembali meraih kursi terbanyak dengan enam kursi dan disusul Golkar di urutan kedua dengan meraih empat kursi. Kemudian Hanura dan Demokrat meraih tiga kursi. Sementara PKS, PDI Perjuangan, Nasdem, dan Gerindra sama-sama meraih dua kursi serta PAN mendapatkan satu kursi di DPRD Kota Langsa.

Pada Pemilu Legislatif 2019, Partai Aceh masih berhasil menjadi partai peraih kursi terbanyak di DPRD Kota Langsa. Partai lokal ini meraih lima kursi dari 25 kursi yang diperebutkan. Disusul Partai Golkar dan Demokrat yang sama-sama meraih empat kursi serta Gerindra dan Hanura masing-masing meraih tiga kursi. Sementara partai lokal lainnya Partai Nanggroe Aceh dan PKS masing-masing memperoleh dua kursi serta PDI Perjuangan dan Nasdem sama-sama meraih satu kursi.

ZULKARNAINI/KOMPAS

Para calon legislatif, pengurus, dan kader dari Partai Aceh berkonvoi ke Kantor Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh/KPU Aceh, Kamis (11/5/2023), untuk mendaftarkan bakal calon anggota DPR Aceh.

Kependudukan

Kota Langsa merupakan kota termaju dan terbesar di Provinsi Aceh setelah Kota Banda Aceh. Kota ini juga merupakan kota terpadat dan teramai setelah Banda Aceh.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kota Langsa, kota ini dihuni oleh 192.630 jiwa pada tahun 2022 yang terdiri atas 96.788 jiwa laki-laki dan 95.842 jiwa perempuan. Dengan proporsi tersebut, rasio jenis kelamin sebesar 100,99, pada setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 101 jiwa penduduk laki-laki.

Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2021, jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas di Kota Langsa yang termasuk angkatan kerja sebanyak 88.001 orang. Dari jumlah itu, terbanyak berpendidikan SMA Umum, yakni sebesar 30,91 persen, kemudian sebanyak 20,48 persen lulusan universitas dan 16,01 persen merupakan lulusan SMA Kejuruan. Sedangkan berpendidikan Diploma I/II/III sebesar 4,03 persen. Sementara berdasarkan lapangan usaha, penduduk di Kota Langsa paling banyak bekerja di sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan, yaitu sekitar 34,68 persen.

Dari sisi etnis, masyarakat yang menetap di Kota Langsa memiliki latar belakang budaya dan etnis yang beragam. Mayoritas penduduknya adalah suku Aceh, disusul oleh suku Melayu, suku Jawa, suku Tionghoa, suku Gayo, suku Batak, suku Alas, dan suku Karo.

Bahasa yang digunakan masyarakat Kota Langsa adalah bahasa Melayu dan bahasa Aceh. Namun, bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa utama dan menjadi pemersatu untuk berkomunikasi antar-etnis, terutama untuk berbicara kepada pendatang luar provinsi Aceh.

Mayoritas penduduk Langsa adalah menganut agama Islam dengan syariat Islam menjadi aturan dasar dalam kehidupan masyarakat. Agama Kristen juga menjadi bagian dari populasi, sedangkan Budha banyak dianut oleh komunitas warga Tionghoa.

KOMPAS/NIKSON SINAGA

Kawasan perdagangan di Jalan Teuku Umar di Kota Langsa, Aceh, ramai, Sabtu (7/8/2021).

Indeks Pembangunan Manusia
77,82 (2022)

Angka Harapan Hidup 
69,63 tahun (2022)

Harapan Lama Sekolah 
15,64 tahun (2022)

Rata-rata Lama Sekolah 
11,14 tahun (2022)

Pengeluaran per Kapita 
Rp 12,353 juta (2022)

Tingkat Pengangguran Terbuka
7,85 persen (2022)

Tingkat Kemiskinan
10,62 persen (2022)

Kesejahteraan

Kota Langsa termasuk daerah yang pembangunan manusianya tergolong baik. Hal ini tampak dari nilai indeks pembangunan manusia atau IPM yang masuk kategori tinggi. Tercatat angka IPM Kota Langsa pada tahun 2022 mencapai 77,82, meningkat dibanding pencapaian pada 2021 sebesar 77,44. Kota Langsa berada pada urutan ketiga di antara kabupaten/kota di Provinsi Aceh.

Dari capaian IPM tersebut, tercatat angka harapan hidup selama 69,63 tahun. Sementara untuk pendidikan, harapan lama sekolah selama 15,64 tahun dan rata-rata lama sekolah selama 8,64 tahun. Adapun pengeluaran per kapita tercatat sebesar Rp 8,434 juta.

Tingkat pengangguran terbuka di Kota Langsa pada tahun 2022 tercatat sebesar 7,85 persen, naik 0,64 persen dibandingkan tahun 2021 sebesar 7,21 persen. Angka pengangguran di Langsa 2022 mencapai 6.700 jiwa dengan rincian laki-laki 4.528 jiwa dan perempuan 2.172 jiwa.

Sementara itu, angka kemiskinan di Langsa pada tahun 2022 tercatat sebesar 10,62 persen, atau sebanyak 19,41 ribu jiwa. Angka itu turun sedikit dibandingkan angka kemiskinan pada tahun 2021 yang sebesar 10,96 persen atau sekira 19,78 ribu orang. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan angka penduduk miskin di Langsa berada di peringkat kedua terendah di Aceh.

DOKUMEN PELABUHAN LANGSA

Tumpukan cangkang kelapa sawit di Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa, Provinsi Aceh, Kamis (6/8/2020), yang diekspor ke Jepang.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
Rp 120,5 miliar (2022)

Dana Perimbangan 
Rp 695,73 miliar (2022)

Pendapatan Lain-Lain
Rp 17,42 miliar (2022)

Pertumbuhan Ekonomi
4,78 persen (2022)

PDRB Harga Berlaku
Rp 6,24 triliun (2022)

PDRB per kapita
Rp 32,43 juta/tahun (2022)

Ekonomi

Sebagai kota persinggahan di wilayah pesisir timur Provinsi Aceh, Kota Langsa dikenal sebagai pusat perdagangan dan jasa, khususnya hasil bumi dari Kabupaten Aceh Timur, Aceh Tamiang, dan paling banyak dari Medan, Sumatera Utara.

Kondisi tersebut tercermin dalam struktur ekonomi Kota Langsa. Dari total produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar Rp 6,24 triliun (2022), sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor berkontribusi sebesar 28,06 persen. Disusul kemudian konstruksi sebesar 10,02 persen dan industri pengolahan sebesar 9,75 persen.

Sektor lain yang memiliki kontribusi cukup besar adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 8,86 persen, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 7,73 persen, serta transportasi dan pergudangan sebesar 7,10 persen.

Di sektor perdagangan, sebagian besar merupakan pedagang kecil dengan jumlah sebanyak 960 pedagang. Kemudian pedagang besar sebanyak 719 pedagang, dan 546 yang lainnya merupakan pedagang menengah.

Kota Langsa juga memiliki pelabuhan dengan kapasitas ekspor-impor. Pelabuhan Kuala Langsa di Kecamatan Langsa Kota menyimpan peluang besar memacu pergerakan perekonomian Kota Langsa. Arus ekspor-impor barang sejak lama dilakukan di pelabuhan yang dikelola PT Pelindo I.

Di bidang keuangan daerah, pendapatan Kota Langsa tercatat sebesar. Sumber terbesar masih ditopang oleh pendapatan transfer sebesar Rp 695,73 miliar dari total pendapatan daerah. Sementara pendapatan asli daerah atau PAD berkontribusi sebesar Rp 120,50 miliar dan pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp 17,42 miliar.

Di sektor pariwisata, Kota Langsa memiliki sejumlah destinasi andalan. Menurut catatan Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata Kota Langsa, terdapat delapan objek wisata di Kota Langsa.

Salah satu wisata alam yang terkenal adalah Wisata Hutan Mangrove Kota Langsa atau disebut juga dengan nama Mangrove Forest Park. Destinasi ini pernah terpilih sebagai Juara 1 Anugerah Pesona Indonesia 2019 Kategori Ekowisata Terpopuler dan Juara Terfavorit Untuk Semua Kategori Anugerah Pesona Indonesia 2019 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia.

Untuk jenis wisata buatan, terdapat Virta Tirta Raya Swimming Pool, Mutiara Water Park, dan Royal Water Boom.

Adapun salah satu kuliner khas Langsa adalah Mie Wak. Mie ini dibuat oleh pemilik warung yang bernama Mie Wak Hasan. Ada juga sop sekengkel yang biasanya terbuat dari iga-iga ataupun tulang dari kaki sapi. Lalu ada ayam tangkap, gulai ikan sembilang, sate matang, kuah blang, kue timpan, kue keukarah, dan dendeng Aceh.

Terkait sektor jasa, akomodasi di Kota Langsa terbilang cukup berkembang. Selama tahun 2021, terdapat satu unit hotel bintang dan 15 unit hotel nonbintang dan akomodasi lainnya. Selain itu, pada tahun 2021, tercatat 136 unit restoran/rumah makan, dengan jumlah terbesar di Kecamatan Langsa Kota, yaitu sebanyak 89 unit usaha. (LITBANG KOMPAS)

KOMPAS/ZULKARNAINI

Pemandangan objek wisata hutan bakau di Desa Kuala Langsa, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Aceh, Kamis (14/9/2017). Hutan bakau seluas 6.000 hektar yang memiliki 28 jenis bakau itu diproyeksi menjadi objek wisata berbasis edukasi dan konservasi.

Referensi

Arsip Berita Kompas
  • “Mendagri Meresmikan Dua Belas Kota Baru”, Kompas, 18 Oktober 2001, hlm. 26
  • “Kota Langsa * Otonomi”, Kompas, 02 Oktober 2003, hlm. 32
  • “Bak Gadis yang Tengah Bersolek * Otonomi”, Kompas, 02 Oktober 2003, hlm. 32
  • “Kota Langsa: Merawat Mangrove agar Asri * Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015”, Kompas, 15 April 2015, hlm. 22
Buku dan Jurnal
Aturan Pendukung

Editor
Topan Yuniarto